Anda di halaman 1dari 6

PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA USIA DINI

A. TUJUAN

Memuat tujuan pembahasan sesuai judul

B. JENIS PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian literatur (literature research) yakni

dengan mengumpulkan dan mengkaji berbagai Pustaka yang memiliki relevansi

C. HASIL

Ayat :
‫ٰۤل‬
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُقْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم َو َاْهِلْيُك ْم َناًرا َّو ُقْو ُدَها الَّناُس َو اْلِح َج اَر ُة َع َلْيَها َم ِٕىَك ٌة ِغ اَل ٌظ ِش َداٌد اَّل َيْع ُصْو َن َهّٰللا َم ٓا َاَم َر ُهْم َو َيْفَع ُلْو َن َم ا ُيْؤ َم ُرْو َن‬

Terjemahan :

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak
durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.

Asbabun nuzul :

Asbabun Nuzul Surat At-Tahrim Ayat 6 Asbabun nuzul surat at-tahrim ini adalah Rasulullah
mengharamkan dirinya untuk menyentuh Mariyah al-Qibthiyyah (seorang sahaya Rasulullah SAW.)
Dalam surat at-tahrim ini asbabun nuzulnya yang lebih dikuatkan adalah Nabi Muhammad SAW.
mengharamkan atas dirinya madu

Tafsiran :

Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Keluarga pada Q.S At-Tahrim ayat 6
Pada Q.S At-Tahrim (66): 6 Allah Swt memerintahkan orang-orang yang percaya dan

beriman kepada Allah Swt dan Rasul Saw, maka didiklah diri kalian, buatlah perisai untuk

memproteksi diri kalian dari api neraka, pelihara, jaga dan lindungilah diri kalian dengan

mengerjakan apa yang diperintahkan Allah SWT kepada kalian dan meninggalkan apa yang

Dia larang bagi kalian.

Peran orang tua dalam pendidikan keluarga membimbing dan mendidik anak agar tidak terjerumus
dalam api neraka serta menjadikan keluarga senantiasa taat kepada Allah SWT sebagaimaan sifat rasul
dan malaikat yang selalu mengerjakan dan menyegerakan apa yang diperintahkan Allah SWT. Kaitannya
dalam menjaga diri sendiri dari api neraka seperti halnya ketika menikah mencari pasangan. Carilah
pasangan dari keluarga yang menghormati nilai-nilai agama, sebab dengan sama pandangan agama
maka mudah bagi membimbing isterinya saat berumah tangga. Sedangkan menjaga keluarga dengan
memberi nasihat, mengajarkan akidah, adab, syariat mengenai hala haram dan mendorong menjalankan
ketaatan kepada Allah SWT serta tidak melakukan pernuatan yang dilarang Allah SWT.

Materi dalam pendidikan keluarga sebaiknya berkaitan dengan materi pendidikan yang

sudah tercantum dalam Q.S Luqman ayat 12-19, sebagai berikut : 1) materi akidah, 2) materi

menghormati dan berbakti kepada orang tua, 3) materi ibadah, 4) materi akhlak.

Dengan demikian, Alah SWT memerintahkan setiap muslim yang menjadi kepala rumah tangga serta
dapat menjaga dirimu dari api neraka dan menjaga dirinya beserta keluarganya dari siksaan api neraka.
Seorang ayah ditunjuk menjadi kepala keluarga agar dapat memimpin keluarganya begitu juga dengan
seorang isteri memiliki tugasnya masingmasing. Peranan orang tua memiliki tanggung jawab penuh
dihadapan Allah SWT melalui pengajaran dan penanaman nilai-nilai keislaman kepada anak-anaknya
agar selalu taat dengan perintah Allah SWT.Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari surat At-Tahrim
ayat 6 diantaranya: pertama, Perintah takwa kepada Allah SWT dan bertakwa, oleh karena itu kita di
wajibkan

oleh Allah untuk taat kepada Allah supaya selamat dari api neraka. Kedua, anjuran menyelamatkan diri
dan keluarga dari api neraka di antaranya adalah mendirikan shalat dan bersabar. Ketiga, Pentingnya
pendidikan Islam sejak dini. Keempat, Keimanan kepada para malaikat.

D. PEMBAHASAN

ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT
6
Analisis Terhadap Konsep Pendidikan Keluarga

Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan utama dan pertama bagi anak, yang tidak bisa digantikan
oleh lembaga pendidikan manapun. Karena keberhasilan pendidikan dalam keluarga, akan memuluskan
pendidikan dalam lingkup-lingkup selanjutnya serta sebagai upaya membangun karakter bangsa secara
berkelanjutan.

Karena tugas keluarga yang sangat urgen, maka fondasi dan dasar-dasar awal pendidikan harus
ditanamkan dalam keluarga. Hal ini guna melahirkan generasi penerus yang cerdas dan berbudi pekerti
yang baik. Berdasarkan pendapat para mufassir tentang tafsir surat al-Tahrim, pendidikan keluarga
dimulai dengan memelihara diri sendiri dari api neraka dengan menjadikan perangai dan tingkah
lakunya agar dapat dijadikan contoh untuk memelihara seluruh isi rumah tangganya kelak, isteri dan
anak-anak.

Berbicara pendidikan dalam keluarga, aktivitas pendidikan dalam rangka membentuk kepribadian
muslim harus sudah dimulai sejak dini, dari rumah yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang anak.
Sebab dari darah daging merekalah anak lahir membawa sifat dan bakat turunan. Dari keduanya
terbentuk lingkungan rumah di mana anak menemukan dunianya dan elemen dasar pembentukan
perilakunya.

Mengenai pengertian pendidikan keluarga, Hasan Langgulung membatasi pengertian terhadap


pendidikan keluarga adalah usaha yang dilakukan ayah ibu sebagai orang yang diberi tanggung jawab
untuk memberikan nilai-nilai, akhlak, keteladanan, dan kefitrahan.

Karena untuk pertama kalinya dalam keluarga, orang tua (ayah maupun ibu) berkedudukan sebagai
penuntun (guru), sebagai pengajar, sebagai pendidik, pembimbing dan sebagai pendidik yang utama
diperoleh anak.

Maka dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan keluarga adalah sebuah proses (tindakan) dan
implementasi yang dilakukan orang tua (ayah-ibu) dengan nilai pendidikan pada keluarga. Yakni orang
tua berusaha mendidik dan membimbing anak melalui berbagai kegiatan dalam rumah dengan
memberikan nilai pendidikan di dalam berkegiatan.

Berdasarkan tafsir dari surat al-Tahrim ayat 6, keluarga yang dimaksud di sini adalah ayah, ibu, anak-
anak, budak laki-laki, dan budak perempuan atau zaman

sekarang disebut pembantu yang tinggal dalam satu atap. Semua itu menjadi tanggung jawab khususnya
ayah untuk memenuhi hajat hidup seluruh anggota keluarganya bukan hanya dari segi materi namun
juga kebutuhan rohani, perasaan aman, dan lain sebagainya.

Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan senantiasa menjaga hubungan harmonis dalam rumah tangga
dan menjaga ketaatan kepada Allah. Agar anak mendapatkan suasana yang tenang, damai, sehingga
anak lebih mudah mencerna apa yang diberikan dan dicontohkan orang tua dalam mendidik anak.
Analisis Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Keluarga

Dalam melaksanakan pendidikan keluarga, orang tua memiliki tanggung jawab yang harus dipenuhi,
agar tumbuh kembang pribadi anak menjadi optimal. Tanggung jawab ini mencakup berbagai hal, bukan
hanya dalam pemenuhan kebutuhan fisik namun kebutuhan lain yang dapat menunjang pribadi anak
dalam menjalani hidup.

Menurut Hery Noer Ali, tanggung jawab keluarga dibagi menjadi tiga bagian:

Keluarga memberikan suasana emosional yang baik bagi anak-anak seperti perasaan senang, aman,
sayang dan perlindungan.

Mengetahui dasar-dasar pendidikan, terutama berkenaan dengan kewajiban dan tanggung jawab orang
tua terhadap pendidikan anak serta tujuan dan isi pendidikan yang diberikan kepadanya,

Bekerja sama dengan pusat-pusat pendidikan diluar lingkungan keluarga.

Selain itu, apabila suami istri dianugerahi anak oleh Allah, maka menjadi kewajiban pulalah bagi ayah
memilihkan nama yang baik baginya, mengajarnya menulis dan membaca, dan jika telah datang
waktunya lekas peristerikan jika laki-laki dan lekas persuamikan jika perempuan.

Berdasarkan Q.S. al-Tahrim ayat 6 tanggung jawab orang tua dalam pendidikan keluarga adalah
membimbing dan mendidik anak agar tidak terjerumus ke dalam api neraka seperti orang-orang kafir
dan batu yang dijadikan bahan bakarnya, serta menjadikan keluarga senantiasa taat kepada Allah
sebagaimana sifat malaikat yang selalu mengerjakan dan menyegerakan apa yang diperintah oleh Allah.

Maka orang tua dituntut agar mengajarkan kebaikan dan menanamkan keimanan kepada anak sejak dini
supaya di kemudian hari anak dapat memegang teguh keimanannya dan tidak terpengaruh dengan hal-
hal duniawi yang akan menjadikannya kafir. Dalam hal mendidik anak, orang tua harus memenuhi segala
kebutuhan anak dari pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya hingga mencapai aqil baligh atau saat
anak dikenakan beban (taklif) atas suatu syari’at sehingga anak menanggung sendiri atas apa yang
diperbuatnya.

Analisis Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Keluarga pada Q.S. al-Tahrim ayat 6

Dalam hal tanggung jawab orang tua dalam pendidikan keluarga, jika dikaitkan dengan surat al- Tahrim
ayat 6, dalam ayat tersebut Allah memperingatkan agar menjaga diri dan keluarga kita supaya terhindar
dari api neraka. Menjaga diri kita yaitu dengan senantiasa melakukan ketaatan kepada Allah,
melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi yang menjadi larangan-Nya.

Kaitannya menjaga diri sendiri dari api neraka maka perlu diperhatikan sebelum membina rumah tangga
yaitu dalam hal mencari jodoh. Kalau seorang hendak mencari pasangan utamakan dari keluarga yang
menghormati nilai-nilai agama. Sebab dengan sekufu’, yaitu sama pandangan beragama, maka
mudahlah bagi suami membimbing istrinya.

Sedangkan dalam menjaga keluarga kita yaitu dengan memberi nasihat dan mengajarkan aqidah, adab,
syariat mengenai halal-haram serta hal-hal lain yang mampu mendorong mereka dalam ketaatan
kepada Allah, dan mencegah mereka agar tidak berbuat durhaka kepada Allah dengan membantu
mereka dalam menjalankan perintah Allah serta mengajak mereka dalam kebaikan.

Maksud peringatan dalam ayat ini adalah bahwa menjaga diri dari api neraka dimulai dengan
keharmonisan rumah tangga dan ketaatan kepada Allah, lalu ajarkanlah kepada anak mengenai akhlak,
adab, dan hal-hal kebaikan lain. Kemudian ayat ini juga mengancam kita agar jangan sampai murtad dan
menjadi orang kafir yang akan menjadi bahan bakar neraka. Lalu kita harus bisa menanamkan ketaatan
pada seluruh anggota keluarga dalam menjalankan syari’at agama. Agar hal itu menjadi kesadaran
pribadi dari diri mereka sehingga tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat dalam pergaulan maupun
pekerjaan.

Sebagai usaha dalam menjaga keluarga kita dari api neraka bisa kita lakukan dengan cara pengajaran,
pemotivasian, peneladanan, pembiasaan dan penegakan aturan di rumah bagi seluruh anggota keluarga.
Hal ini juga memerlukan adanya materi, metode, media dan evaluasi dalam proses pendidikannya.

Materi dalam pendidikan keluarga sebaiknya berkaitan dengan hal-hal pokok atau fardhu ‘ain, dan
mengenai materi pendidikan ini sudah tercantum dalam bab II yakni dalam Q.S. Luqman/31 : 12-19.
Materi tersebut antara lain sebagai berikut : Pertama, materi yang berkaitan dengan akidah tauhid yakni
tentang selalu bersyukur kepada Allah, dan jangan mempersekutukan Allah. Demikian yang tergambar
dalam ayat 12, 13, dan 16. Kedua, materi pembelajaran tentang menghormati dan berbakti kepada
kedua orang tua, seperti yang tergambar pada ayat14 dan 15. Ketiga, materi yang berkaitan dengan
ibadah kepada Allah terutama shalat seperti yang terlihat dalam ayat 17 Keempat, materi yang
berkaitan dengan akhlak mulia, antara lain amar ma’ruf nahi munkar, bersabar saat tertimpa musibah,
tidak sombong, berjalan dengan sederhana dan melunakkan suara, seperti yang tergambar dalam ayat
18 dan 19. Kemudian metode yang efektif dalam pendidikan keluarga yaitu metode nasihat atau
menyampaikan sesuatu dengan hikmah yakni dengan tegas dan benar, lalu metode cerita yang akan
menumbuhkan rasa ingin tahu dan minat baca anak, dan terakhir metode keteladanan, metode ini
dirasa paling efektif karena kebiasaan baik yang kita lakukan secara tidak langsung akan ditiru oleh anak.

Media yang digunakan dalam proses pendidikan keluarga bisa dari bermacam hal yaitu pertama,
menggunakan media alam sekitar, dengan menggunakan langit, gunung, bumi, matahri, bulan, bintang
dapat kita jadikan media agar kita tadabbur terhadap ciptaan Allah, bahwa kita dihadapan Allah sangat
kecil. Misal dalam peristiwa turunnya hujan, anak juga dapat diajarkan bahwa air bagi kehidupan kita
sangat penting sebagai sumber kehidupan semua makhluk dibumi, maka anak secara tidak langsung
diajak untuk menjaga lingkungan agar yang kita rasakan saat ini dapat berlangsung lama hingga generasi
penerus.
Mengenai bentuk evaluasi, pada dasarnya terdapat dua bentuk evaluasi Allah terhadap manusia.
Pertama, evaluasi yang sangat tidak menyenangkan, dan kedua evaluasi yang amat menyenangkan.
Dalam pendidikan keluarga maka bentuk evaluasinya berupa reward and punishment. Reward akan
diterima jika seorang anak berprestasi dan selalu menjalankan ketaatan kepada Allah, dan sesuatu yang
diterima bukan hanya berbentuk hadiah namun juga sanjungan, pujian atau diberi motivasi agar tetap
teguh dan tetap melakukan kebaikan. Namun sebaliknya punishment akan diberikan jika anak berbuat
jahat bahkan hingga merugikan orang lain, orang tua pasti akan memberi hukuman dari ringan hingga
akan membiarkan anak bertanggung jawab sendiri atas kesalahan yang dilakukannya. Namun dalam
pemberian hukuman sebaiknya jangan berbentuk hukuman fisik, karena yang demikian akan
menanamkan dendam pada anak kelak ketika menjadi orang tua. Anak harus diberikan kesadaran untuk
berkonsekuensi atas perbuatannya dan dorong anak agar tidak mengulangi kesalahannya, bantu anak
dalam memperbaiki diri serta memohon ampun kepada Allah.

E. KESIMPULAN

Berisi jawaban atas tujuan pembahasan.

F. Referensi

Agus Wibowo, Pendidikan Karakter; Strategi Membangun Karakter Bangsa, …, hlm. 106

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan : Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta : Al-
Husna Zikra, 1995), hlm. 19

Ki Hajar Dewantara, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Taman Siswa, 1961), hlm. 255

Hery Noer Ali & Munzier, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta : Friska Agung Insani, 2003) hlm. 201

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XXVIII, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985), hlm. 311-313

Anda mungkin juga menyukai