Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga adalah lingkungan pendidikan dan pengetahuan yang pertama

dan utama bagi anak. Hal ini dikarenakan dalam lingkup keluarga anak mulai

diajarkan segala sesuatu dengan tujuan agar mereka menjadi tahu dan mengerti.

Pendidikan dan pengetahuan anak menjadi tanggung jawab keluarga terutama

orang tua (ayah dan ibu). Orang tua memegang peran sangat penting bagi

Pendidikan dan kehidupan anaknya. Pendidikan orang tua kepada anak akan

membentuk karakter dan perilaku anak. Melalui pendidikan ini diharapkan orang

tua selalu memberikan arahan, pemantauan, pengawasan dan pembimbingan, serta

perkembangan anak melalui interaksi dan komunikasi antara orang tua dengan

anak dalam lingkungan keluarga.1

Namun, di era modernitas ini peranan orang tua sebagai pendidik yang

pertama bagi anak nampak semakin terabaikan di masyarakat kita. Beragam faktor

yang menjadi penyebab akan hal tersebut, diantaranya: pekerjaan, hobi,

kesibukan, dan sebagainya. Hal ini menjadi penyebab kurang adanya kedekatan

antara orang tua dengan anak-anaknya. Kondisi demikianlah yang apabila tidak

disadari semakin lama akan menjadi penghalang terhadap kedekatan hubungan

antara orang tua dengan anak-anaknya, tentunya ini akan mengganggu interaksi

dan komunikasi saling mempengaruhi antara keduanya. Padahal hubungan yang

harmonis antara

1
Zakiah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental (Jakarta: Gunung Agung,
1973), 35.
1
2

keduanya di dalam keluarga akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan

anak baik secara fisik maupun psikis.

Kurangnya interaksi dan komunikasi antara orang tua dengan anak

diperparah dengan pengalihkan tanggung jawab orang tua kepada asisten rumah

tangga. Fenomena ini menyebabkan anak lebih dekat dan terbuka dengan ART

daripada orang tua. Hal ini dikarenakan anak lebih sering berinteraksi dan

berkomunkasi dengan ART ketimbang orang tua. Keadaan ini berdampak pada

kurangnya perhatian orang tua terhadap anak. Pada akhirnya tanpa disadari akan

berdampak pada hubungan orang tua dengan anak menjadi merenggang, sehingga

komunikasi antara orang tua dengan semakin berkurang.

Untuk menyikapi fenomena tersebut, orang tua perlu memahami bahwa

komunikasi dengan anak adalah masalah kebiasaan. Artinya komunikasi harus

dipelihara terus sejak anak masih berada dalam kandungan ibunya sampai mereka

dewasa. Biasanya orang tua menjadi lengah akan komunikasi dengan anaknya,

justru pada saat mereka meningkat dewasa. Fenomena ini dikarenakan pada saat

itu karir orang tua tengah menanjak, sehingga perhatian orang tua banyak

difokuskan pada kesibukan pekerjaan maupun kegiatan-kegiatan sosial lainnya.

Selain itu ada pula orang tua yang percaya sepenuhnya kepada anak, karena

mereka akan dewasa dengan sendirinya. Proses menurunnya komunikasi ini

biasanya tidak disadari orang tua, namun sangat dirasakan oleh anak-anak. Pada

waktu orang tua menyadari kekurangan ini, keadaan sudah terlanjur parah untuk

diselamatkan. Orang tua semestinya selalu waspada dan tidak melupakan

pentingnya komunikasi
3

dengan anak, bagaimanapun sibuknya mereka.2 Bila seseorang mau mendengar

pendapat orang lain, maka pendapatnya akan lebih mudah didengar atau dengan

kata lain anak-anak akan lebih tebuka untuk menerima pendapat orang yang tua,

bila orang yang tua sendiri mau mendengar pendapatnya terlebih dahulu.3

Komunikasi yang lancar dan sehat dalam sebuah keluarga merupakan

harapan bagi setiap anggota keluarga. Sebab setiap individu harus tertanam dalam

dirinya rasa keterikatan, saling berhubungan, dan saling memerlukan dengan

individu yang lain. Oleh karena itu, adanya komunikasi yang lancar dan harmonis

dalam keluarga sangat didambakan oleh setiap anggota keluarga agar terus

berlangsung dengan baik dan intensif. Komunikasi yang baik dalam sebuah

keluarga tidak terlepas dari peran kedua orang tua, karena keduanya mempunyai

kewajiban untuk memberikan bimbingan, pendidikan, dan contoh yang baik

berupa suri tauladan kepada anak-anaknya agar mereka hidup selamat dan

sejahtera.

Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:


‫َ َ َ ِ غ ِ ش َّ َّل‬ َ ‫ُس‬ ‫َ ن ’ا َمن َ س َ ْ ه ِل ْيك َّ وقُ َها‬ ‫’يْٓاَُّي َها الَّ ِذ‬
‫ك ََلظٌ َدٌاد‬ َ‫عل‬ ‫َوا ْل جا‬ ‫ْوا ُق ْْٓوا َا ْنف ُك و ْم َنا ًرا ْوُد النَّا‬ ‫ْي‬
‫م‬
‫ْي ٰۤ ٌة‬ ُ َ ‫ِح‬
‫رة‬ ‫ْم َا‬
‫َها ’ل‬
‫ِٕى‬

‫ْ ُ َ ما ُي ْؤ َم ُر ْو َن‬
َ َ ‫َي ْع ُ ه َ مآْ َا َم‬
‫وي َفعل‬
‫ْو َن‬ ‫ص ّٰل َرهُ ْم‬
‫ْو ل‬
َ ‫َن ا‬

Maksud dari ayat di atas adalah bahwa Allah SWT memerintahkan kepada

orang-orang yang beriman untuk selalu menjaga diri dan keluarganya dari

perbuatan maksiat yang dapat menjerumuskannya ke dalam api neraka. Dengan

demikian orang tua memeliki peran yang penting dalam keluarga yang harus
4

selalu

2
Alex Sobur, Anak Masa Depan (Bandung: Angkasa, 1986), 228.
3
Alex Sobur, Pembinaan Anak Dalam Keluarga, cet. ke-2, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1988), 59.
5

mampu menjaga, membimbing, mendidik, menjadi teladan yang baik kepada anak

agar berperilaku baik dan tidak melakukan suatu hal yang dapat menjerumuskan

dirinya pada kesengsaraan baik di dunia maupun di akhirat. Tentunya Pendidikan

dan pembimbingan anak ke arah yang baik membutuhkan komunikasi (interaksi)

yang baik pula dari orang tua.

Menurut pendapat Imam Al-Ghazali; “Melatih anak adalah suatu hal yang

sangat penting sekali, karena anak sebagai amanat bagi orang tuanya. Hati anak

suci bagaikan mutiara cemerlang, bersih dari segala ukiran serta gambaran, ia

dapat atau mampu menerima segala yang diukirkan atasnya dan condong kepada

segala yang dicondongkan padanya. Maka bila ia dibiasakan ke arah kebaikan dan

diajar kebaikan jadilah ia baik dan berbahagia dunia akhirat, sebaliknya jika

dibiasakan jelek atau dibiarkan dalam kejelekan, maka celaka dan rusaklah ia”. 4

Dengan demikian, jelaslah bahwa keberhasilan dalam pembentukan perilaku dan

karakter anak, baru akan terlihat ketika tidak ada jurang pemisah antara orang tua

dengan anak. Di sini orang tua harus mampu menjembatani agar komunikasi

(interaksi) tetap berjalan dan tercipta dengan baik dan harmonis dalam keluarga.

Pada hakikatnya dengan adanya komunikasi yang terbuka atau sejajar

tentunya anak akan merasa dirinya dihargai, dicinta, diperhatikan oleh orang

tuanya dan sebagai orang tua, mereka akan tahu bagaimana cara memahami,

mengenali dan membina perilaku anak dengan sebaik-baiknya sehingga mereka

nantinya akan menjadi generasi yang dapat menentukan maju dan mundurnya

akhlak suatu bangsa

4
H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Keluarga, cet. ke-4 (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), 80.
6

serta akan timbul adanya sikap saling pengertian antara keduanya, tentu saja

dengan menerima dan mengakrabi sekaligus mengayomi mereka dengan

komunikasi yaitu mengarahkan perkembangan perilaku anak menjadi positif

tentunya yang sesuai dengan tuntutan ajaran islam, baik di rumah maupun di

sekolah. Dan akan sangat terlihat berbeda sekali dengan adanya komunikasi yang

tertutup atau tidak sejajar dalam sebuah keluarga karena hanya akan membuat

anak menjadi tertutup, takut, tidak dihargai, kurang mendapatkan perhatian dari

kedua orang tuanya, dan komunikasi pun tidak akan menjadi proses belajar yang

positif bagi keduanya.

Dengan menciptakan komunikasi yang efektif di mana komunikasi

tersebut akan menjanjikan komunikasi antara orang tua dengan anak yang

memiliki kontribusi luar biasa bagi peluang perkembangan perilaku yang positif.

Jelasnya, tujuan dari komunikasi antara orang tua dengan anak yang baik ialah

menciptakan iklim persahabatan yang hangat, sehingga anak merasa nyaman

bersama orang tua. Namun dalam hal ini banyak orang tua yang merasa

kesulitan dalam memahami perilaku anak-anaknya yang sering kali terlihat tidak

logis dan tidak sesuai dengan akal sehat, maka untuk memahami anak,

membina kehidupan jasmaniah, kecerdasan, perkembangan sosial dan

emosionalnya, orang tua dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang perilaku

mereka, dengan memandang anak sebagai makhluk sosial dengan segala

sesuatu yang mereka lakukan hanya bertujuan untuk mendapatkan tempat

dalam kelompok-kelompok yang penting dalam hidup mereka yaitu keluarga

yang asli.5 Karena di sinilah dasar perilaku anak

5
Maurice Balson, Bagaimana Menjadi Orang Tua yang Baik, cet. ke-2 (Jakarta: Bumi
Askara, 1996), 13 – 14.
7

terbentuk. Dan fakta pun menunjukkan bahwa karena kesibukan atau banyaknya

masalah yang dihadapi orang tua, sehingga perhatian terhadap anaknya menjadi

berkurang dan menyebabkan komunikasi orang tua dan anak menjadi sedikit

terhambat pula. Agar komunikasi senantiasa bebas dan terbuka, maka pandangan

orang tua terhadap anak harus pula bertambah sesuai dengan perkembangan

anak.6 Berkatitan dengan fenomena ini peneliti tertarik untuk melihat pengaruh

komunikasi orang tua dengan anak terhadap karakter anak di lingkungan Masjid

Nursalikin, Kelurahan Margomulyo, Kecamatan Balikpapan Barat, Kalimantan

Timur. Berdasarkan informasi yang peneliti dapat bahwa warga yang berdomisili

di sekitar Masjid Nursalikin memiliki permasalahan terkait karakter anak.

Kondisi lingkungan banyak mempengaruhi karakter anak. Kondisi ini tentunya

tidak sesuai dengan harapan orang tua yang menginginkan anaknya memiliki

karakter yang baik. Beberapa contoh karakter anak yang tidak baik adalah seperti:

enggan beribadah, merokok, mengkonsumsi alcohol, dan pergaulan bebas. Di sini

peneliti merasa tertarik untuk mengetahui apakah karakter anak dapat dingaruhi

oleh

komunikasi orang tua.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

dan membahasnya yang dituangkan dalam skripsi dengan judul: “Pengaruh

Komunikasi Orang Tua terhadap Pembentukan Karakter Anak di

Lingkungan Masjid Nursalikin”.

6
Alex Sobur, Pembinaan Anak, cet. ke-2 (Jakarta: Gunung Mulia, 1988), 57.
8

B. Definisi Operasional

Dalam upaya menghindari kesalahan pemahaman atau penafsiran terkait

istilah-istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka penulis akan

memberikan penegasan terhadap beberapa istilah yang akan dijelaskan sebagai

berikut:

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,benda)

yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.7 Bisa

juga dikatakan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari sesuatu

benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan

yang dapat membentuk kepercayaan atau perubahan. W.J.S. Poerwardaminta

mendefinisikan pengaruh sebagai daya yang ada atau timbul dari sesuatu,

baik orang maupun benda dan sebagainya, yang berkuasa atau yang

berkekuatan dan berpengaruh terhadap orang lain.8

Menurut Hugiono dan Poerwantana definisi dari pengaruh adalah

dorongan atau bujukan yang bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.9

Adapun Badudu dan Zain berpendapat bahwa pengaruh adalah daya yang

menyebabkan sesuatu terjadi. Sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah

sesuatu yang lain dan tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuasaan

7
KBBI Online. Diakses pada Rabu, 20 September 2023.
8
W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet. ke-16, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1999), 731.
9
Hugiono dan Poerwantana, Pengantar Ilmu Sejarah, (Jakarta: PT Bina Aksara, 2000), 47.
9

orang lain.10 Sedangkan Louis Gottschalk mendefinisikan pengaruh sebagai

efek yang muncul dan membentuk terhadap pikiran dan perilaku manusia,

baik secara individu maupun kolektif.11

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh

adalah reaksi, baik berupa ide atau tindakan, yang muncul pada sesuatu

sebagai akibat dari dorongan dari sesuatu yang lain untuk berubah kea rah

yang lebih baik. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan perngaruh

adalah reaksi dari komunikasi orang tua terhadap pembentukan karakter

anaknya.

2. Komunikasi

Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita

antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang di maksud dapat di pahami.12

Dalam komunikasi terjadi suatu proses transfer informasi yang membutuhkan

pemahaman antara komunikator dan komunikan. Maka agar komunikasi

berjalan efektif dan sesuai tujuannya, baik komunikator maupun komunikan,

harus memiliki satu persepsi yang sama terhadap pesan yang disampaikan.

Menurut Agus M. Hardjana komunikasi adalah sebuah kegiatan di

mana seseorang menyampaikan pesan melalui media tertentu kepada orang

lain dan sesudah menerima pesan kemudian memberikan tanggapan kepada

10
Babadu, J.S. dan Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2001), 131.
11
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Depok: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia,
2000), 171.
12
Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. ke-1,
(Jakarta : Balai Pustaka, 1988), 454.
10

pengirim pesan.13 Adapun definisi komunikasi menurut Deddy Mulyana

adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan non-verbal yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih.14 Andrew E. Sikula berpendapat bahwa

komunikasi merupakan proses pemindahan informasi, pengertian, dan

pemahaman dari seseorang, suatu tempat, atau sesuatu kepada sesuatu,

tempat atau orang lain.15 Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa

komunikasi adalah

proses transfer atau penyampaian pesan yang berupa ide, gagasan, pemikiran

dari komunikator kepada komunikan baik verbal maupun non-verbal dengan

menggunakan media tertentu yang efisien untuk memberikan makna dan

pemahaman yang sama. tujuan dari transfer atau penyampaian pesan tersebut

adalah agar komunikan mendapat pengaruh dari komunikator sehingga terjadi

perubahan yang sesuai harapan komunikator. Adapun yang dimaksud dengan

komunikasi dalam penelitian ini adalah komunikasi antara orang tua dengan

anaknya.

3. Orang Tua

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa orang tua

adalah ayah dan ibu kandung seorang anak. Orang tua adalah pria dan wanita

yang terikat dalam status perkawinan dan siap sedia untuk bertanggung jawab

13
Agus M. Hardjana, Ilmu Komunikasi, (Bandung: PT, Remaja Rosdakarya, 2016), 3.
14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, (Remaja Rosdakarya,
1990), 2.
15
Andrew E. Sikula, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Erlangga, 2011), 10.
11

sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. 16 Dapat juga di

katakan orang tua adalah ayah dan ibu baik kandung (biologis) ataupun tidak

kandung (orang tua angkat, orang tua asuh dan orang tua tiri) yang

bertanggung jawab terhadap hak-hak anak yang diasuhnya. 17 Hubungan ayah

dan ibu dengan seorang anak yang dimaksud dapat berupa hubungan secara

biologis maupun sosial. Menurut A. H. Hasanauddin, orang tua adalah ibu

bapak yang dikenal mula pertama oleh putra-putrinya.18

Berdasarkan paparan di atas, jelas bahwa yang dimaksud dengan

orang tua adalah ayah dan ibu seorang anak yang memikul tanggung jawab

terhadap anak tersebut. Ayah dan ibu yang dimaksud bisa jadi adalah ayah

dan ibu kandung maupun angkat. Adapun yang dimaksud dengan orang tua

dalam penelitian ini adalah para orang tua yang tinggal di sekitar wilayah

Masjid Nursalikin. Untuk memperjelas batasan wilayah yang menjadi obyek

penelitian ini, maka peneliti membatasi responden (orang tua) yang berada di

wilayah RT. 21, RT. 22, RT. 23, RT. 44, dan RT 45, Kelurahan Margomulyo,

Kecamatan Balikpapan Barat, Kalimantan Timur.

4. Karakter

Karakter secara Bahasa dapat diartikan dengan watak, tabiat, sifat-

sifat kejiwaan, kepribadian, akhlak, dan budi pekerti. Dalam Kamus Besar

Bahasa

16
KBBI Online. Diakses pada Rabu, 20 September 2023.
17
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, (Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997), 1580.
18
A. H. Hasanuddin, Cakrawala Kuliah Agama, (Surabaya: t.p., 1984), 155.
12

Indonesia dijelaskan bahwa karakter berarti tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak

atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.19 Menurut

W.

B. Saunders sebagaimana dikutip oleh Maemonah yang dimaksud dengan

karakter adalah sifat nyata serta tidak sinkron yang ditunjukkan tiap individu,

sejumlah atribut yang bisa diamati pada tiap individu. 20 Adapun menurut

Samami, karakter dapat diartikan dengan nilai dasar yang membangun

kepribadian seseorang yang terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun

pengaruh lingkungan sekitar, yang membedakannya dengan individu lain,

serta diwujudkan dalam sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-

hari.21

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi karakter

adalah sifat, sikap, karakter, atau watak yang ada dalam tiap diri individu,

yang membedakannya dengan individu yang lain, yang menunjukkan nilai

atau kualitas diri individu tersebut. Karakter seorang individu dapat dibentuk

berdasarakan pengalaman diri dan pengaruh lingkungan. Dalam penelitian

ini, yang dimaksud dengan karakter adalah karakter anak yang tinggal di

sekitar wilayah masjid Nursalikin.

5. Masjid

Masjid merupakan Bahasa serapan dari Bahasa Arab ‫ مس جد‬yang


berarti “tempat sujud”. Secara harfiah masjid adalah bangunan yang
digunakan oleh

19
KBBI Online. Diakses pada Rabu, 20 September 2023.
20
Maemonah, Implementasi Pendidikan Karakter di Madrasah/Sekolah, Al-Bidayah: Jurnal
Pendidikan Dasar Islam, Vol. 7, No. 1, Tahun 2015, 43.
21
Muchlas Samami, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2016), 43.
13

umat Islam sebagai tempat beribadah.22 Dalam struktur Masyarakat Islam,

masjid memiliki peran yang vital dan makna yang besar dalam kehidupan,

secara lahir maupun batin. Masjid merupakan satu bentuk kepatuhan umat

Islam kepada Allah swt dengan melakukan salat, di mana salah satu Gerakan

salat adalah sujud. Sujud adalah ibadah yang paling mulia dalam Islam karena

sebagai implementasi penghambaan kepada yang Maha Kuasa.

Masjid dalam penelitian ini difokuskan pada Masjid Nursalikin.

Masjid Nursalikin salah satu masjid yang terletak di Jl. Gunung Empat, RT.

21, No. 01, Kelurahan Margomulyo, Kecamatan Balikpapan Barat,

Kalimantan Timur.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, perumusan

masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah:

Apakah komunikasi orang tua berpengaruh terhadap karakter anak?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

Mengetahui pengaruh komunikasi orang tua terhadap karakter anak.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitan ini terbagi menjadi: pertama,

secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih keilmuan,

khususnya berkaitan dengan gambaran deskriptif tentang komunikasi orang tua

dengan anak dan pengaruhnya terhadap karakter anak. Kedua, secara praktis

22
Wikipedia. Diakses pada Rabu, 20 September 2023.
14

penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan acuan bagi orang tua

saat melakukan komunikasi dengan anak dan pengetahuan tentang karakter anak.

F. Penelitian Yang Relevan

Sebuah penelitian tidak terlepas dari penelitian sebelumnya yang relevan.

Begitu juga penelitian ini tidak terlepas dari penelitian sebelumnya yang saling

berkaitan. Penelusuran penelitian sebelumnya berfungsi untuk menggali

persamaan dan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan penulis

lakukan. Tujuannya untuk menghindari plagiasi dan meninjau reliabilitas teori

yang digunakan.

Berdasarkan penelusuran peneliti didapatkan penelitian sebelumnya yang

relevan sebagai berikut:

Artikel karya Anis Pusitaningtyas dengan judul Pengaruh Komunikasi

Orang Tua dan Guru terhadap Kreativitas Siswa yang terbit dalam Proceeding of

ICECRS, Vol. 1 tahun 2016. Artikel ini meneliti tentang peran orang tua di rumah

dan guru di sekolah bagi Pendidikan anak. Orang tua dan guru memiliki peran

penting bagi perkembangan kreativitas anak yang sangat berguna bagi

pengambangan potensi diri anak tersebut. Untuk memudahkan proses tersebut,

komnikasi yang baik antara orang tua dan guru dengan anak menjadi kunci utama.

Pola komunikasi yang dilakukan dapat terjadi satu arah atau dua arah. Hasil

penelitian Anis menunjukkan bahwa komunikasi yang baik akan menumbuhkan

sikap saling percaya antara orang tua dan guru. Persemaan penelitian Anis dengan

penelitian yang akan penulis lakukan adalah sama-sama ingin mengetahui

pengaruh komunikasi orang tua terhadap anak. Sedangkan perbedaan antara

keduanya adalah
15

penelitian penulis ingin mengetahui pengaruh komunikasi orang tua terhadap

karakter anak.

Artikel karya Yusri E. Siahaan dkk dengan judul Pengaruh Komunikasi

Orang Tua terhadap Perilaku Agresif Verbal Anak Usia 5- 6 Tahun yang terbit di

Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 5, No. 2, Tahun 2021.

Penelitian ini ingin mengetahui bentuk agresif verbal anak 5-6 tahun, bentuk

komunikasi orang tua anak yang cenderung berperilaku verbal, dan perbedaan

perilaku agresif verbal anak dilihat berdasarkan komunikasi orang tua pada anak.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; bentuk agresif verbal anak usia 5-6

tahun adalah respon anak dalam bentuk kata-kata kasar, bentuk komunikasi anak

yang cenderung berperilaku agresif verbal adalah komunikasi tidak terbuka.

Persamaan penelitian Yusri dkk dengan penelitian yang akan penulis lakukan

adalah sama- sama pengaruh komunikasi orang tua terhadap anak. Adapun

perbedaannya adalah penelitian Yusri fokus pada efek komunikasi terhadap

perilaku agresif verbal anak, sedangkan penulis fokus pada pengaruh komunikasi

terhadap karakter anak.

Artikel karya Oji Kurniadi dengan judul Pengaruh Komunikasi Keluarga

terhadap Prestasi Belajar Anak yang terbit di Jurnal Mediator (Jurnal

Komunikasi), Vol. 2, No. 2, Tahun 2001. Penelitian ini ingin mengetahui

pengaruh komunikasi keluarga terhadap prestasi belajar anak. Penelitian ini

dilakukan di SMU Kota Madya Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pengawasan dan komunikasi orang tua yang baik sevara langsung

menentukan prestasi belajar yang diraih anak. Sedangkan frekuensi komunikasi

tersebut tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Persamaan penelitian

Oti dengan penelitian yang akan penulis


16

lakukan terletak pada pengaruh komunikasi keluarga dengan anak. Adapun

perbedaannya adalah penulis ingin mengetahui pengaruh komunikasi orang tua

terhadap karakter anak.

Skripsi karya Hilmi Mufidah dengan judul Komunikasi antara Orang Tua

dengan Anak dan Pengaruhnya terhadap Perilaku Anak (Studi Kasus di SMP

Islam al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2008.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komunikasi

anatar orang tua dengan anak terhadap perilaku anak. Lokasi penelitian Hilmi

bertempat di SMP Islam al-Azhar 2 Pejaten, Jakarta Selatan. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara komunikasi orang tua

terhadap perilaku anak. Persamaan penelitian Hilmi dengan penelitian yang akan

penulis lakukan adalah ingin mengetahui pengaruh komunikasi orang tua dengan

anak. Sedangkan perbedaan antara keduanya adalah penelitian penulis ingin

mengtahui pengaruh komunikasi orang tua terhadap karakter anak.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini penulis bagi ke dalam lima bab yang terdiri

dari:

BAB I PENDAHULUAN yang berisi Latar Belakang Penelitian, Definisi

Operasional, Perumusan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Penelitian yang Relevan, dan Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS yang berisi Definisi

Komunikasi. Fungsi Komunikasi, Bentuk Komunikasi, Prinsip Komunikasi,


17

Indikator Komunikasi, Komunikasi Orang Tua dengan Anak, Definisi Karakter,

Faktor Pembentukan Karakter, Nilai-nilai Karakter, Kerangka Berpikir, Penelitian

yang Relevan, dan Hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN yang berisi Tempat dan Waktu

Penelitian, Desain Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik

Pengumpulan Data, Hipotesis Statistik, dan Teknik Analisis Data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN yang berisi Gambaran Umum

Lokasi Penelitian, Sejarah Singkat Berdirinya, Struktur Organisasi, Keadaan

Orang Tua dan Anak, Pengolahan Data, Analisis Data dan Interoretasi Data

BAB V PENUTUP yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Margomulyo, Kecamatan

Balikpapan Barat, Kalimantan Timur. Tepatnya di wilayah sekitar Masjid

Nursalikin Kelurahan Margomulyo, Kecamatan Balikpapan Barat. Adapun waktu

pelaksanaan penelitian ini adalah bulan Oktober – Desember tahun 2023.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian

korelasional. Metode penelitian kuantitatif menurut Sugiyono adalah yang data

penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik.1

Sedangkan menurut Creswell metode kuantitatif adalah metode untuk menguji

teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Variabel-variabel

ini diukur, sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis

berdasarkan prosedur-prosedur statistik.2 Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan kuesioner dan wawancara. Kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.3 Adapun

wawancara

1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RnD, (Bandung: Alfabeta, 2011),
7.
2
John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan
Campuran, Terj. Achmad Fawaid dan Rianayati Kusmini Pancasari, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2016), 5.
3
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,kualitatif,dan RnD,(Bandung : Alfabeta, 2021),14.
44
45

adalah teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti dan menggali informasi yang lebih mendalam dari responden. 4 Teknik

analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik. Hasil

analisis data akan disajikan secara deskriptif.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Definisi populasi menurut Arikunto adalah keseluruhan obyek penelitian. 5

Menurut Nazir yang dimaksud dengan populasi adalah sekumpulan dari individu

yang memiliki ciri khusus, kualitas, dan juga karakteristik yang dibutuhkan oleh

peneliti.6 Adapun Margono mendefinisikan populasi dengan keseluruhan data

yang menjadi pusat perhatian peneliti dan berada dalam lingkup ruang dan

waktunya.7 Dapat disimpulkan bahwa populasi adalah obyek penelitian yang

mengandung informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Populasi bukan berkaitan

dengan manusia, tetapi dengan data yang ingin digali.

Keluarga di Kelurahan Margomulyo, Kecamatan Balikpapan Barat,

Kalimantan Timur berjumlah 390 keluarga. Dalam penelitian ini yang menjadi

populasi penelitian adalah keluarga yang tinggal di sekitar Masjid Nursalikin,

yakni di wilayah di RT 21, RT 22, RT 23, RT 45, dan RT 47 yang total berjumlah

615 keluarga.

4
Ibid, 137.
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), 108.
6
Moh. Nazir, MetodePenelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), 271.
7
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 118.
46

Sedangkan sampel menurut Sudjana adalah sebagian dari populasi yang

dapat dijangkau dan memiliki karakteristik yang sama dengan populasi. 8 Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random

sampling, yakni pengambilan sampel secara acak yang bertujuan untuk

memudahkan perolehan data yang diambil dari lokasi penelitian. Adapun untuk

menentukan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin adalah rumus yang digunakan untuk

menghitung jumlah sampel minimal jika perilaku sebuah populasi belum

diketahui secara pasti. Jumlah sampel penelitian dengan rumus Slovin ditentukan

melalui nilai tingkat kesalahan, maksudnya adalah bahwa semakin besar tingkat

kesalahan yang digunakan, maka semakin kecil jumlah sampel yang diambil.

Rumus Slovin adalah sebagai berikut:

N
n=
1 + N e2

Keterangan:

n : Ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi
E : Persen Kelonggaran ketidak telitian karena
kesalahan Penarikan sampel yang masih dapat
ditolerir atau diinginkan, misalnya 10%.

Jumlah populasi yang ada berjumlah 615 keluarga yang tinggal di sekitar

Masjid Nursalikin Kelurahan Margomulyo. Jika tingkat kesalahan adalah 10%,

maka perhitungannya adalah sebagai berikut:

8
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2012), 85
47

615
n=
(1 + 615 x (0,10)2)

615
n=
1 + (615 x 0,01)

615
n=
1 + 6,15

615
n=
7,15

n = 86,013986

Berdasarkan perhitungan di atas, jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah 86,013986 dan dibulatkan menjadi 90 keluarga. Jumlah ini dianggap

representatif guna mendapatkan data yang mencerminkan kondisi populasi yang

ada. Pembagian jumlah sampel yang akan diambil datanya dapat dilihat dalam

tabel di bawah ini:

No. Wilayah Jumlah KK Sampel (KK)


1. RT 21 123 18
2. RT 22 148 18
3. RT 23 107 18
4. RT 45 107 18
5. RT 47 130 18
TOTAL 615 90
48

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

a. Definisi Konseptual

Menurut Mubarak definisi konseptual adalah definisi dari ahli

berupa teori. Teori adalah konsep yang dikemukakan oleh seorang pakar

dan telah dituliskannya sehingga terpublikasi secara luas. Secara

sistematis, teori dalam definisi konseptual harus diambil dari variabel

terikat (independen) dan variabel bebas (dependen).9 Menurut Sugiyono

variabel adalah suatu atribut, sifat ataupun nilai dari seseorang atau

obyek yang mempunyai variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh

peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya.10

Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu variabel

bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas

(independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menyebabkan perubahan pada variabel terikat (dependen). Variabel

bebas (independen atau X) dalam penelitian ini adalah komunikasi orang

tua dan anak. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya variabel bebas atau

independen.11 Variabel terikat (dependen atau Y) dalam penelitian ini

adalah karakter anak.

9
Zaki Mubarak, Penelitian Kuantitatif dan Statistik Pendidikan: Cara Praktis Meneliti
Berbasis Contoh Aplikatif dengan SPSS, (Tasikmalaya: CV. Pustaka Turats Press, 2021), 41.
10
Sugiyono, Metode Penelitian…….,38
11
Ibid, 39.
49

b. Definisi Operasional

Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada

karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinsikasn

atau menerjemahkan sebuah konsep variabel ke dalam instrumen

pengukuran.12 Definisi operasional variabel bertujuan untuk

memudahkan identifikasi hubungan antar variabel dan pengukurannya.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah

komunikasi orang tua dan anak, yakni proses transfer informasi dan

pesan antar individu dalam satu keluarga, di mana orang tua memiliki

tanggung jawab dalam mendidik anak dengan efek umpan balik secara

simultan. Menurut Mangkunegara ada empat indicator komunikasi,

yakni: Intensitas, Efektivitas, Tingkat Pemahaman, dan Kemudahan

Akses.

Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah karakter

anak, yakni kepribadian yang dimiliki seorang anak yang menunjukkan

nilai-nilai religius, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong

dalam sikap dan perbuatannya. Semakin tinggi skor yang diperoleh dari

skala karakter anak, maka semakin tinggi baik karakter anak. Begitu juga

sebaliknya.

c. Kisi-kisi Instrumen

Matriks kisi-kisi instrumen penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut:

12
Fausiah Nurlan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (t.tp.: CV. Pilar Nusantara, 2019), 32.
50

No.
No Variabel Indikator Jumlah
Item
A. Intensitas Komunikasi
Terjadi komunikasi antara orang tua
1
dan anak setiap hari
Orang tua menanyakan permasalahan
2 3
yang dihadapi anak
Adanya waktu luang untuk santai
3
bersama orang tua dan anak
B. Efektivitas Komunikasi
Anak merespon / menanggapi
dengan baik jika orang tua mengajak 4
berbicara
Orang tua merespon / menanggapi
dengan baik jika anak sedang 5 3
menceritakan permasalahannya
Komunikasi Orang tua memberi teguran /
orang tua nasehat, ketika anak berkata 6
dengan anak kurang baik terhadap siapa saja
1 sebagai C. Tingkat Pemahaman Pesan
variabel Orang tua selalu mencari
Independen kesepahaman apabila terjadi 7
(X) perbedaan pendapat dengan
anak
Anak mendengarkan / 3
memperhatikan saat orang tua 8
berbicara
Orang tua menjadi teman curhat
yang menyenangkan bagi anak 9
dan
keluarga di rumah
D. Kemudahan Akses
Terjadi komunikasi langsung / tatap
10
muka antara orang tua dan anak
Adanya alat komunikasi untuk
berbicara saat orang tua berjauhan 11 3
dengan anak
Anak mudah menghubungi orang tua
12
jika membutuhkan bantuan
A. Religius
Selalu melaksanakan shalat 5 waktu 13
Karakter Merasa terpaksa dalam
14
anak sebagai melaksanakan shalat 3
2 Anda bersabar dan ikhlas saat
variabel 15
dependen (Y) mendapat ujian/cobaan dari Allah
B. Nasionalis
Hafal Pancasila 16 3
51

Bangga terhadap budaya lokal 17


Setuju dengan tindakan kekerasan /
18
terorisme
C. Integritas
Anda bertanggung jawab terhadap
19
tugas yang diberikan kepada anda
Anda disiplin dalam segala hal 20 3
Anda menjadi contoh/teladan yang
21
baik bagi orang-orang di sekitar anda
D. Mandiri
Manghadapi masalah yang dihadapi 22
Percaya diri tampil di depan umum 23 3
Disiplin dalam setiap hal 24
E. Gotong Royong
Mampu bekerja sama dalam
25
kelompok
Memiliki empati pada teman / 3
26
saudara yang terkena musibah
Menolong orang lain saat dibutuhkan 27
Total 27 27

2. Uji Coba Instrumen Penelitian

a. Validitas Instrumen

Siregar mengatakan bahwa validitas atau kesahihan adalah

upaya untuk menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mampu

mengukur apa yang ingin diukur.13 Adapun Muhidin dan Abdurahman

mengemukakan bahwa suatu instrumen pengukuran dapat dikatakan

valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang

hendak diukur, apabila r hitung < r tabel maka instrumen dinyatakan

tidak valid dan apabila r hitung > r tabel maka instrumen dinyatakan

valid.14 Adapun

13
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif;Dilengkapi Dengan Perhitungan Manual
& SPSS, (Jakarta: Kencana, 2013), 25.
14
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur
dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), 37.
52

penghitungannya menggunakan SPSS 25. Nilai validitas dapat terlihat

dalam kolom Corrected Item-Total Correlation yang mana batasan

angka kesalahan (α) yaitu 0,05 (5%). Kriteria dalam pengujian menurut

Ghozali, yaitu dengan membandingkan antara r hitung dengan r tabel

yaitu :

1) Jika r hitung > r tabel (degree of freedom) maka instrumen

dianggap valid.

2) Jika r hitung < r tabel (degree of freedom), maka instrumen pada

penelitian tidak dianggap valid (drof), maka dari itu instrumen

tersebut tidak bisa dipakai untuk melakukan suatu penelitian

b. Reliabilitas Instrumen

Menurut Muhidin dan Abdurahman suatu instrumen pengukuran

dapat dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten, cermat, dan

akurat. Maka melakukan uji reliabilitas instrumen memiliki tujuan

untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur,

sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.15 Hasil pengukuran

dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan

pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang

relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang

belum berubah, untuk menguji reliabilitas dalam penelitia ini dihitung

melalui bantuan SPSS

15
Ibid.
53

25 dengan menggunakan rumus Alpha cornbach. Suatu variabel

dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha cornbach > 0.60.

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas Distribusi

Nilai residual yang dihasilkan dan regresi terdistribusi secara

normal atau tidak. Untuk mengetahui sebaran tiap variabel normal atau

tidak, rumus yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah rumus

Kolmogorov Smirnov. Data dikatakan normal apabila nilai dari

probabilitas dalam IBS Statistik SPPS 25 lebih besar dari 0,05.

Sehingga jika harga Kolmogorov Smirnov hasil untuk masing-masing

variabel lebih besar dari 0,05 maka berarti sebaran datanya normal.

Sedangkan jika kurang dari 0,05 maka distribusi datanya tidak normal.

b. Uji Linieritas

Dalam suatu penelitian, agar dapat diketahui apakah variabel-

variabel dari penelitian tersebut terdapat suatu hubungan yang linier

atau tidak signifikan maka peneliti melakukan uji linearitas. Menurut

Ghozali uji liniearitas memiliki tujuan agar dapat mengetahui apakah

variabel- variabel itu terdapat hubungan yang linear ataupun tidak

secara signifikan. Pengujian ini dapat digunakan agar dapat mengetahui

apakah data yang dipakai benar ataupun salah.16 Peneliti menggunakan

bantuan

16
Imam Ghozali, Desain Penelitian Kuantitatif Kualitatif: Untuk Akuntansi Bisnis,Dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Semarang: Yoga Pratama, 2016), 47
54

IBM SPSS 25 untuk mengetahui apakah kedua variabel mempunyai

hubungan yang linear atau tidak. Hubungan antar variabel dikatakan

linear apabila nilai Deviation from Linearity sig > 0,05.

c. Uji Multikolineritas

Uji multikolinieritas merupakan pengujian untuk mengetahui

ada atau tidaknya korelasi yang signifikan antara variabel independen

dari model dan diteliti. Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas.

Menurut Ghozali uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

independen. Model regresi yang baik semestinya tidak terjadi korelasi

diantara variabel independen. Cara mendeteksi ada tidaknya

multikolonieritas yaitu dengan cara memperhatikan angka Variance

Inflation Factor (VIF) dan Tolerance.17 Dikatakan terjadi dan tidaknya

multikolinientas dapat diketahui sebagai berikut:

1) Nilai tolerance adalah besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan

secara statistik (a), jika nilai tolerance lebih kecil atau sama dengan

0,010 maka terjadi multikolinearitas, dan jika didapat nilai

tolerance lebih besar dari 0,010 maka tidak terjadi

multikolinearitas.

17
Ibid.
55

2) Nilai variance inflation factor (VIF) jika nilai VIF lebih besar dari

10,00 maka terjadi multikolinearitas, dan jika didapat nilai VIF

lebih kecil dari 10,00 maka tidak terjadi multikolinearitas.

d. Uji Heterokesdastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah pengujian asumsi residual dengan

varian tidak konstan. Modal regresi yang baik apabila varian dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap atau homogeny,

metode yang digunakan untuk mendeteksi heteros kedasitisitas adalah

dengan uji glejser dengan probabilitas signifikannya diatas tingkat

kepercayaan α = 5% atau 0,5.

2. Uji Hipotesis

a. Uji Regresi Linier Sederhana

Regresi linear adalah teknik analisis data yang memprediksi

nilai data yang tidak diketahui dengan menggunakan nilai data lain

yang terkait dan diketahui. Secara matematis memodelkan variabel

yang tidak diketahui atau tergantung dan variabel yang dikenal atau

independen sebagai persamaan linier. Misalnya, anggaplah seseorang

memiliki data tentang pengeluaran dan pendapatan untuk tahun lalu.

Teknik regresi linier menganalisis data ini dan menentukan bahwa

pengeluaran tersebut adalah setengah dari penghasilannya. Kemudian

menghitung biaya masa depan yang tidak diketahui dengan mengurangi

separuh pendapatan yang diketahui di masa depan. Regresi linier

sederhana didefinisikan oleh fungsi linier:


56

Y= β0 x X + β1 + ε

b. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koeefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

varibele- variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel- variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen. Namun, kelemahan mendasar penggunaan koefisien

determinasi adalah terhadap jumlah variabel independen maka R2 pasti

meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti

menganjurkan untuk mengunakan nilai Adjusted R2 pada saat

mengevaluasi model regresi terbaik.

c. Uji T

Uji T dilakukan untuk mengetahui pengaruh parsial terhadap

variabel independen dan dependen, dengan membandingkan antara

Thitung dengan T table dengan taraf 5% atau 0,05. Adapun kriteria

pengambilan keputusannya sebagai berikut:


57

1) T hitung > T table, maka hipotesis diterima artinya ada pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen.

2) F hitung < F tabel. Maka hipotesis ditolakartinya tidak ada

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Membandingkan besarnya angka taraf signifikan pada penelitian

dengan taraf signifikannya yaitu 0,05, dengan ketentuan:

3) Jika nilai signifikan > 0,05 maka variabel independen tidak

mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.

4) Jika nilai signifikan < 0,05 maka variabel independen

mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen

d. Uji F

Uji F dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat signifikansi

pengaruh variabel-variabel independent secara bersama-sama

(simultan) terhadap variabel dependen dilakukan dengan cara

membandingkan antara F hitung dengan F table dengan taraf 5% atau

0,05. Adapun kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut:

1) F hitung > F tabel, maka hipotesis diterima artinya ada pengaruh

nyata variabel Komunikasi Orang Tua dan Anak terhadap

Karakter Anak.

2) F hitung < Ftabel. Maka hipotesis ditolak artinya tidak ada

pengaruh nyata variabel komunikasi Orang Tua dan Anak

terhadap Karakter Anak.


58

Membandingkan besarnya angka taraf signifikan pada penelitian

dengan taraf signifikannya yaitu 0,05, dengan ketentuan:

1) Jika signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima artinya ada

pengaruh variabel Komunikasi Orang Tua dan Anak terhadap

Karakter Anak.

2) Jika signifikansi > 0,05, maka hipotesis ditolak artinya tidak ada

pengaruh variabel Komunikasi Orang Tua dan Anak terhadap

Karakter Anak.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Kelurahan Margomulyo, Kecamatan

Balikpapan Barat, Kalimantan Timur. Adapun tepatnya di sekitar Masjid

Nursalikin Margomulyo. Masjid Nursalikin Margomulyo terletak di Jl. Gunung

Empat, RT. 21, No. 01, Kelurahan Margomulyo. Wilayah yang termasuk dalam

radius Masjid Nursalikin adalah RT 21, RT 02, RT 23, RT 45, dan RT 47. Total

jumlah Kepala Keluarga yang mencakup 5 wilayah tersebut adalah 615 KK.

Adapun data sebaran KK di tiap RT dijelaskan secara terperinci sebagaimana tabel

di bawah ini:

No. Wilayah Jumlah KK Sampel (KK)

1. RT 21 123 18

2. RT 22 148 18

3. RT 23 107 18

4. RT 45 107 18

5. RT 47 130 18

TOTAL 615 90

B. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah diolah dengan bantuan

program Software Statistical Product and Service Solution (SPSS versi 20.0 for

Windows), didapatkan beberapa hasil analisis, yakni: Analisis Statistik Deskriptif,

Uji Asumsi Klasik, Uji Hipotesis.

Sedangkan responden dalam penelitian ini diidentifikasi berdasarkan

beberapa karakteristik, yakni: Jenis Kelamin, Usia, Pekerjaan, Pendidikan

Terakhir,
59
60

Jumlah Anak, dan Pendidikan Anak.

1. Deskripsi Karakteristik Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.1
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

NO JENIS KELAMIN JUMLAH PERSENTASE


1 Laki-laki 36 40%
2 Perempuan 54 60%
Total 90 100%

Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden berjenis kelamin laki-laki

berjumlah 36 orang (40%) dan responden berjenis kelamin peremuan

berjumlah 54 (60%). Dengan demikian responden berjenis perempuan, dalam

hal ini adalah seorang ibu lebih banyak daripada responden berjenis kelamin

laki-laki, yakni seorang ayah. Bisa diasumsikan bahwa sosok seorang ibu

adalah orang tua yang paling dekat dengan anak, sehingga seorang anak tidak

ragu dan lebih nyaman jika berkomunikasi dengan ibu daripada ayah.

2. Deskripsi Karakteristik Usia Responden

Tabel 4.2
Komposisi Responden Berdasarkan Rentang Usia

NO RENTANG UMUR JUMLAH PERSENTASE


1 31 – 40 tahun 30 33%
2 41 – 50 tahun 36 40%
3 51 – 60 tahun 24 27%
Total 90 100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden yang

berusia 31 – 40 tahun berjumlah 30 orang (33%), usia 41 – 50 tahun

berjumlah

36 orang (40%), usia 51 – 60 tahun 24 orang (27%). Usia yang dominan dalam

tabel tersebut adalah di 40 tahhun ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa orang
61

tua memiliki kedewasaan yang matang. Kedewasaan seseorang sangat

berpengaruh terhadap pola piker dan ketenangan dalam bertindak. Tentunya

hal tersebut akan sangat bermanfaat untuk memberikan nasihat dann mottivasi

kepada anak.

3. Deskripsi Karakteristik Pekerjaan Responden

Table 4.3
Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan

NO PEKERJAAN JUMLAH PERSENTASE


1 ASN 27 30%
2 Karyawan Swasta 20 22%
3 Wiraswasta 18 20%
4 Ibu Rumah Tangga 25 28%
Total 90 100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang

pekerjaanya sebagai ASN berjumlah 27 orang (30%), Karyawan Swasta

berjumlah 20 orang (22%), Wiraswasta berjumlah 18 orang (20%), Ibu

Rumah Tangga 25 orang (28%). Karakteristik pekerjaan responden

berpengaruh terhadap intensitas komunikasi orang tua dengan anak. Dengan

demikian responden yang pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga memiliki

intensitas pertemuan yang tinggi dengan anak.

4. Deskripsi Karakteristik Pendidikan Terakhir Responden

Table 4.4
Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

NO PEKERJAAN JUMLAH PERSENTASE


1 S2 3 3%
2 S1 35 39%
3 Diploma 25 28%
4 SLTA 27 30%
62

Total 90 100%

Berdasarkan tabel di atas bahwa responden yang Pendidikan

terakhirnya S2 berjumlah 3 orang (3%), S1 berjumlah 35 orang (39%),

Diploma

berjumlah 25 orang (28%), dan SLTA berjumlah 27 orang (30%). Dengan

demikian dominan Pendidikan Terakhir para responden sebagai orang tua

adalah S1. Pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap pembentukan

karakter anak, terutama peran Pendidikan di rumah.

C. Analalisis Data Penelitian

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini berdasarkan pada

presentase dari tiap variabel dengan menggunakan teknik pengkategorian,

hal ini dikarenakan pendekatan ini menggunakan pendekatan kuantitatif

yang mana diperlukan data nominal dalam mendeskripsikan variabel

sehingga dapat mengetahui rata-rata (mean) dan modus suatu data.

a. Deskripsi Komunikasi Orang Tua dengan Anak

Berdasarkan hasil dari jawaban responden sejumlah 90

responden dari pengisian kuesioner pada item pernyataan tentang

Variabel Komunikasi Orang Tua dengan Anak didapatkan hasil dari

jawaban kuesioner tiap indikator variabel oleh responden yang

dinyatakan pada tabel berikut:


63

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Komunikasi Orang Tua dengan Anak (X)

Skor Jawaban Responden


5 4 3 2 1 Rata-rata
Item Pernyataan
Indikator
F % F % F % F % F %
Intensitas Komunikasi (X.1)
Terjadi
komunikasi antara
58 64,4 32 35,6 0 0 0 0 0 0 4,64
orang tua dan
anak setiap hari
Orang tua
menanyakan
permasalahan 59 65,6 31 34,4 0 0 0 0 0 0 4,66
yang dihadapi
anak
Adanya waktu
luang untuk santai
62 68,9 28 31,1 0 0 0 0 0 0 4,69
bersama orang tua
dan anak
Rata-rata Indikator Intensitas Komunikasi (X.1) 4,66
Efektivitas Komunikasi (X.2)
Anak merespon /
menanggapi
dengan baik jika
59 65,6 31 34,4 0 0 0 0 0 0 4,65
orang tua
mengajak
berbicara
Orang tua
merespon /
menanggapi
dengan baik jika 63 70,0 27 30,0 0 0 0 0 0 0 4,7
anak sedang
menceritakan
permasalahannya
Orang tua
memberi teguran /
nasehat, ketika
63 70,0 27 30,0 0 0 0 0 0 0 4,7
anak berkata
kurang baik
terhadap siapa saja
Rata-rata Indikator Efektivitas Komunikasi (X.2) 4,68
Tingkat Pemahaman Pesan (X.3)
Orang tua selalu
63 70,0 27 30,0 0 0 0 0 0 0 4,7
mencari
64

kesepahaman
apabila terjadi
perbedaan
pendapat dengan
anak
Anak
mendengarkan /
memperhatikan 65 72,2 25 27,8 0 0 0 0 0 0 4,72
saat orang tua
berbicara
Orang tua menjadi
teman curhat yang
menyenangkan 66 73,3 24 26,7 0 0 0 0 0 0 4,73
bagi anak dan
keluarga di rumah
Rata-rata Indikator Tingkat Pemahaman Pesan (X.3) 4,71
Kemudahan Akses (X.4)
Terjadi
komunikasi
langsung / tatap 69 76,7 21 23,3 0 0 0 0 0 0 4,76
muka antara orang
tua dan anak
Adanya alat
komunikasi untuk
berbicara saat
72 80,0 18 20,0 0 0 0 0 0 0 4,8
orang tua
berjauhan dengan
anak
Anak mudah
menghubungi
orang tua jika 64 71,1 26 28,9 0 0 0 0 0 0 4,71
membutuhkan
bantuan
Rata-rata Indikator Kemudahan Akses (X.4) 4,75
Rata-rata Variabel Komunikasi Orang Tua dengan Anak (X) 4,7

b. Deskripsi Data Karakter Anak

Berdasarkan hasil dari jawaban responden sejumlah 90

responden dari pengisian kuesioner pada item pernyataan tentang

Variabel Karakter Anak didapatkan hasil dari jawaban kuesioner tiap

indikator variabel oleh responden yang dinyatakan pada tabel berikut:


65

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Variabel Karakter Anak (Y)

Skor Jawaban Responden


Item 5 4 3 2 1 Rata-rata
Pernyataan Indikator
F % F % F % F % F %
Religius (Y.1)
Selalu
melaksanakan 63 70,0 27 30,0 0 0 0 0 0 0 4,7
shalat 5 waktu
Merasa
terpaksa dalam
56 62,2 34 37,8 0 0 0 0 0 0 4,62
melaksanakan
shalat
Anda bersabar
dan ikhlas saat
mendapat 63 70,0 27 30,0 0 0 0 0 0 0 4,7
ujian/cobaan
dari Allah
Rata-rata Indikator Religius (Y.1) 4,67
Nasionalis (Y.2)
Hafal
68 75,6 22 24,4 0 0 0 0 0 0 4,75
Pancasila
Setuju dengan
tindakan
2 2,2 18 20,0 61 67,8 9 10,0 0 0 3,14
kekerasan /
terorisme
Orang tua
memberi
teguran /
nasehat, ketika
4 4,4 25 27,8 54 60,0 7 7,8 0 0 3,28
anak berkata
kurang baik
terhadap siapa
saja
Rata-rata Indikator Nasionalis (Y.2) 3,72
Tingkat Integritas (Y.3)
Anda
bertanggung
jawab terhadap
4 4,4 21 23,3 50 55,6 15 16,7 0 0 3,15
tugas yang
diberikan
kepada anda
Anda disiplin
4 4,4 24 36,7 49 54,4 13 14,4 0 0 3,21
dalam segala
66

hal
Anda menjadi
contoh/teladan
yang baik bagi 3 3,3 17 18,9 60 66,7 10 11,1 0 0 3,14
orang-orang di
sekitar anda
Rata-rata Indikator Integritas (Y.3) 3,16
Mandiri (Y.4)
Manghadapi
masalah yang 4 4,4 17 18,9 64 71,1 5 5,6 0 0 3,22
dihadapi
Percaya diri
tampil di depan 5 5,6 14 15,6 62 68,9 9 10,0 0 0 3,16
umum
Disiplin dalam
4 4,4 20 22,2 59 65,6 7 7,8 0 0 3,23
setiap hal
Rata-rata Indikator Mandiri (Y.4) 3,20
Gotong Royong (Y.5)
Mampu
bekerja sama
2 2,2 23 25,6 61 67,8 4 4,4 0 0 3,25
dalam
kelompok
Memiliki
empati pada
teman /
2 2,2 21 23,3 61 67,8 6 6,7 0 0 3,21
saudara yang
terkena
musibah
Menolong
orang lain saat 2 2,2 21 23,3 61 67,8 6 6,7 0 0 3,21
dibutuhkan
Rata-rata Indikator I Gotong Royong (Y.5) 3,22
Rata-rata Variabel Karakter Anak (Y) 3,59
2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data variabel

independent dengan variabel dependen memiliki hubungan yang

normal atau tidak dengan menggunakan rumus e Kolmogorov Smirnov

dengan IBM SPSS 25. Berdasarkan pada kaidah yang bisa

digunakan untuk
67

mengetahui apakah normal atau tidak suatu sebaran yaitu jika p > 0.05

maka sebaran tersebut akan dikatakan normal begitupun sebaliknya

jika p < 0.05 sebaran itu dapat dinyatakan tidak normal. Hal tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual

N 90
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 5,63615929
Most Extreme Differences Absolute ,143
Positive ,143
Negative -,083
Test Statistic ,143
Asymp. Sig. (2-tailed) ,098c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan metode

Kolmogorov Smirnov diketahui nilai signifikansi dari uji normalitas

adalah 0,98 lebih besar dari 0,05 (0,98 > 0,05), sehingga dapat disimpulkan

bahwa uji tes normalitas pada penelitian ini dinyatakan memiliki distribusi

yang normal.
68

b. Uji Linieritas

Tabel 4.8
Hasil Uji Linieritas

Variabel Deviation From Linnierity Keterangan

(X).(Y) 205,761 Linier

Berdasarkan hasil uji linieritas di atas, diketahui bahwa nilai sig

Deviation from Lineariry dari kedua variabel lebih besar dari pada

0,05. Maka dari itu terdapat hubungan yang linier dari variabel

komunikasi orang tua dengan anak (X) terhadap karakter anak (Y).

c. Heteroskadastisitas

Tabel 4.9
Hasil Uji Heteroskadastisitas

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coeficients

Model B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) -4..062 4.011 -1.013 .314
Komunikasi
Orang Tua
-.064 .052 -.154 -1.237 .219
dengan
Anak

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas menggunakan uji

glejser di atas, diketahui hasil signifikansi dari variabel X (Komunikasi

Orang Tua dengan Anak) menunjukkan sebesar 0,219 di atas nilai

standar signifikansi 0,05 = ( 0,219 > 0,05), maka bisa disimpulkan

bahwasanya tidak terjadinya masalah heteroskedastisitas.


69

d. Multikolinieritas

Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Tolerance VIF Keterangan

X 0,724 1,381 Non Multikolinieritas

Berdasarkan hasil uji multikolinieritas, variabel X (Komunikasi

Orang Tua dengan Anak) menunjukkan bahwa nilai VIF 1,381 di

mana nilai tersebut lebih kecil dari 10 (1,381 < 10,00), dan

menunjukkan bahwa nilai Tolerance 0,724 di mana nilai tersebut lebih

besar dari 0,1000 (0,724 > 0,1000), sehingga dapat disimpulkan

bahwas bebas dari multikolinieritas.

3. Uji Hipotesis

a. Uji Linier Sederhana

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis

regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan IBM SPSS

Statistik versi 25. Regresi linier berganda berfungsi untuk mengetahui

pengaruh hubungan antara satu variabel bebas (Komunikasi Orang Tua

dengan Anak) atau lebih dengan variabel terikat (Karakter Anak).

Tabel 4.11
Hasil Analisis Uji Linier Sederhana

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Beta
Model B Std. Error t Sig.
1 (Constant) 53,018 2,883 18,388 ,000
70

TOTALY ,064 ,053 ,128 1,206 ,231


a. Dependent Variable: Total

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas dapat dilihat

persamaan regresi pengaruh Komunikasi Orang Tua (X) sebesar 0,064,

dengan nilai konstanta sebesar 53,018 sehingga persamaan dari regresi

dapat dilihat sebagai berikut: Karakter Anak = 53,018 + 0,064 + e.

Berdasarkan nilai koefisien-koefisien dari hasil perumusan

regresi linier berganda dapat dijelaskan oleh peneliti sebagai berikut:

1) Konstanta (a) = 53,018 hal ini berarti harga konstan, jika variabel

Komunikasi Orang Tua dengan Anak (X) = 0, maka Karakter

Anak

= 53,018

2) Nilai koefisien regresi Komunikasi ùorang Tua dengan Anak (X)

= 0,064. Artinya apabila setiap peningkatan Komunikasi Orang

Tua dengan Anak (1) sebesar 1%, maka keputusan memilih juga

naik sebesar 0,064. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel

Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang dilakukan

berkontribusi positif bagi Karakter Anak.

b. Uji Koefisien Determinasi

Untuk melihat pengaruh Komunikasi Orang Tua dengan Anak

terhadap Karakter Anak, yang dapat dilihat dari perhitungan

menggunakan model summary dengan menggunakan SPSS 25, khusus

pada angka R Square (R2) di bawah ini:


71

Tabel 4.12
Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,128a ,016 ,005 5,66809
a. Predictors: (Constant), TotalX
b. Dependent Variable: totally

Besarnya angka dari R Square (R2) yaitu 0,016 ini bisa dilihat

pada tabel 4.12 Model summary. Angka tersebut dapat digunakan

untuk melihat besarnya pengaruh komunikasi orang tua dengan anak

terhadap karakter anak yaitu 0,016 (44,5%), sedangkan sisanya 55,5%

dipengaruhi dari variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

c. Uji T

Agar dapat diketahui besarnya pengaruh dari Komunikasi

Orang Tua dengan Anak terhadap Karakter Anak secara sendiri-sendiri

(parsial) bisa menggunakan uji-t, agar bisa diketahui seberapa besar

pengaruh variabelnya dengan tingkat kesalahan 5% (0,05). Uji ini

dilakukan dengan melihat pada kolom signifikansi dari masing-masing

variabel bebas dengan taraf singnifikansi > 0,05. Uji yang dilakukan

bisa dilihat pada tabel berikut:


72

Tabel 4.13
Hasil Uji T (parsial)

Coefficientsa
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Beta
Model B Std. Error t Sig.
1 (Constant) 53,018 2,883 18,388 ,000
TOTALY ,064 ,053 ,128 1,206 ,231
a. Dependent Variable: Total

1) Pengaruh Komunikasi Orang Tua dengan Anak terhadap Karakter

Anak dilihat dari tabel 4. di peroleh thitung sebesar 1,206 , untuk

taraf signifikansi menggunakan 0,15 dan jumlah sampel 90, dan

nilai ttabel = (a/2: n-k1 = (0,10/2: 90-1-1) = (0,025:88)= 1,989

2) Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka pada thitung 2,442>

ttabel sebesar 1,989, serta nilai signifikansi 0,010 < 0,05, artinya ada

pengaruh yang signifikan dari komunikasi orang tua dengan anak

terhadap karakter anak, adapun besarnya pengaruh komunikasi

orang tua dengan anak terhadap karakter anak yaitu sebesar 0,208

atau 20,8%.

d. Uji F

Agar dapat diketahui apakah model summary di atas sudah

benar ataupun salah, dibutuhkan uji hipotesis (Uji F). Uji hipotesis

menggunakan angka F sebagaimana yang tertera di dalam tabel hasil

dari SPSS 25 berikut :


73

Tabel 4.14
Hasil Uji F

ANOVAa
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 11,786 1 11,786 1,455 ,231b
Residual 712,670 88 8,099
Total 724,456 89
a. Dependent Variable: Total
b. Predictors: (Constant), TOTALY

Adapun perhitungan pada pengujian ini, dilakukan

menggunakan 2 cara. Pertama, dengan cara membandingkan pada

besarnya angka Fhitung dengan Ftabel. Kedua, dengan cara

membandingkan angka pada taraf signifikansi (sig) hasil perhitungan

penelitian dengan taraf signifikansi 0,10 (10%).

1) Membandingkan besarnya angka Fhitung dengan Ftabel dapat

dilihat Fhitung dari SPSS sebesar 22,220, dengan melihat Ftabell

= k; n-k = (2; 87-2) = (2;85) sehingga diperoleh angka sebesar

2,32 dengan tingkat kesalahan 5%. Dari hasil perhitungan tersebut

telah ditemukan bahwa Fhitung sebesar 22.220 > F tabel sebesar 2,32

sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh secara

simultan yang positif antara komunikasi orang tua dengan anak

oleh sebab itu, uji koefisien determinasi di atas sudah layak dan

juga benar bahwasanya besar pengaruhnya adalah 44,5% dan

55,5% dipengaruhi dari variabel lain di luar dari variabel yang

diteliti.

2) Taraf signifikansi hasil hitung penelitian dengan taraf signifikansi

sebesar 0,05. Berdasarkan pada hasil hitungan di atas yang


74

menunjukkan bahwa angka apda signifikansi sebesar 0,000 <

0,005 maka ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan dari komunikasi orang tua dengan anak terhadap

karakter anak.

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi orang tua

dengan anak terhadap karakter anak di sekitar Masjid Nursalikin Margomulyo.

Pada pelaksanaannya seluruh proses penelitian berjalan dengan baik dan sesuai

dengan rencana serta rancangan yang peneliti telah buat. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan memperhatikan instrumen

penelitian, pengamatan lapangan baik data terkait penelitian yang dilakukan,

selanjutnya peneliti melaksanakan pengujian pada tiap variabel agar dapat

diketahui ketepatan hasil pengujian pada tiap data yang dilakukan oleh peneliti.

Berdasarkan uji hipotesis hasil penelitian ini menunjukan bahwa

komunikasi orang tua terhadap anak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

karakter anak di wilayah sekitar Masjid Nursalikin Margomulyo. Hal ini dibuktikan

dengan melihat nilai signifikansi pada uji regresi berganda yang lebih kecil dari

taraf signifikansi 0,05 yaitu 0,010 dan nilai thitung lebih besar dari t hitung, yaitu

2,442 > ttabel sebesar 1,989.

Harold D. Lasswell mengartikan komunikasi sebagai proses penyampaian

pesan dari komunikator kepada komunikan yang tujuannya adalah untuk

memberikann efek atau pengaruh.1 Maka dari teori Hasil penelitian tersebut

1
Zachary S. Sapienza, Narayanan Iyer, dan Aaron S. Veenstra, Reading Lasswell’s Model
of Communication Backward: Three Scholarly Misconceptions, Mass Communication and
Society, Vol. 18, Tahun 2015, 602
75

menunjukkan bahwa komunikasi orang tua yang baik dapat mempengaruhi

karakter anak. Dengan demikian dapat difahami bahwasanya karakter anak dapat

diengaruhi oleh komunikasi yang dibangun oleh orang tua. Jika komunikasi orang

tua dengan anak berjalan dengan baik dan intens maka karakter anak akan semakin

baik. Sebaliknya jika komunikasi orang tua dengan anak tidak berjalan baik dann

intensitasnya rendah maka akan berpengaruh buruk terhadap karakter anak.

Komunikasi yang baik yang dibangun oleh orang tua dengan intensitas yang tinggi

akan membentuk karakter anak menjadi lebih baik. Berkaitan dengan hal tersebut

bahwa komunikasi orang tua dengan anak memiliki 4 indikator yakni: Intensitas

Komunikasi, Efektivitas Komunikasi, Tingkat Pemahaman Pesan, dan Kemudahan

Akses. Dari empat indikator tersebut ditemukan hasil dengan indikator dengan

nilai rata-rata tertinggi yaitu intensitas komunikasi dengan nilai rata-rata sebesar

3,54%, yang mana indikator ini didefiniskan sebagai nilai dari sebuah komunikasi

yang mampu memberikan kontribusi positif sehingga mampu membentuk karakter

anak menjadi lebih baik.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data pengaruh komunikasi orang tua terhadap

karakter anak di lingkungan Sekitar Masjid Nursalikin, Kelurahan Margomulyo,

Kecamatan Balikpapan Barat, Kalimantan Timur bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan secara parsial dari komunikasi orang tua terhadap karakter anak. Ini berarti

intensitas komunikasi yang semakin tinggi antara orang tua dengan anak maka

karakter anak tersebut akan semakin baik. Adapun besar pengaruhnya adalah 44,5%

dan sisanya, yakni 55,5% dipengaruhi dari variabel lain di luar dari variabel

penelitian ini.

B. Saran

Saran yang peneliti ajukan untuk pihak orang tua adalah untuk terus

memperhatikan perkembangan anak dan mengajak berkomunikasi secara intens.

Adakalanya seorang anak malu atau takut untuk menyampaikan sesuatu pada orang

tua karena khawatir jika orang tua akan marah. Oleh sebab itu orang tua harus aktif

mengajak komunikasi dan mencoba mengendalikan emosi saat berkomunikasi.

Tujuannya agar anak berani mengungkap dan menyampaikan yang ada dalam hati

dan pikirannya kepada orang tua.

76
77

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah. 1973. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental. (Jakarta:


Gunung Agung

Sobur,Alex. 1986. Anak Masa Depan. (Bandung: Angkasa,)

Sobur, Alex. 1988. Pembinaan Anak Dalam Keluarga. cet. ke-2. (Jakarta: BPK
Gunung Mulia)

Arifin, H. M. 1978. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di


Lingkungan Sekolah dan Keluarga. cet. ke-4. (Jakarta: Bulan Bintang).

Balson, Maurice. 1996. Bagaimana Menjadi Orang Tua yang Baik. cet. ke-2
(Jakarta: Bumi Askara).

KBBI Online. Diakses pada Rabu, 20 September 2023.

W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet. ke-16, (Jakarta:


Balai Pustaka, 1999)

Hugiono dan Poerwantana, Pengantar Ilmu Sejarah, (Jakarta: PT Bina Aksara,


2000)

Babadu, J.S. dan Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2001)

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Depok: Yayasan Penerbit Universitas


Indonesia, 2000)

Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


cet. ke-1, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988)

Agus M. Hardjana, Ilmu Komunikasi, (Bandung: PT, Remaja Rosdakarya,


2016)

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, (Remaja


Rosdakarya, 1990)

Andrew E. Sikula, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Erlangga,


2011)
78

KBBI Online. Diakses pada Rabu, 20 September 2023.

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap,


(Surabaya: Pustaka Progresif, 1997)

A. H. Hasanuddin, Cakrawala Kuliah Agama, (Surabaya: t.p., 1984)

KBBI Online. Diakses pada Rabu, 20 September 2023.

Maemonah, Implementasi Pendidikan Karakter di Madrasah/Sekolah, Al-


Bidayah: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, Vol. 7, No. 1, Tahun 2015

Muchlas Samami, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2016)

Wikipedia. Diakses pada Rabu, 20 September 2023.

Alo Liliweri, Komunikasi Antar Personal, (Jakarta: Prenada Media, 2017)

Andrew E. Sikula, Komunikasi Bisnis, (Surakarta: Erlangga, 2017)

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT.


Rosdakarya, 2017)

Zachary S. Sapienza, Narayanan Iyer, dan Aaron S. Veenstra, Reading


Lasswell’s Model of Communication Backward: Three Scholarly Misconceptions,
Mass Communication and Society, Vol. 18, Tahun 2015

Ulfa Rahmawati, Pengertian dan Fungsi Komunikasi,

Lutfi Basit, Fungsi Komunikasi, Al-Hikmah Media Dakwah Komunikasi Sosial


dan Kebudayaan, Vol. 9, No. 2, Tahun 2018,

H. A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: PT Bumi


Aksara, 2000)

Lukas Dwiantara, Komunikasi Bisnis: Peran Komunikasi Interpersonal dalam


Aktivitas Bisinis, (Yogyakarta, CAPS, 2013)

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT.


Rosdakarya,2017),
79

Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 1993),

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT.


Rosdakarya, 2017),

Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,


Cet. Ke-10, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011)

Sutardji, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Edisi


Pertama, (Yogyakarta: Dee Publish, 2016)
Indriyati, Hubungan Antara Komunikasi Orang Tua dan Anak dengan Rasa
Percaya Diri Remaja Putri Awal (Penelitian pada SMP Negeri 3 Salatiga Tahun
2006), (Skripsi: Universitas Negeri Semarang, 2007)

Suhendy, Komunikasi Orang Tua & Anak dalam Kesantunan, (t.tp.: Kencana
Indah, 2001)

Samrin, Pendidikan Karakter (Sebuah Pendekatan Nilai), Jurnal al-Ta’dib, Vol.


9, No. 1, Tahun 2016

KBBI Online. Diakses pada Rabu, 20 September 2023.

Maemonah, Implementasi Pendidikan Karakter di Madrasah/Sekolah, Al-


Bidayah: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, Vol. 7, No. 1, Tahun 2015

Muchlas Samami, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2016)

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung:


Alfabeta, 2014)

Novan ardy Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter di SD, (Jogjakarta: Ar


Ruzz Media, 2013)

Ali Miftakhu Rosyad, Implementasi Pendidikan Karakter melalui Kegiatan


Pembelajaran di Lingkungan Sekolah, Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen
Pendidikan, Vol. 5, No. 2, 2019

Ajat Sudrajat, Mengapa pendidikan karakter?, Jurnal Pendidikan Karakter, Vol.


1, No. 1, 2011
80

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung:


Alfabeta, 2014),

https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/pendidikan-karakter-pengertian-nilai-
dan- implementasinya. Diakses pada Senin, 16 Oktober 2023.

Mardiah Baginda, Nilai-nilai Pendidikan Berbasis Karakter pada Pendidikan


Dasar dan Menengah, https://media.neliti.com/media/publications/273937-nilai-nilai-
pendidikan-berbasis-karakter-3a279cc1.pdf. Diakses pada Senin, 16 Oktober 2023.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RnD, (Bandung:


Alfabeta, 2011)

John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif,


dan Campuran, Terj. Achmad Fawaid dan Rianayati Kusmini Pancasari, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2016)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:


Rineka Cipta, 2002)

Moh. Nazir, MetodePenelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009)

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),

Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung:


Sinar Baru Algensindo, 2012)

Zaki Mubarak, Penelitian Kuantitatif dan Statistik Pendidikan: Cara Praktis


Meneliti Berbasis Contoh Aplikatif dengan SPSS, (Tasikmalaya: CV. Pustaka Turats
Press,2021),
81

Fausiah Nurlan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (t.tp.: CV. Pilar Nusantara,


2019).

Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif;Dilengkapi Dengan Perhitungan


Manual & SPSS, (Jakarta: Kencana, 2013)

Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi, dan
Jalur dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2007)

Imam Ghozali, Desain Penelitian Kuantitatif Kualitatif: Untuk Akuntansi


Bisnis,Dan Ilmu Sosial Lainnya, (Semarang: Yoga Pratama, 2016)

Anda mungkin juga menyukai