Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

Metode Sentra dan Peningkatan Mutu Pendidikan Islam

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembang pula
kurikulum yang diajarkan. Begitu-pula manusia yang merupakan mahluk dinamis
maka proses perkembangan selalu tejadi. Karena itu, pendidikan juga merupakan
objek yang dinamis dengan proses berkembang yang selaras dengan manusia dan
ilmu pengetahuan.
Namun, sekalipun ilmu pendidikan anak dan tahap perkembangan terus
berkembang, masih saja penulis temukan cara mengajar seperti yang diajarkan
puluhan tahun yang lalu. Padahal kita sadari dalam beberapa dekade terakhir
kehidupan terus mengalami perubahan, pengetahuan tentang perkembangan
manusia terus berkembang. Ilmu pendidikan anak berdasarkan tahap
perkembangan otak-pun berkembang pesat.
Bahkan pada juni 2018 lalu, neuroscientist David Eagleman berbicara
sebagai keynote speaker paada acara International Society for Technology in
Education (ISTE) di Chicago, Amerika Serikat (AS). Poin pertama yang
disampaikan oleh profesor dari Stanford University itu adalah, otak anak zaman
sekarang atau kidz zaman now, secara fisik berbeda dengan otak anak-anak pada
era 30 atau 40 tahun lalu. “para guru harus tahu itu,” kata Eagaleman.1
Perubahan secara fisik itu dipicu oleh stimulasi yang diterima oleh otak
anak. Pada zaman dahulu, anak-anak belajar dengan buku berwarna hitam putih.
Sementara anak zaman sekarang, tidak saja belajar dengan buku berwarna-warni,
tetapi juga dari materi audio visual. Karena itu, ekspetasi mereka bukan lagi
sekadar “hitam putih”, tetapi “warna-warni”.2
Tentu dengan ekspetasi anak yang tinggi ini akan menjadi tantangan
tersendiri bagi para guru. Sebab, dari harapan anak yang tidak terpenuhi oleh guru
yang tidak memahaminya maka yang akan terjadi adalah anak mudah bosan.
1
Rhenald Kasali, SENTRA Membangun Kecerdasan dan Kemampuan Anak Sejak Usia
Dini, Demi Masa Depan yang Cemerlang, (Jakarta Selatan: Mizan, 2019) , h. 72
2
Rhenald Kasali, SENTRA Membangun Kecerdasan dan Kemampuan Anak Sejak Usia
Dini, Demi Masa Depan yang Cemerlang, h. 73
Karena anak mudah bosan maka sulit untuk membangun fokus pada anak atau
perhatian pada pelajaran. Belum lagi masalah-masalah lain yang timbul akibat
orang tua yang tidak memahami perkembangan ilmu pengetahuan. Karena zaman
berubah maka cara mendidik anak-pun haruslah berubah. Ilmu pengetahuan terus
berkembang tapi mungkin tidak semua orang tua memahami hal itu. Kebanyakan
orang tua berhenti untuk belajar setelah ia lulus kuliah dan berkeluarga. Padahal,
ilmu pengetahuan selalu berkembang maka seharusnya orang tua harus terus
belajar agar tidak tertinggal. Itulah sebabnya masih kita temukan orang tua yang
mendidik anaknya dengan cara ia dididik dahulu. Tentu saja itu akan sulit diterima
oleh anak karena dunia mereka berbeda.
Di sekolah juga menjadi tempat yang mengerikan untuk hati sang anak.
Pada anak kelas 1 Sekolah Dasar ada seorang guru yang mengajar dengan
mengintimidasi muridnya. Contohnya saja ketika memulai pembelajaran sang
guru berkata kepada muridnya “sikap sempurna, tangan dilipat diatas meja”
setelah itu guru berkata “mulut dikunci....” sambil mencontohkan seolah ia
menutup mulutnya dengan ritsleting. Setelah itu ia melanjutkannya dengan
berkata “lalu, digembok dan kuncinya dibuang” sambil ia memperagakannya
seolah membuang kunci. Bagaimana kelas dapat membangun pemikiran kritis dari
anak saat belajar ketika gurunya saja menekan anak agar diam, tenang dan tidak
berbicara.
Padahal dalam pandangan psikologi perkembangan pada tahap anak-anak
pada masa ini disebut juga usia berkelompok. Dimana pada usia itu anak akan
sangat membutuhkan komunikasi, dengan menekan anak untuk diam itu akan
menekan pula kemampuan anak untuk berkomunikasi. Padahal hal inilah yang
dibutuhkan sang anak pada masa perkembangan itu agar dapat diterima
dikelompoknya. Pada masa ini pula anak-anak masih mengalami masa peralihan
dari egosentris dimana sang anak yang pada mulanya hanya merasa segala sesuatu
terpusat pada dirinya dan hanya dirinya yang perlu didengar. Namun, ketika sikap
guru disekolah mencontohkan seolah hanya guru yang boleh bicara. Maka, sang
anak akan mengalami keterlambatan dalam kemajuan untuk memiliki rasa
pengertian yang inilah sikap yang seharusnya sang anak butuhkan dalam hidup
berkelompok.
Mungkin bantuan yang paling penting untuk meningkatkan pengertian
adalah peralihan yang biasanya terjadi daripembicaraan egosentris ke
pembicaraan sosial. Selama anak berbicara mengenai dirinya sendiri, ia selalu
berpikir tentang diri sendiri. Ini menghambat pemberian perhatian terhadap apa
yang dikatakan orang lain. Di lain pihak, bilamana pembicaraan menjadi lebih
sosial maka ada dorongan yang lebih besar untuk memperhatikan yang dikatakan
orang lain sehingga pengertian sangat meningkat.3
Pengajar merupakan figur dan tokoh panutan anak-anak kita dalam
mengambil semua nilai dan pemikiran tanpa memilah antara yang baik dengan
yang buruk. Karena mereka memandang bahwa guru adalah satu-satunya sosok
yang sangat disanjung, pengajar memiliki pengaruh dan andil besar dalam
membentuk kepribadian dan pemikiran anak. Mereka dengan mudah mendengar
dan mempraktekan ucapan guru walau harus bertentangan dengan pola pikir dan
pendidikan orang tua. Pada umumnya pendidikan guru yang paling berpengaruh
pada anak sementara anak pada umumnya menirukan gerak-gerik dan perilaku
serta ucapanpara guru di sekolahnya.4
Oleh sebab itu,sudah dapat diperkirakan apa yang akan terjadi jika murid
meniru gurunya tanpa memandang yang baik dan buruk. Maka tentu dalam hal ini
orang tua memiliki peran untuk membangun pijakan dan kerangka berfikir anak
agar anak mudah memahami apa saja nilai yang dapat diambil. Dalam hal ini,
guru juga haruslah menjadi figur yang paling bisa memberikan contoh positif bagi
anak-anak. Sebagaimana peribahasa yang dulu sering diucapkan “guru kencing
beridiri, murid kencing berlari”.
Tantangan yang dihadapi anak-anak pada era modern ini sungguh berat.
Perkembangan membuat dunia berubah begitu cepat. Tuntutan pekerjaan
membuat tingkat stres orang tua dan guru meningkat. Akibatnya, banyak yang
ingin menggunakan cara instan untuk mendidik anak. Orang tua dan guru ingin
agar anak cepat bisa membaca, maka setiap hari diajari untuk membaca huruf-
huruf. Ingin anak cepat bisa berhitung, maka setiap hari anak diekspos dengan
deretan angka-angka. Ingin anak cepat memiliki pengetahuan, maka setiap hari
diminta menghafal. Metode semacam ini sepintas memberi hasil baik. Anak
mungkin bisa cepat membaca, berhitung atau menghafal. Namun sesungguhnya,
perlakuan semacam itu akan membawa dampak negatif jangka panjang pada anak.
Mereka akan belajar menjadi sosok yang serbainstan, tidak sabaran dan serba

3
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1991), h. 152
4
Zaenal Abidin, Begini seharusnya mendidik anak, (Jakarta: Darul Haq, 2004), h. 260
menuntut. Ketika tuntutan-tuntutan itu tak bisa dipenuhi, anak menjadi sosok yang
“mudah patah”, mudah menyerah.5
Tentu saja anak mudah patah bahkan terkesan layaknya seorang yang
frustasi. Seorang anak-anak yang masih menjejaki sekolah dasar harus menerima
begitu banyak tekanan. Gurunya di sekolah tidak memahami kondisi
emosionalnya sehingga ketika fokus anak sedang menurun ketika belajar gurunya
hanya mengintimidasinya, mengancam atau mungkin malah menghukumnya.
Setelahnya jika hal itu berlangsung dan dirasa cukup lama, maka sang guru atau
wali kelasnya akan menghubungi orang tuanya dengan komentar halus namun
nilainya tetap saja negatif yang berisi laporan mengenai prilaku anak itu
disekolah. Setelah kejadian itu kebanyakan orang tua akan memilih untuk lebih
mempertegas tuntutannya bahkan mungkin marah dari pada memilih untuk
memposisikan diri sebagai pembimbing konseling bagi anak. Mungkin beberapa
orang tua akan merespon dengan memberi anaknya motivasi. Tetapi, pada posisi
ini sang anak butuh lebih dari itu. Maka koordinasi antara guru yang memahami
kondisi sang anak dan orang tua yang mampu memberikan pijakan sangatlah
dibutuhkan jika ingin menjadikan pendidikan berarti untuk sang anak. Mungkin
besi yang keras harus ditempa dengan kuat, tapi tetaplah harus dipanaskan agar
besi menjadi lebih lunak. Maka belajar dapat diilustrasikan sebagaimana besi yang
ditempa. Mengajarkan seorang anak tanpa memberikan motivasi untuk belajar
samalah halnya seperti menempa besi yang dingin.
Karena itu jika ingin membangun kecerdasan anak maka yang harus
diperbaiki adalah metode pendidikannya, cara mengajar gurunya, dan cara asuh
orang tuanya. Maka metode sentra hadir dengan membawa tujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Pendekatan metode sentra mengusung kepada
konsep pembelajaran alamiah dalam berbagai kegiatan, sehingga anak didik
belajar dengan menjalani langsung, tidak sekedar mendapatkan pengetahuan dari
pendidiknya.6

5
Rhenald Kasali, SENTRA Membangun Kecerdasan dan Kemampuan Anak Sejak Usia
Dini, Demi Masa Depan yang Cemerlang, h. 53-54
6
Rhenald Kasali, SENTRA Membangun Kecerdasan dan Kemampuan Anak Sejak Usia
Dini, Demi Masa Depan yang Cemerlang, h. 54-55
Maka, metode sentra juga dapat diartikan sebagai metode pembelajaran
yang berasaskan kepada kemampuan alamiah anak yang diorganisasikan dengan
tahapan perkembangan anak. Metode sentra juga mengusung pembelajaran sambil
bermain karena bermain adalah bentuk ekspresi tertinggi yang dimiliki manusia
terkhusus anak-anak.
Berbicara tentang “mutu” atau standar kualitas terhadap sesuatu, maka
tentu yang penulis bicarakan adalah mutu pendidikan. Dalam Alquran-pun banyak
ayat yang berbicara tentang mutu contohnya dalam surat Al-Baqarah ayat 177,
surat Al-Muminun ayat 1-3, surat Al-Mujadilah ayat 11, dan surat Ali Imron ayat
110. Diantara beberapa surat tersebut standar kualitas atau mutu pendidikan dapat
kita ambil dari surat Al-Mujadilah ayat 11 yaitu:
ٍ ‫ۗ واِ َذا قِيل انْ ُشزوا فَا نْ ُشزوا يرفَ ِع ال ٰلّه الَّ ِذين اٰمُنوا ِمْن ُكمۙ  وا لَّ ِذين اُوتُوا الْعِْلم در ٰج‬
‫ت‬ ََ َ ْ َْ َ ْ ْ َ َْ ُ َْ ْ ُ ُْ َ ْ َ
Terjemahannya:
“... Niscaya Allah akan mengankat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat ...” (Q.S. Al-
Mujadilah/ 58: 11)7
Dalam ayat tersebut Allah menetapkan mutu terhadap orang-orang yang
diberi ilmu jika ingin mencapai standar sebagai orang-orang yang diangkat
derajatnya dengan kualitas keimanan. Maka, Pendidikan Islam adalah salah satu
jalan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Karena dalam pendidikan Islam kita
bukan hanya diajarkan untuk menjalani kehidupan sosial bermasyarakat dan
mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan juga meningkatkan keimanan
kita. Maka dari itu penulis mengangkat penelitian ini dengan tujuan untuk
memperoleh jawaban tentang “Metode Sentra dan Peningkatan Mutu Pendidikan
Islam”. Melalui penerapan 18 sikap dan metode pembelajaran yang ada di dalam
metode sentra.

B. Identifikasi Masalah

7
Departemen Agama RI, Alquran Tajwid, (Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka, 2006), h.
543
Dari latar belakang masalah yang telah ditulis, penulis menemukan
beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya kualitas pendidikan Islam di Indonesia dan kurangnya
kesadaran guru terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Problematika pembelajaran pendidikan agama Islam.
3. Kurang maksimalnya peranan orang tua, guru dan metode pembelajaran
dalam mengembangkan potensi anak.
4. Perlunya penerapan 18 sikap dan metode sentra sebagai upaya peningkatan
mutu pendidikan Islam.
5. Maraknya ketidak pahaman pengajar dalam proses pembelajaran hingga
menghasilkan intimidasi, paksaan dan kekerasan verbal pada sekolah
dasar.
6. Maraknya kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai dengan tahap
perkembangan anak.

C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis fokus membahas masalah mengenai
problematika pembelajaran pendidikan agama Islam dan perlunya penerapan 18
sikap metode sentra sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan Islam khususnya
pada jenjang Sekolah Dasar melalui Sentra Imtaq.

D. Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan peningkatan mutu pendidikan Islam dan
Metode Sentra?
2. Apa keunggulan metode sentra untuk pendidikan agama Islam?
3. Bagaimana penerapan 18 sikap dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam dalam?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


E.1. Tujuan Penelitian
Memperoleh jawaban dari hasil analisis terhadap masalah-masalah yang
telah diuraikan di atas khususnya untuk membuktikan bahwa Metode Sentra dapat
meningkatkan mutu pendidikan Islam.
Memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai perlunya penerapan
18 sikap dalam pembelajaran di sekolah dasar sebagi pijakan awal membangun
karakter anak didik.
Menambah wawasan ilmu pengetahuan baik bagi penulis, maupun
pembaca mengenai metode sentra.
E.2. Kegunaan Penelitian
E.2.1. Teori
Harapan penulis adalah semoga tulisan dan hasil penelitian ini
mampu berkontribusi sebagai sumbangan ilmu pengetahuan untuk
para pembaca dan masyarakat luas.
E.2.2. Praktis
Harapan penulis adalah agar kiranya hasil penelitian ini dapat
digunakan dalam berbagai kegiatan pendidikan, bagi sekolah, guru
dan penulis sendiri. Khususnya dalam pendidikan agama Islam
sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan agama Islam.
F. Kajian Pustaka
Penelitian ini bukanlah penelitian yang pertama, tetapi terdapat beberapa
penelitian yang sealur atau dianggap relevan dengan penelitian yang penulis
lakukan. Diantaranya adalah:
1. M. Zakaria Hanafi, Implementasi Metode Sentra Dalam
Pengembangan Kecerdasan Majemuk Anak Usia Dini, 2014,
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Studi ini membuktikan bahwa sistem pendidikan berbasis
intelektual (pendidikan yang hanya mengedepankan kecerdasan
verbal linguistik dan kecerdasan logic matematic) telah mematikan
berpikir kritis peserta didik serta memasung kreatifitas anak sejak
usia dini. Sedangkan sistem pendidikan berbasis kecerdasan
majemuk (multiple intelligences) merupakan langkah revolusioner
dalam pengembangan berbagai kecerdasan anak usia dini secara
optimal.
Penelitian ini mendukung pendapat Howard Gardner
(1983), Linda Campbell & Bruce Campbell (1999), Thomas R.
Hoerr (2000), Pamela C. Phelps (2005), Thomas Amstrong (2009),
Munif Chatib (2009), Yudhistira Massardi (2012), Seto Mulyadi
(2012), mengenai teori kecerdasan majemuk (multiple
intelligences). Penerapan teori kecerdasan majemuk (multiple
intelligences) ini telah merambah di dunia pendidikan bahkan telah
meluas menelusuri segala aspek kehidupan.
Tesis ini tidak sependapat dengan Stanford Binet (2000)
yang menyatakan bahwa kecerdasan seseorang diukur hanya dari
kemampuan intelektual dan menitikberatkan pada kecerdasan
berbahasa serta kecerdasan logika matematika semata. Kecerdasan
seseorang dinyatakan dalam angka konstan tanpa memperhatikan
kecerdasan lainnya. Jika seseorang pandai dalam kedua kecerdasan
tersebut maka dapat dinyatakan bahwa tingkat IQ nya tinggi.
Kajian ini berorientasi pada pengembangan kecerdasan
majemuk (multiple intelligences) anak usia dini secara optimal
melalui observasi tujuh kecerdasan majemuk dengan pendekatan
metode sentra.
Penelitian ini menggunakan sumber data, yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dari hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi yang diambil langsung dari TK
Batutis Al-Ilmi Pekayon Bekasi. Sedangkan data sekunder diambil
dari buku- buku, artikel, jurnal-jurnal ilmiah dan literatur para
pakar di bidangnya yang mendukung tesis ini baik dari dalam
maupun luar negeri.
2. Efrita Nur Permata Sari Setyawan, Implementasi Pendekatan Sentra
Berbasis Multiple Intelligences Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak
Di Taman Tumbuh Kembang Anak Plus Jauzaa Rahma Yogyakarta,
2014, Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1)
Implementasi pendekatan sentra berbasis multiple intelligences pada
anak usia Taman Kanak- kanak di TTKA Plus Jauzaa Rahma dan (2)
Faktor pendukung dan penghambat implementasi pendekatan sentra
berbasis multiple intelligences pada anak usia Taman Kanak-kanak di
TTKA Plus Jauzaa Rahma. Implementasi pendekatan sentra berbasis
multiple intelligences diartikan sebagai suatu proses penerapan inovasi
metode pembelajaran pada anak usia dini menggunakan pendekatan
sentra yang berbasis pada kecerdasan jamak anak usia dini.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah pengelola/kepala
sekolah dan pendidik Taman Kanak-kanak TTKA Plus Jauzaa Rahma.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama
dalam melakukan penelitian yang dibantu oleh pedoman observasi,
pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik yang
digunakan dalam analisis data adalah reduksi data, display data, dan
penarikan kesimpulan. Triangulasi yang dilakukan untuk menjelaskan
keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) implementasi
pendekatan sentra berbasis multiple intelligences di Taman Kanak-
kanak Jauzaa Rahma dilakukan dalam tiga tahap: (a) perencanaan
meliputi pembuatan RKH dan RKM, akan tetapi belum tertulis di
dalam RKH macam kecerdasan jamak yang dikembangkan; (b)
pelaksanaan meliputi 4 pijakan yaitu pijakan lingkungan main, pijakan
pengalaman sebelum main, pijakan pengalaman saat main dan pijakan
pengalaman setelah main. Kecerdasan jamak yang dikembangkan bisa
teridentifikasi dari jenis main yang ditawarkan oleh pendidik; (c)
penilaian dilakukan dengan teknik observasi, ceklis, anekdot dan
pemberian tugas yang dikemas dalam laporan tengah semester dan
akhir semester. 2) faktor pendukung dalam implementasi pendekatan
sentra berbasis multiple intelligences yaitu: (a) alat dan bahan main
disesuaikan dengan tingkat pencapaian perkembangan anak; (b)
kerjasama pendidik, karyawan dan orang tua wali TTKA Plus Jauzaa
Rahma yang baik, sedangkan faktor penghambatnya yaitu: (a) alat dan
bahan main pada saat tema yang sulit; (b) mood peserta didik yang
berubah-ubah; (c) kurangnya SDM pengajar.
3. Eka Fitriana, Model Pembelajaran Sentra di Taman Kanak-Kanak
Islam Terpadu (IT) Qurrota A’yun Bandar Lampung, 2018, Universitas
Lampung.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model
pembelajaran sentra yang ada di TK IT Qurrota A’yun Bandar
Lampung. Fokus dalam penelitian ini yaitu tentang persiapan,
pelaksanaan, evaluasi dan pendukung serta penghambat model
pembelajaran sentra yang ada di TK IT Qurrota A’yun. Jenis penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif. Alat pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini
menggunakan analisis model Miles dan Huberman. Keabsahan data
menggunakan triangulasi dengan berbagai sumber dan metode. Sumber
data adalah kepala sekolah dan guru di TK IT Qurrota A’yun Bandar
Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari persiapan,
pelaksanaan dan evaluasi model pembelajaran sentra sudah sesuai
dengan Depdiknas. Terlihat dalam persiapan pembelajaran guru
merencanakan RPPH yang didalamnya terdapat tema maupun pijakan
sentra dan alat permainan. Pelaksanaan pembelajaran mengacu pada 4
pijakan dalam sentra. Evaluasi pembelajaran menggunakan observasi,
dokumentasi, wawancara dan rating scale. Pendukung TK ialah
menggunakan dua kurikulum (IT dan Permendiknas), dan lebih
menerapkan pada pembelajaran berbasis Islami. Sedangkan yang
menjadi penghambat adalah jenis main yang digunakan dalam
pembelajaran sentra kurang bervariasi.

Penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan.


Perbedaanya adalah:
1. Penelitian-penelitian di atas tidak membahas mengenai peningkatan
mutu pendidikan Islam.
2. Penelitian di nomor 1 adalah Tesis, dan membahas tentang kecerdasan
majemuk sedangkan penelitian yang peneliti lakukan mengenai metode
sentra dan peningkatan mutu pendidikan Islam.
3. Penelitian di nomor 2 dan 3 bersifat kualitatif dan terbatas pada ruang
lingkup tertentu. Sedangkan penelitian yang penulis kaji bersifat
kualitatif dan bermaksud untuk mengungkapkan pentingya penerapan
18 sikap sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan Islam.

G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penulis menggunakan metode ini
untuk mengungkapkan jawaban dari masalah yang masih sering terjadi seperti
halnya mutu pendidikan Islam yang masih terbilang rendah dan berbagai macam
problematika pendidikan Islam. Sedangkan, ilmu pengetahuan terus berkembang
maka sudah sepantasnya mutu pendidikan juga harus mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dengan cara pembelajaran yang juga mnyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Namun, pada kenyataanya masih kurangnya kesadaran para pengajar
mengenai hal itu dan pada kenyataanya tidak terjadi sebagaimana mestinya.
Sekarang ini, masih banyak pengajar khususnya pendidikan agama Islam yang
masih menggunakan cara pembelajaran yang diajarkan beberapa puluh tahun yang
lalu padahal dalam pandangan penulis cara pembelajaran seperti itu sudah tidak
relevan berkenaan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan berkembangnya
teori belajar humanistik.
2. Sumber Data Penelitian
Sumber data yang peneliti gunakan berupa sumber data primer dan sumber
data sekunder. Sumber data primer yang peneliti gunakan adalah berupa gagasan
dan pandangan yang di kemukakan oleh Rhenald Kasali dalam buku yang
berjudul SENTRA Membangun Kecerdasan dan Kemampuan Anak Sejak Usia
Dini, Demi Masa Depan yang Cemerlang.
Selain sumber data primer, seperti yang dikatakan di atas peneliti juga
menggunakan sumber data sekunder. Data-data sekundernya adalah karya-karya
lain yang berbicara langsung atau tidak langsung tentang Metode Sentra dan
Peningkatan Mutu Pendidikan Islam, seperti Al-Maghribi dengan judul Begini
Seharusnya Mendidik Anak terjemahan oleh Zaenal Abidin, Elizabeth B. Harlock
dengan judul Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, Wismiarti Tamin dengan judul Mengapa Surga di Bawah Telapak
Kaki Ibu, dan lain sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelaahan dokumen atau disebut juga library research. Dalam penelitian ini
penulis melakukan studi dokumentasi untuk memperoleh ddata yang diperlukan
dari berbagai macam sumber, seperti dokumen yang ada pada informan dalam
bentuk karya tulis. Studi dokumen ini penulis lakukan dengan tujuan
mempertajam dan mengkaji lebih dalam mengenai objek penelitian. Karena hasil
penelitian yang diharapkan nantinya adalah hasil penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan secara akademik dan ilmiah.
Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
alamiah)8 maksudnya data yang ada tidak dibuat-buat atau sengaja diatur untuk
proses penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yaitu dengan
mendeskripsikan tentang metode sentra dan peningkatan mutu pendidikan Islam

8
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 8
dengan menganalisis data yang terkumpul dalam berbagai sumber. Tehnik analisis
semacam ini juga disebut analisis kualitatif.9
Pendekatan yang digunakan adalah Metode Sentra dari sudut pandang
Pendidikan Agama Islam dan Psikologi Perkembangan. Maksudnya adalah untuk
melihat kesesuaian dan keunggulan metode sentra jika dinilai dari sudut pandang
Pendidikan Agama Islam dan Psikologi Perkembangan.
H. Sistematikan Penulisan
Penelitian ini ditulis berdasarkan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Skripsi) Fakultas Tarbiyah Institut PTIQ Jakarta 2019.

I. Sistematika Penyusunan
Penelitian yang peneliti lakukan tersusun secara sistematis berdasarkan
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi) PTIQ 2019. Sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
2. Praktis
F. Kajian Pustaka
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Penulisan
I. Sistematika Penyusunan
BAB II KAJIAN TEORI
BAB III TINJAUAN UMUM PERMASALAHAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

9
M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 95
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Secara garis besar penelitian ini tersusun atas 5 Bab yang diantaranya:
BAB I : pada bab ini berisi tentang pendahuluan yang mencakup
latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian,
sistematika penulisan dan sistematika penyusunan sebagai mana yang telah
tersusun daiatas.
BAB II : pada bab ini berisi tentang penjelasan dari teori-teori yang
digunakan dan berkaitan dengan penelitian atau memuat biografi dan sejarah dari
objek penelitian.
BAB III : pada bab ini berisi mengenai tinjauan secara umum
mengenai permasalahan yang dikaji.
BAB IV : pada bab ini membahas mengenai hasil dari proses
penelitian atau merupakan isi pembahasan dari penelitian.
BAB V : pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran
sebagai mana yang telah tersusun diatas dan dilanjutkan dengan daftar pustaka
dan lampiran.
J. Daftar Pustaka

Abidin, Zaenal. Begini seharusnya mendidik anak, (Jakarta: Darul Haq, 2004)

Amirin, M. Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,


1995)

B. Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1991)

Departemen Agama RI. Alquran Tajwid, (Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka,


2006)

Kasali, Rhenald. SENTRA Membangun Kecerdasan dan Kemampuan Anak Sejak


Usia Dini, Demi Masa Depan yang Cemerlang, (Jakarta Selatan: Mizan,
2019)

Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2005)

OUTILINE
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
2. Praktis
F. Kajian Pustaka
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Penulisan
I. Sistematika Penyusunan
BAB II KAJIAN TEORI
BAB III TINJAUAN UMUM PERMASALAHAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
C. Kesimpulan
D. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai