Anda di halaman 1dari 32

1.

[01:21, 12/30/2016] +62 858-0338-2411: [27/12 23.08] atqiyaul akhfiya: Notulensi Kajian Mandiri
Live (KaMaL) ODOJ Sukoharjo

Tema : Pendidikan Anak Usia Dini

Ustadz/Ustadzah : Usth. Riyanti

Hari/Tanggal : Selasa, 26 Desember 2016

Tempat : grup Kajian Odoj Sukoharjo

Moderator : Ukhtina Ayu

Notulensi : Ukhtina Nurul

Presensi : .... orang

List Presensi Kajian

#terlampir

MATERI KAJIAN

Anak menjadi dambaan setiap keluarga adalah rizki sekaligus ujian dari Allah Taala kepada hamba-
hamba-Nya. Bahkan Allah Taala menyebutkan dalam firman-Nya bahwa anak adalah salah satu
kesenangan dan perhiasan dunia,

Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. (Qs. Al-Kahfi: 46)

Kehadiran anak di tengah-tengah keluarga merupakan amanah yang sangat besar bagi kedua orang
tuanya. Oleh karenanya, para orang tua dituntut untuk senantiasa memperhatikan perkembangan
jasmani dan rohani sang buah hati. Namun, belakangan sering kita temui peristiwa-peristiwa
memilukan yang menimpa anak-anak akibat perbuatan orang tuanya.
Misalnya saja, seorang wanita yang berdomisili di Bandung dan pernah mengecap pendidikan di
salah satu Universitas ternama di kota tersebut, dengan begitu tega membunuh ketiga buah hati
yang telah susah payah dikandungnya, hanya karena kekhawatirannya yang tidak beralasan.

Hal serupa juga menimpa seorang bayi mungil di daerah Sulawesi yang dibanting ayah kandungnya
sendiri hingga tewas, hanya karena ayahnya kesal mendengar tangisan anaknya yang tidak kunjung
berhenti. Dan peristiwa yang baru-baru ini terjadi adalah seorang anak lelaki di daerah Jakarta yang
dihajar oleh ayah kandungnya sendiri hanya karena anaknya tersebut lupa mematikan air yang
sedang dimasak.

Kisah-kisah ini merupakan tragedi dalam sejarah pendidikan dan perkembangan anak. Tidak sedikit
orang tua yang masih memiliki anggapan bahwa kekerasan dapat menjadi cara yang ampuh agar
membuat anak menjadi faham akan sesuatu hal. Jadi, berapa banyak lagi kisah-kisah serupa yang
harus dialami anak-anak dengan dalil pendidikan??? Bukankah tubuh mungil itu seharusnya
mendapatkan limpahan kasih sayang???

Setiap rumah tangga haruslah memiliki keinginan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah,
mawaddah wa rahmah. Dan untuk menjalankan amanah tersebut maka setiap anggota keluarga
mesti memiliki peranan dan tanggung jawab yang dijalankan sebaik-baiknya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallampernah bersabda,




.

Artinya: Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab atas orang yang
dipimpinnya. Seorang Amir (penguasa) adalah pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas
keluarganya, dan istri juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Setiap kalian adalah
pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya.

[Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 893, 5188, 5200), Muslim (no. 1829), dan Ahmad (II/5,
54-55, 111), dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma]

Suami dan istri haruslah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memelihara keluarganya, dalam
hal ini adalah anak-anaknya yang akan menjadi generasi penerus mereka kelak. Sebab anak
merupakan usaha orang tuanya, yang dapat menjadi simpanan di akhirat, sebagaimana sabda
Nabishallallahu alaihi wa sallam,



.
Artinya: Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan oleh seseorang adalah makanan yang dihasilkan
dari usahanya sendiri. Dan sesungguhnya anak itu termasuk dari usahanya.

[Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (II/108), An-Nasai (II/211), At-Tirmidzi (II/287), Ad-
Darimi (II/247), Ibnu Majah (II/2-430), Ath-Thayalisiy (no. 1580), dan Ahmad (VI/41, 126, 162, 173,
193, 201, 202, dan 220), dari Aisyahradhiyallahuanha]

Usia anak-anak terbagi ke dalam dua tahapan hingga mencapai masa baligh-nya. Tahapan yang
pertama adalahsebelum tamyiz dan tahapan kedua adalah sesudah tamyiz. Adapun tamyizadalah
masa dimana anak-anak telah dapat membedakan sesuatu dengan baik, mana yang baik untuk
dirinya dan mana yang buruk atau berbahaya bagi dirinya. Dan pencapaian usia tamyiz akan sangat
dipengaruhi dengan pelajaran, peringatan dan arahan dari orang tua yang dapat difahami oleh si
anak dengan baik dan sesuai dengan pertumbuhan akal si anak.

Metode pendidikan terbaik bagi anak dalam usia sebelum tamyiz dan sesudahtamyiz adalah dengan
jalan mendengar dan menyimak. Karena pada usia tersebut, seorang anak memiliki ingatan yang
amat kuat terhadap segala hal yang dilihat dan didengarnya. Itulah sebabnya, anak-anak pada zaman
dahulu diketahui memiliki hafalan yang luar biasa, sebut saja seperti Imam Asy-Syafii, Imam Bukhari,
dan yang lainnya.

BEGINILAH CARA NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM MENDIDIK ANAK

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallammerupakan uswah bagi orang-orang beriman. Untuk itulah,
kita diperintahkan untuk mencontoh beliau dalam berbagai perkara syariat, salah satunya adalah
tarbiyatul aulad (mendidik anak).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh setiap orang tua, berkaitan dengan pendidikan anak,
antara lain:

1. Memberikan pendidikan agama kepada anak, terutama aqidah yang akan menjadi pondasi ke-
Islamannya. Perhatikan bagaimana perkataan Luqman kepada anaknya,

,

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, Hai anakku, janganlah kamu
menyekutukan Allah. Sesungguhnya kesyirikan itu merupakan kezhaliman yang besar. (Qs. Luqman:
13)

Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah mengajarkan hal ini kepada Abdullah bin Abbas
radhiyallahuanhuma, beliau bersabda,

: .






.



.
Artinya: Wahai anak, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah
(hak-hak) Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah (hak-hak) Allah, niscaya engkau mendapati-
Nya di hadapanmu. Apabila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah, dan apabila engkau
memohon pertolongan maka mohonlah kepada Allah. Dan ketahuilah, sekiranya ummat ini bersatu
untuk memberimu manfaat maka manfaat tersebut tidak akan sampai kepadamu kecuali apa yang
telah ditetapkan Allah atasmu. Dan apabila ummat ini bersatu untuk mencelakakanmu maka sedikit
pun mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena
(takdir) telah terangkat dan lembaran (takdir) telah mengering.

Dan ketahuilah, sesungguhnya bersabar atas apa-apa yang tidak engkau sukai itu memiliki kebaikan
yang amat banyak. Dan sesungguhnya pertolongan itu (ada) bersama kesabaran. Dan sesungguhnya
kelapangan itu (datang) bersama kesulitan, dan sesungguhnya kesulitan itu bersama kemudahan.

[Hadits shahih, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (no. 2516), Ahmad (I/292, 303, 307)

Perhatikanlah, bagaimana besarnya perhatian para Salaf untuk mengajarkan aqidah kepada buah
hatinya, karena begitu pentingnya kedudukan aqidah bagi seorang hamba. Dan pengajaran tentang
aqidah ini mestilah diberikan dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak.

Tidak hanya aqidah, tapi anak juga harus dibiasakan untuk menjalani rutinitas ibadah sedari dini,
seperti shalat dan puasa. Karena pemenuhan hak Allah, tidak hanya terbatas pada aqidah saja,
tetapi juga mencakupubudiyyah (peribadatan). Dan untuk menjalankan rutinitas ini, orang tua akan
menjadi contoh bagi anak-anaknya.

Oleh karena itu, hendaknya orang tua memperhatikan kualitas peribadatannya. Dengan demikian,
maka pendidikan agama bagi anak diperlukan sedari dini, agar kelak ketika anak dewasa, dia tidak
akan menjadi seorang yang bodoh terhadap agamanya sendiri.

Imam Asy-Syafii rahimahullah berkata,

Kewajiban bapak dan ibu mendidik anak-anak mereka serta mengajari mereka tatacara bersuci dan
shalat.

Imam An-Nawawi rahimahullahmenambahkan,

Orang tua juga wajib mendidik anak mereka hadir shalat secara berjamaah dan menjelaskan
kepada mereka tentang haramnya zina, homoseks, minum khamr, berdusta, bergunjing, dan
semisalnya. (Dan ini diberikan) kepada anak laki-laki maupun perempuan. [Lihat Al-Majmu Syarh
Muhadzdzab(III/12)

2. Membiasakan anak-anak untuk berakhlak baik dan menasihatinya ketika melakukan kesalahan.
Karena akhlak mulia menjadi pemberat timbagan pada hari Kiamat nanti, sebagaimana
disebutkan oleh Nabishallallahu alaihi wa sallam,

.

Artinya: Tidak ada sesuatupun yang paling berat dalam timbangan seorang Mukmin pada hari
Kiamat nanti daripada akhlak mulia.

[Hadits shahih, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (IV/2002) dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam
Shahihul Jami (no. 5632), dari Abud Dardaradhiyallahuanhu]

Selain itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia,
sebagaimana sabda beliau,

.

Artinya: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang shalih.

[Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (no. 273), Ahmad (III/381), dan
Al-Hakim (II/613), dari Abu Hurairahradhiyallahuanhu. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad
Syakir dalam syarahnya untuk Al-Musnad(XVII/79, no. 8939), dan dishahihkan pula oleh Syaikh Al-
Albani dalamShahihul Adabul Mufrad (no. 207) danSilsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah (no. 45)]

Sebagian orang tua menganggap bahwa membiasakan anak untuk berakhlak baik pada usia dini
belumlah perlu, karena anak-anak akan mendapatkannya pada pendidikan formal kelak. Padahal,
orang tua memiliki andil yang sangat besar untuk mengarahkan anak, karena rumah merupakan
sekolah pertama bagi anak-anak. Dan sebelum anak beranjak menuju pendidikan formal, dia akan
terlebih dulu mendapatkan pendidikan di rumah dan ditengah-tengah keluarganya. Seorang anak
tidak hanya akan mewarisi bentuk fisik orang tuanya, tetapi juga akan mewarisi tabiat kedua orang
tuanya. Dan rumah merupakan tempat dimana anak akan mengadaptasi ajaran dan kebiasaan yang
dilakukan oleh orang tuanya untuk kemudian diaplikasikan, tidak hanya didalam rumah tetapi juga
diluar rumah. [Lihat Akhlak-Akhlak Buruk, hal. 82]

Dan ketika salah satu dari orang tua, baik itu ayah maupun ibu, sedang menasihati anaknya,
hendaknya orang tua yang lain ikut mendukungnya dan jangan menyelanya atau bahkan
menjatuhkan wibawanya. Sebagai contoh, seorang ayah tengah menasihati anaknya agar
melaksanakan shalat tepat pada waktunya.

Kemudian, sang ibu menyela perkataan sang ayah, Kayak ayahnya gak pernah telat shalat aja..
atau Emang ayahnya suka shalat tepat waktu gitu? dan perkataan-perkataan senada lainnya yang
menyebabkan suatu nasihat itu akan menjadi mentah bagi sang anak. Karena dengan begitu, anak
akan menganggap bahwa orang tuanya tidak memiliki otoritas untuk mengaturnya, sebab kesalahan
yang dilakukan olehnya ternyata dilakukan pula oleh orang tuanya. Dan ini adalah sebuah kesalahan
dalam mendidik anak!
3. Mengajarkan adab dan etika kepada anak.

Para Salaf telah menaruh perhatian yang sangat besar terhadap adab Islami. Simak saja
perkataan seorang Salaf kepada anaknya ini, Wahai anakku, engkau mempelajari satu bab tentang
adab lebih aku sukai daripada engkau mempelajari tujuh puluh bab dari ilmu.

Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullahpun pernah berkata tentang kebiasaan para Salaf mengirimkan
anak-anaknya untuk mempelajari adab dan ibadah selama 20 tahun sebelum mereka dapat
menuntut ilmu.

Hal serupa juga digambarkan oleh Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berikut ini,

Bahwasanya majelis Imam Ahmad dihadiri oleh lima ribu orang. Lima ratus (orang) diantara mereka
mencatat, sedangkan selebihnya mengambil manfaat dari perilaku, akhlak dan adab beliau (Imam
Ahmad). [Lihat Siyar Alamin Nubala (XI/316) dan Ensiklopedi Adab Islam (I/10)]

Dan inilah kesaksian seorang Abu Bakar Al-Mithwai rahimahullah,

Aku bolak-balik kepada Abu Abdillah yakni Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah selama
sepuluh tahun. Beliau membacakan kitab Al-Musnad kepada anak-anaknya. Aku tidak menulis
satupun hadits darinya, aku hanya melihat adab dan akhlak beliau (pada anak-anaknya).
[LihatTadzkiratus Sami wal Mutakallim (hal. 3) dan Ensiklopedi Adab Islam (I/10)]

Ada banyak macam adab yang mesti diajarkan kepada anak, namun secara garis besar, pembahasan
tentang masalah adab, etika, dan akhlak terbagi kepada:

a. Adab dan akhlak terhadap Allah Azza wa Jalla, seperti penghambaan, tidak melakukan syirik,
mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, ridha terhadap takdir-Nya, dan bersyukur atas
semua nikmat-Nya.

b. Adab dan akhlak terhadap Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam, seperti mengimani beliau
sebagai Nabi dan Rasul terakhir bagi seluruh manusia, mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam, mentaati apa yang beliau perintahkan dan menjauhi apa yang beliau larang, mengikuti
Sunnah beliaushallallahu alaihi wa sallam dan menjauhi segala bentuk bidah.

c. Adab dan akhlak terhadap diri sendiri dan sesama manusia, seperti adab makan dan minum, adab
tidur, adab berpakaian, adab bertamu, adab meminta izin, adab berdoa dan adab-adab lainnya.

d. Adab dan akhlak terhadap hewan dan tumbuhan yang sesuai dengan tuntunan syariat, seperti
tidak menyakitinya, tidak menyiksanya, memberinya makan dan minum, merawatnya, dan tidak
membunuhnya dengan cara-cara yang dilarang oleh agama.
4. Orang tua hendaknya menyertakan anak-anak dalam beribadah, bukan hanya sekedar
memerintahkannya saja.

Karena pendidikan anak akan lebih berhasil manakala setiap inderanya diberdayakan. Jadi, orang
tua tidak hanya memberdayakan indera pendengaran anak saja untuk memerintahnya melakukan ini
dan itu, tapi orang tua juga perlu memberdayakan indera penglihatannya untuk mencontoh sikap
dan perilaku baik dari orang tua.

Tidak hanya itu, orang tua juga dapat mengajak anak untuk memberdayakan perasaannya ketika
beribadah, yakni menghadirkan rasa cinta dalam menjalankan suatu ibadah, sekaligus mengajarkan
kepadanya bagaimana menghadirkan hati yang khusyu ketika beribadah.

Sebagai contoh, Abdullah bin Abbasradhiyallahuanhuma pernah shalat disamping Nabi shallallahu
alaihi wa sallam disebelah kiri, kemudian beliau memegang telinganya dan memindahkannya ke
sebelah kanan beliau. [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 6316) dan Muslim (no. 763)]

Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahberkata, Tidak diragukan lagi bahwa urutan shaf terdepan
bagi anak-anak adalah dibelakang shaf laki-laki dewasa, kecuali jika keadaan tersebut
(dikhawatirkan) akan mengganggu jamaah. Karenanya pada saat itu, perlu bagi kita untuk
menempatkan anak-anak laki-laki diantara shaf laki-laki dewasa agar jamaah dapat mengerjakan
shalat secara khusyu. [Lihat Asy-Syarhul Mumti (IV/391)

Karena anak bukanlah benda yang tidak memiliki rasa. Sehingga, orang tua sesekali dianjurkan untuk
mencandai anak, bermain dengannya, dan mencium mereka sebagai bentuk kasih sayang.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallampernah bersabda kepada Aqra yang memiliki 10 orang anak,
tetapi dia belum pernah mencium mereka sekalipun,

.

Artinya: Barang siapa yang tidak menyayangi, tidak akan disayangi.

[Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 5997) dan Muslim (no. 2318), dari Abu
Hurairahradhiyallahuanhu]

Sikap tegas orang tua kepada anak juga perlu dilakukan sesekali, manakala anak melanggar
ketentuan syari. Namun, sikap tegas yang dimaksudkan bukanlah sikap kasar dan menganiaya anak,
karena sikap tegas disini ditujukan sebagai metode pendidikan anak yang memberikan efek jera,
bukan efek luka.
6. Bersikap adil kepada semua anak dan bersabar dalam menghadapi mereka.

Orang tua terkadang memiliki kecenderungan pada salah satu atau sebagian anak dibandingkan
dengan anak-anak lainnya, baik dalam hal materi maupun imateri. Padahal, sikap orang tua yang
demikian itu tidak akan memberikan dampak yang baik bagi kejiwaan anak-anaknya. Sebab akan ada
anak yang merasa tidak disayangi dan tersisihkan, sementara dia melihat saudaranya mendapatkan
perlakuan berbeda dari orang tuanya. Hal seperti ini akan sangat mungkin untuk memicu
perselisihan bahkan permusuhan antar sesama saudara. Dan sikap seperti ini juga berarti
menzhalimi mereka.

Wallahu a'lam

Uraian Tanya Jawab

1 Dewi

Saya kerap menjumpai anak yang beragam karakter.

Ada yg pendiam (kuper) dalam artian memang mengucilkan dirinya sendiri, menjauhi keramaian dsb.

Ada jg anak yang hyper aktif.

Yg bahkan tidak dapat di nasehatin dg kata2 halus, malah mereka, anak2 tsb membalas dg fisik spt
memukul, dsb

Apakah itu merupakan kegagalan org tua dalam mendidik anak mereka bun?

Lantas tindakan apa yg baiknya kita lakukan, agar anak.tsb bisa menerima dg baik nasehat2 yg
kita.berikan?

Jawab

Mb Dewi yg sholiha...

Saya memahami tidak ada karakter yg sifatnya statis. Selalu akan dinamis dan berkembang
tergantung stimulan dari lingkungan anak tinggal. Jd bila melihat sikon spt itu tidak adil kalau kita
menjadi menjudgement ortunya yg salah. Harus dicari dulu akar masalah knp anak bersikap
demikian.
Buat prioritas dulu mb Dewi..sikap sikap mana yg perlu diperbaiki...mmg hrs sabar. Rebutlah
hatinya...saat kita dekat...mereka jg nyaman dekat dg kita..

2 Happy _ Apakah anak yg gagal pendampingan karakter di rumah akan berhasil dididik oleh gurunya
di sekolah Bun?

Kondisi riilnya begini, saya punya murid, kondisi di rumah tdk bagus utk membentuk karakter islami,
apakah lingkungan di sekolah bisa membentuk karakter islami dia? Didikan dr bu gurunya apakah bs
berpengaruh? Anak itu sangat pintar secara IQ, kalau secara EQ blm terlihat, karena masih TK B.

Mohon bantuannya bun

Jawab

Mb Happy yg berbahagia...

Tetap saja orangtualah yg mempunyai pengaruh dan tanggung jawab besar pd anak. Sekolah dan
masyarakat adalah unsur pendukung lainnya yg perlu harmoni dlm melakukan komunikasi terkait
capaian yg akan diharapkan pd anak.

3 Aisyah- bu yanti, aku mw bertanya, aku ni kan bekerja sebagai Terapis ABK khususnya Anak Autis.
Yah tkadang timbul ada rasa jengkel dalam hati pengen marah gitu, eh tNyata anak autis ni udah
badmood, bete duluan. Walaupun aku blum ekspresikan.

Bunda gymana sih nmenghilangkan rasa jengkel dalam hati. Supaya Anak muridku ni tdak cepat
badmootan.

Terima kasih sebelumnya Bunda Yanti

Jawab

Mb Aisyah yg saliha...

Betul...mjd terapis untuk anak autis mmg kudu ekstra sabar. Sabar menghadapi ortunya yg kadang
miskom dan sabar pd anak autis tsb.

Kuatkan kembali niat awal saat mjd terapis..agar Allah kuatkan mb Ais

4
Uut- Bunda.. pernah dengar..uatadz d pondok tahfidz..mendoakan siswanya d sholat lailnya dg
menyebutkan nama satu persatu.. adakah doa yg d anjurkan rasul?

Jawab

Tidak ada tuntunannya.. Tapi boleh dilakukan.. Agar doa tsb lebih melekat scr personal..

5 Afifah

Bagaimana mengatasi sikap anak yang pendiam dan cuek agar ia mau bergaul dan bersosialisasi
dengan lingungan sekitr mareka?

Jawab

Cari akar masalahnya. Knp dia bersikap demikian. Silaturahmi ke ortu untuk Tabayyun dan agar dpt
memperoleh informasi yg banyak.

Jika informasi dianggap cukup memadai baru lakukan analisa.

Untuk anak..asal kita bisa tempat curhatnya..maka akan lebih mudah mengatasi masalah

Tanya Jawab Sesi 2

1 Sutichah

Bagaimana menerangkan kpd anak kalau segala bid'ah g boleh, pd hal anak selalu berhadapan dg
brg2 itu, mis. Naik motor? Syukrsn bunda

Jawab

Umur anak berapa bunda? Terkait aqidah lebih baik kita tanamkan terlebih dahulu keimanan dan
cinta pada rukun iman dan rukun Islam. Masalah bid' ah bisa diajarkan scr proposional kelak bila
dasar dasar ilmu keislaman sudah kuat.

Saya memahami tdk semua bid'ah dilarang. Ada bid'ah Hasanah...misal memulai majelis ilmu dg
diawali baca Alquran.. Dll..
Mushaf Alquran yg sampai ke kita tidak ada di zaman Rasulullah SAW...baru ada di zaman Utsman
Ra.

Maka...lebih baik kita berhati hati dlm masalah bid'ah ini...

2 Alifa

Bunda izin bertanya gmn cara menghadapi org tua yg suka sekali membandingkan anak nya dengan
anak tetangga ?

Jawab

Bila mampu memberi pengertian.. Sampaikan bhw tiap anak itu unik dan mempunyai kelebihan
masing-masing. Membandingkan anak dg anak lain justru berpengaruh thd psikologis anak. Anak jadi
g pede...minder dll.

3 Alfi

Assalamu'alaikum.

Alfi - Bun, bagaimana cara mempersiapkan anak yang agar nantinya menjadi penghafal quran?
Haruskah melibatkan anak ketika sedang muraj'ah?

#Lihat umurnya. Jangan dipaksa. Buat anak nyaman dg aktivitas tersebut. Betul libatkan anak saat
bunda murojaah.

Atau langkah awal lalu langkah-langkah apa yang harus diambil ketika ingin mengarahkan anak
untuk menjadi penghafal Quran?

#Buat motivasi yg menyenangkan terkait aktivitas menghafal tsb.

Lalu bun, bagaimana caranya merubah kebiasaan anak yang sudah terlanjur gadget addict?

Orang tua yg harus kompak dan tegas. Buat aturan yg tegas dan detil terkait penggunaan gajet. Buat
kegiatan bersama dg keluarga saat berkumpul dan lepas dari gajet

Oiya bun, ada atau tidak sih usia ideal anak untuk diizinkan memegang gadget?

Jawab

Lebih baik saat anak masuk usia SMA


Closing Statement

AYAH BUNDA SAYANGILAH ANAKMU

Anak manapun, tentu saja mendambakan kasih sayang kedua orang tuanya. Karena meskipun dia
telah mendapatkan kasih sayang dari kerabat dan teman-temannya, jauh di dalam lubuk hatinya dia
rindu untuk mendekap sang ayah dan dibelai oleh sang bunda. Andaikan para orang tua mau sedikit
lebih peka terhadap sikap dan perasaan sang anak, tentunya mereka dapat mewujudkan sebuah
keluarga yang harmonis.

Namun, sangat disayangkan bahwa para orang tua masa kini lebih sibuk dengan dunianya masing-
masing tanpa mau menengok ke dalam dunia anak-anaknya barang sebentar saja. Karena banyak
dari mereka menggunakan alasan perekonomian sebagai alibi untuk menghindar dari tindakan
salah asuh yang kerap terjadi belakangan ini.

Sehingga, para orang tua menjerumuskan anak-anak mereka ke dalam lembah kenistaan tanpa
sadar, dengan sebab sikap acuh tak acuh dengan pendidikan anak.

Allah Taala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia,



Artinya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kamilah yang akan
memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu (Qs. Al-Isra: 31)

Meskipun ayat diatas menyebutkan tentang larangan membunuh anak karena takut miskin, akan
tetapi AllahTabaraka wa Taala telah menegaskan dalam ayat yang sama bahwa Allah-lah yang
memberikan rizki kepada orang tua dan anak tersebut maka tidak ada alasan bagi setiap orang tua
untuk mengabaikan hak anak dan hanya memberikan wewenang pada instansi formal untuk
memberikan pendidikan kepada anak, tanpa orang tua turut terlibat di dalamnya, hanya karena
alasan perekonomian.

Jadi, sesibuk apa pun aktifitas kedua orang tua, hendaknya orang tua dapat meluangkan waktu
bersama anak untuk mengetahui sejauh mana pendidikan yang telah diterimanya dan mengamati
hal-hal apa saja yang harus diperbaiki, ditambah, atau mungkin dikurangi dari porsi pendidikan si
anak. Dengan demikian, hubungan antara orang tua dan anak tidak lagi berada dalam dua dunia
yang berbeda dan terpisahkan oleh jurang yang sangat jauh dan dalam. Dan dalam hal ini diperlukan
pendekatan yang komunikatif antara keduanya.

Baarokallaahu fiikum,

Semoga menjadi ilmu yg bermanfaat


DPA ODOJ SKH

[28/12 17.41] atqiyaul akhfiya: 1.) Dewi

Curhat bun,

Gmn ya caranya menghadapi ortu yg blm bs menerima ttg ank nya yg kebutkhusus..

Jawab

Kalau ini bisa dari pihak sekolah menjembatani.ortu tersebut dengan mengadakan pertemuan...

Bisa diawali.dengan acara parenting disekolah dg mewajibkan setiap ortu datang dan sampaikan
tentang anak2 special need disana...

Jika berhasil acars nya ortu itu akan menemui pihak sekolah atau guru secara khusus..

2.) IFFAH

Nanya dong.. Jika anak yg di bawah 10 tahun berbuat kesalahan, apa hanya peringatan dan berupa
nasehat? Atau di hukum langsung?

Samakah penanganannya dengan anak autis? Thanks

Jawab

Untuk anak dibawah 10 tahun kita pakai cara Rasulullah Saw..

Pemberian hukuman dilakukan berdasarkan kesepakatan antara anak dan ortu.

Jangan sekali kali menghukum anak dg bentuk hukuman yg tidak diketahui anak. Krn hal ini sekaligus
mendidik anak untuk tahu hukum sebab akibat.

Dimana untuk usia ini range 7- 10 thn boleh kita beri peringatan melalui hukuman pukulan kecil yang
tidak menyakiti mereka...

Itu jika tidak mau shalat..

Jika membuat kesalahan hal utama tentu peringatan dan nasehat yang bisa difahami nya...

Hukuman berlaku jika sianak melakukan nya berulang dan tidak ada usaha untuk mengubah nya..

Hukuman bisa berupa tidak mengabulkan permintaan nya sampai tidak menanggapi setiap setiap
kemauannya sampai sang anak mau mengikuti nasehat kita..
Perlakuan untuk anak autis tentu berbeda..karena penyampaian informasi ke otak nya berbeda
dengan anak biasa, bisa sampai seminggu baru bisa di cerna maka kita memberi pemahaman
berulang ulang setiap hari nya kalau itu salah atau berbahaya..

Sampai sianak sendiri tak berbuat hal yang sama..

3.) Ustadzah umminadhra

Bgm bun say menghadapi rezeki cubaan anak yg mempunyai anak berkebutuhan khusus krn tdk bs
mengurus dirix smpai mjelang dewasax apalagi sorg perempuan... hnya bs tidur sj keadaanx..

Jawab

ustadzah umminandra yang disayang Allah...

Ada 3 hal yang kesemua nya itu sudah ditentukan oleh Allah Swt...

1. Rezeki

2. Jodoh

3. Maut.

Untuk 2 pertama itu perlu ikhtiar jika ingin Allah menyegerakan nya..

Ikhtiar yang bagaimana..?

Tentu ikhtiar yang dibarengi dengan tawakaltu 'alallah dari awal..

Begitu juga dengan seseorang yang memiliki anak berkebutuhan khusus dimana anaknya hanya bisa
tidur saja...

Rezeki sang anak sudah ditentukan oleh Allah...

Bisa jadi lewat ikhtiar orang tua bisa juga datang dari arah yang takterduga jika kedua orang tua nya
ikhlas dan ridha dengan dititipi amanah seorang anak seperti itu...

Hidup tetap terasa ringan jika orientasi nya adalah akhirat bukan materi atau dunia...

Seperti nya dunia begitu kejam saat mendapatkan amanah seperti itu...

Tapi coba lihatlah orang tua- orang tua anak itu lebih beruntung karena sudah disediakan lahan amal
didepan mata sementara ada juga orang lain masih mencari carinya...
Kondisi lemah dan berharap bantuan hampir 99% dari anak itu sebagai ujian kesabaran dari iman
orang tua...

Jika mereka ikhlas banyak sekali kebahagiaan yang didapat dan hanya mereka saja yang tahu dan
merasakan nya sementara dari luar orang melihat dan memandang kasihan yang kadang di luar
porsi nya.

Wallahu A'lam bishawab

[05:58, 12/30/2016] +62 878-3562-5328: Notulensi Kajian Mandiri Live (KaMaL) ODOJ Sukoharjo

Tema : Pendidikan Anak Usia Dini

Ustadz/Ustadzah : Usth. Riyanti

Hari/Tanggal : Selasa, 26 Desember 2016

Tempat : grup Kajian Odoj Sukoharjo

Moderator : Ukhtina Ayu

Notulensi : Ukhtina Nurul

Presensi : .... orang

List Presensi Kajian

#terlampir

MATERI KAJIAN

Anak menjadi dambaan setiap keluarga adalah rizki sekaligus ujian dari Allah Taala kepada hamba-
hamba-Nya. Bahkan Allah Taala menyebutkan dalam firman-Nya bahwa anak adalah salah satu
kesenangan dan perhiasan dunia,


.
Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. (Qs. Al-Kahfi: 46)

Kehadiran anak di tengah-tengah keluarga merupakan amanah yang sangat besar bagi kedua orang
tuanya. Oleh karenanya, para orang tua dituntut untuk senantiasa memperhatikan perkembangan
jasmani dan rohani sang buah hati. Namun, belakangan sering kita temui peristiwa-peristiwa
memilukan yang menimpa anak-anak akibat perbuatan orang tuanya.

Misalnya saja, seorang wanita yang berdomisili di Bandung dan pernah mengecap pendidikan di
salah satu Universitas ternama di kota tersebut, dengan begitu tega membunuh ketiga buah hati
yang telah susah payah dikandungnya, hanya karena kekhawatirannya yang tidak beralasan.

Hal serupa juga menimpa seorang bayi mungil di daerah Sulawesi yang dibanting ayah kandungnya
sendiri hingga tewas, hanya karena ayahnya kesal mendengar tangisan anaknya yang tidak kunjung
berhenti. Dan peristiwa yang baru-baru ini terjadi adalah seorang anak lelaki di daerah Jakarta yang
dihajar oleh ayah kandungnya sendiri hanya karena anaknya tersebut lupa mematikan air yang
sedang dimasak.

Kisah-kisah ini merupakan tragedi dalam sejarah pendidikan dan perkembangan anak. Tidak sedikit
orang tua yang masih memiliki anggapan bahwa kekerasan dapat menjadi cara yang ampuh agar
membuat anak menjadi faham akan sesuatu hal. Jadi, berapa banyak lagi kisah-kisah serupa yang
harus dialami anak-anak dengan dalil pendidikan??? Bukankah tubuh mungil itu seharusnya
mendapatkan limpahan kasih sayang???

Setiap rumah tangga haruslah memiliki keinginan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah,
mawaddah wa rahmah. Dan untuk menjalankan amanah tersebut maka setiap anggota keluarga
mesti memiliki peranan dan tanggung jawab yang dijalankan sebaik-baiknya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallampernah bersabda,





.

Artinya: Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab atas orang yang
dipimpinnya. Seorang Amir (penguasa) adalah pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas
keluarganya, dan istri juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Setiap kalian adalah
pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya.

[Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 893, 5188, 5200), Muslim (no. 1829), dan Ahmad (II/5,
54-55, 111), dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma]
Suami dan istri haruslah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memelihara keluarganya, dalam
hal ini adalah anak-anaknya yang akan menjadi generasi penerus mereka kelak. Sebab anak
merupakan usaha orang tuanya, yang dapat menjadi simpanan di akhirat, sebagaimana sabda
Nabishallallahu alaihi wa sallam,

Artinya: Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan oleh seseorang adalah makanan yang dihasilkan
dari usahanya sendiri. Dan sesungguhnya anak itu termasuk dari usahanya.

[Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (II/108), An-Nasai (II/211), At-Tirmidzi (II/287), Ad-
Darimi (II/247), Ibnu Majah (II/2-430), Ath-Thayalisiy (no. 1580), dan Ahmad (VI/41, 126, 162, 173,
193, 201, 202, dan 220), dari Aisyahradhiyallahuanha]

Usia anak-anak terbagi ke dalam dua tahapan hingga mencapai masa baligh-nya. Tahapan yang
pertama adalahsebelum tamyiz dan tahapan kedua adalah sesudah tamyiz. Adapun tamyizadalah
masa dimana anak-anak telah dapat membedakan sesuatu dengan baik, mana yang baik untuk
dirinya dan mana yang buruk atau berbahaya bagi dirinya. Dan pencapaian usia tamyiz akan sangat
dipengaruhi dengan pelajaran, peringatan dan arahan dari orang tua yang dapat difahami oleh si
anak dengan baik dan sesuai dengan pertumbuhan akal si anak.

Metode pendidikan terbaik bagi anak dalam usia sebelum tamyiz dan sesudahtamyiz adalah dengan
jalan mendengar dan menyimak. Karena pada usia tersebut, seorang anak memiliki ingatan yang
amat kuat terhadap segala hal yang dilihat dan didengarnya. Itulah sebabnya, anak-anak pada zaman
dahulu diketahui memiliki hafalan yang luar biasa, sebut saja seperti Imam Asy-Syafii, Imam Bukhari,
dan yang lainnya.

BEGINILAH CARA NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM MENDIDIK ANAK

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallammerupakan uswah bagi orang-orang beriman. Untuk itulah,
kita diperintahkan untuk mencontoh beliau dalam berbagai perkara syariat, salah satunya adalah
tarbiyatul aulad (mendidik anak).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh setiap orang tua, berkaitan dengan pendidikan anak,
antara lain:

1. Memberikan pendidikan agama kepada anak, terutama aqidah yang akan menjadi pondasi ke-
Islamannya. Perhatikan bagaimana perkataan Luqman kepada anaknya,

,

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, Hai anakku, janganlah kamu
menyekutukan Allah. Sesungguhnya kesyirikan itu merupakan kezhaliman yang besar. (Qs. Luqman:
13)

Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah mengajarkan hal ini kepada Abdullah bin Abbas
radhiyallahuanhuma, beliau bersabda,

: .





.



.
Artinya: Wahai anak, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah
(hak-hak) Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah (hak-hak) Allah, niscaya engkau mendapati-
Nya di hadapanmu. Apabila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah, dan apabila engkau
memohon pertolongan maka mohonlah kepada Allah. Dan ketahuilah, sekiranya ummat ini bersatu
untuk memberimu manfaat maka manfaat tersebut tidak akan sampai kepadamu kecuali apa yang
telah ditetapkan Allah atasmu. Dan apabila ummat ini bersatu untuk mencelakakanmu maka sedikit
pun mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena
(takdir) telah terangkat dan lembaran (takdir) telah mengering.

Dan ketahuilah, sesungguhnya bersabar atas apa-apa yang tidak engkau sukai itu memiliki kebaikan
yang amat banyak. Dan sesungguhnya pertolongan itu (ada) bersama kesabaran. Dan sesungguhnya
kelapangan itu (datang) bersama kesulitan, dan sesungguhnya kesulitan itu bersama kemudahan.

[Hadits shahih, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (no. 2516), Ahmad (I/292, 303, 307)

Perhatikanlah, bagaimana besarnya perhatian para Salaf untuk mengajarkan aqidah kepada buah
hatinya, karena begitu pentingnya kedudukan aqidah bagi seorang hamba. Dan pengajaran tentang
aqidah ini mestilah diberikan dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak.

Tidak hanya aqidah, tapi anak juga harus dibiasakan untuk menjalani rutinitas ibadah sedari dini,
seperti shalat dan puasa. Karena pemenuhan hak Allah, tidak hanya terbatas pada aqidah saja,
tetapi juga mencakupubudiyyah (peribadatan). Dan untuk menjalankan rutinitas ini, orang tua akan
menjadi contoh bagi anak-anaknya.

Oleh karena itu, hendaknya orang tua memperhatikan kualitas peribadatannya. Dengan demikian,
maka pendidikan agama bagi anak diperlukan sedari dini, agar kelak ketika anak dewasa, dia tidak
akan menjadi seorang yang bodoh terhadap agamanya sendiri.

Imam Asy-Syafii rahimahullah berkata,


Kewajiban bapak dan ibu mendidik anak-anak mereka serta mengajari mereka tatacara bersuci dan
shalat.

Imam An-Nawawi rahimahullahmenambahkan,

Orang tua juga wajib mendidik anak mereka hadir shalat secara berjamaah dan menjelaskan
kepada mereka tentang haramnya zina, homoseks, minum khamr, berdusta, bergunjing, dan
semisalnya. (Dan ini diberikan) kepada anak laki-laki maupun perempuan. [Lihat Al-Majmu Syarh
Muhadzdzab(III/12)

2. Membiasakan anak-anak untuk berakhlak baik dan menasihatinya ketika melakukan kesalahan.

Karena akhlak mulia menjadi pemberat timbagan pada hari Kiamat nanti, sebagaimana
disebutkan oleh Nabishallallahu alaihi wa sallam,

.

Artinya: Tidak ada sesuatupun yang paling berat dalam timbangan seorang Mukmin pada hari
Kiamat nanti daripada akhlak mulia.

[Hadits shahih, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (IV/2002) dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam
Shahihul Jami (no. 5632), dari Abud Dardaradhiyallahuanhu]

Selain itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia,
sebagaimana sabda beliau,

.

Artinya: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang shalih.

[Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (no. 273), Ahmad (III/381), dan
Al-Hakim (II/613), dari Abu Hurairahradhiyallahuanhu. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad
Syakir dalam syarahnya untuk Al-Musnad(XVII/79, no. 8939), dan dishahihkan pula oleh Syaikh Al-
Albani dalamShahihul Adabul Mufrad (no. 207) danSilsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah (no. 45)]

Sebagian orang tua menganggap bahwa membiasakan anak untuk berakhlak baik pada usia dini
belumlah perlu, karena anak-anak akan mendapatkannya pada pendidikan formal kelak. Padahal,
orang tua memiliki andil yang sangat besar untuk mengarahkan anak, karena rumah merupakan
sekolah pertama bagi anak-anak. Dan sebelum anak beranjak menuju pendidikan formal, dia akan
terlebih dulu mendapatkan pendidikan di rumah dan ditengah-tengah keluarganya. Seorang anak
tidak hanya akan mewarisi bentuk fisik orang tuanya, tetapi juga akan mewarisi tabiat kedua orang
tuanya. Dan rumah merupakan tempat dimana anak akan mengadaptasi ajaran dan kebiasaan yang
dilakukan oleh orang tuanya untuk kemudian diaplikasikan, tidak hanya didalam rumah tetapi juga
diluar rumah. [Lihat Akhlak-Akhlak Buruk, hal. 82]
Dan ketika salah satu dari orang tua, baik itu ayah maupun ibu, sedang menasihati anaknya,
hendaknya orang tua yang lain ikut mendukungnya dan jangan menyelanya atau bahkan
menjatuhkan wibawanya. Sebagai contoh, seorang ayah tengah menasihati anaknya agar
melaksanakan shalat tepat pada waktunya.

Kemudian, sang ibu menyela perkataan sang ayah, Kayak ayahnya gak pernah telat shalat aja..
atau Emang ayahnya suka shalat tepat waktu gitu? dan perkataan-perkataan senada lainnya yang
menyebabkan suatu nasihat itu akan menjadi mentah bagi sang anak. Karena dengan begitu, anak
akan menganggap bahwa orang tuanya tidak memiliki otoritas untuk mengaturnya, sebab kesalahan
yang dilakukan olehnya ternyata dilakukan pula oleh orang tuanya. Dan ini adalah sebuah kesalahan
dalam mendidik anak!

3. Mengajarkan adab dan etika kepada anak.

Para Salaf telah menaruh perhatian yang sangat besar terhadap adab Islami. Simak saja
perkataan seorang Salaf kepada anaknya ini, Wahai anakku, engkau mempelajari satu bab tentang
adab lebih aku sukai daripada engkau mempelajari tujuh puluh bab dari ilmu.

Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullahpun pernah berkata tentang kebiasaan para Salaf mengirimkan
anak-anaknya untuk mempelajari adab dan ibadah selama 20 tahun sebelum mereka dapat
menuntut ilmu.

Hal serupa juga digambarkan oleh Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berikut ini,

Bahwasanya majelis Imam Ahmad dihadiri oleh lima ribu orang. Lima ratus (orang) diantara mereka
mencatat, sedangkan selebihnya mengambil manfaat dari perilaku, akhlak dan adab beliau (Imam
Ahmad). [Lihat Siyar Alamin Nubala (XI/316) dan Ensiklopedi Adab Islam (I/10)]

Dan inilah kesaksian seorang Abu Bakar Al-Mithwai rahimahullah,

Aku bolak-balik kepada Abu Abdillah yakni Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah selama
sepuluh tahun. Beliau membacakan kitab Al-Musnad kepada anak-anaknya. Aku tidak menulis
satupun hadits darinya, aku hanya melihat adab dan akhlak beliau (pada anak-anaknya).
[LihatTadzkiratus Sami wal Mutakallim (hal. 3) dan Ensiklopedi Adab Islam (I/10)]

Ada banyak macam adab yang mesti diajarkan kepada anak, namun secara garis besar, pembahasan
tentang masalah adab, etika, dan akhlak terbagi kepada:

a. Adab dan akhlak terhadap Allah Azza wa Jalla, seperti penghambaan, tidak melakukan syirik,
mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, ridha terhadap takdir-Nya, dan bersyukur atas
semua nikmat-Nya.
b. Adab dan akhlak terhadap Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam, seperti mengimani beliau
sebagai Nabi dan Rasul terakhir bagi seluruh manusia, mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam, mentaati apa yang beliau perintahkan dan menjauhi apa yang beliau larang, mengikuti
Sunnah beliaushallallahu alaihi wa sallam dan menjauhi segala bentuk bidah.

c. Adab dan akhlak terhadap diri sendiri dan sesama manusia, seperti adab makan dan minum, adab
tidur, adab berpakaian, adab bertamu, adab meminta izin, adab berdoa dan adab-adab lainnya.

d. Adab dan akhlak terhadap hewan dan tumbuhan yang sesuai dengan tuntunan syariat, seperti
tidak menyakitinya, tidak menyiksanya, memberinya makan dan minum, merawatnya, dan tidak
membunuhnya dengan cara-cara yang dilarang oleh agama.

4. Orang tua hendaknya menyertakan anak-anak dalam beribadah, bukan hanya sekedar
memerintahkannya saja.

Karena pendidikan anak akan lebih berhasil manakala setiap inderanya diberdayakan. Jadi, orang
tua tidak hanya memberdayakan indera pendengaran anak saja untuk memerintahnya melakukan ini
dan itu, tapi orang tua juga perlu memberdayakan indera penglihatannya untuk mencontoh sikap
dan perilaku baik dari orang tua.

Tidak hanya itu, orang tua juga dapat mengajak anak untuk memberdayakan perasaannya ketika
beribadah, yakni menghadirkan rasa cinta dalam menjalankan suatu ibadah, sekaligus mengajarkan
kepadanya bagaimana menghadirkan hati yang khusyu ketika beribadah.

Sebagai contoh, Abdullah bin Abbasradhiyallahuanhuma pernah shalat disamping Nabi shallallahu
alaihi wa sallam disebelah kiri, kemudian beliau memegang telinganya dan memindahkannya ke
sebelah kanan beliau. [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 6316) dan Muslim (no. 763)]

Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahberkata, Tidak diragukan lagi bahwa urutan shaf terdepan
bagi anak-anak adalah dibelakang shaf laki-laki dewasa, kecuali jika keadaan tersebut
(dikhawatirkan) akan mengganggu jamaah. Karenanya pada saat itu, perlu bagi kita untuk
menempatkan anak-anak laki-laki diantara shaf laki-laki dewasa agar jamaah dapat mengerjakan
shalat secara khusyu. [Lihat Asy-Syarhul Mumti (IV/391)

Karena anak bukanlah benda yang tidak memiliki rasa. Sehingga, orang tua sesekali dianjurkan untuk
mencandai anak, bermain dengannya, dan mencium mereka sebagai bentuk kasih sayang.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallampernah bersabda kepada Aqra yang memiliki 10 orang anak,
tetapi dia belum pernah mencium mereka sekalipun,

.
Artinya: Barang siapa yang tidak menyayangi, tidak akan disayangi.

[Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 5997) dan Muslim (no. 2318), dari Abu
Hurairahradhiyallahuanhu]

Sikap tegas orang tua kepada anak juga perlu dilakukan sesekali, manakala anak melanggar
ketentuan syari. Namun, sikap tegas yang dimaksudkan bukanlah sikap kasar dan menganiaya anak,
karena sikap tegas disini ditujukan sebagai metode pendidikan anak yang memberikan efek jera,
bukan efek luka.

6. Bersikap adil kepada semua anak dan bersabar dalam menghadapi mereka.

Orang tua terkadang memiliki kecenderungan pada salah satu atau sebagian anak dibandingkan
dengan anak-anak lainnya, baik dalam hal materi maupun imateri. Padahal, sikap orang tua yang
demikian itu tidak akan memberikan dampak yang baik bagi kejiwaan anak-anaknya. Sebab akan ada
anak yang merasa tidak disayangi dan tersisihkan, sementara dia melihat saudaranya mendapatkan
perlakuan berbeda dari orang tuanya. Hal seperti ini akan sangat mungkin untuk memicu
perselisihan bahkan permusuhan antar sesama saudara. Dan sikap seperti ini juga berarti
menzhalimi mereka.

Wallahu a'lam

Uraian Tanya Jawab

1 Dewi

Saya kerap menjumpai anak yang beragam karakter.

Ada yg pendiam (kuper) dalam artian memang mengucilkan dirinya sendiri, menjauhi keramaian dsb.

Ada jg anak yang hyper aktif.

Yg bahkan tidak dapat di nasehatin dg kata2 halus, malah mereka, anak2 tsb membalas dg fisik spt
memukul, dsb

Apakah itu merupakan kegagalan org tua dalam mendidik anak mereka bun?

Lantas tindakan apa yg baiknya kita lakukan, agar anak.tsb bisa menerima dg baik nasehat2 yg
kita.berikan?
Jawab

Mb Dewi yg sholiha...

Saya memahami tidak ada karakter yg sifatnya statis. Selalu akan dinamis dan berkembang
tergantung stimulan dari lingkungan anak tinggal. Jd bila melihat sikon spt itu tidak adil kalau kita
menjadi menjudgement ortunya yg salah. Harus dicari dulu akar masalah knp anak bersikap
demikian.

Buat prioritas dulu mb Dewi..sikap sikap mana yg perlu diperbaiki...mmg hrs sabar. Rebutlah
hatinya...saat kita dekat...mereka jg nyaman dekat dg kita..

2 Happy _ Apakah anak yg gagal pendampingan karakter di rumah akan berhasil dididik oleh gurunya
di sekolah Bun?

Kondisi riilnya begini, saya punya murid, kondisi di rumah tdk bagus utk membentuk karakter islami,
apakah lingkungan di sekolah bisa membentuk karakter islami dia? Didikan dr bu gurunya apakah bs
berpengaruh? Anak itu sangat pintar secara IQ, kalau secara EQ blm terlihat, karena masih TK B.

Mohon bantuannya bun

Jawab

Mb Happy yg berbahagia...

Tetap saja orangtualah yg mempunyai pengaruh dan tanggung jawab besar pd anak. Sekolah dan
masyarakat adalah unsur pendukung lainnya yg perlu harmoni dlm melakukan komunikasi terkait
capaian yg akan diharapkan pd anak.

3 Aisyah- bu yanti, aku mw bertanya, aku ni kan bekerja sebagai Terapis ABK khususnya Anak Autis.
Yah tkadang timbul ada rasa jengkel dalam hati pengen marah gitu, eh tNyata anak autis ni udah
badmood, bete duluan. Walaupun aku blum ekspresikan.

Bunda gymana sih nmenghilangkan rasa jengkel dalam hati. Supaya Anak muridku ni tdak cepat
badmootan.

Terima kasih sebelumnya Bunda Yanti

Jawab
Mb Aisyah yg saliha...

Betul...mjd terapis untuk anak autis mmg kudu ekstra sabar. Sabar menghadapi ortunya yg kadang
miskom dan sabar pd anak autis tsb.

Kuatkan kembali niat awal saat mjd terapis..agar Allah kuatkan mb Ais

Uut- Bunda.. pernah dengar..uatadz d pondok tahfidz..mendoakan siswanya d sholat lailnya dg


menyebutkan nama satu persatu.. adakah doa yg d anjurkan rasul?

Jawab

Tidak ada tuntunannya.. Tapi boleh dilakukan.. Agar doa tsb lebih melekat scr personal..

5 Afifah

Bagaimana mengatasi sikap anak yang pendiam dan cuek agar ia mau bergaul dan bersosialisasi
dengan lingungan sekitr mareka?

Jawab

Cari akar masalahnya. Knp dia bersikap demikian. Silaturahmi ke ortu untuk Tabayyun dan agar dpt
memperoleh informasi yg banyak.

Jika informasi dianggap cukup memadai baru lakukan analisa.

Untuk anak..asal kita bisa tempat curhatnya..maka akan lebih mudah mengatasi masalah

Tanya Jawab Sesi 2

1 Sutichah

Bagaimana menerangkan kpd anak kalau segala bid'ah g boleh, pd hal anak selalu berhadapan dg
brg2 itu, mis. Naik motor? Syukrsn bunda
Jawab

Umur anak berapa bunda? Terkait aqidah lebih baik kita tanamkan terlebih dahulu keimanan dan
cinta pada rukun iman dan rukun Islam. Masalah bid' ah bisa diajarkan scr proposional kelak bila
dasar dasar ilmu keislaman sudah kuat.

Saya memahami tdk semua bid'ah dilarang. Ada bid'ah Hasanah...misal memulai majelis ilmu dg
diawali baca Alquran.. Dll..

Mushaf Alquran yg sampai ke kita tidak ada di zaman Rasulullah SAW...baru ada di zaman Utsman
Ra.

Maka...lebih baik kita berhati hati dlm masalah bid'ah ini...

2 Alifa

Bunda izin bertanya gmn cara menghadapi org tua yg suka sekali membandingkan anak nya dengan
anak tetangga ?

Jawab

Bila mampu memberi pengertian.. Sampaikan bhw tiap anak itu unik dan mempunyai kelebihan
masing-masing. Membandingkan anak dg anak lain justru berpengaruh thd psikologis anak. Anak jadi
g pede...minder dll.

3 Alfi

Assalamu'alaikum.

Alfi - Bun, bagaimana cara mempersiapkan anak yang agar nantinya menjadi penghafal quran?
Haruskah melibatkan anak ketika sedang muraj'ah?

#Lihat umurnya. Jangan dipaksa. Buat anak nyaman dg aktivitas tersebut. Betul libatkan anak saat
bunda murojaah.

Atau langkah awal lalu langkah-langkah apa yang harus diambil ketika ingin mengarahkan anak
untuk menjadi penghafal Quran?

#Buat motivasi yg menyenangkan terkait aktivitas menghafal tsb.

Lalu bun, bagaimana caranya merubah kebiasaan anak yang sudah terlanjur gadget addict?

Orang tua yg harus kompak dan tegas. Buat aturan yg tegas dan detil terkait penggunaan gajet. Buat
kegiatan bersama dg keluarga saat berkumpul dan lepas dari gajet
Oiya bun, ada atau tidak sih usia ideal anak untuk diizinkan memegang gadget?

Jawab

Lebih baik saat anak masuk usia SMA

Closing Statement

AYAH BUNDA SAYANGILAH ANAKMU

Anak manapun, tentu saja mendambakan kasih sayang kedua orang tuanya. Karena meskipun dia
telah mendapatkan kasih sayang dari kerabat dan teman-temannya, jauh di dalam lubuk hatinya dia
rindu untuk mendekap sang ayah dan dibelai oleh sang bunda. Andaikan para orang tua mau sedikit
lebih peka terhadap sikap dan perasaan sang anak, tentunya mereka dapat mewujudkan sebuah
keluarga yang harmonis.

Namun, sangat disayangkan bahwa para orang tua masa kini lebih sibuk dengan dunianya masing-
masing tanpa mau menengok ke dalam dunia anak-anaknya barang sebentar saja. Karena banyak
dari mereka menggunakan alasan perekonomian sebagai alibi untuk menghindar dari tindakan
salah asuh yang kerap terjadi belakangan ini.

Sehingga, para orang tua menjerumuskan anak-anak mereka ke dalam lembah kenistaan tanpa
sadar, dengan sebab sikap acuh tak acuh dengan pendidikan anak.

Allah Taala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia,



Artinya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kamilah yang akan
memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu (Qs. Al-Isra: 31)

Meskipun ayat diatas menyebutkan tentang larangan membunuh anak karena takut miskin, akan
tetapi AllahTabaraka wa Taala telah menegaskan dalam ayat yang sama bahwa Allah-lah yang
memberikan rizki kepada orang tua dan anak tersebut maka tidak ada alasan bagi setiap orang tua
untuk mengabaikan hak anak dan hanya memberikan wewenang pada instansi formal untuk
memberikan pendidikan kepada anak, tanpa orang tua turut terlibat di dalamnya, hanya karena
alasan perekonomian.

Jadi, sesibuk apa pun aktifitas kedua orang tua, hendaknya orang tua dapat meluangkan waktu
bersama anak untuk mengetahui sejauh mana pendidikan yang telah diterimanya dan mengamati
hal-hal apa saja yang harus diperbaiki, ditambah, atau mungkin dikurangi dari porsi pendidikan si
anak. Dengan demikian, hubungan antara orang tua dan anak tidak lagi berada dalam dua dunia
yang berbeda dan terpisahkan oleh jurang yang sangat jauh dan dalam. Dan dalam hal ini diperlukan
pendekatan yang komunikatif antara keduanya.

Baarokallaahu fiikum,

Semoga menjadi ilmu yg bermanfaat

2.
3/18/2017

+62 823-2900-6904Aprilia Ayy


[08:18, 3/18/2017] +62 823-2900-6904: Notulensi kajian online link Jumat, 17 Maret 2017 Oleh : ustz

Tribhuwana Kelas : Maimunah binti Harits Materi : Mengendalikan Marah


Mengendalikan Amarah Dari sekian banyak emosi yang paling sulit dikendalikan adalah amarah.
Amarah adalah emosi yang paling berbahaya. Sejumlah masalah utama yang menghancurkan kehidupan
keluarga dan masyarakat melibatkan gejolak amarah. Amarah adalah emosi yang paling sulit diajak beradaptasi
karena amarah mendorong kita untuk bertikai. Rasulullah SAW melukiskan betapa buruknya amarah (yang tak
terkendali) itu dalam sabdanya, Marah itu pada awalnya seperti gila dan akhirnya penyesalan. Emosi bukanlah
sesuatu yang harus tidak ada pada diri manusia. Emosi adalah bagian dari fitrah manusia. Ia merupakan salah
satu alat untuk mempertahankan kehidupan yang Allah berikan kepada manusia. Bisa dibayangkan, manusia
yang hidup tanpa emosi. Tidak akan ada semangat dalam dirinya untuk mempertahankan dan membela hak-hak
dirinya atau merebut hak-haknya yang dirampas orang lain. Jadi, amarah harus diletakkan pada tempatnya dan
digunakan pada waktu yang tepat. Misalnya, ketika terjadi pelanggaran terhadap hukum Allah. Sedangkan
amarah yang diumbar secara membabi buta untuk melampiaskan kekesalan dan kekecewaan, akan
menyebabkan manusia menjadi orang yang hina dalam pandangan Allah. Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa
amarah adalah salah satu al-Muhlikat (perusak). Hati adalah pengendali perbuatan, namun daya fikirnya bisa
hilang ketika amarah membutakan dan membuatnya tuli. Tentu saja setiap ledakan amarah pasti ada pemicunya.
Dengan kata lain, amarah itu tidak pernah muncul tanpa ada alasan. Persoalannya adalah apakah setiap kejadian,
perilaku, masalah, atau kondisi selalu tepat untuk direspon dengan amarah? Apakah dengan marah akan
menyelesaikan persoalan atau justru hanya akan menambah masalah baru? Di sinilah pentingnya pengendalian
amarah. Mengumbar amarah dengan alasan untuk menenangkan jiwa bukan merupakan pilihan bagi pengobatan
amarah. Baik menurut ahli psikologi, terlebih menurut ajaran Islam. Allah SWT memuji orang yang sanggup
mengendalikan amarahnya serta menjanjikan surga baginya. Firman-Nya: Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-
orang yang bertakwa.. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran: 133 134). Rasulullah menyebut orang yang mampu mengendalikan
amarah sebagai orang yang kuat. Sabdanya, Orang yang kuat bukanlah orang yang jago berkelahi, tetapi orang
yang kuat adalah orang yang sanggup mengendalikan dirinya ketika marah. Hadist di atas memberikan
pelajaran bahwa ketika kita marah dengan alasan yang benar sekali pun, harus tetap pada batas-batas tertentu.
Sebagai seorang muslim, kita harus berusaha agar bisa mengendalikan amarah dalam setiap keadaan. Obat
penawar agar emosi tetap stabil dan amarah tidak mudah meledak adalah dengan cara-cara berikut ini:
Mendekatkan diri kepada Allah dengan cara beribadah kepada-Nya secara istiqamah, memahami makna dan
hikmah di balik setiap ibadah yang dilakukan, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap ibadah
dalam Islam mengandung pembelajaran agar kita bisa mengendalikan amarah. Puasa misalnya, mendidik kita
untuk menjadi manusia yang bisa mengendalikan hawa nafsu, dan salah satu bentuk hawa nafsu adalah nafsu
amarah. Memperbanyak dzikir karena dzikir akan menentramkan hati. Dengan hati yang tentram manusia akan
mampu melakukan kontrol yang baik terhadap dirinya. Alquran menyebutkan, Orang-orang yang beriman dan
hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi
tentram. (QS. Ar-Rad: 28) Ada perjuangan untuk membiasakan diri agar tidak cepat marah. Rasulullah SAW
bersabda, Sesungguhnya ilmu diperoleh dengan cara belajar dan sikap mudah memaafkan diperoleh dengan
upaya untuk memaafkan. (HR. Thabrani). Memikirkan keutamaan menahan amarah dan keburukan
mengumbarnya. Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah seorang hamba meneguk sesuatu yang lebih besar
pahalanya selain dari meneguk (menahan) amarah karena mencari ridha Allah. (HR Thabrani) Mengingatkan
diri sendiri dengan azab Allah. Misalnya, saat kita marah kepada seseorang, katakanlah kepada diri sendiri
bahwa kekuasaan Allah terhadapku adalah lebih besar dari kekuasaan diriku terhadap orang ini. Menahan
keinginan untuk marah. Karena sangat mungkin itu adalah bisikan setan bahwa, Jika kamu tidak marah, maka
kamu itu lemah. Itulah enam cara agar kita bisa mengendalikan amarah. Tentu hal ini perlu dilatih secara terus-
menerus dan berkesinambungan. Sehingga kita benar-benar menjadi orang yang mampu mengendalikan amarah,
dan berhak mendapat ganjaran berupa surga sebagaimana diterangkan dalam surat Ali Imran ayat 133 134.

Sumber : Dirangkum dari buku Tazkiyatun Nafs, Ust. Said Hawwa Tanya Jawab Kelas

Anggrek : Murni Materinya makjlebb bgd (Pas dgn kondisi skrg) #curcol Mau tanya Ustadzah 1.
Bagaimana cara menghadapi org yg terus menerus memancing emosi kita?sudah pernah menanyakan apa sebab
amarah ke saya tpi gak dijawab,tapi terus"an setiap hari mancing emosi Saya berusaha diam,sabar tapi mlh
makin menjadi Dan karena saya gak pernah terpancing emosinya,akhirnya dia mengira saya takut padanya Jika
nanti kemudian hari saya terpancing,salahkah jika meladeni emosinya? 2.Dia orgnya gak punya teman,klo ada
saudara iparnya datang gak dibukain pintu,yg jd tetangganya hanya saya (sekontrakan) Mungkinkah krn gak
punya kegiatan (nganggur) trs gak punya teman berbagi maka emosinya selalu meluap"? Syukron bunda Maaf

jika terlalu panjang & sekalian curcol Jawab : Jangan diladeni emosinya, tp ajak diskusi sj, dan cari
tahu penyebab mengapa dia emosian, mungkin saja butuh teman curhat atau nasihat serta bimbingan... Pahala

buat panjenengan jika sabar dg perlakuannya, jika sama2 marah berarti panjenengan sama saja dg dia
Lidya Assalammu'alaikum bunda.. Mau tny, adakah marah yg baik dlm arti utk tujuan mdidik.. Syukron bun..

Jawab : Marah utk pelanggaran masalah syari'at adl marah yg mendidik, selain itu tdk baik marah2 dlm

proses mendidik Laila 2419 Mau tanya ustadzah Saya ud berkali kali mengingatkan seseorang bahwa yg
dilakukan itu tak pantas,tiap sya omelin bilangnya iya berubah tp di ulang terus sampek saya capek

ngingetin...gmna saya harus menyikapinya? Syukron Jawab : Jika sudah diingatkan berkali2 tp tdk

berhasil, tidak usah diperhatikan, berteman biasa sj Kelas mawar 1. Puji Afwan mau tanya,
terkadang untuk meluapkan emosi saat marah sering menulis status tentang sesuatu hal itu. Dan saat uneg-uneg
itu dikeluarkan rasanya sdh lega. Bagaimana cara mengontrol emosi dan keinginan agar semua hal tdk langsung

disalurkan lewat status tsb? jangan curhat masalah apapun di fesbuk ato sosmed yg lain, jika sdh terbiasa
curhat belilah buku diary dan curhatlah sepuasnya di buku diary tersebut..curhat yg paling asyik adl curhat sm
Allah di sepertiga malam terakhir 2. Saya ayyu dr pj kelas mawar bun.. mau tanya. Orang yg sering emosi nya
tdk terkontrol itu apa sifat bawaan ya?? Misal mudah marah itu bukan sifat bawaan, tp tdk terbiasa melatih
emosinya, kecerdasan emosinya rendah, bisa diakibatkan krn kurang pengetahuan atau ruhiyahnya yg 'kering'....

Orang yg kuat ruhiyahnya biasanya tdk mudah marah dan terpancing emosinya syukron Kelas

Ummu sulaim mira 2176 ijin tanya Bagaimana memanajemen marah kita pada umaro/ teman sejawat kita
Atas urusan yg sudah kita tabayyunkan baik2 pun, bliu masih saja menuduh kita atas hal yg tidak kita lakukan
dan tak mau tau bahwa kita melakukannya untuk kebaikan smua ( seakan husnudzon pada kita sudah tak ada

lagi dan menutup diri juga hati pada penjelasan kita) Mohon beri petunjuk atas marah yang santun perlu
waktu yg lbh lama utk mendinginkan suasana, tetap bersikap baik dan tunjukkan akhlak yg baik...insyaAllah

kebenaran pasti akan terungkap Hafsah binti Umar ~Serra Assalamualaikum . Bunda . Saya
ijin bertanya jika kita berdakwah jgn marah tp orang tersebut tidak terima karena mnrt orang tersebut sabarnya
ada batasnya atau ada pengecualian . Baiknya bagaimana menjelaskan soal menahan amarah? Terima kasih

amarah itu ibarat api yg membakar kertas, jika dibiarkan akan hangus dan habis...jika RasuluLlah
menyuruh kita duduk kemudian berbaring kemudian berwudhu jika tdk bisa mengendalikan marah, maka

ternyata efek dr marah itu akan sangat luar biasa jika dibiarkan.. Kelas Ummu Aiman 1. Isti 1258 mau

tanya,kalau marah itu spontan jadi suka keluar dulu baru sadar kemudian bagaimana mengatasinya?
segera istighfar dan menjauh dr sumber marah 2 Ukh.Zhia Salah satu cara utk menahan amarah adl dgn selalu
berzikir, kalau disetiap waktunya ia selalu berzikir bahkan bershalawat kpd rasul, namun tetap suka tidak bisa

menahan amarah, apakah yg salah ustad? yg salah adl tdk bisa mengendalikan hawa nafsunya, cepatlah

pindah atau beranjak utk berwudhu jika marah sdh ada di ubun2 kepala Kelas Umamah Dian
Apabila kita marah pd seseorang yg tlh melakukan kesalahan, tp marahnya berlarut2 sampai akhirnya jd

semacam dendam. Bagaimana cara menghilangkan rasa itu? berarti kita kurang ikhlas memaafkannya,
rasa dendam yg berlarut2 akan membuat tubuh kita kehabisan energi positif...lbh baik memikirkan yg lain dan

menyibukkan diri dg kebaikan Kelas Ummu syuraik Ijin bertanya ya usth.. Kl marah yg untuk mendidik

bgmn usth? misalnya anak kita tidak sholat ketika waktu sholat tiba, maka kita wajib marah, dg cara yg

santun tdk dg kekerasan fisik atau omelan, misalnya didiamkan atau tdk diberi uang saku selama sebulan

Kelas Halimah As-Sa'diyah Nur-68: Apa doa yg dibaca saat emosi? selain wudhu & baca ta'awudz tdk ada

hadits yg menjelaskan doa khusus ketika marah selain mengucapkan ta'awudz Kelas Umamah Nanan-
Setiap hati kecil pasti berontak jika mendapat fitnah dr org lain..bagaimana sebaiknya kita menghadapi org yg
memfitnah kita dan bagaimana pula kita menyikapi fitnah itu sendiri?dgn mrhkah ato hrs melpgkan dada

sj...mohon penjelasannya...Jazaakumullahu khoir awalnya hati memang sakit pastinya, tp jangan


terjebak dg tipu daya syaithon, segeralah berbenah hati dan melanjutkan aktifitas dg penuh optimis dan pasrah
kpd Allah atas apa yg terjadi, jika kita benar pasti orang tsb akan malu sendiri sdh memfitnah kita...sibukkan dg
amalan2 yg baik hingga kita melupakan fitnah tsb dan memaafkan orang tsb Closing statement ...

08:18
[08:20, 3/18/2017] +62 823-2900-6904: UkhtifiLlah rahimakumuLlah Hati yang ikhlas Hati yang tenang Hati
yang ridho Bisa dilatih dengan jidiyyah dan azzam yg kuat Hendaklah setiap detik dlm nafas kehidupan kita,
kita niatkan hanya utk meraih ridhoNya bukan ridho manusia, sehingga hati kita tdk mudah tersinggung, tdk
mudah panik, tdk mudah menyerah dan tdk mudah kalah oleh nafsu... Wallahul musta'an Mohon maaf atas
segala khilaf Kesempurnaan hanya milik Allah Ta'ala BiLlahi taufiq wal hidayah

3.
RESUME KALQULUS #2

Kajian Al-Qur'an Ala Ustadz

Ahad, 23 April 2017

---

ZAMAN ABRACADABRA

Tafsir Qur'an Surat Al-Qalam

Oleh: Ustadz Ahmad Khoir, Lc.

###

Surat Al-Qalam merupakan surat Makiyyah, yang turun sebelum hijrahnya Rasulullah dari Mekah ke
Madinah.

Surat yang kedua turun setelah surat Al-Alaq ini memiliki makna pena. Betapa Allah ingin memberi
isyarat kepada setiap muslim pentingnya membaca (seperti perintah "Iqro" dalam surat Al-Alaq) dan
menulis (ayat pertama surat Al-Qalam).

Ada pendapat lain mengatakan bahwa surat Al-Qalam bukan surat kedua yang turun setelah surat
Al-Alaq. Karena jika dilihat terjemahan ayatnya, terlihat bahwa permusuhan kaum kafir Quraisy
terhadap Rasulullah sudah di titik yang cukup parah. Sedangkan dakwah Rasulullah di awal-awal
pasca diangkatnya beliau menjadi Nabi masih tergolong sembunyi-sembunyi.

Namun pendapat ini lemah, jumhur ulama lebih sepakat bahwa Surat Al-Qalam adalah surat yang
kedua turun setelah surat Al-Alaq.
Sejak awal berdakwah, Rasulullah sudah mengalami penghinaan oleh orang-orang yang tidak bisa
menerima hidayah Islam. Termasuk hinaan dikatakannya beliau sebagai "orang gila", justru keluar
dari kalangan kerabat dan keluarga Rasulullah sendiri.

Dari sekian kerabat Rasulullah yang memusuhi dakwah, salah satu yang paling keras permusuhan
dan hinaannya adalah Abu Lahab, paman yang sangat Rasulullah cintai dan hormati.

Dalam ayat pertama surat Al-Qalam, Allah bersumpah dengan mengatakan "Demi Pena". Ini
mengisyaratkan bahwa Allah mengagungkan pena. Karena di dalam Al-Qur'an, setiap Allah
bersumpah pasti menggunakan sesuatu yang besar, seperti Al-Lail (Malam), Al-Ashr (Masa), dsb.

Dalam sebuah pendapat yang lain, disebutkan bahwa pena merupakan makhluk yang pertama kali
diciptakan oleh Allah. Tujuannya adalah untuk menulis takdir seluruh manusia dari awal hingga akhir
hidupnya.

Di ayat selanjutnya, Allah membesarkan hati Rasulullah dan memuji kekasih-Nya setelah Rasulullah
dikatakan "gila" oleh musuh-musuhnya.

Allah berkata bahwa, "Dan sesungguhnya bagi kamu (Rasulullah) benar-benar pahala yang besar
yang tidak putus-putusnya". Yang dimaksud dari ayat ini adalah pahala Rasulullah saat berdakwah.
Karena ajarannya diikuti oleh umatnya sejak beliau masih hidup hingga sekarang dan sampai kiamat
nanti.

Selain itu, Allah juga mengatakan bahwa, "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti
yang agung". Akhlaq Rasulullah adalah Al-Qur'an. Karena apapun yang dilakukan Rasulullah sesuai
dengan isi Al-Qur'an.

Tidak mungkin seseorang yang mulia seperti Rasulullah dan menghiasi kesehariannya dengan
senantiasa berdzikir kepada Allah adalah orang yang gila. Yang ada, justru orang-orang yang jarang
atau tidak pernah berdzikir kepada Allah yang memiliki potensi besar menjadi gila.

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram." (QS. Ar-Ra'd: 28)

###

Kita hidup di zaman di mana keburukan bisa "disulap" seakan menjadi baik, sedangkan kebenaran
bisa "disulap" menjadi terlihat begitu salah.
Hendaknya umat muslim di "Zaman Abracadabra" ini semakin memperbanyak dzikir, doa, dan
bersabar dalam menghadapi perilaku orang-orang yang suka menghina Islam. Sesungguhnya sebaik-
baik penolong bagi kita hanyalah Allah.

Semoga kita semua diberi kekuatan dan keistiqomahan dalam menghadapi fitnah-fitnah di akhir
zaman ini. Aamiin.

4.

Anda mungkin juga menyukai