Anda di halaman 1dari 32

BUKU

GERAKAN ‘AISYIYAH
CINTA ANAK
(GACA)

MAJLIS KESEJAHTERAAN SOSIAL


PUSAT PIMPINAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA 2017
I. APA ITU GERAKAN CINTA ANAK ‘AISYIYAH (GACA) ?
Definisi GACA :
Serangkaian kegiatan yang dilakukan‘Aisyiyah dan
jaringannya secara berkesinambungan yang bertujuan untuk
meningkatkan kepedulian terhadap anak, mencegah dan
mengurangi kekerasan terhadap anak di keluarga, sekolah
dan masyarakat.
II. APA YANG DILAKUKAN DI DALAM GACA?
Kegiatan dan program yang dilakukan dalam rangka GACA
bervariasi dan dilakukan lintas majelis. Salah satu kegiatan
pokok adalah pelatihan relawan GACA yang terbagi menjadi
tiga ( 3) jenis pelatihan sesuai dengan tujuan dan ketrampilan
yang di tuju, yakni :
1. Pelatihan Dasar GACA
2. Pelatihan Ketahanan Masyarakat
3. Pelatihan Paralegal
4. Pelatihan Psikososial
Modul dari ke empat pelatihan diatas dipublikasikan dalam
buku modul pelatihan GACA. Selain pelatihan, kegiatan GACA
bisa dilakukan dalam berbagai bentuk lain dan bisa dilakukan
oleh semua relawan dan anggota Aisyiyah, misalnya :
a. Pendidikan masyarakat tentang hak anak-anak
b. Dakwah keluarga Sakinah
c. Membangun jejaring dengan organisasi Muhammadiyah,
organisasi lain yang menangani perlindungan anak
terutama P2TP2A(Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak), UPPA (Unit Pelayanan Perempuan

2 Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA)


dan Anak) di Kepolisian, Panti Sosial Anak, Pusat Trauma
(Trauma Center), Rumah Sakinahdan semua pihak yang
peduli dengan anak.
d. Memberi pertolongan pertama kepada anak yang
mengalami kekerasan.
e. Partisipasi aktif dalam program pemerintah terkait hak,
kesejahteraan dan perlindungan anak
III. MENGAPA GACA?
‘Aisyiyah mencanangkan GACA karena mencintai, mendidik,
melindungi dan memenuhi hak-hak anak merupakan ketentuan
agama, ketentuan Undang-Undang dan juga bagian dari nilai
sosial dan budaya kita sebagai masyarakat Indonesia.
A. Kedudukan Anak dalam Islam
Al Qur’an dan Hadith sebagai pedoman hidup bagi Muslim
sudah menyebutkan secara jelas kedudukan anak di dalam
Islam, sebagaiman bisa dilihat pada beberapa ayat dan
hadith di bawah ini.
A.1. Gambaran Anak dalam Al Qur’an

1. Anak sebagai Amanah Allah


Sebagaimana kerap dikatakan orang bijak
sesungguhnya anak-anak bukanlah milik kita; mereka
adalah titipan dari Allah kepada kita.Untuk itu sudah
menjadi kewajiban bagi kita untuk mendidik anak
sesuai dengan yang telah Allah perintahkan yakni
dijaga kesucian dan fitrahnya. Sebuah hadith yang
diriwayatkan Bukhori menyatakan :

‫ لك مولود يودل ىلع‬: ‫قال انليب صىل اهلل عليه و سلم‬


Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA) 3
‫الفطرة فأبواه يهودانه أو ينرصانه أو يمجسانه‬
“Setiap anak dilahirkan dlm keadaan fitrah (Islam),
maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya Yahudi,
Nashrani atau Majusi.” (HR. al-Bukhari&Muslim)

2. Anak sebagai Perhiasan


Surat Al-Kahfi ayat 46 menjelaskan bahwa anak adalah
perhiasan dunia.

ُ‫ٱدل ۡن َياۖ َو ۡٱل َبٰقِ َيٰت‬ َ ۡ‫ين ُة ح‬


ُّ ِ ‫ٱل َي ٰوة‬ َ ُ َ ۡ‫ۡ َ ُ َ ب‬
َ ‫ون ز‬
ََ ٌ ۡ‫ٱلم َّال َ و ُٱلن َ رۡ ٌ ِ َ َ ّ َ َ ٗ َ َ ر‬
‫ٱلصٰلِحٰت خي عِند ربِك ث َوابا وخي أمل‬
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia
tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih
baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan”

Posisi anak sebagai perhiasan ditegaskan juga dalam surat


Ali Imran ayat 14

َ ‫ٱلن َسآءِ َو بۡٱلَن‬ ّ َ َّ ُّ ‫اس ُح‬ ِ ‫ُز ّي ِ َن ل َِّلن‬


‫ني‬ ِ ِ ‫ت م َِن‬ ِ ٰ ‫ب ٱلش َهو‬
‫ٱل ۡي ِل‬ َ ۡ‫ٱذل َهب َو ۡٱلف َّضةِ َو خ‬ َّ َ
‫ِن‬‫م‬ ِ ‫ة‬‫ر‬َ ‫نط‬َ ‫َو ۡٱل َق َنٰ ِطري ٱل ۡ ُم َق‬
ِ
َۖ‫ٱدل ۡنيا‬ ۡ‫ۡ ُ َ َّ َ ِ َ أۡ َ ۡ َ َ حۡ َ ۡ َ َ ِ َ َ ُ َح‬
ُّ ِ ‫ٱل َي ٰوة‬ ‫ث ذٰل ِك متٰع‬ ِۗ ‫ٱلمسومةِ وٱلنع ٰ ِم وٱلر‬
١٤ ‫اب‬ َ ۡ ‫ِندهُۥ ُح ۡس ُن ٱل‬
‫م‬ َ ‫َوٱللهَّ ُ ع‬
ِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-
anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda

4 Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA)


pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga)

3. Anak sebagai Penyejuk Hati


Surat Al-Furqan ayat 74 kembali menegaskan
keindahan anak yang digambarkan dalam ayat ini
sebagai penyejuk hati bagi orang tua nya

َ‫َ لذَّ َ َ ُ ُ َ َ َّ َ َ ۡ لنَ َ ۡ َ ۡ َ ٰ َ َ ُ ّ َّ ٰ َ قُ َّرة‬


‫جنا وذرِيتِنا‬ ِ ‫َوٱ ِين يقول ۡون ۡربنا هب ا مِن أزو‬
َ َّ ُ َ َ ۡ َ ُ‫ۡ ين‬
ً ‫ني إ َم‬
‫اما‬ ِ ِ‫أع ٖ وٱجعلنا ل ِلمتق‬
“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami,
anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”

4. Anak dapat sebagai Musuh


Disamping keindahan dan anugerah pada anak
sebagaimana dipaparkan pada ayat – ayat diatas, Al
Qur’an juga mengingatkan bahwa anak bisa menjadi
musuh sebagaimana yang dialami oleh beberapa nabi
seperti Nabi Musa dan Yunus. Surat At-Thagabun ayat
14 menggambarkan hal ini:

ُ ٰ َ ۡ َ ۡ َّ ْ ٓ ُ َ َ َ َّ‫َ ٰٓ َ ُّ َ لذ‬
ّ‫ك ۡم َوأَ ۡو َل ٰ ِد ُك ۡم َع ُد ٗوا‬ ‫ج‬ِ ‫َّيأيها ٱ ِين ءامنوا إِن مِن أزْو‬
َّ َ ْ ۡ َ ْ ُ َُ ۡ َ ۡ ُ
ُ ‫وه ۡم ِإَون َت ۡع ُفوا َوتَ ۡص َف‬
‫حوا َوتغفِ ُروا فإِن‬ ۚ ‫لكم فٱحذر‬
ُ َ َّ‫لله‬
١٤ ‫يم‬ ٌ ‫ح‬ِ ‫ َّر‬ٞ‫ٱ َ غفور‬
“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-

Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA) 5


isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka
dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”

5. Anak dapat sebagai Fitnah/Cobaan


Karena pentingnya posisi anak bagi orang tua , Allah
juga sudah menguingatkan Muslim bahwa anak bisa
menjadi fitnah dan cobaan, sebagaimana di jelaskan
dalam surat Al-Anfal : 28

ُ ُ ٰ َ ۡ َ َ ۡ ُ ُ ٰ َ ۡ َ ٓ َ َّ َ ْ ٓ ُ َ ۡ َ
َ َّ‫ َوأَ َّن ٱلله‬ٞ‫ك ۡم ف ِۡت َنة‬ ‫وٱعلمواَ أنما أمولكم وأولد‬
٢٨ ‫يم‬ٞ ‫ِندهُ ٓۥ أ ۡج ٌر َع ِظ‬
َ ‫ع‬
“ Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu
hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-
lah pahala yang besar”

Demikian juga surat At-Thagabun ayat 15 yang menyatakan :


َ َ َّ‫ َ لله‬ٞ َ ۡ ۡ ُ ُ ٰ َ ۡ َ َ ۡ ُ ُ ٰ َ ۡ َ ٓ َ َّ
ٌ‫ِندهُ ٓۥ أ ۡجر‬ ُ
‫إِنما أمولكم وأولدكم ف ِتنة ۚ وٱ ع‬
١٥ ‫يم‬ ٞ ‫َع ِظ‬
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah
cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”

6. Anak sebagai tabungan amal/investasi


Sudah banyak di pahami oleh Muslim bahwa anak
adalah investasi orang tua di masa depan, karena doa
anak yang soleh adalah amal Jariyah yang tidak putus

6 Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA)


pahalan ya meski orang tua sudah meninggal. Hal ini di
kemukakan dalam hadith Bukhori – Muslim :
َ َ‫ْ َ ا‬ ُ ُ َ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ ْ‫َ َ َ إ‬
‫النسان َانقطع عنه عمل َه إِل مِن ثلث ٍة إِل‬ ِ ‫إِذا مات‬
َ‫لد‬ َ ْ ْ َ
‫م ِْن َص َدق ٍة َجارِ َي ٍة أ ْو عِل ٍم يُن َتف ُع بِهِ أ ْو َو ٍ َصال ٍِح يَ ْد ُعو‬
َ‫ه‬
‫ُل‬
“Apabila seorang telah meninggal dunia, maka seluruh
amalnya terputus kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu
yang bermanfaat dan anak shalih yang mendo’akannya.”
(HR. Muslim: 1631).

Hadith sahih diatas di perkuat lagi dengan hadith dari


Hasan yang berbunyi:

َ ْ‫الصال ِحِ ف ج‬
ِ‫ال َّنة‬ َّ ‫ادل َر َج َة ل ِلْ َعبْد‬
ِ َّ ُ
‫ع‬
َ ْ َ‫َّ للهَّ َ َ َّ َ َ َّ َ ر‬
‫ف‬ ‫إِن ا عز وج َل لي‬
َ‫لد‬ َْ ْ ُ ُ َ َ ُ ََُ
‫استِغفارِ َو َِك‬ ‫ب أن ل ه ِذه ِ ؟ ف َيقول ِب‬ ِ
ّ ‫ول يَا َر‬ ‫فيق‬
َ َ
‫لك‬
Sesunguhnya Allah ta’ala akan mengangkat derajat
seorang hamba yang shalih di surga. Kemudian dia akan
berkata, “Wahai Rabb-ku, bagaimana hal ini bisa terjadi
padaku? Maka Allah menjawab, “Hal itu dikarenakan do’a
yang dipanjatkan anakmu agar kesalahanmu diampuni.”
(HR. Ahmad: 10618. Hasan).

7. Anak sebagai Penerus Generasi


Surat Al-Anbiya ayat 89 menegaskan kedudukan anak
sebagai penerus generasi, dan karenananya menikah
dalam Islam menjadi perbuatan yang di sunnahkan,

Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA) 7


karena salah satu tujuannya adalah menghasilkan
keturunan yang akan meneruskan generasi selanjutnya.

َ َ‫ى َر َّب ُهۥ َر ّب ل تَ َذ ۡرن فَ ۡر ٗدا َوأ‬


ُ‫نت َخ رۡي‬ ٰ َ َ ۡ ٓ َّ َ َ َ
‫اد‬ ‫وزك ِريا إِذ ن‬
ِ
َ ‫ۡٱل َوٰرث‬
٨٩ ‫ِني‬ ِ
“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru
Tuhannya: “Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan
aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling
Baik”

Surat Ali Imran ayat 38 juga menegaskan hal yang sama :

َ ُ َّ‫لد‬ ۡ َ ّ َ َ َ ُ َّ َ َّ َ َ َ َ َ ُ
‫ب هب ل مِن نك‬ِ ‫ال ر‬ ‫هنال ِك دع زكريا ربه ۖۥ ق‬
ٓ َ‫ُ ّ َّ ٗ َ ّ َ ً َّ َ ِ َ ُ ُّ ا‬
٣٨ ِ‫ذرِية طيِبة ۖإِنك س ِميع ٱدلعء‬
“Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya
berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang
anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar
doa”

8. Anak Sebagai Sarana Menegakkan Keadilan

ُ َ ْ َ َ ْ‫ُ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ُّ َين‬
ْ‫ِكم‬ َ ّ َّ َ َ
‫ إِع ِدلوا ب اوالد‬:‫قال انلبيِ ِ صل اهلل عليهِ وسلم‬
ّ َ‫ر‬ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ُّ ُ‫َّ ْ َ َ ح‬
)‫الب (رواه مسلم‬ ِ ‫ف ِىانلح ِل كما تِبون بينكم ف‬
”Berbuat adillah kalian kepada anakmu dalam pemberian
sebagaimana kamu sekalian menyukai anak-anakmu
berbuat adil terhadap dirimu dalam berbuat kebaikan.”
(HR Muslim). Dalam riwayat lain Nabi saw mengatakan

8 Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA)


: “Sama ratakanlah (Berbuat adillah) dalam pemberian
terhadap anak-anakmu. Sekiranya aku disuruh untuk
memberikan keistimewaan (terhadap anak-anakku) tentu
akan mengistimewakan terhadap anak-anakku yang
perempuan.” (HR Tabrani)

Orang tua memiliki kewajiban untuk menjaga dan


mengembangkan kesucian anak tersebut. Kewajiban itu jelas
sebagaimana terkandung dalam surat at Tahrim ayat 6:

ً‫يك ْم نَارا‬ُ ْ َ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ُ ُ َ َ َّ‫َ َ ُّ َ لذ‬


ِ ‫يا أيها ا ِين آ َمنوا قوا أنفسكم وأهل‬
ٌ‫ٌ ش َداد‬ َ‫ا‬ ٌ َ َ‫َ ُ ُ َ َّ ُ َ حْ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ا‬
ِ ‫وقودها انلاس وال َِجارة عليها ملئِكة غِلظ‬
َ ْ َ ُ ْ ُ َّ‫َ لله‬
‫ل َي ْع ُصون ا َ َما أ َم َره ْم َو َيف َعلون َما يُؤ َم ُرون‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkannya kepadamereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkannya”

Dalam mengimplementasikan pendidikan kepada Anak al-


Qur’an memberikan contoh-contoh pendidikan kepada anak
sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim kepada Ismail,
Yakub kepada anak-anaknya, Nabi Zakaria terhadap nabi Yahya
dan Luqman kepada anak-anaknya.Hal tersebut sebagaimana
terangkum dalam surat al’Anbiya’ 85-86, dan Surat Luqman,
Surat Ali Imron

Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA) 9


A.2. Batasan Anak dalam Islam
Siapa Anak ? Didalam Islam, khusunya fiqh, anakdidefiniskan
sebagai individu yang belum mencapai masa baligh atau
anak belum bisa memahami sepenuhnya apa yang baik
dan apa yang buruk bagi dirinya. Belum sempurnanya akal
pikiran anak ditegaskan oleh Allah dalam surat An-Nisa
ayat 5 dan Surat AlAn’am ayat 152

ُ َ ُ َّ‫َ َ َ لله‬
ْ‫كم‬ َّ ُ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ُّ ُُْ
‫َول تؤتوا السفهاء أموالكم الت جعل ا ل‬
َ َ ُ ُ ُ ْ ُ ُُ ْ َ ً َ
‫ِيها َواك ُسوه ْم َوقولوا ل ُه ْم ق ْول‬
َ ‫وه ْم ف‬ ‫قِياما وارزق‬
ً
‫َم ْع ُروفا‬
Artinya: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-
orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka)yang
ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai
pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian
(dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-
kata yang baik( Annisa’ :5)

ََُْ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ ْ‫َ َ ْ َ ُ َ َ ي‬
‫َول تقر َبوا مال التِي ِم إِل بِالت يِه أحسن حت يبلغ‬
ُّ َ ُ ْ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ُ َّ ُ
‫أشده وأوفوا الكيل وال ِمزيان بِالقِس ِط ل نكلِف‬
َْ
‫نف ًسا إِل ُو ْس َع َها‬
Artinya: Dan Janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai dewasa,
dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.
Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan
sekedar kesanggupannya.. (al An’am 152)

10 Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA)


Para ahli fiqh ( fuqoha) berbeda pendapat dalam
menentukan kedewasaan seseorang. Jumhur ulama
menetapkan tanda yang bersifat personal namun cukup
konkrit, yaitu mimpi indah ( ihtilam) untuk anak laki-laki dan
khusus untuk perempuan adalah haid. Tanda-tanda tersebut
juga dapat ditarik keumuman usianya, sebelum tanda-tanda
tersebut muncul seseorang masih disebut anak meskipun
telah mumayyiz
A.3. Hak – Hak Anak dalam Islam
Al Qur’an and Hadith sebagai sumber ajaran Islam memuat
beberapa ayat yang terkait dengan hak- hak yang harus di
terima anak dari orang tua , diantaranya:
1. Hak Hidup
Hal ini sebagaimana tercantum dalam surat al-An’am
ayat 151 dan An-Nisa’9
ُ ْ‫ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ َ َّ َ َ ُّ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ َ اَّ ُ ر‬
‫شكوا‬ ِ ‫كم اَ أل ت‬ َ ‫قل تعالوا أتل ما حرم ربكم علي‬
ُ َ ُ ْ َ َ‫َ ْ ً َ ْ َ َ ْ ْ ً ا‬
‫ح َسانا َول تق ُتلوا أ ْولدك ْم م ِْن‬ ِ ‫بِهِ شيئا حَوبِالوالدِ ي ِن إ‬
َ ََ ْ ُ َ َ‫ا‬
ْ َ َ ْ ُ َّ ْ ُ ُ ُ ْ َ ُ ْ َ‫ْ ا‬
‫حش‬ ِ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ف‬ ‫ال‬ ‫وا‬‫ب‬ ‫ر‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫اه‬ ‫ِإَوي‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ق‬‫ز‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ق‬ ٍ ‫إِم‬
‫ل‬
َّ ْ ُ َْ َ‫ا‬ ْ َ
‫َما ظ َه َر مِن َها َو َما َب َط َن َول تق ُتلوا انلَّف َس ال يِت َح َّر َم‬
َ ُ َ ُ َّ َ ُ ُ َ َ ْ‫ح‬ َّ‫للهَّ ا‬
‫ال ّ ِق ذل ِك ْم َو َّصاك ْم بِهِ ل َعلك ْم ت ْع ِقلون‬ ‫ا ُ إِل ِب‬
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu
karena takut kemiskinan, Kami akan memberi Rizki
kepadamu dan kepada mereka…(Al-An’am 151)

ً َ ً َّ ّ ُ ْ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ َّ‫َ يْ َ ْ َ لذ‬
‫ضعافا‬ِ ‫ولخش ا ِين لو تركوا مِن خلفِ ِهم ذرِية‬

Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA) 11


ً ‫َخافُوا َعلَيْه ْم فَلْ َي َّت ُقوا اللهَّ َ َو يْلَ ُقولُوا قَ ْو اًل َس ِد‬
‫يدا‬ ِ
Artinya:” Dan Hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah yang mereka khawatir (terhadap
kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar” (Annisa:9)

a. Hak berpartisipasi dalam pembuatan keputusan yang


menyangkut dirinya
Hal ini dapat dilihat dari kisah nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
sebagaimana yang tercantum dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 85-86:

َّ ‫يس َو َذا الْك ِْفل كلُ ٌّ م َِن‬


َ ‫الصابر‬ ْ
َ ‫ِإَودر‬ َ َ ْ
‫ين‬ ِِ ِ َّ ِ ْ ‫ع‬ ‫يل‬ َ ِ ‫ِإَوسما‬
َ ‫ال‬ َّ ‫حت َنا إن ُه ْم م َِن‬ْ‫م‬
َ َ ْ ُ َ َ ْ َ
)68( ‫ِني‬ ِ‫الص ح‬ ِ ِ ‫) وأدخلناهم يِف ر‬58(
Artinya : Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli.
semua mereka Termasuk orang-orang yang sabar.
Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat kami.
Sesungguhnya mereka Termasuk orang-orang yang saleh.

Kesalehan dan kesabaran Ismail tergambar pada


saat ayahandanya Ibrahim diperintah Allah untuk
menyembelihnya yang dapat kita baca pada QS. Ash-
Shoffat 102-111.

Artinya: 102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur


sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam

12 Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA)


mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.

103. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim


membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah
kesabaran keduanya ).

104. Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,

105. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi


itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi
Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

107. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan


yang besar[1285].

108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di


kalangan orang-orang yang datang Kemudian,

109. (yaitu)”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”.

110. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-


orang yang berbuat baik.

111. Sesungguhnya ia Termasuk hamba-hamba Kami yang


beriman.

Sebagai anak yang saleh Ismail rela berkorban, dengan


penuh ikhlas taat kepada Allah. Totalitas kepercayaan
Ismail kepada Allah mewujud dalam sikap pasrah, tunduk
dan sami’na wa atho’na. di sinilah letak pencapaian

Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA) 13


sebagai muslim sejati, ketaatannya pada Allah melebihi
batas-batas logika manusia, karenanya tidak heran jika
predikat kenabian melekat padanya. Ketaatan Ismail ini
diperkuat dengan pola partisipasi yang dibangun Nabi
Ibrahim, melalui dialog antara Ayah dan Anak.

2. Hak Kejelasan Nasab


Islam sangat menekankan pentingnya kejelasan garis
keturunan atau nasab, dan kaarenanya kejelasan
tentang nasab di tegaskan dalam alQur’an sebagai
salah satu hak yang dimiliki anak. Surat Al Ahzab ayat 5
menjelaskan hal tersebut:

ُ َ ْ َ ْ َ ْ َ َّ‫ْ ُ ُ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َ لله‬
‫ادعوهم آِلبائ ِ ِهم هو أقسط عِند ا ِ ۚ فإِن لم تعلموا‬
َ ُ ُ ُ َْ َ ْ ُ َ َ
‫ِين َو َم َو يِالك ْم ۚ َوليْ َس‬ ّ ‫ك ْم ف‬
‫ادل‬ ِ‫ي‬ ‫آباءهم فإِخوان‬
ْ َ َّ َ َ َ ْ ٰ َ َ ِ ْ ُ ْ َ ْ َ َ ٌ َ ُ ْ ُ ْ َ َ
‫كن ما تعمدت‬ ِ ‫عليكم جناح فِيما أخطأتم بِهِ ول‬
ً ‫ح‬ ُ ُ ُُ
ً ‫ك ْم ۚ َو اَك َن اللهَّ ُ َغ ُف‬
‫يما‬ ِ ‫ورا َر‬ ‫قلوب‬
Artinya: Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan
(memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih
adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-
bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-
saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada
dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya,
tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu.
Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

3. Hak Memperoleh ASI


Kewajiban memberikan Air Susu Ibu kepada anak di
cantumkan dalam surat Al Baqarah ayat 233 dengan

14 Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA)


kalimat yang cukup tegas

َ َ َ ْ َ ْ‫َ ْ َ َ ُ ُ ْ ْ َ َ ْ اَ َ ُ َّ َ ْ َينْ اَ َين‬


‫ضعن أولدهن حول ِ كمِل ِ ۖ ل ِمن أراد‬ ِ ‫َوالوالدِ ات ير‬
ُ ُ َ‫ه‬ ُ ْ َ‫علَى‬ َ َ ‫الر َض‬َّ ‫أ ْن يُت ِ َّم‬
‫اعة ۚ َو ال َم ْولودِ ُل رِ ْزق ُه َّن َوك ِْس َوت ُه َّن‬
‫ار‬َّ ‫ك َّل ُف َن ْف ٌس إ اَّل ُو ْس َع َها ۚ اَل تُ َض‬ َ ُ َ‫ا‬
‫ت‬ ‫ل‬ ۚ ‫وف‬ِ ُ
‫ر‬ ْ ‫بال ْ َم‬
‫ع‬
ُْ َ ْ َ‫َِ َ ٌ َ لدَ َ َ اَ َ ْ ُ ٌ هَ ُ َ لدَ ِ َعلَى‬
‫ث مِثل‬ ِ ‫والدِ ة بِو َِها ول مولود ل بِو ِه ِ ۚ و الوار‬
َ‫ْ ُ َ َ َ َ ِ ُ َ ا‬ َ َ ً‫َ ٰ َ َ ْ َ َ َ ا‬
‫اض مِنهما وت َشاو ٍر فل‬ ٍ ‫ال ع ْن ت َ َر‬
َ ‫ذل ِك ۗ فإِن أرادا ف ِص‬
ُ َ َ‫ا‬ ْ َ‫اح َعلَيْه َما ۗ ِإَون أ َر ْد ُت ْم أن ت ْس ر‬
َ ْ ْ َ ‫ُج َن‬
‫ض ُعوا أ ْولدك ْم‬ ِ ‫ت‬ ِ
ْ ْ َْ َّ َ ُ َ َ َ َ‫َ ا‬
ۗ ‫وف‬ ِ ‫فل ُج َناح عليْك ْم َ إِذا َسل ْم ُت ْم َما آتي ُت ْم بِال َمع ُر‬
ٌ ‫ون بَ ِص‬ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ‫َ َّ ُ للهَّ َ َ ْ َ ُ َّ لله‬
‫ري‬ ‫واتقوا ا واعلموا أن ا بِما تعمل‬
Artinya : “ Para ibu hendaklah menyusukan anak-
anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak
ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu
disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang
patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”

Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA) 15


4. Hak untuk Memperoleh Asuhan yang Baik
Hak anak untuk memperoleh Asuhan yang baik di
cantumkan dalam surat Al Ahqaf ayat 15 :

ً ْ ُ ُ ُّ ُ ُ ْ َ َ َ‫َ َ َّ ْ َ إْ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ ً م‬
‫النسان بِوالدِ يهِ إِحسانا ۖ حلته أمه كرها‬ ُِ ‫ووصينا‬
َّ‫تى‬ َ ْ َ َ ُ َ‫ا‬ َ ُ‫ه‬ َ ُ ْ َ‫م‬
ُ ‫َو َو َض َعتْ ُه ك ْرها ۖ َوحل ُه َوف ِص‬
ً
ٰ ‫ال ثلثون شه ًرا ۚ ح‬
ْ ْ َ ّ َ َ َ ً َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُ َّ ُ َ َ َ َ َ
‫ب أوزِع َ يِن‬ ِ ‫إِذا بلغ أشده وبلغ أربعِني سنة قال ر‬
ْ َ َّ َ َ ٰ َ‫َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ ْ َ علَيَ َّ َعلَى‬
‫و والدِ ي وأن‬ ‫أَن أشكر ن ِعمتك ال يِت َأنعمت‬
ُ ّ
ُ ‫صل ِ ْح ل ف ذ ّريت ۖ إن تب‬
ْ َّ ُ ْ ‫الا تَ ْر َضاهُ َوأ‬ ً ِ‫أ ْع َم َل َص ح‬
‫ت‬ ِ‫يِ يِ ِ يِ ِ ي‬
َ‫ِإَون م َِن ال ْ ُم ْسلِمني‬ّ َ ْ َ‫ي‬
ِ ِ‫إِلك ي‬
Artinya : “ Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila
dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun
ia berdoa: «Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku
dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat
amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan
kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak
cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri».

5. Hak Memperoleh Pendidikan


Hak Anak untuk memperoleh pendidikan di
cantumkan dalam surat at Tahrim ayat 6 yang intinya

16 Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA)


Islam memandang pendidikan sebagai bagian dari
amanat Allah yang diberikan orang tua agar menjaga
keluarganya dari api neraka

ً‫يك ْم نَارا‬
ُ ْ َ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ُ ُ َ َ َّ‫َ َ ُّ َ لذ‬
ِ ‫يا أيها ا ِين آمنوا قوا أنفسكم وأهل‬
ٌ‫ك ٌة غ اَِل ٌظ ش َداد‬ َ َ‫َ ُ ُ َ َّ ُ َ حْ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ا‬
ِ ِ ‫وقودها انلاس وال ِجارة عليها ملئ‬
َ ُ َ ْ ُ َ َ ُ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ َّ‫اَ َ ْ ُ َ لله‬
‫ل يعصون ا ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون‬
Artinya : “Wahai orang orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

B. Kedudukan Anak dalam Undang Undang/ Hukum Positif


Anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus
cita-cita perjuangan bangsa, dan karenanya memiliki peran
penting dalam menjamin kelangsungan eksistensi bangsa
dan Negara pada masa depan. Agar setiap anak Indonesia
mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu
mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun
sosial. Negara juga menganggap anak perlu mendapatakan
perlindungan dari segala kondisi yang membahayakan
atau menghambat pemenuhan hak-haknya sebagai anak,
serta tidak terwujudnya kesejahteraan yang seharusnya
diterima anak.
Untuk dapat mewujudkan perlindungan dan
kesejahteraan anak diperlukan dukungan kelembagaan

Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA) 17


dan peraturan perundang-undangan yang dapat menjamin
pelaksanaannya. Salah satu produk perundangan
penting yang mengatur perlindungan anak secara cukup
komprehensif adalah UU no 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang di tetapkan pemerintah pada
Tanggal 22 Oktober 2002. Dalam perkembangannnya, UU
no 23 tahun 2002 telah mengalami perubahan menjadi
UU no 35, tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak. Perubahan atau penyesuian ini di tujukan
untuk menegaskan kembali kewajiban pemerintah dan
perlindungan anak dari berbagai kekerasan yang marak
terjadi di masyarakat.

Beberapa hal yang perlu di lihat dari UU no. 35 tahun 2014


adalah :
B.1. Tujuan Undang Undang
Dalam UU ini di sebutkan bahwa tujuan peraturan ini
adalah untuk :
a. Menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat
hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat manusia;

b. Melindungi anak dari kekerasan dan diskriminasi


demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,
berakhlaq mulia dan sejahtera.

B.2. Siapa Anak ?


Pasal 1, poin 1 UU no. 35 , 2014 menyatakan bahwa anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)

18 Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA)


tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
B.3. Apa itu Perlindungan Anak ?
Dalam pasal 1 poin 2 di sebutkan bahwa Perlindungan
anak adalah segala kegiatan utnuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Dalam poin 15, pasal 1 ditambahkanbahwaPerlindungan
khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada anak
dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan
hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi,
anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual,
anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban
penyalahgunaan narkotika, alcohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan,
perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau
mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban
perlakuan salah dan penelantaran.
B.4. Apa itu kekerasan terhadap anak?
Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap Anak yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum.
B.5. Apa Peran Masyarakat dalam Perlindungan Anak?
Bagaimana peran masyarakat termasuk Aisyiyah dalam
Perlindungan Anak yang diatur dalam Undang Undang ini?

Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA) 19


B.6. Beberapa Larang dan sanksi dalam UU no. 35, 2016
Pasal 76 UU no. 35, yang terdiri dari sepuluh poin ( A – J)
menjelaskan berbagai perbuatan yang dilarang dilakukan
terhadap anak baik bersifat penelantaran, kekerasan,
penipuan , perlakukan diskriminatif maupun perbuatan
ekploitasi terhadap anak.
Pasal 76C
Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan,
melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta
melakukan Kekerasan terhadap Anak.
Pasal 76D
Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman
Kekerasan memaksa Anak melakukan persetubuhan
dengannya atau dengan orang lain.
Pasal 76E
Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman
Kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan
serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul
Pasal 76F
Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan,
melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta
melakukan penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan
Anak.
Pasal 76G
Setiap Orang dilarang menghalang-halangi Anak
untuk menikmati budayanya sendiri, mengakui dan
melaksanakan ajaran agamanya dan/atau menggunakan
bahasanya sendiri tanpa mengabaikan akses pembangunan
Masyarakat dan budaya.

20 Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA)


Pasal 76H
Setiap Orang dilarang merekrut atau memperalat
Anak untuk kepentingan militer dan/atau lainnya dan
membiarkan Anak tanpa perlindungan jiwa.
Pasal 76I
Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan,
melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta
melakukan eksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual
terhadap Anak.
Pasal 76J
Setiap Orang dilarang dengan sengaja menempatkan,
membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan Anak
dalam penyalahgunaan, serta produksi dan distribusi
narkotika dan/atau psikotropika.
Setiap Orang dilarang dengan sengaja menempatkan,
membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan Anak
dalam penyalahgunaan, serta produksi dan distribusi
alkohol dan zat adiktif lainnya .
Sanksi atau hukuman tentang pelanggaran- pelanggaran
terhadap 10 poin dari pasal 72 diatas diancam dengan
hukuman penjara dan juga denda yang di jelaskan dalam
pasal – pasal berikutnya.
Pasal 77 B menyatakan
Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 76B, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 80 menjelaskan
Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 76C, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/

Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA) 21


atau denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh
dua juta rupiah).
Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah

Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang
melakukan penganiayaan tersebut Orang Tuanya.
IV. MENGENALI KEKERASAN TERHADAP ANAK
V.1. Apakah yang Dimaksud dengan Kekerasan terhadap
Anak?
Kekerasan Terhadap Anak (KTA) adalah semua tindakan
atau perlakuan, baik secara fisik, emosional, seksual yang
ditujukan kepada anak, termasuk juga penelantaran
terhadap anak, sehingga menyebabkan kerugian dan
dampak jangka pendek maupun jangka panjang yang
negative bagi anak.

V.2. Apakah Dampak Kekerasan Bagi Anak yang Menjadi


Sasarannya?
Semua bentuk kekerasan meninggalkan “bekas luka”
bagi anak, baik itu bekas luka pada tubuh maupun pada

22 Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA)


emosinya, yang itu semua akan berlangsung lama karena
tersimpan dalam ingatan anak hingga masa dewasanya.
“Luka” tersebut dapat merusak “diri” si anak sehingga ia
kesulitan dalam membangun hubungan dengan orang
lain, dalam menjalankan fungsinya sebagai individu, baik
ketika di rumah, di sekolah ataupun di tempat kerja.
Dampak jangka panjang yang dapat terjadi antara lain
adalah:

 Kesulitan membangun hubungan baik dan mempercayai


pasangan.  Karena seseorang telah belajar untuk tidak
percaya kepada orang tua/pengasuhnya yang telah
menganiaya dirinya ketika kecil, maka sulit bagi orang
tersebut untuk percaya dan memiliki hubungan baik
dengan orang dewasa lainnya. Pengalaman telah
mengajarkan padanya bahwa orang-orang terdekat
yang dia percayai telah menganiaya dan mengendalikan
dirinya, maka ia sulit mempercayai dan tidak tahu
bagaimana hubungan yang sehat.
 Dominasi perasaan “dirinya tak berguna” atau “dirinya
buruk”. Hal ini terjadi karena seseorang telah begitu
terbiasa dikata-katai buruk seperti “anak bodoh”, “anak
nakal”, “anak tidak becus” dsb. Berulangnya pelabelan
tersebut dapat menjadi semacam keyakinan yang
tertanam pad diri seorang anak sehingga ia tumbuh
dewasa sebagai sesorang yang memiliki keyakinan diri
negatif.
 Kesulitan mengendalikan emosi. Anak korban kekerasan
tidak dapat mengekspresikan emosinya secara memadai
karena dari kecil sudah terbiasa tertekan dan tidak

Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA) 23


dapat mengekspresikan emosinya. Emosi yang begitu
kuat namun terpendam dalam dan tidak terekspresikan
keluar dapat mengakibatkan kemarahan, kecemasan
ataupun depresi yang membuat seseorang lari kepada
alkohol dan obat-obatan sebagai cara mengatasinya.

V.3.
Apa Saja Tanda-Tanda Anak Telah Mengalami
Kekerasan?
Karena kekerasan terhadap anak biasanya terjadi di balik
dinding rumah atau dalam keluarga, seringkali orang di
luar tidak tahu bahwa seseorang anak telah mengalami
kekerasan. Untuk itu, kita perlu mengenali tanda-tanda
perilaku seorang anak yang telah mengalami kekerasan,
antara lain yaitu:
A. Apakah Tanda-Tanda Seorang Anak Telah Mengalami
Kekerasan Emosional?

 Sangat menarik diri, penakut atau pencemas jika


dirinya melakukan kesalahan.
 Menunjukkan perilaku yang ekstrim (agresi yang
ekstrim atau gampang sekali menuntut maupun
mengeluh).
 Tidak menampakkan kelekatan dengan orang tua
atu pengasuhnya.
 Bertindak secara tidak memadai sebagai orang
dewasa, atau menunjukkan perilaku kekanakan yang
berlebihan (mematung, menghisap jempol, atau
marah bergulung-gulung).

B. Apakah Tanda-Tanda Seorang Anak Telah Mengalami

24 Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA)


Kekerasan Fisik?

 Seringkali ada lebam, luka atau cedera di tubuhnya.

 Selalu waspada, seolah menunggu sesuatu yang


buruk akan menimpanya.
 Cedera fisiknya tampak seperti bekas pukulan tangan
atau sabetan sabuk.
 Tampak ketakutan untuk pulang ke rumah (jika
sedang berada di luar rumah).
 Sangat mudah terkejut dan tampak cemas atau
ketakutan
 Memakai pakaian yang terutup rapat di hari yang
panas karena berusaha menutupi lebam atau cedera
yang ada di tubuhnya.

C. Apakah Tanda-Tanda Seorang Anak Telah


Ditelantarkan?

 Anak mengenakan pakaian yang tampak kumal,


kotor dan tak terurus.
 Perilaku kebersihannya tampak buruk, seperti badan
yang berbau dan dekil karena jarang mandi.
 Sakit atau cedera tapi tidak diobati.

 Seringkali tanpa pengawasan atau tidak terawasi


bermain-main sendirian, termasuk bermain-main di
kawasan yang rawan atau berbahaya.
 Seringkali terlambat atau membolos di sekolah.

D. Apakah Tanda-Tanda Seorang Anak Telah Mengalami

Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA) 25


Kekererasan Seksual?

• Tampak kesulitan atau bermasalah dalam berjalan


atau duduk.
• Memaparkan pengetahuan atau menunjukkan
ketertarikan terhadap perilaku seksual yang tidak
memadai dibanding usianya.
• Berusaha menjauhi atau menghindari seseorang
tanpa alasan yang jelas.
• Perilaku lekat yang tidak wajar (karena ketakutan)
kepada pengasuh/orang tuanya
• Menderita penyakit menular seksual di usia yang
masih dini.
• Lari atau kabur dari rumah.

V. APA YANG DILAKUKAN KALAU WARGA AISYIYAH MENDAPATI


ANAK KORBAN KEKERASAN?
a. Apakah Pertolongan Pertama Psikologis Kepada Anak
Penyintas Kekerasan?
Pertolongan pertama psikologis untuk anak adalah sebuah
pendekatan untuk mengupayakan pengurangan stress
akibat kejadian luar biasa seperti kecelakaan, bencana
alam, konflik (termasuk kekerasan) yang dialami oleh anak.
Pertolongan pertama psikologis mencakup cara-cara
berkomunikasi, menciptakan rasa aman bagi anak, serta
memberikan edukasi kepada orang tua atau keluarga
dalam memberikan dukungan bagi anak yang mengalami
kejadian luar biasa.
b. Apakah Kegunaan Pertolongan Pertama Psikologis Bagi

26 Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA)


Anak Penyintas Kekerasan?
Pertolongan pertama psikologis kepada anak yang baru saja
mengalami kekerasan akan mencegah dampak psikologsi
jangka pendeka maupun jangka panjang, dengan cara
memberikan dukungan yang berupa coping positif.
Tujuan pertolongan pertama psikologis adalah membantu
anak mengurangi stress, memenuhi kebutuhannya, dan
membantunya untuk melakukan coping yang positif.
Kebanyakan anak yang mengalami kejadian luar biasa atau
traumatik tidak mengalami dampak kesehatan mental yang
buruk dalam jangka panjangnya. Namun, kecepatan untuk
pulih kembali peluangnya lebih besar ketika intervensi dini
dilakukan, dan resiko untuk mengalami problem kesehatan
jangka panjang menjadi sangat berkurang.
Diantara gejala trauma bagi anak-anak adalah gangguan
tidur, mimpi buruk, kecemasan, depresi, menarik diri dari
orang lain, gangguan konsentrasi, menangis, regresi, dan
perilaku lekat yang berlebihan.
c. Siapa Yang Dapat Memberikan Pertolongan Pertama
Psikologis?
Pertolongan pertama psikologis dapat diberikan oleh siapa
saja, baik itu profesional seperti psikolog, psikiater, pekerja
sosial, dsb. maupun profesi lain seperti guru, perawat,
dsb., termasuk sukarelawan yang memiliki ketertarikan
dan komitmen untuk mendampingi anak-anak.
d. Bagaimana Langkah Pertolongan Pertama Psikologis?
• Membuka koneksi/hubungan dengan penyintas. Awalan
ini dilakukan dengan memperkenalkan diri dan peran
Anda dalam hubungannya dengan kasus kekerasan yang
dialami penyintas, menawarkan apa yang dapat dibantu

Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA) 27


sesuai dengan kebutuhan penyintas saat itu, menjaga
rahasia masalah penyintas dan tidak akan melakukan
tindakan apapun tanpa persetujuan dari penyintas.
• Berikan keamanan, rasa aman dan nyaman. Pastikan
bahwa anak penyintas tidak berada dalam situasi
yang berbahaya, atau tidak bersama dengan pelaku.
Berilah kesempatan kepada penyintas untuk istirahat
atau menenangkan diri di tempat yang memadai, dan
tunggulah hingga ia siap menceritakan masalahnya.
• Bersikap tenang dan bersedia mendengarkan.
Ketenangan dan kesediaan Anda untuk mendengarkan
apa yang dikatakan penyintas akan memberikan rasa
diterima dan dihargai sehingga hal itu akan mempercepat
proses pemulihan penyintas, dan akan membantu
penyintas dalam mengembalikan stabilitas dirinya.
• Penuhi kebutuhan dasarnya. Upayakan untuk segera
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya setelah Anda
mendapatkan informasi dari penyintas, seperti makanan,
minuman, pakaian yang bersih, atau kesegeraan untuk
mendapat pertolongan medis, atau komunikasi dengan
keluarganya. Pastikan bahwa keluarga yang dihubungi
penyintas adalah bukan pelaku melainkan orang yang
berpihak padanya.
• Lakukan stabilisasi. Setelah mengalami peristiwa yang
luar biasa, anak sangat mungkin mengalami kekacauan
emosi, ketakutan, tertekan, dsb., oleh sebab itu penting
bagi orang dewasa yang mendampingi dapat melakukan
stabilisasi kepada anak tersebut. Stabilisasi dapat
dilakukan dengan cara:

28 Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA)


1) menempatkan anak di lingkungan yang aman dan
nyaman, dimana anak dapat istirahat, makan, tidur dan
bermain secara nyaman,
2) ciptakan suasana dan situasi berkegiatan yang rutin
seperti belajar, istirahat, bermain dengan teman
sebaya, beribadah, dsb. agar anak merasa seperti
hidup dalam keseharaiannya yang normal;
3) empati terhadap emosinya (perasaannya), hindari
sikap menyalahkan, mencela atau tidak memahami
perasaan anak.
• Berikan informasi tentang coping yang positif. Jelaskan
bahwa cara pengelolaan stress (yang disebut sebagai
“coping”) yang baik atau positif adalah dengan cara yang
tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain, misalnya
dengan mendekatkan diri kepada Tuhan YME melalui
kegiatan-kegiatan keagamaan, melakukan kegiatan
rekreatif bersama kawan sebaya atau orang dewasa lain
seperti bermain-main atau berekreasi, menceritakan
kegelisahan atau kesedihan kepada orang dewasa yang
dipercayai, dan berbagai kegiatan positif lainnya yang
dapat mengurangi rasa tertekan/stress.
• Rujukkan ke layanan khusus yang dibutuhkan. Setelah
mengalami kejadian luar biasa atau traumatik, anak
mungkin mengalami cedera fisik dan atau shok mental,
baik yang disebabkan oleh kejadian kekerasan terkini
yang daialaminya, ataupun karena kondisi fisik dan
atau mental yang memang sudah tidak sehat sebelum
kekerasan terjadi. Selain itu, rujukan juga dapat dilakukan
ke Kepolisian untuk keperluan legal. Merujukkan
anak kepada ahli atau profesional yang sesuai dengan
kebutuhan anak adalah rangkaian tindakan terakhir yang

Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA) 29


harus dilakukan sebagai tindak lanjut dari pertolongan
pertama psikologis

VI. APA SAJA TUGAS RELAWAN GACA ?


Dari paparan diatas tugas relawan GACA adalah :
1. Memberikan penyuluhan dan pendidikan tentang anak
kepada masyarakat
2. Memberikan pendampingan berupa pertolongan pertama
kepada anak yang mengalami dan keluarganya
3. Mengantarkan anak dan keluarganya kepada lembaga yang
memberikan layanan pendampingan terhadap anak dan
keluarga
4. Mensosialisasikan program program pemerintah yang
terkait dengan perlindungan anak
VII. APA YANG BISA DILAKUKAN OLEH ORGANISASI AISYIYAH:
MAJELIS-MAJELIS dan LEMBAGA UNTUK PENCEGAHAN,
PENANGANAN, DAN REHABILITASI PENYINTAS ANAK ?
Program GACA sebagai sebagai sebuah gerakan, secara
kelembagaan, dapat diintegrasikan dalam program majelis,
dengan cara :
• Pencegahan kekerasan anak : sosialisasi (pengajian,
pengajaran, tentang Ketahanan Keluarga, UU Perlindungan
Anak, UU PKDRT, RUU tentang Pencegahan Kekerasan
Seksual).
• Penanganan kekerasan anak : kunjungan pada korban,
bantuan psikologis awal bagi korban, layanan konseling
awal dan layanan psikososial untuk korban, keluarga, dan
lingkungan, kerjasama dengan polwan dan kepolisian (PPA),

30 Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA)


pengobatan ke layanan kesehatan PKU Muhammadiyah,
Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) Aisyiyah, layanan
BAKESSOS, penyediaan rumah aman.
• Rehabilitasi korban kekerasan anak : penyatuan kembali
dengan keluarga dan lingkungan sekitar, pemberian modal
usaha untuk orangtua korban, pemberian beasiswa sekolah,
membantu kelangsungan pendidikan, pembuatan support
grup untuk anak anak penyintas (korban yang berupaya
keluar dari situasi sulit yang dihadapinya).
• GACA tidak selalu berarti menambahkan program baru di
majelis, namun memaksimalkan program yang sudah ada.
• GACA tidak selalu menambahkan anggaran baru di majelis,
mengoptimalkan sumber dukungan yang ada.
• Mengkreasikan masukknya GACA sebagai kekayaan tematik
dalam pelayanan, pemberdayaan, penguatan kelembagaan,
maupun tindakan layanan dan pembelaan penyintas
(advokasi).
• Memasukkan gagasan, konsep, aksi GACA dalam program
mandiri dan program antar majelis dari majelis ekonomi,
majelis dikdas, majelis kessos, majelis kebudayaan,
majelis dikti, majelis hukum dan ham, LPPA, lembaga
penanggulangan bencana, majelis tabligh, dan majelis
kesehatan dan lingkungan (lihat detail di buku pelatihan
GACA).
• Khusus untuk penanganan korban kekerasan dalam kondisi
kritis, perlu dibentuk Tim Reaksi Cepat (TRC)
• GACA di setiap tingkat kepengurusan, perlu disangga dalam
bentuk “grup inti” penanganan kekerasan, pada masing

Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA) 31


masing level kepengurusan. Grup inti dapat bersifat lintas
majelis, yang ramping struktur, namun kaya fungsi. Grup
inti disebut TRC (Tim Reaksi Cepat), yang bertanggungjawab
pada ketua Aisyiyah setempat, sesuai penanganan kasus.
• Grup inti penanganan kekerasan dapat diadakan di tingkat
paling bawah (ranting), tim di cabang, daerah, wilayah, dan
pusat. Menyesuaikan kondisi kasus. TRC bertugas menemu
kenali, menerima aduan, melakukan investigasi awal, dan
memberikan pertolongan awal pada kasus-kasus kekerasan
yang mengandung unsur darurat ( misal : anak terancam
dibunuh, diperkosa, dianiaya, diperjualbelikan, dipekerjakan
paksa, disekap, dipekerjakan secara seksual). TRC ini berisi
relawan orang orang Aisyiyah terpilih, yang memiliki cukup
modal di lingkungannya ( paham tentang pertolongan
psikologis pertama, wawasan baik tentang lingkungan
sosial, keberanian, daya jelajah, kekuatan ekonomi, mampu
berkomunikasi), untuk menjalankan tugas penanganan
kasus kekerasan terhadap anak.

VIII. PENUTUP
Demikian buku pengantar GACA ini kami susun sebagai
pedoman bagi semua warga ‘Asiyiyah dalam melaksanakan
program GACA. Informasi lebih lanjut mengenai aktivitas
GACA bisa di dapatkan di dalam Buku Modul Peatihan GACA
yang juga sudah diterbitkan oleh PPA. Diharapkan semua
wilayah dan daerah Aisyiyah bisa memiliki buku ini sehingga
pemahaman anggota ‘Aisyiyah tentang GACA dan segala
aktivitasnya bisa diketahui dan dilaksanakan dengan baik.
Alhamdulillahi rabbil alamin.

32 Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak (GACA)

Anda mungkin juga menyukai