Selaku insan yang bertuhan sudah sepatutnya kita ucapakan rasa syukur atas pemberian
rahmat, nikmat dan juga karunia Allah SWT yang mana senantiasa selalu dilimpakan
kepada kita sebagai hambanya, tidak lupa pula kita haturkan salawat serta salam kepada
sang revolusioner sejati kita yakni Muhammad SAW, yang penuh keberanian
membebaskan kita dari belenggu kebodohan menuju pembebasan yang hakiki. Hingga pada
akhirnya pembuatan Buku dengan berjudul PENDIDIKAN PARENTING DAN
KENAKALAN REMAJA dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam Penulisan sebuah buku tidak selalu mendapat kesempurnaan, oleh karenanya penulis
menyadari itu. Dengan masih jauh dari kata sempurna baik dalam penyusunan maupun
dalam pemilihan kata atau kalimat. Penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam buku ini. Penulis juga mengharap
adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan.
Kelompok 8
Ternate, 4 mei 2023
Daftar isi
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I
a. Latar belakang
b. Tujuan
Bab II
a. Hakikat pendidikan
b. Macam-macam pendidikan
c. Pengertian Pendidikan parenting
d. Sasaran pendidikan parenting
e. Macam-macam parenting
- Otoriter
- Permisif
- Neglectiful
SUMBER TULISAN
Bab 1
A. Latar belakang
Dalam bukunya Children Learn What They Live With, seorang pakar pendidikan, Dorothy
Low Nolte, menuliskan "Jika anak banyak dicela, ia akan terbiasa menyalahkan Jika anak
banyak dimusuhi, ia akan terbiasa menantang, Jika anak dihantui ketakutan, ia akan
terbiasa merasa cemas. Jika anak banyak dikasihani, ia akan terbiasa meratapi nasibnya.
Jika anak dikelilingi olok-olok, ia akan terbiasa menjadi pemalu. Jika anak dikitari rasa iri,
ia akan terbiasa merasa bersalah. jika anak serba dimengerti, ia akan terbiasa menjadi
penyabar, jika anak banyak diberi dorongan, ia akan terbiasa percaya diri. jika anak
banyak dipuji, ia akan terbiasa menghargai; jika anak diterima oleh lingkungannya, ia akan
terbiasa menyayangi jika anak diperlakukan dengan jujur, ia akan terbiasa melihat
kebenaran jika anak ditimang tanpa berat sebelah, ia akan terbiasa melihat keadilan. jika
anak dikerumuni keramahan, ia akan terbiasa berpendirian. "Sungguh indah dunia ini."
Jadi, Bagaimana dengan anak Anda?"
Ungkapan di atas seolah mengilustrasikan sikap orangtua dan perilaku anak yang timbul
atas sikapnya. Sebagaimana pohon yang baik, dikenal lewat buahnya yang baik, demikian
pula anak yang baik melambangkan orang-tua yang baik. Anak-anak yang baik itu pun
nantinya akan menurunkan anak-anak yang baik pula. Oleh karena itu, mempersiapkan
kehidupan anak dengan sebaik- baiknya merupakan tugas mulia bagi orang-tua.
Pengasuhan (parenting) memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai
tuntutan emosional yang besar, namun sangat sedikit pendidikan formal mengenai tugas
ini. Kebanyakan orang tua mempelajari praktik pengasuhan dari orang tua mereka sendiri.
Suami dan istri mungkin saja membawa pandangan yang berbeda mengenai pengasuhan ke
dalam pernikahan. Sayangnya, ketika metode orang tua diteruskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya, praktik yang baik maupun buruk akan diteruskan.
Pola asuh mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan perilaku moral
pada anak, karena dasar perilaku moral pertama diperoleh oleh anak dari dalam rumah yaitu
dari orang tuanya. Proses pengembangan melalui pendidikan di sekolah tinggal hanya
melanjutkan perkembangan yang sudah ada. Satu karier yang melibatkan pengasuhan
adalah pendidik orang tua. Satu cara untuk mengkonseptualisasikan peran orang tua adalah
memandang orang tua sebagai manajer kehidupan anak. Peran manajerial terutama penting
dalam perkembangan sosio-emosional anak. Sebagai manajer, orang tua boleh mengatur
kesempatan anak untuk melakukan kontak sosial dengan teman sebaya, teman dan orang
dewasa. Orang tua memainkan peran penting dalam membantu perkembangan anak dengan
memulai kontak antara anak dengan teman bermainnya yang potensial (John W. Santrok,
2007: 163-164).
Usia anak-anak dan remaja adalah masa, dimana segala sesuatu dengan mudah dibentuk dan
akan sangat menentukan bagaimana selanjutnya di masa yang akan datang. Hal itulah yang
mendasari betapa pentingnya penelaan dan penelitian dilakukan sehingga kita tidak akan
melakukan kesalahan-kesalahan fatal dalam membentuk karakter anak yang tentunya akan
menjadi penerus kita menjadi khalifah di muka bumi ini kelak. Menjadi khalifah atau
pemimpin itu adalah sebuah tanggung jawab besar yang akan dimintai
pertanggungjawabannya kelak, sehingga kita perlu membekali dengan segala persiapan
sedini mungkin terhadap anak yang akan menjadi penerus kita kelak. Dengan hal demikian,
perlu kiranya anak harus dibawa dalam ranah pendidikan. Selain pendidikan ilmu sosial,
ilmu pendidikan agama juga sangat diperlukan. Mengapa dikatakan demikian, mengingat
bahwa sikap atau kepribadian seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan
latihan-latihan yang dilalui pada masa kanak-kanak. Seseorang yang pada masa kecilnya
mendapatkan pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan terhadap hal-hal yang religius,
santun dan ringan tangan (suka membantu) terhadap sesama, empatik terhadap kesusahan
dan segala masalah persoalan sosial di lingkungan sekitarnya, maka setelah dewasa nanti
akan merasakan pentingnya nilai-nilai agama didalam hidupnya (religius) dan kepribadian
(private). Pendidikan agama haruslah ditanam sejak diri. Karena pendidikan agama sangat
penting untuk tumbuh kembang jiwa anak maupun remaja. Dengan agama yang
berlandaskan akidah dan akhlaq dapat mengarahkan perilaku anak maupun remaja ke
perilaku yang baik.
Dengan pendidikan agama tentunya diharapkan adanya implikasi dari agama, anak dan
remaja yang baik juga. Perilaku anak sering kali dapat berubah- ubah dikarenakan adanya
pengaruh dari pihak luar atau anak ingin mencoba sesuatu yang baru dilihatnya atau hal
yang sebelumnya tidak diperbolehkan oleh orang tuanya. Mendidik anak lebih sulit dan
memakan waktu yang lebih lama. Orang tua harus mendidik anak-anak agar bisa dapat
menyesuaikan diri di dalam dan terhadap masyarakat. Semakin kompleks struktur
masyarakat, semakin sukar dan lama lagi anak-anak untuk belajar mempersiapkan diri agar
dapat hidup dalam masyarakat itu (M. Ngalim Purwanto, 1995: 9). Firman Allah dalam Q.S.
At-Tahrim ayat 6:
بناها الذين امنوا قوا أنفسكم وأهليكم ناًرا َو قوُدَها الَّناُس َو اْلِح َج اَر ُة َع َلْيَها َم ليكة
باَل ٌظ ِش َداٌد ال َيْع ُصوَن هللا ما أمرهم وَيْفَع ُلوَن َم ا ُيْؤ مرون.
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; malaikat-malaikat yang kasar,
keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang
Menafsirkan ayat tersebut. Ali ra berkata bahwa kita harus menyelamatkan keluarga kita
dengan memberikan pendidikan yang baik dan akhlak yang baik, dengan demikian, agar
anak sukses hidupnya berdasarkan tolak ukur yang telah ditetapkan oleh Islam. Orang tua
harus bersungguh- sungguh mengajar dan mendidik anak-anaknya Orang tua semestinya
melaksanakan tugasnya dengan bijaksana, kasih sayang, sabar dan istiqamah. Dengan
demikian, derajat mereka akan tinggi dalam pandangan Allah, juga tinggi dalam
pandangan masyarakat. Rasulullah SAW bersabda. "Setiap kan adalah pemimpin dan akan
ditanya tentang yag dipimpinnya" (Muhammad Musa Ahmad Olgar, 1998 :89).
Masalah spesifik yang dihadapi orang tua berubah ketika anak tumbuh besar, pada setiap
tingkatan usia, orang tua menghadapi berbagai pilihan tentang seberapa besar mereka
harus merespons kehidupan anak, seberapa besar kendali yang harus diterapkan, dan
bagaimana menerapkannya. Orang tua ingin anaknya tumbuh menjadi individu yang
dewasa secara sosial, namun mereka mungkin merasa frustasi dalam berusaha menemukan
cara terbaik untuk mencapai hal ini (John W. Santrok, 2007:167).
Pekerjaan ayah penting bagi anak kecil hanya bila pekerjaan ini mempunyai akibat
langsung pada kesejahteraan si anak. Tetapi bagi anak yang lebih besar, pekerjaan ayah
mempunyai arti budaya, sebab pekerjaan ayah mempengaruhi gengsi sosial anak. Pengaruh
ibu yang bekerja pada hubungan ibu- anak sebagian besar bergantung pada usia anak pada
waktu ibu mulai bekerja. Jika bisa mulai bekerja sebelum anak telah terbiasa bersamanya
sebelum suatu hubungan terbentuk pengaruhnya akan minimal (Elizabeth B.Hurlock. 1978:
212).
Masa Remaja, menurut Andi Mappiare dalam buku Mohammad Ali (2008: 9) disebutkan
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun
sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dibagi menjadi dua bagian,
yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18
tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir.
Selama masa remaja, terutama masa-masa awal, ketika perubahan fisik terjadi dengan
pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Perubahan ini seringkali
menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya
lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi
sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai bisa sendiri
menyelesaikan menurut kepuasannya (Hasan Basri, 2001: 59).
Sebagai remaja yang menghadapi berbagai tantangan untuk bisa tumbuh dan berkembang
dengan optimal. Dalam artian dapat berkembang dalam semua aspek kepribadiannnya,
serta potensi yang dimiliki. Seorang remaja yang berkembang secara optimal adalah yang
sehat secara fisik, sosial, emosional, moral, intelektual, dan berkembang baik bahasanya.
Sebagai remaja juga, kita sedang berada pada puncak perkembangan fisik, sosial,
emosional, sosial, moral, dan intelektual.
Masa remaja seringkali menjadi masa-masa yang sulit untuk menemukan identitas diri dan
filosofi hidup. Proses menuju kematangan pada masa remaja akan terasa lebih sulit jika
remaja hidup di lingkungan keluarga yang tidak harmonis, apalagi jika pada keluarga
bercerai. Satu sisi remaja sedang berupaya beradaptasi dengan perubahan dalam diri dan
perubahan pada lingkungan-nya, di sisi lain tempat ia untuk bertanya dan berdiskusi
tentang masalahnya yaitu orang tua. Pada kondisi seperti ini anak remaja sangat rentan
terhadap penyimpangan perilaku. Untuk mencegah dan mengatasi penyimpangan perilaku
ini sangat penting adanya peningkatan kecerdasan emosional remaja.
Kecenderungan semakin kompleksnya masalah remaja sekarang, dapat dilihat dari data
hasil penelitian di luar negeri dan di Indonesia yang menunjukkan terjadinya berbagai
penyimpangan perilaku remaja, dari yang sederhana sampai yang kompleks. Di Kanada
misalnya 44% dari remaja usia 15 tahun dilaporkan sudah menjadi peminum alkohol dan
38% telah menjadi pencandu mariyuana (Hotton & Haans, 2004). Selanjutnya masalah
bullying atau kekerasan antara teman merupakan masalah yang sering terjadi, yang bisa
mengganggu perkembangan sosio-emosional remaja (Frisen, Jonson & Person, 2007,
Raskauskas & Scoltz, 2007). Selain itu, masa remaja sebagai masa transisi dan anak-anak
menuju dewasa dapat menjadi tantangan tersendiri dalam menghadap orang dewasa yang
seringkali mengkritik dan menyalahkan. 1998, Di Indonesia Boyke (1999) menemukan
sebanyak 50% dari pengunjung klinik aborsi berusia 15-20 tahun, dan 44.5 % dari
pengunjung klinik aborsi berusia antara 15-20 tahun itu adalah hamil di luar nikah,
Nurhayati (1998) dalam (Erhamwilda, 2011) mengungkapkan bahwa fenomena perilaku
seks pranikah ini tidak hanya terjadi di Jakarta. Sebuah penelitian terhadap 37 remaja
berusia 16-20 tahun di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat pada tahun 1
menunjukkan bahwa sekitar 80% telah melakukan perilaku seksual necking: 70% pernah
melakukan petting dan 65% pernah melakukan premarital intercourse.
Kemudian, Kasus Narkoba di Jakarta saja pada tahun 1999 1.3 juta dengan omset biaya 780
milyar hari, dan pecandunya sekitar usia 15-24 th (Harian Surya, 25 Oktober 1999).
Selanjutnya Syamsu Yusuf (2008) mengungkapkan: para pelaku tawuran di Jakarta 50%
pecandu narkoba. Tahun 1996 terjadi 150x tawuran, luka 26, mati 19. Kemudian tahun
1997 terjadi 121 x tawuran, luka 24, mati 15. Selanjutnya tahun 1998 terjadi 230 x tawuran,
luka 34, mati 15 dan tahun 1999 terjadi 64 x tawuran, Juka 36, mati 12.
Hal yang memprihatinkan lagi adalah banyaknya kasus pergaulan bebas karena tontonan
porno yang merebak karena sangat mudah diakses. Koran Media Indonesia (Minggu, 4
Maret 2012: 5) mengungkapkan "Indonesia Peringkat ke 1 Pengunduh, Pengunggah Situs
Porno. Mayoritas pengunduh masih berusia remaja, yakni SMP dan SMA." Mantan Ketua
Komisi Perlindungan Anak (KPAI) Kalimantan Selatan (dikutip Media Indonesia, 4 Maret
2012) menyatakan bahwa terjadi peningkatan drastis kasus seks bebas di kalangan remaja
di Kota Banjarmasin. Tercatat angka persalinan usia remaja melonjak dari 50 kasus pada
2010 menjadi 235 kasus pada 2011. Kasus kehamilan tidak diinginkan juga naik dari 35
kasus menjadi 220 kasus. Di Bali lebih dari 60 % Remaja Pencandu situs porno.
Di samping berbagai permasalahan yang kompleks tersebut di atas, di era globalisasi anak
remaja juga dihadapkan pada persaingan yang ketat sehingga remaja dituntut memiliki daya
kompetitif yang tinggi untuk bisa unggul, sukses dalam mengaktualisasikan dirinya. Dibalik
tuntutan persaingan yang tinggi, anak remaja dihadapkan pula pada banyaknya godaan akan
berbagai kesenangan yang ditawarkan produk IPTEK (Ilmu Pengetahuan Teknologi) dan
media masa lainnya. Kondisi ini membuat remaja lalai dan sulit mengkonsentrasikan dirinya
untuk mempersiapkan masa depan dan mudahnya terjadi pergeseran nilai yang membuat
pribadi-pribadi siswa mudah rapuh. Di sisi lain remaja sedang mempersiapkan perannya
sebagai manusia dewasa dan mereka dihadapkan pada lingkungan sosiokultural yang selalu
berubah, serta dihadapkan pada tuntutan dunia pendidikan dan dunia kerja yang terus
berkembang
Pendidikan adalah: usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan agar siswa memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, dan akhlak mulia, ditempuh melalui upaya
bimbingan yang dilakukan oleh pendidik, sementara pengembangan kecerdasan dan
keterampilan ditempuh melalui upaya pembelajaran dan pelatihan.
Di sekolah upaya bimbingan secara nyata dan terprogram dilakukan melalui layanan
Bimbingan Konseling. Bimbingan mencakup segala upaya yang dilakukan dalam
membantu setiap siswa berkembang optimal, sementara konseling merupakan layanan inti
dalam bimbingan yang lebih bersifat terapeutik (penyembuhan). Layanan konseling
menjadi tumpuan dalam membantu siswa mengatasi masalah, sedangkan salah satu
penyebab pribadi bermasalah adalah lemahnya daya tahan psikologis. Untuk itu upaya
memperkuat daya tahan psikologis siswa di sekolah dapat dilakukan melalui layanan
konseling, baik itu konseling individual maupun konseling kelompok. Moh. Surya (2003:
45) mengemukakan: "Orang yang masuk ke dalam konseling pada dasarnya karena
mengalami kekurangan psychological strength".
B. Tujuan
Dengan membaca buku ini, pembaca dapat menambah pengetahuan tentang Hakikat dari
pendidikan, Macam-macam pendidikan, Pendidikan parenting, sasaran pendidikan
parenting, Macam-macam parenting, dan peran orangtua dalam pendidikan parenting.
Bukan hanya itu saja, pembaca juga bisa menegtahui apa itu Kenakalan remaja, Macam-
macam kenakalan remaja, Penyebab dan solusi kenakalan remaja, Sebab-sebab kenakalan
remaja dan terpenting sebagai Para orangtua akan mengetahuai perannnya dalam
memanilisir kenakalan remaja.