Anda di halaman 1dari 2

CARA ORANG TUA PEKERJA MENDIDIK ANAK SESUAI AJARAN ISLAM

Muhammad Ilyas, Muzamil Ilham, Akhmad Faisal Akbar


Mahasiswa, ULM Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia

Abstrak

PENDAHULUAN
Di negeri kita tercinta yaitu Indonesia ini tidak sedikit yang kedua orang tuanya
bekerja. Di Indonesia juga memiliki tingkat kelahiran yang tinggi dibandingkan negara-
negara di sekitarnya. Artinya, ada saja orang tua yang tidak memiliki cukup waktu untuk
mengasuh dan mengajarkan anak-anaknya.
Mendidik anak adalah suatu hal yang wajib dilakukan, seperti yang disabdakan oleh
Nabi SAW: “Seseorang mendidik anaknya itu lebih baik baginya dari pada ia
menshadaqahkan (setiap hari) satu sha.” (HR At-Tirmidzi)
Itulah mengapa orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik anaknya walaupun
sibuk akan pekerjaan dan kurangnya waktu untuk mendidik anak. Namun, untuk mendidik
anak tidak diperlukan kuantitas, kita dapat mendidik anak dengan kualitas yang lebih baik.

METODE PENELITIAN
Artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan cara membaca dan menelaah
beberapa artikel dan website terkait cara mendidik anak dalam ajaran Islam dan juga orang
tua pekerja. Materi yang telah didapatkan kemudian diidentifikasi dan disesuaikan dengan
permasalahan lalu disimpulkan berdasarkan data-data yang telah didapatkan.

PEMBAHASAN
Dalam Al-Quran dan Sunnah yang dijadikan rujukan dalam pendidikan anak secara
Islam, terdapat metode serta cara untuk mendidik dan membentuk karakter anak. Cara
mendidik anak pun disesuaikan dengan kematangan berpikir dan usia anak.

Pendidikan yang didasarkan pada kasih sayang dan lemah lembut membuat anak
memiliki pribadi yang toleran dan peka. Dalam menegur anak, Rasul mencontohkan untuk
memukul tanpa bermaksud melukai. Memukul di sini dilakukan pada area yang tidak
merusak fungsi tubuh dan syaraf.

Berikut cara mendidik anak secara Sunnah berdasarkan usia anak.


a. Mendidik Anak Usia 0-6 Tahun

Anak pada usia ini adalah usia emas. Pada masa ini anak berkembang dengan cepat,
sehingga dianjurkan untuk memberikan anak sebuah mainan yang bersifat edukasi. Anak juga
tidak boleh dimarahi, anak harus diberikan kasih sayang dan rasa nyaman sehingga
membangun kedekatan antara anak dan orang tua.
b. Mendidik Anak Usia 7-14 Tahun

Pada usia ini, anak harus diperkenalkan dengan tanggung jawab dan disiplin. Latih anak
untuk mendirikan salat 5 waktu dan puasa. Jika anak menolak, maka boleh diberikan sanksi.
Jika sanksi berupa pukulan, maka berikan pukulan yang tidak menyakitkan. Selain itu, tempat
tidur anak juga harus dipisahkan dengan orang tua.

c. Mendidik Anak Usia 15-21 Tahun

Pada usia ini, anak mulai memasuki masa pubertas, mereka cenderung akan memberontak
terhadap orang tuanya. Pendekatan secara perlahan dan baik, lalu bangun rasa nyaman anak
terhadap orang tua. Sehingga anak menganggap orang tua sebagai teman. Jika memiliki
saudara, hendaknya saat memarahi atau menghardik anak tidak di depan saudara mereka
ataupun di depan teman-temannya. Sehingga anak tidak merasakan malu dan tetap terjaga
harga dirinya.

d. Mendidik Anak Usia 21 Tahun ke Atas


Pada usia ini, anak mulai diberikan kepercayaan dan kebebasan. Namun, kebebasan harus
diiringi dengan tanggung jawab. Peran orang tua di sini adalah untuk mengarahkan anak
ketika mengalami masalah dan tetap mengawasi mereka. Berikan anak kebebasan untuk
keputusannya sendiri.

Seperti yang tertulis di atas, sudah diberikan cara untuk mendidik anak secara Sunnah
sesuai dengan usianya. Namun, bagaimana orang tua pekerja mendidik anaknya, sedangkan
mereka memiliki kuantitas waktu yang sedikit. Orang tua dapat mendidik dengan kualitas
bukan kuantitas. Waktu bertemu orang tua dan anak, hendaknya dipergunakan komunikasi
dan edukasi yang efektif. Mulai dari sehabis magrib, ajarkan anak cara membaca Al-Qur’an,
bisa dimulai dengan mengajarkan lewat Iqro. Setelah itu, ceritakan kisah-kisah nabi, rasul
dan sahabat-sahabatnya sebelum tidur yang dapat menginspirasi dan mengedukasi anak,
sehingga memperluas pengetahuan anak dan juga mendekatkannya kepada Allah SWT.
Mendidik anak tidak hanya dapat dilakukan sesudah lahir. Bahkan saat anak dalam
kandungan, orang tua dapat memperdengarkan Al-Qur’an hingga anak tersebut lahir. Semasa
hamil, sebaiknya memperbanyak mengaji, selain membawa ketenangan, anak akan terbiasa
dengan lantunan setiap ayat firman Allah, apalagi dengan pikiran yang masih suci dan mudah
menerima.

Anda mungkin juga menyukai