Anda di halaman 1dari 19

STRATEGI SWEET LOVE

MEMBANGUN KOMUNITAS
BELAJAR PROFESIONAL
Wawat Karwati
SDN Santaka, Jawa Barat
Email: wawatkarwati22@gmail.com

Pentingnya Komunitas Belajar Profesional bagi Guru


Komunitas Belajar Profesional merupakan sekumpulan
orang yang tergabung berdasarkan ikatan profesi yang secara
bersama-sama melakukan perubahan dan perbaikan keprofesian
dalam rangka meningkatkan kualitas diri sendiri serta kualitas
organisasi profesi. Komunitas Belajar Profesional dibangun
dengan berlandaskan pada prinsip kolaborasi, kolegial, dan
mutualisme dengan mengembangkan kemampuan refleksi diri.
Dengan demikian, Komunitas Belajar Profesional bisa menjadi
wadah yang tepat bagi guru untuk meningkatkan kompetensi. Hal
ini berdasarkan fakta bahwa profesi guru berkaitan dengan upaya
menyiapkan peserta didik agar mampu bersaing dalam dunia
yang berubah dengan sangat cepat.

Salah satu ciri dari Komunitas Belajar Profesional yaitu


adanya refleksi dari guru secara teratur yang digunakan sebagai
dasar untuk melakukan upaya meningkatkan kompetensi diri.
Komunitas Belajar Profesional juga memberikan kesempatan
kepada guru untuk bersama-sama mengembangkan kompetensi
dengan prinsip kolegialitas, kolaboratif, dan mutualisme.
Komunitas Belajar Profesional menawarkan sebuah cara yang
dahsyat untuk menjamin guru-guru dalam merefleksi proses kerja
dan kemudian memperbaikinya. Harris & Jones(2010:174).
Berdasarkan pendapat tersebut,

48
Komunitas Belajar Profesional adalah suatu pembaruan dalam
paradigma yang dikembangkan di antara anggota komunitas
mengenai bagaimana melakukan upaya memperbaiki kompetensi.

Bentuk kegiatan dalam Komunitas Belajar


Profesional terdiri atas dua macam, yaitu yang bersifat formal dan
informal. Kegiatan yang bersifat formal dan informal tersebut
berguna untuk lebih mempererat hubungan antarguru dalam
membangun kolegialitas serta kesepahaman yang lebih
mendalam tentang sebuah permasalahan, sehingga mampu
mengembangkan wawasan guru tentang pengetahuan yang baru.
Hal ini sejalan dengan pendapat Triatna (2015:38) bahwa
pengembangan belajar bersama dalam membangun visi, misi,
dan tujuan sekolah berkembang secara alamiah dalam proses
mengelola sekolah hari demi hari melalui dialog keseharian dan
dialog formal dalam rapat sekolah/ panitia.

Kegiatan dalam Komunitas Belajar Profesional pada


dasarnya merupakan proses interaksi dalam komunitas.
Perbedaan antara interaksi dalam komunitas belajar dengan
interaksi pada umumnya adalah bahwa dalam komunitas belajar
interaksi dilakukan berdasarkan pada refleksi diri sehingga timbul
keinginan untuk memperbaiki diri. Hal ini tidak terdapat pada
kelompok yang bukan komunitas belajar. Sebagaimana
dinyatakan oleh Triatna (2015:43) bahwa semua PTK mengalami
proses interaksi, tetapi tidak semua interaksi mengakibatkan hasil
belajar. Pengalaman yang dievaluasi, dicari logikanya, dan
direfleksi akan

menjadikan seseorang berubah dan lebih berpengalaman.

Pembentukan komunitas belajar di sekolah memerlukan


peran kepala sekolah dalam mengatur alur komunikasi sehingga
tetap berjalan dengan lancar serta menjamin bahwa kegiatan
dalam komunitas belajar tetap mengarah pada tujuan yang
ditetapkan. Kepala sekolah juga harus berperan sebagai role
model bagi spirit dalam melakukan perbaikan kompetensi melalui
partisipasinya
49
dalam Komunitas Belajar Profesional. Komunikasi yang
dikembangkan di sekolah sejauh mungkin menerapkan sistem
demokratis. Hal ini sejalan dengan pendapat Triatna (2015 : 43)
yang menyatakan bahwa proses dialog dalam konteks
pengembangan sekolah harus terhindar dari mengistimewakan
orang tertentu dari pada orang lainnya dalam komunitas.

Kesabaran dan konsistensi dari semua anggota komunitas


sangat diperlukan bagi keberlangsungan Komunitas Belajar
Profesional. Hal ini disebabkan Komunitas Belajar Profesional
bukanlah sebuah proses sekali jalan, tetapi merupakan sesuatu
yang harus terus-menerus dikembangkan sejalan dengan proses
proses perkembangan guru sebagai bagian dari organisasi

sekolah. Dukungan utama dalam pengembangan kapasitas


sekolah melalui belajar bersama dalam komunitas profesional
mensyaratkan perubahan pada budaya organisasi, yaitu
perubahan yang berjalan dalam waktu setahap demi setahap dan
berkembang sesuai dengan perjalanan refleksi warga
sekolah.Triatna (2015:44).

Keberhasilan dalam membangun Komunitas Belajar


Profesional dapat dilihat dari pencapaian indikator-indikator yang
ditetapkan. Berikut ini adalah indikator-indikator Komunitas Belajar
Profesional yang dirangkum dari pendapat Harris & Jones
(2010:176-177) dan Dehdary (2017:647), yaitu (a) terdiri atas
guru-guru dengan keahlian yang berbeda, (b) adanya partisipasi
secara kolegial di antara peserta, (c) adanya penyediaan fasilitas
oleh pimpinan, (d) tindakan dilaksanakan berdasarkan

orientasi kebutuhan dan selalu dilihat perkembangannya), (e)


fokus terhadap perbaikan proses pembelajaran serta
memaksimalkan dampaknya terhadap hasil belajar siswa, (f)
adanya rasa saling menghormati dan mempercayai di antara
anggota komunitas, dan (g) adanya kegiatan berbagi
pengetahuan di antara anggota komunitas.

Kenyataan di lapangan, tidak mudah membangun Komunitas


Belajar Profesional. Salah satu contoh adalah
50
kondisi di SDN Santaka. Sebagian besar guru di SDN Santaka
belum mampu mengatur waktu dengan baik untuk melakukan
kegiatan yang bersifat membangun kebersamaan dalam sebuah
komunitas belajar. Waktu setelah jam mengajar selesai
cenderung dihabiskan untuk melakukan hal-hal lain yang tidak
ada kaitannya dengan upaya untuk meningkatkan kompetensi.

Guru merupakan anggota komunitas di sekolah yang


keberadaanya sangat memengaruhi kualitas layanan pendidikan
dan pembelajaran. Sebagai pendidik, sudah selayaknya guru
menjadi suri tauladan bagi peserta didik terutama dalam
membangun kebiasaan belajar yang mandiri. Kemandirian dalam
konteks guru sebagai pembelajar dewasa adalah kesadaran untuk
melakukan refleksi mengenai kompetensi yang dimiliki serta
berusaha untuk memperbaikinya. Hal ini sejalan dengan
Peraturan Presiden Nomor 87/2017 tentang pendidikan karakter.

Langkah awal yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam


menghadapi masalah berupa belum terbentuknya Komunitas
Belajar Profesional di SDN Santaka adalah melakukan refleksi
diri. Dari hasil refleksi tersebut diketahui bahwa gaya
kepemimpinan yang diterapkan selama ini masih bersifat
konvensional, mengedepankan instruksi dari pada persuasi.
Dengan gaya tersebut, kepatuhan guru untuk mengikuti kegiatan
komunitas belajar hanya bersifat temporer, belum sampai pada
tumbuhnya kesadaran. Keadaan ini berdampak pada rendahnya
kompetensi profesional dan pedagogik guru yang berkaitan
langsung dengan proses pembelajaran. Hasil supervisi
menunjukan bahwa sebagian besar guru belum membuat
perangkat pembelajaran yang memadai, sehingga proses
pembelajaran kurang terencana dengan baik. Pada proses
pembelajaran di kelas, sangat sedikit guru yang menerapkan
model- model pembelajaran. Di samping itu, penggunaan media
IT masih kurang, baik sebagai media pembelajaran maupun
sebagai alat bantu dalam membuat perangkat pembelajaran.
Sebagai akibat kurangnya inovasi dalam pembelajaran, maka
guru

51
kekurangan bahan untuk menyusun karya tulis, sehingga sampai
dengan akhir tahun 2017 sangat sedikit KTI yang dihasilkan oleh
guru dan disimpan di perpustakaan. Keadaan ini membuat kepala
sekolah berpikir bahwa
diperlukan sebuah strategi yang inovatif dalam memotivasi guru
membentuk Komunitas Belajar Profesional. Strategi yang dipilih
oleh kepala sekolah sebagai upaya untuk membangun Komunitas
Belajar Profesional di kalangan guru-guru SDN Santaka kemudian
diberi nama strategi SWEET LOVE.

Strategi SWEET LOVE, Arti dan Implementasinya Secara


harfiah kata sweet dapat diartikan manis dan
kata love diartikan cinta dalam Bahasa Indonesia. Kata “manis”
memiliki pengertian (1) rasa seperti rasa gula, (2) elok/mungil, (3)
sangat menarik hati, dan (4) indah/ menyenangkan. Kata cinta
mengandung pengertian (1) suka sekali, sayang benar, (2) kasih
sekali, terpikat,(3) ingin sekali/berharap sekali, dan (4) susah hati/
risau (http: kbbi .kemdikb.id/). Berdasarkan uraian tersebut, frase
sweet love mengandung pengertian sebagai sesuatu yang indah,
cantik, dan menarik. Dengan demikian, penggunaan kata sweet
love sebagai sebuah strategi diharapkan memberikan kesan yang
menarik, menyenangkan, dan mengandung nilai-nilai humanis.

Strategi SWEET LOVE pada dasarnya merupakan


serangkaian langkah konkret yang dilakukan oleh kepala sekolah
terhadap guru supaya memiliki kepedulian terhadap upaya
meningkatkan kompetensi. Salah satu aspek yang sangat penting
dari strategi SWEET LOVE adalah kerjasama yang dikembangkan
di kalangan guru dalam melaksanakan kegiatan. Di samping itu,
konsep mutualitas menjamin bahwa guru berada pada posisi yang
sama dalam melaksanakan kegiatan belajar. (Karwati &
Prawiyogi,2019:74). Berdasarkan uraian tersebut, strategi SWEET
LOVE bukanlah bentuk perlakuan tunggal, tapi merupakan satu
rangkaian secara keseluruhan.

Strategi SWEET LOVE bisa juga dikatakan sebagai


52
serangkaian pendekatan yang dilakukan oleh kepala sekolah
dalam rangka meningkatkan partisipasi guru terhadap program
peningkatan kompetensi. (Karwati & Prawiyogi,2019:76) . Nilai-
nilai humanis, kebersamaan, rasa percaya diri, serta penghargaan
terhadap kinerja merupakan karakter dasar dari pendekatan
SWEET LOVE .Pengertian ini digunakan untuk merefleksikan
nama sweet love itu sendiri yang di dalamnya mengandung unsur-
unsur rasa cinta kasih dari kepala sekolah kepada guru.
Penggunaan kata atau frase yang berkonotasi baik dengan
proporsi yang tepat akan mampu meningkatkan rasa memiliki di
kalangan guru sehingga kemungkinan bagi berhasilnya sebuah
program dapat lebih diperbesar.

Langkah-langkah dalam menerapkan strategi SWEET LOVE


untuk membangun Komunitas Belajar Profesional adalah sebagai
berikut.
1. Set the Goals
Penentuan tujuan merupakan dasar bagi dilaksanakannya
seluruh program kegiatan. Adapun
tujuan yang ditetapkan adalah (a) membangun Komunitas Belajar
Profesional sebagai tujuan utama dikembangkan dengan
berdasarkan pada indikator-indikator yang telah ditetapkan, (b)
meningkatkan kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik
guru, dan (c) meningkatkan pemenuhan perangkat pembelajaran.

Gambar 1. Membangun Komunikasi

53
2. Write Down the Plan
MembangunKomunitasBelajarProfesional
dirumuskan dalam sebuah program perencanaan. Program
perencanaan yang dimaksud berupa rancangan kegiatan yang
mendukung terbangunnya Komunitas Belajar Profesional dengan
menggunakan strategi SWEET LOVE. Pada langkah ini sekaligus
ditetapkan aturan-aturan yang harus ditaati dalam membangun
Komunitas Belajar Profesional.

3. Encourage the Teachers to Participate.


Hal paling penting untuk diterapkan oleh kepala sekolah
dalam langkah ini adalah bagaimana membuat guru untuk berani
berpartisipasi, baik sebagai peserta yang aktif maupun sebagai
pemateri. Keberanian yang memang bukan tumbuh dengan
sendirinya, tetapi perlu dorongan terutama dari kepala sekolah
sebagai pimpinan. Pada tahap awal, kepala sekolah memberikan
contoh tentang bagaimana menjadi narasumber, sedangkan tahap
selanjutnya guru didorong untuk memiliki keberanian dan
kepercayaan diri untuk tampil.

Gambar 2. Kepala sekolah menginspirasi guru

4. Ensure the Teachers that They Have Capabilities Meyakinkan


guru-guru bahwa mereka memiliki
kapabilitas yang memadai dilakukan kepala sekolah dengan
memberikan kesempatan kepada guru untuk

54
menjadi narasumber pada kegiatan yang bersifat formal maupun
informal. Kepala sekolah memberikan contoh tentang menjadi
narasumber pada kegiatan sharing kemudian memberikan
kesempatan kepada guru untuk menunjukan kapasitasnya di
hadapan rekan-rekan.

Gambar 3. Guru menjadi narasumber

5. Treat the Teachers Just Like What You Want to be Treated

Kepala sekolah harus memahami karakter dari setiap guru


yang berbeda-beda sehingga mereka nyaman dalam mengikuti
kegiatan. Pemahaman yang baik mengenai karakter guru
membuat perlakuan yang diberikan oleh kepala sekolah menjadi
lebih efektif. Kebiasaan senyum, sapa, salam, memberi masukan
yang membangun tanpa merendahkan martabat merupakan
langkah yang sangat tepat diberikan oleh kepala sekolah.
Pendekatan tersebut mengembangkan sikap saling menghargai di
antara semua anggota komunitas guru.

6. Let the Teachers Work Together


Sebagai sebuah komunitas, keterampilan untuk bekerja sama
menjadi ciri yang tidak dapat dilepaskan. Kerjasama / kolaborasi
juga menjadi wadah yang tepat

55
bagi guru untuk saling bertukar pikiran, bekerjasama dalam
memecahkan permasalahan. Kegiatan komunitas belajar yang
dikembangkan bersifat formal dan informal. Bentuk Kegiatan
formal antara lain (a) KKG berbasis sekolah tentang implementasi
kurikulum 2013, (b) IHT tentang model- model pembelajaran, (c)
pelatihan komputer/ IT, (d) IHT tentang penyusunan KTI, (e)
diskusi tentang pengembangan materi pembelajaran, (f)
mengobservasi pelaksanaan pembelajaran, (g) evaluasi
pelaksanaan pembelajaran. Adapun kegiatan informal adalah (a)
SAJAGO (Sajam Ngobrol) berisi obrolan santai tentang isu-isu
pendidikan dan pembelajaran, dan (b) GARENG (Gawe Bareng),
di mana guru secara kolaboratif membuat perangkat dan media
pembelajaran yang inovatif.

Gambar 4. Guru Berkolaborasi dalam Meningkatkan Kompetensi

7. Obey the Rules that Have been Made


Membangun Komunitas Belajar Profesional memerlukan
aturan yang harus ditaati bersama. Aturan yang diberlakukan
pada Komunitas Belajar Profesional di SDN Santaka yaitu: (1)
guru harus bersedia untuk membagikan pengetahuan yang dimiliki
kepada sesama rekan, (2) tingkat kehadiran guru dalam kegiatan
Komunitas Belajar Profesional harus maksimal, (3) pendapat
harus disampaikan dengan cara bijaksana dan sopan, serta (4)
selalu mengembangkan sikap kekeluargaan. Ketaatan terhadap
aturan merupakan

56
sebuah keniscayaan sehingga Komunitas Belajar Profesional
dapat berjalan secara efektif dan efisien.

8. Value All the Teachers’ Work


Pemberian penghargaan bisa menjadi motivasi yang
luar biasa bagi guru untuk terus berkarya. Pemberian
penghargaan terhadap kinerja guru bisa dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya dengan pujian, maupun dengan
pemberian kesempatan kepada guru untuk menjadi narasumber
kegiatan. Perasaan dihargai sebagai guru, ditempatkan sebagai
manusia yang memiliki kemampuan memberikan energi yang luar
biasa bagi guru untuk berbuat lebih baik.

Gambar 5. Pemberian penghargaan terhadap kinerja guru

9. Evaluate and Reflect


Evaluasi dilakukan secara kualitatif dengan
memberikan tanggapan terhadap proses dan hasil kegiatan.
Proses evaluasi dilakukan kepada semua anggota komunitas,
baik kepala sekolah maupun guru. Refleksi merupakan kegiatan
bersama untuk melihat berbagai kekurangan yang masih ada baik
personal, maupun keseluruhan anggota komunitas.

Terbangunnya Komunitas Belajar Profesional


Berdasarkan hasil pembinaan, pemantauan, pengamatan,
supervisi, dan wawancara terhadap strategi

57
SWEET LOVE dalam membangun Komunitas Belajar Profesional,
beberapa hal dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Komunitas Belajar Profesional telah terbangun di SDN


Santaka. Hal ini berdasarkan analisis ketercapaian indikator-
indikator Komunitas Belajar Profesional yang mencapai 94.
Motivasi guru untuk membangun Komunitas Belajar
Profesional semakin meningkat, yang ditandai dengan tingkat
kehadiran guru mencapai 92%. Hasil pengamatan juga
menunjukan bahwa sejak digunakannya strategi SWEET
LOVE, kesadaran guru tentang pentingnya peningkatan
kompetensi meningkat. Hal ini dapat dilihat dari topik
pembicaraan dalam komunitas guru lebih mengarah pada hal-
hal yang ada relevansinya dengan tugas fungsi guru. Indikasi
lainnya yang berhubungan dengan motivasi belajar adalah
masuknya guru pada komunitas PKB on line Rumah Belajar
yang berjalan di bawah naungan kemdikbud.

Gambar 6. Sebelum dan Sesudah Terbentuknya PLC

2. Kompetensi profesional dan pedagogik guru meningkat, yaitu


yang berkaitan dengan penguasaan IT, penyusunan KTI
berupa PTK, dan penggunaan model-model pembelajaran.
Capaian nilai rata-rata
58
dari kompetensi di atas adalah 87, 86, dan 88. Di bawah ini
contoh judul PTK yang disusun oleh dua orang guru

1 Penggunaan Metoda Demonstrasi Dalam Upaya


Meningkatkan Prestasi Siswa Mata Pelajaran IPA
Pada Konsep Perubahan Pada Benda di Kelas VI
Guru 1 SDN Santaka Kecamatan Cimanggung Kabupaten
Sumedang Tahun 2014/2015
2. Meningkatkan Prestasi Siswa Pada Materi
Bilangan Pecahan Dan Desimal Matematika
Dengan Menerapkan Model Kooperatif Student
Teams Achievment Division (STAD) Di Kelas VI
SDN Santaka Kecamatan Cimanggung Kabupaten
Sumedang Tahun 2016/2017

1. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Teknik 3b


Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Percakapan di
Kelas 3 SDN Santaka Kecamatan Cimanggung Kabupaten
Sumedang Tahun 2017
Guru 2
2. Penggunaan Media Konkrit Untuk Meningkatkan Pemahaman
Siswa Pada Materi Pecahan di Kelas 2 SDN Santaka
Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang Tahun 2018
3. Penggunan Media Konkrit Untuk Pemahaman Siswa Tentang
Materi Penjumlahan di Kelas 2 SDN Santaka Kecamatan
Cimanggung Kabupaten Sumedang Tahun 2018

Gambar 7. Contoh Judul PTK

3. Sebagian besar guru telah menerapkan model-model


pembelajaran pada tahun pelajaran 2018/2019.

59
Gambar 8. Guru Menerapkan Model Pembelajaran

4. Pemenuhan perangkat pembelajaran mencapai 98% pada


tahun pelajaran 2018/2019.
5. Hasil wawancara dengan guru menunjukan bahwa, 100%
guru memahami dan menyatakan bahwa Komunitas Belajar
Profesional sangat bermanfaat bagi pengembangan
kompetensi, merasa dihargai
dengan diberikan kesempatan untuk berbagi pengetahuan,
dan strategi SWEET LOVE sangat
efektif dalam membangun Komunitas Belajar Profesional.

Implementasi strategi SWEET LOVE selain memberikan hasil


sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu, juga memberikan
dampak sebagai berikut.
1. Guru
Dampak menerapkan strategi SWEET LOVE terhadap guru
adalah:
a. pada tahun 2018, salah seorang guru di SDN Santaka
memperoleh peringkat ke-2 sebagai guru berprestasi
tingkat Kecamatan Cimanggung;
b. semua guru pada tahun 2019 mendapat nilai PKB dengan
predikat “Baik”.
2. Peserta Didik
Dampak bagi peserta didik adalah:
a. perolehan nilai rata-rata USBN terjadi kenaikan yang
cukup signifikan sebagaimana terlihat pada tabel berikut,
yaitu 85,06 pada tahun pelajaran

60
2016/2017; 86,61 pada tahun pelajaran 2017/2018 dan
95,74 pada tahun pelajaran 2018/2019
b. Capaian nilai tarap serap kurikulum adalah 77 dan 78 pada
semester 1 dan 2 tahun pelajaran 2017/2018 serta 80 dan
81 pada semester 1 dan 2 tahun pelajaran 2018/2019.

3. Sekolah
Meningkatnya kompetensi profesional dan pedagogik telah
berdampak terhadap meningkatnya pemahaman guru
mengenai berbagai program sekolah lainnya sehingga
partisipasi guru pada program-program tersebut meningkat.
Hal ini berimbas pada peningkatan nilai akreditasi sekolah,
yaitu dari nilai 81 pada tahun 2011 menjadi 87 pada tahun
2017.

Berdasarkan uraian di atas, strategi SWEET LOVE terbukti


mampu membangun Komunitas Belajar Profesional di SDN
Santaka serta meningkatkan kompetensi profesional dan
pedagogik guru. Strategi SWEET LOVE dapat digunakan oleh
kepala sekolah lainnya yang tertarik untuk mengaplikasikan
strategi ini sesuai dengan kondisi masing-masing. Beberapa
rekomendasi dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Pada langkah Set the Goals, harus ditambahkan dengan


keterlibatan ahli misalnya pengawas sekolah, atau unsur-unsur
dari komite sekolah maupun dunia usaha, sehingga muatan
dalam kegiatan Komunitas Belajar Profesional dapat lebih
ditingkatkan.
b. Pada langkah Write Down the Plan kepala sekolah harus
memberikan porsi yang lebih besar kepada guru untuk
meningkatkan self-belonging mereka terhadap program
kegiatan, sehingga tingkat ketercapaian program dapat lebih
ditingkakan lagi.
c. Meningkatkan pengetahuan tentang seni-seni membangun
kepercayaan diri pada bawahan, terutama dalam
melaksanakan melaksanakan pendekatan Encourage the
Teachers to Participate dan Ensure the Teachers that they
Have Capabilities.

61
Daftar Pustaka
Dehdary. (2017). A Look Into Professional Learning
Community. http :/ / www .academy publication
.com/ ojs/ index .php/ jltr/ article/view/ jltr0804645654.
Volume 8 Number 4. Pp 647
Harris, A. dan Jones, M. (2010). Professional Learning
Communities And System Improvement.
https://www.researchgate.net/publication/
249752354_Professional_learning_communities_a
nd_system_improvement Volume 13 Number 2 July 2010
172–181. Pp 172 – 181.
Karwati,W dan Prawiyogi,A. (2019) Guru dan
Membelajarkan Guru. Karawang FBIS Publishing.
Triatna, Cepi (2015). Membangun Komunitas Belajar
Profesional untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di
Sekolah http://ejournal.upi edu/index
.php/JPSPs/article/view/5918

62
Tentang Penulis
Wawat Karwati, M.Pd. lahir di
Bandung pada tanggal 22 November
1971. Pendidikan terakhir S2
Pendidikan Dasar di Universitas
Pendidikan Indonesia. Ibu dari tiga
orang anak ini sekarang bekerja
sebagai Kepala SDN Santaka
Kecamatan Cimanggung Kabupaten
Sumedang. Sejauh ini buku yang telah
dihasilkan ada dua, yaitu
Remaja dan Permasalahannya pada tahun 2015 yang ditulis
bersama rekan-rekannya di Universitas Pendidikan Indonesia.
Buku kedua terbit pada tahun 2019 dengan judul Guru dan
Membelajarkan Guru. Nomor HP 081220595958.

63

Anda mungkin juga menyukai