Anda di halaman 1dari 21

Karya Tulis Ilmiah

Tema : Ketahanan Keluarga

Judul :

Pentingnya Pendidikan Parenting

Dalam Membina Keluarga Yang

Sakinah Mawaddah Warohmah

Disusun Oleh :

Muh. Syachreza S. Pd
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ِم ِهَّللا الَّرْح َٰم ِن الَّر ِح يِم‬

‫ َو َع َلى‬، ‫ َو الَّص َالُة َو الَّس َالُم َع َلى َأْش َر ِف اَأْلْنِبَياِء َو اْلُم ْر َسِلْيَن‬، ‫اْلَحْم ُد هلل َر ِّب اْلَع اَلِم ْيَن‬

.‫الِّدْين‬ ‫أله َو َأْص َح اِبِه َو َم ْن َتِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم‬
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT., yang telah

melimpahkan nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Pentingnya Pendidikan

Parenting Dalam Membina Keluarga Yang Sakinah Mawaddah Warohmah.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada mentor yang selalu memberikan

dukungan dan bimbingannya

Karya tulis ilmiah ini penulis buat dengan tujuan untuk memberikan tips

bagaimana menerapkan pendidikan parenting terkhusus para orang tua maupun

calon orang tua diluar sana. Tak hanya itu, penulis juga berharap makalah ini bisa

bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Walaupun demikian, penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih

banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah yang berjudul

Pentingnya Pendidikan Parenting Dalam Membina Keluarga Yang Sakinah

Mawaddah Warohmah ini bisa memberikan informasi dan ilmu yang

bermanfaat bagi kita semua. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para

pembaca yang telah membaca makalah ini hingga akhir


DAFTAR ISI

SAMPUL..............................................................................................................

KATA PENGANTAR..........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................5

C. Tujuan.................................................................................................5

D. Manfaat...............................................................................................5

BAB II: PEMBAHASAN....................................................................................6

A. Pengertian Pendidikan Parenting........................................................6

B. Pengertian Keluarga Sakinah Mawaddah Warohmah........................7

C. Manfaat dan Cara Penerapan Pendidikan Parenting...........................8

BAB III: KESIMPULAN....................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah amanah yang diberikan kepada orang tua untuk

membesarkannya sehingga menjadi pribadi yang dewasa. Dalam perkembangan

anak, orang tua mempunyai andil yang sangat besar, hal ini dikarenakan keluarga

sebagai tempat pertama dimana anak dilahirkan, dibesarkan dan dalam keluarga

pula anak berkembang. Menjadi orang tua membutuhkan tanggung jawab yang

besar, keterampilan yang baik agar anak dapat bertumbuh dan berkembang

dengan memadai. Orang tua adalah dua individu yang berbeda yang tinggal

bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan sehari-hari. Hidup

berumah tanggga tentunya ada perbedaan antara suami dan istri, perbedaan dari

cara berpikir, perbedaan dari gaya dan kebiasaan, perbedaan dari sifat, perbedaan

dari tingkatan ekonomi dan pendidikan, dan banyak lagi perbedaan-perbedaan

lainya.1

Pendidikan adalah hal paling penting yang dibutuhkan anak sebagai bekal

kehidupannya. Beberapa hadis tentang mendidik anak dalam Islam ini bisa

menjadi landasan untuk memberikan bekal terbaik kepada anak.

Hadis Pertama

‫ َم ا َنَحَل َو اِلٌد َو َلَد ُه َأْفَض َل ِم ْن َأَد ٍب‬: ‫َقاَل الَّنِبُّي َع َلْيِه الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم‬

. ‫َحَس ٍن‬
1
Silvianti Candra, “Pelaksanaan Parenting Bagi Orang Tua Sibuk Dan Pengaruhnya Bagi
Perkembangan Anak Usia Dini,” ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 5,
no. 2 (2018): 267, https://doi.org/10.21043/thufula.v5i2.3475.

1
Artinya: Nabi SAW bersabda: “Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya

yang lebih utama dari pada (pendidikan) tata krama yang baik.” (HR At-Tirmidzi

dan Al-Hakim)

Hadis Kedua

‫ أِل ْن ُيَؤ ِّد َب الَّرُجُل َو َلَد ُه َخ ْيٌر َلُه ِم ْن أْن‬: ‫َو َقاَل َع َلْيِه الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم‬

.‫َيَتَص َّد َق ِبَص اٍع‬


Artinya: Nabi SAW bersabda: “Seseorang mendidik anaknya itu lebih baik

baginya dari pada ia menshadaqahkan (setiap hari) satu sha.” (HR At-Tirmidzi)

Hadis Ketiga

. ‫ َأْك ِر ُم وا َأْو اَل َد ُك ْم َو َأْح ِس ُنوا آَد اَبُهْم‬: ‫َو َقاَل َع َلْيِه الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم‬
Artinya: Nabi SAW bersabda: “Muliakanlah anak-anak kalian dan ajarilah

mereka tata krama.” (HR Ibnu Majah)

Hadis Keempat

‫ ِإَّن ِفى اْلَج َّنِة َد اًرا ُيَقاُل َلَها َداُر اْلَف َر ِح‬: ‫َو َقاَل َع َلْيِه الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم‬

. ‫اَل َيْد ُخ ُلَها ِإَّال َم ْن َفَّر َح الِّص ْبَياَن‬


Artinya: Nabi SAW bersabda: “Sungguh di dalam surga itu ada rumah yang

disebut rumah kebahagiaan yang tidak dimasuki kecuali orang

yang membahagiakan anak-anak kecil.” (HR Abu Ya’la dari Aisyah RA)2

2
https://www.orami.co.id/magazine/cara-dan-hadis-tentang-mendidik-anak#google_vignette

2
Contoh pola asuh yang baik bisa dilihat dari pola asuh yang dipraktikkan

oleh Nabi Ibrahim as. Beliau menerapkan pola asuh yang demokratis. Hal ini telah

terekam jelas dalam surat al-Shaffat/37 ayat 102 berikut.

‫َفَلَّم ا َبَلَغ َم َع ُه الَّس ْع َي َق اَل َي ا ُبَنَّي ِإِّني َأَر ى ِفي اْلَم َن اِم َأِّني َأْذ َبُح َك‬

‫َفاْنُظْر َم اَذ ا َتَر ى َقاَل َيا َأَبِت اْفَع ْل َم ا ُت ْؤ َم ُر َس َتِج ُد ِني ِإْن َش اَء ُهَّللا‬

‫ِم َن الَّصاِبِريَن‬
Artinya : Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha

bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi

bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”. Dia

(Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah)

kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”.

Melalui ayat di atas bisa diketahui bahwa metode yang digunakan Nabi

Ibrahim as adalah metode dialog. Hal tersebut beliau lakukan untuk meminta

pendapat dari putranya, yakni Ismail as. Ini merupakan satu hal yang harus

diteladani. Sebab, melalui metode tersebut Nabi Ibrahim as telah memberi contoh

pada para orangtua supaya mengikutsertakan anaknya. Misalnya dalam

memecahkan sebuah masalah khususnya masalah yang menyangkut si anak.

Namun, di sisi lain Alquran mengisahkan beberapa pola asuh yang otoriter. Meski

demikian, perlu dicatat bahwa konteks realitas sosial dalam ayat tentang pola asuh

otoriter berbeda dengan ayat yang menerangkan pola asuh demokratis.3

3
https://hidayatuna.com/ayat-alquran-tentang-parenting-bekal-orangtua-mengasuh-anak/

3
Mewujudkan keluarga Sakinah Mawaddah dan Warohmah adalah dambaan

setiap insan manusia. Betapa bahagianya kita mempunyai keluarga yang dipenuhi

rasa saling mencintai, menyayangi, melindungi dan menghormati. Namun

ternyata mewujudkan keluarga seperti itu bukanlah pekerjaan membalik telapak

tangan. Dibutuhkan usaha keras dan dukungan dari semua pihak dalam keluarga

baik Ayah, ibu dan anak. Tanggung jawab terbesar adalah Ayah yang bertindak

sebagai kepala keluarga. Peran Ayah sangat vital yang bertindak sebagai nahkoda

yang akan menggerakkan kemana kapal akan berlayar dan berlabuh. Ibu pun tidak

kecil peranannya dalam pembangunan watak dan karakter anak-anak serta

mengatur keuangan keluarga. Akan tetapi, tidak jarang dari mereka menemukan

jalan buntu, baik yang berkecupan secara materi maupun yang berkekurangan.4

Sebagai contoh kasus permasalahan anak yang membuat keluarga tidak

Sakinah mawaddah warohmah adalah dimulai dari contoh kecil, misalnya ada

anak kecil kurang merasa bahagia karena meninjau dari sikap dan perilaku orang

tuanya yang bisa dibilang terlalu kasar dalam memberikan hukuman meskipun si

anak melakukan kesalahan yang kecil saja, sehingga si anak dewasa nantinya

malah menaruh dendam kepada orang tuanya karena perlakuannya terhadap si

anak sangat keterlaluan. Contoh kedua adalah orang tua yang suka membeda-

bedakan anaknya dengan anak lain yang jauh lebih baik daripada anaknya

sehingga membuat kondisi mental anak makin menurun, dan itulah yang membuat

anak tidak percaya diri.

4
Sofyan Basir, “Membangun Keluarga Sakinah,” Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal Bimbingan
Penyuluhan 7, no. 2 (2018): 1–14,
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-Irsyad_Al-Nafs/article/view/14544.

4
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis terinspirasi untuk membuat karya

tulis ilmiah karena penulis yakin bahwa menerapkan pendidikan parenting itu

sangat penting dalam membina keluarga yang Sakinah Mawaddah Warohmah baik

itu terhadap para orang tua maupun para calon orang tua. Dengan mengambil

tema “Ketahanan Keluarga”, penulis mengangkat judul “Pentingnya Pendidikan

Parenting Dalam Membina Keluarga Yang Sakinah Mawaddah Warohmah”.

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana strategi orang tua maupun orang dewasa bagi yang belum menikah

dalam membina keluarga yang Sakinah mawaddah warohmah?

2) Apa saja tahapan yang dilakukan dalam membina keluarga yang Sakinah

mawaddah warohmah?

C. Tujuan

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan informasi dan

juga tips kepada para orang tua maupun calon orang tua dalam penerapan

pendidikan parenting.

D. Manfaat

Manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan ilmu cara

menerapkan pendidikan parenting bagi yang telah berkeluarga maupun bagi yang

belum berkeluarga sebagai bekal kedepannya untuk membina keluarga Sakinah

mawaddah warohmah dimasa yang akan datang.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Parenting

Parenting adalah cara orang tua bertindak sebagai orangtua terhadap anak-

anaknya dimana mereka melakukan serangkaian usaha aktif, karena keluarga

merupakan lingkungan kehidupan yang dikenal anak untuk pertama kalinya dan

untuk seterusnya anak belajar didalam kehidupan keluarga. Ada berbagai istilah

yang digunakan untuk menyebut pendidikan orangtua, seperti school parenting,

parenting club dan parenting school. Minimnya sekolah yang menerapkan

parenting education karena dalam penerapannya kegiatan ini membutuhkan

waktu, sarana dan prasarana yang memadai.5

Menurut Jerome Kagan, beliau adalah seorang psikologi perkembangan,

yang mendefinisikan parenting sebagai serangkaian keputusan tentang sosialisasi

pada anak, yang mencakup apa yang harus dilakukan oleh orangtua agar anak

mampu bertanggung jawab dan memberikan konstribusi sebagai anggota

masyarakat. Jadi parenting disini bagaimana orang tua maupun para calon orang

tua harus menjelaskan kepada anak bagaimana anak bisa mempunyai tanggung

jawab yang tinggi terhadap semua hal yang dilakukan keluarga harus selalu

mendukung kegiatan yang dilakukan anak selagi itu merupak hal yang baik untuk

dilakukan.

Banyak program parenting saat ini yang bisa diikuti oleh orangtua. program

parenting adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pola asuh orangtua
5
Siti Nur Mauanah and Agus Suprijono, “Parenting Education Sebagai Pendidikan Keluarga
( Motiv Keterlibatan Orang Tua Dalam Parenting Education ),” Parenting Education Sebagai
Pendidikan Keluarga 04 (2016): 1–10.

6
guna membangun karakter positif pada anak. Parenting adalah bagaimana cara

mendidik orangtua terhadap anak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Parenting menyangkut semua perilaku orangtua sehari-hari baik yang

berhubungan langsung dengan anak maupun tidak, yang dapat ditangkap maupun

dilihat oleh anak-anaknya, dengan harapan apa yang diberikan kepada anak

(pengasuhan) akan berdampak positif bagi kehidupannya terutama bagi agama,

diri, bangsa, dan juga negaranya. Tugas utama mencerdaskan anak tetaplah ada

pada orangtua meskipun anak telah dimasukkan ke sekolah agama. Peran orangtua

dalam mendidik dan mengasuh anak sangatlah penting dalam mengembangkan

potensi anak.6

B. Pengertian Keluarga Sakinah Mawaddah Warohmah

1. Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing

yang merupakan bagian keluarga.

2. Sakinah

Asal dari kata sakinah adalah sa-ka-na yang berarti tenang atau diam dan

sakinah atau tumakninah berarti ketenangan.

3. Mawaddah

Kata mawaddah berasal dari kata wadda-yawuddu yang berarti mencintai

sesuatu dan berharap untuk bisa terwujud (mahabbatusy-syai' watamanni kaunibi).

6
Siti Maya Mardiani, “PELAKSANAAN PROGRAM SOS (SEKOLAH ORANG TUA SANTRI)
DALAM RANGKA MENYAMAKAN POLA ASUH MEMBANGUN KARAKTER ANAK
(Studi Pada Orangtua Santri Paud IT Ihya As-Sunnah Kota Tasikmalaya),” Journal of Chemical
Information and Modeling, 2018, 8–37.

7
Sementara menurut alAshfani kata mawaddah bisa dipahami dalam beberapa

pengertian: Pertama, cinta (mahabbah) sekaligus keinginan untuk memiliki

(tamanni kaunibi). Kedua, kasih sayang. Namun ada juga ulama yang mengartikan

mawaddah sebagai mujama'ah (bersenggama).

4. Warahmah

Rahmah adalah kasih sayang atau belas kasihan kepada orang lain karena

lebih adanya pertimbangan yang bersifat moral pisikologis. Ia merupakan

ungkapan dari belas kasihan sesorang, ada yang mengartikannya sebagai anak.

Dari uraian di atas kiranya dapat disederhanakan bahwa keluarga sakinah

adalah keluarga yang berawal dari rasa cinta (mawaddah) yang dimiliki oleh

kedua suami-istri, kemudian berkembang menjadi kasih sayang (rahmah) yang

setiap keluarga ketika anggota keluarga tersebut semakin bertambah anggotanya,

hingga terciptanya ketenangan dan kedamaian hidup. Jadi, istilah keluarga sakinah

adalah dua kata yang saling melengkapi, kata sakinah sebagai kata sifat, yaitu

untuk menyifati atau menerangkan kata keluarga. Keluarga sakinah diartikan

dengan keluarga yang tentram, sejahtera, tenang, bahagia serta dilandasi dengan

rasa cinta dan kasih sayang.7

C. Manfaat dan Cara Penerapan Pendidikan Parenting

Bagi seorang anak orang tua merupakan panutan, teladan, pendidik, tempat

mencurahkan kasih sayang, tempat mencurahkan hati, perasan dan perlindung.

Karena itulah orang tua harus menjadi sosok ideal yang diidamkan oleh seorang

anak. Orang tua juga sudah semestinya memiliki tanggung jawab dalam mendidik

7
Ririn Andriani, “KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH MENURUT AL
QUR’AN PERSPEKTIF WAHBAH AZ- ZUHAILI,” 2022.

8
anak. Imam Al-Ghazali mengungkapkan bahwa anak adalah amanat di tangan

kedua orang tuanya. Anak terlahir suci, masih mentah dan belum ada pengaruh

apapun. Orang tua-lah yang pertama memberikan corak, bentuk dan warna

terhadap tumbuh kembang anak.

Dewasa ini orang tua kurang memiliki peran sentral dalam pendidikan dan

pengajaran anak-anak mereka. Banyak orang tua yang tidak memiliki

pengetahuan dasar yang cukup dalam mendidik anak, hal ini menjadi penyebab

proses pendidikan di sekolah kadang menjadi kurang efektif. Ada banyak program

pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang tidak sejalan dengan pola asuh

orang tua di rumah menjadi indikator masih lemahnya pengetahuan dan

pemahaman orang tua dalam mendidik anak.

Oleh karena itu, meningkatkan pengetahuan dasar orang tua dalam

mendidik anak menjadi program yang perlu terus dikembangkan. Sekolah dan

keluarga semestinya berjalan harmoni untuk melakukan proses pendidikan dan

pembelajaran

bagi anak, bahkan sekolah dapat mengambil peran lebih yaitu dengan

mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran bagi orang tua siswa.

Program tersebut dapat menjadi komunikasi sinergis antara orang tua dan sekolah

untuk memantau tumbuh kembang anaknya. Selain itu program pelatihan dan

pembelajaran bagi orang tua siswa ini juga bisa di isi dengan berbagi materi yang

dapat memberikan wawasan terhadap orang tua tentang pendidikan anak. Tentu

ada banyak manfaat dengan keterlibatan orang tua dalam proses parenting,

diantaranya bagi anak dapat; 1) meningkatkan kehadiran dan partisipasi anak, 2)

9
meningkatkan kepercayaan diri anak, 3) meningkatkan perilaku positif anak, 4)

meningkatkan pencapaian perkembangan anak, 5) meningkatkan keinginan anak

untuk bersekolah. Bagi orang tua; 1) meningkatkan komunikasi antar orang tua

dan anak, 2) meningkatkan harapan orang tua pada anak, 3) meningkatkan

kepercayaan dari orang tua dan, 4) meningkatkan kepuasan orang tua terhadap

sekolah. Bagi guru; 1) meningkatkan semangat kerja guru, 2) mendukung iklim

sekolah yang lebih baik, 3) mendukung kemajuan sekolah secara keseluruhan.

Kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk orang tua dapat dilakukan dengan

berbagai bentuk, model dan metode, yang terprogram secara sistematis dan

terencana.8

Dalam pengembangan karakter anak, peranan orangtua dan guru sangatlah

penting, terutama pada waktu anak usia dini. Banyak hal yang harus dilakukan

oleh guru dan orang tua untuk mengambangkan karakter anak, berikut beberapa

upaya yang dapat dilakukan oleh guru dan orangtua dalam membangun karakter

anak yaitu:

1. Memperlakukan anak sesuai dengan karakteristik anak.

2. Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini

3. Memenuhi kebutuhan dasar anak antara lain kebutuhan kasih sayang,

pemberian makanan yang bergizi.

4. Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar

5. Pola pendidikan guru dengan orangtua yang dilaksanakan baik dirumah dan di

sekolah saling berkaitan.

8
Deni Hardianto, Haryani, and D Nurhayati, Buku Panduan Pelatihan Parenting (Universitas
Negeri Yogyakarta, 2017).

10
6. Berikan dukungan dan penghargaan ketika anak menampilkan tingkah

laku yang terpuji.

7. Berikan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan usia perkembangannya.

8. Bersikap tegas, konsisten dan bertanggung jawab.9

Mendidik anak bukan soalan membesarkan mereka secara fisik saja namun

juga psikologis. Dan dalam masa-masa itu, setidaknya ada sekitar 8 larangan

dalam mendidik anak. Berikut diantaranya:

1) Menyalahkan anak ketika mereka gagal

Larangan dalam mendidik anak pertama yakni menyalahkan mereka,

khususnya ketika gagal. Beberapa orangtua tidak suka jika anaknya gagal. Ya

beberapa orangtua menempatkan harapan yang sangat tinggi kepada sang anak

hingga ketika sang anak mengalami kegagalan maka orangtua akan mulai

menyalahkannya.

Terlalu memanjakan anak juga tidak baik. Seorang anak yang dibesarkan

dengan sanjungan dan pujian terus menerus, dan selalu dibenarkan meskipun

dirinya salah memiliki potensi yang besar untuk salah arah. Dalam mindsetnya

dirinya adalah seorang yang sempurna, tak pernah melakukan kesalahan. Lantas

ketika dia mengalami kegagalan, tak jarang yang sulit menerimanya. Apalagi jika

sang orang tua justru menyalahkan sang anak ketika dia gagal.

Anak yang tumbuh dengan hal seperti di atas berpotensi menjadi anak yang

penuh keraguan. Kondisi keraguan inilah yang menjadikan proses belajar kian

melambat.
9
Yulizwati, Ulfa Farrah Lisa, and Miranie Safaringga, PARENTING BERBASIS ISLAM, ed.
Yulizwati, Ulfa Farrah Lisa, and Miranie Safaringga (Sidoarjo: Indomedia Pustaka, 2021).

11
2) Menggunakan kekerasan

Beberapa orangtua menyamakan antara kedisiplinan dan juga kekerasan.

Mereka seringkali menggunakan hukuman yang keras dengan dalih bahwa itu

mengajarkan anak lebih disiplin. Kekerasan sendiri tidak identik dengan fisik,

kekerasan juga bisa berupa verbal seperti cibiran atau membentak.

Orangtua yang menggunakan cara ini kepada anaknya secara tidak langsung

dia membuat petaka bagi masa depan sang anak. Bentakan dan cibiran pada anak

akan membuat mereka jadi pribadi yang takut bereksplorasi, dan merasa tertekan

ketika melakukan sesuatu. Kondisi inilah yang pelan-pelan membunuh prestasi

anak.

Seorang sosiolog yang bernama Murray Straus dari University New

Hampire melakukan riset terhadap sekitar 991 orangtua. Dalam risetnya

menunjukkan jika anak-anak yang terlalu dipaksa di usianya yang masih kecil

akan memiliki mental yang keras juga. Tindakan seperti memaki anak, bentakan,

ajakan yang keras akan berpengaruh negatif kepada anak. Tindakan ini akan

langsung ditiru oleh anak, dan jauh akan terlihat ketika mereka telah dewasa.

Misalnya saja, anak yang dididik dengan bentakan, maka dalam mindsetnya

akan tertanam bahwa bentakan itu adalah hal yang wajar. Jadi di alam bawah

sadarnya akan tertulis jika mengatasi masalah dengan cara tersebut malah

dianjurkan. Sekarang ada banyak berita terkait kekerasan anak, dan mungkin saja

ini dilatarbelakangi dari cara mendidik orangtua mereka.

3) Membanding-bandingkan dengan orang lain

12
Selain itu, membanding-bandingkan seseorang dengan orang lain juga tidak

direkomendasikan dalam ilmu psikologi. Hal ini disinyalir mampu memberikan

efek negatif terhadap psikologis anak nantinya.

Membanding-bandingkan anak dengan orang lain juga membuat seakan

sang orangtua tidak bisa melihat potensi anaknya sendiri. Dan hal ini seringkali

membuat sang anak minder.

Misalnya saja seorang ibu yang selalu membanggakan kakaknya dihadapan

adiknya dengan dalih agar si adik bisa termotivasi dengan kakaknya. Sayangnya

perkataan yang tidak tepat justru akan membuat sang adik merasa diremehkan.

Intinya, orang tua seharusnya memahami bahwa setiap anak itu unik dan

tidak bisa disamakan. Kakak adik sekalipun pasti juga memiliki perbedaan. Dan

perbedaan inilah yang mesti dipahami dan diperhatikan oleh orangtua agar dirinya

tidak melakukan kesalahan yang fatal.

4) Menyerahkan pada pembantu

Di jaman sekarang ini semua sibuk. Saking sibuknya banyak orangtua yang

lepas tangan dan menyerahkan anak mereka untuk diasuh pembantu, baby sitter

atau dititipkan di tempat pengasuhan anak. Orangtua lebih mengutamakan

pekerjaan dengan dalih apa yang mereka dapatkan ini juga untuk anaknya.

Banyak juga yang berpikiran jika tanggung jawab dalam mendidik anak bisa

selesai jika diberikan kepada orang lain seperti pembantu atau tempat penitipan

anak.

13
Padahal perlu diketahui, kehangatan orang tua dan kehangatan kasih sayang

dari orang lain itu berbeda. Hal ini juga berpengaruh terhadap prestasi anak

kedepannya.

5) Kurang apresiatif

Biasanya anak sering menunjukkan hasil karyanya kepada orangtua,

sayangnya banyak juga orang tua yang kurang tanggap dengan tidak memberikan

mereka apresiasi. Jika ini berlarut-larut maka motivasi semangat anak untuk

mengerjakan sesuatu pun juga akan turun, dan kehilangan semangat untuk

berprestasi. Bagi mereka berprestasi atau tidak itu sama saja.

Karena itu, orangtua harus tanggap dan berikan apresiasi kepada anak atas

apa yang mereka kerjakan. Berikan apresiasi secukupnya dan jangan berlebihan

pula. Segala bentuk apresiasi akan membuat anak merasa dihormati, disayangi

dan dihargai. Jadi bijaklah.

6) Bertengkar didepan anak

Larangan dalam mendidik anak selanjutnya yakni hindari bertengkar

didepan anak. Dalam keluarga, pertengkaran adalah hal yang wajar. Namun

menjadi tidak wajar jika ini sering dilakukan apalagi ketika didepan anak.

Orangtua yang sering bertengkar akan menunjukkan bahwa dirinya adalah

pribadi yang kurang dewasa. Sikap marah seperti berkata kasar atau bahkan

memukul juga akan terekam dalam memori mereka. Anak yang sering melihat

orangtuanya bertengkar cenderung memiliki sifat yang keras hingga berujung

pada kenakalan remaja akibat kurangnya kasih sayang.

14
7) Terlalu banyak larangan kepada anak

Larangan dalam mendidik anak satu ini harus dilakukan dengan bijak.

Orangtua seringkali melakukan ini untuk membuat sang anak menjadi pribadi

yang disiplin atau untuk melindungi mereka. Namun terlalu banyak larangan tentu

membatasi ruang geraknya untuk mengeksplor rasa keingintahuannya. Jadi secara

tidak langsung apa yang dilakukan oleh orangtua ini akan membunuh kreativitas

sang anak perlahan.

Melarang anak itu boleh, namun terlalu protektif atau terlalu longgar

terhadap anak juga berdampak pada psikologis mereka.

8) Selalu mengabulkan keinginan anak

Tanpa sadar kita terlalu sering mengabulkan apa yang diminta oleh anak.

Padahal hal ini tidaklah baik. Orangtua sering berdalih bahwa ini adalah cara

untuk mengungkapkan rasa sayang mereka kepada anaknya. Namun alih-alih ini

luapan kasih sayang, malah yang terjadi anak akan menjadi manja. Anak akan

memiliki sifat hedonis. Bahkan mungkin ada satu waktu jika tiba-tiba orangtua

tidak bisa mengabulkan permintaan anak, si anak akan memberontak. Dan sikap

memberontak anak ini bisa berlanjut dan lebih parah ketika mereka dewasa.

Bahkan mungkin ada yang sampai mencuri agar bisa membeli apa yang mereka

inginkan.10

10
https://laskarui.com/2022/08/05/8-larangan-dalam-mendidik-anak/

15
BAB III

KESIMPULAN

Seperti pada uraian materi sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan parenting adalah salah satu strategi yang sangat berperan penting

dalam proses pembinaan keluarga Sakinah mawaddah warohmah dimulai dari

memperlakukan anak sesuai dengan karakteristik anak, menumbuhkan

pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, memenuhi kebutuhan dasar

anak antara lain kebutuhan kasih sayang, pemberian makanan yang bergizi,

membiasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar,

memberikan dukungan dan penghargaan ketika anak menampilkan tingkah laku

yang terpuji, memberikan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan usia

perkembangannya. dan bersikap tegas, konsisten dan bertanggung jawab.

Adapun cara mendidik anak bukan soalan membesarkan mereka secara fisik

saja namun juga psikologis. Dan dalam masa-masa itu, setidaknya ada beberapa

larangan dalam mendidik anak. Yakni dimulai dari : jangan menyalahkan anak

ketika mereka gagal, jangan menggunakan kekerasan, jangan membanding-

bandingkan anak dengan orang lain, jangan menyerahkan anak pada pembantu,

jangan bertengkar didepan anak, jangan terlalu banyak memberikan larangan

kepada anak, dan jangan selalu mengabulkan keinginan anak.

16
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Ririn. “KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH

MENURUT AL QUR’AN PERSPEKTIF WAHBAH AZ- ZUHAILI,” 2022.

Basir, Sofyan. “Membangun Keluarga Sakinah.” Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal

Bimbingan Penyuluhan 7, no. 2 (2018): 1–14. http://journal.uin-

alauddin.ac.id/index.php/Al-Irsyad_Al-Nafs/article/view/14544.

Candra, Silvianti. “Pelaksanaan Parenting Bagi Orang Tua Sibuk Dan

Pengaruhnya Bagi Perkembangan Anak Usia Dini.” ThufuLA: Jurnal Inovasi

Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 5, no. 2 (2018): 267.

https://doi.org/10.21043/thufula.v5i2.3475.

Hardianto, Deni, Haryani, and D Nurhayati. Buku Panduan Pelatihan Parenting.

Universitas Negeri Yogyakarta, 2017.

https://hidayatuna.com/ayat-alquran-tentang-parenting-bekal-orangtua-mengasuh-anak/

https://laskarui.com/2022/08/05/8-larangan-dalam-mendidik-anak/

https://www.orami.co.id/magazine/cara-dan-hadis-tentang-mendidik-

anak#google_vignette

Mardiani, Siti Maya. “PELAKSANAAN PROGRAM SOS (SEKOLAH ORANG

TUA SANTRI) DALAM RANGKA MENYAMAKAN POLA ASUH

MEMBANGUN KARAKTER ANAK (Studi Pada Orangtua Santri Paud IT

Ihya As-Sunnah Kota Tasikmalaya).” Journal of Chemical Information and

Modeling, 2018, 8–37.


Mauanah, Siti Nur, and Agus Suprijono. “Parenting Education Sebagai

Pendidikan Keluarga ( Motiv Keterlibatan Orang Tua Dalam Parenting

Education ).” Parenting Education Sebagai Pendidikan Keluarga 04 (2016):

1–10.

Yulizwati, Ulfa Farrah Lisa, and Miranie Safaringga. PARENTING BERBASIS

ISLAM. Edited by Yulizwati, Ulfa Farrah Lisa, and Miranie Safaringga.

Sidoarjo: Indomedia Pustaka, 2021.

Anda mungkin juga menyukai