Anda di halaman 1dari 41

TEKNIK SERANGGA MANDUL (INFERTIL)

DALAM MENDUKUNG PENGENDALIAN NYAMUK


VEKTOR DENGUE SECARA TERPADU

Tri Ramadhani

Disampaikan pada Webinar Indonesia Dengue Conggress dengan tema


“Wujudkan Indonesia Bebas Dengue”
Jakarta, 2-4 Agustus 2022

TRI RAMADHANI
SITUASI DENGUE DI INDONESIA
Nyamuk Aedes
aegypti.

Penderita DBD di
selasar rumah sakit
Teknik serangga mandul (TSM) atau sterile insect technique (SIT)

• Salah satu metode yang sangat potensial untuk


pengendalian populasi nyamuk Ae. aegypti.
• Pada prinsipnya, TSM adalah pelepasan serangga
jantan mandul (sterile) ke daerah target.
• Serangga jantan mandul akan berkompetisi
dengan serangga jantan normal untuk kawin
dengan betina normal di alam.
HUBUNGAN NYAMUK DAN TSM
1. Yang dimaksud nyamuk pada suatu kasus adalah nyamuk betina,
2. TSM merupakan sistem pengendalian nyamuk memakai nyamuk itu
sendiri,
3. Nyamuk yang digunakan sebagai pengendali pada TSM adalah nyamuk
jantan yang sudah dimandulkan dengan teknologi radiasi (sinar
gamma)
4. Semua nyamuk jantan tidak mengigit (mencucuk) manusia,
5. TSM dilaksanakan dengan cara melepaskan nyamuk ke lapangan atau
ke rumah-rumah dengan jumlah sekitar sembilan kali populasi lapang.
Pengendalian vektor secara
konvensional
1. Insektisida (kimiawi dan nabati)
2. Lingkungan (3M)
3. Pemeliharaan predator
4. Fisik (PSN)
5. Foging
Prinsip Kerja SIT
2
1

4
3
Aktivitas Utama:
1. Produksi Massal
2. Pemisahan Jantan Betina
3. Sterilisasi / Pemandulan
4. Pelepasan Jantan Mandul
Prinsip dasar Teknik Serangga Mandul

1. Dapat diproduksi secara massal


2. Dapat dimandulkan
3. Mampu berdaya saing kawin
4. Lokasi yang terisolir (?) (sebenarnya nyamuk hidup

sudah agak terisolir (sungai, danau, dan persawahan)

Prinsip dasar TSM sangat sederhana


yaitu membunuh serangga dengan serangga itu sendiri
(autocidal technique)
Strategi Aplikasi SIT

Eradication
Pengembangan area bebas vektor penyakit
Containment
Menghindari penyebaran vektor penyakit
Prevention
Menghindari pembentukan vektor penyakit
Suppression
Mengurangi penggunaan insektisida dan vektor penyakit
Sterile Insect Technique: Successful Suppression
of an Aedes aegypti Field Population in Cuba

Gato et al., 2021 - https://doi.org/10.3390/insects12050469


Reduction in Egg Fertility of Aedes
albopictus Mosquitoes in Greece Following
Releases of Imported Sterile Males

Balatsos et al., 2021 - https://doi.org/10.3390/insects12020110


Reduction in Egg Fertility of Aedes albopictus
Mosquitoes in Greece Following Releases of
Imported Sterile Males

Weekly average number of eggs per ovitrap in control A, Weekly proportion of egg hatching in control A, control B
control B and the SIT area and SIT plots.
Keunggulan TSM

 Tidak ada pencemaran


 Murah
 Mudah
 Spesifik species (tidak berpengaruh pada organisme non-
target)
 tidak ada batasan waktu dan tempat
 Dapat diterapkan dengan topografi yang sulit
 Terintegrasi baik dengan metode lain
 Mengurangi penggunaan insektisida
PERBEDAAN SISTEM

TSM KONVENSIONAL

 Nyamuk betina akan mendekat  Nyamuk betina akan menjauh


(bersembunyi)
Keterbatasan SIT

 Membutuhkan pengetahuan bioekologi nyamuk


 Membutuhkan metode pembiakan masal,
pelepasan dan pemantauan
 Bukan teknologi yang berdiri sendiri (PHT)
 Membutuhkan komitmen jangka panjang
 Rentan terhadap migrasi betina (efektif untuk
area yang luas)
 Aplikasinya pada saat populasi target menurun
Syarat keberhasilan TSM :

1. Kemampuan mass rearing dengan biaya murah.


2. Serangga mandul harus dpt. menyebar kedalam populasi
3. Iradiasi harus tidak berpengaruh negatif terhadap perilaku
kawin dan umur serangga jantan.
4. Serangga betina kawin satu kali
5. Serangga hama yg. dikendalikan harus dlm. populasi rendah
Syarat keberhasilan TSM :

6. Biaya pengendalian dgn. TSM harus lebih rendah dibandingkan


dengan teknik konvensional.
7. Perlu justifikasi yang kuat bila biaya lebih tinggi dibandingkan
dgn.
teknik konvensional
8. Serangga yg. dilepas tidak menyebabkan kerusakan atau kerugian
pada tanaman, ternak pada manusia.
Sumber : Batan
TAHAPAN SIT

 Mass rearing
 Sex separation - Genetic sexing strains (GSS)

 Irradiation

 Quality control and field competitiveness

 Transport/shipment to the field

 Release and monitoring


Produksi nyamuk jantan (Ae.aegypti)

QC: > 80%


hatching rate
Pemisahan jantan dan betina
(produksi jantan mandul)

QC: 0.1% female


contamination

 Berdasarkan ukuran kecil dan besar


menggunakan saringan (pupa yang berukuran
kecil 90-95% berjenis kelamin jantan)
 Alat pemisah pupa.
Proses pemandulan/Iradiasi Stadium pupa

• Sinar Gamma (Cobalt-60)


1. Gamma cell-220
2. Gamma c hamber-4000A
3. Panoramic irradiator
• Competitiveness Assay (Small / Medium
Cage
• 70 – 80 Gy (Pupae)
Hadian et al, 2014
UJI COBA LAPANGAN TSM DI INDONESIA
Ernawan et al., 2019)
Uji coba di Banjarnegara
• Pelepasan dan pengambilan ovitrap setiap 1 minggu sekali
• Pemasangan ovitrap dilakukan setelah 3 hari dari
pelepasan pertama untuk
selanjutnya pengambilan
ovitrap dilakukan bersamaan
dengan pelepasan nyamuk
jantan mandul
Sodialisasi Ke Pemda (BUPATI) dan Masyarakat
PENGAMBILAN OVITRAP

•DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT


MAUPUN PETUGAS (BALAI LITBANG
P2B2 BANJARNEGARA, DINKESKAB
BANJARNEGARA, PUSKESMAS)
• 1 MINGGU SEKALI
• BERSAMAAN DENGAN PELEPASAN
JANTAN MANDUL
DATA HASIL PELEPASAN NYAMUK JANTAN MANDUL,
BERUPA HASIL OVITRAP DAN PENETASANNYA

Pelepasan I Pelepasan II Pelepasan III Pelepasan IV Pelepasan V


Aplikasi
Telur Larva Telur Larva Telur Larva Telur Larva Telur Larva

Jumlah
369 61 702 47 1153 285 457 112 538 166

16.53 6.70 24.72 24.51 30.86


Persentase telur
menetas (%)

efektifitas TSM 78,62 %


A Pilot Study of Radiation-Based Sterile Male
Releases in Bandung (masih berlangsung)
Release period Oct 28, 2021 – Jan 18, 2022
(12 weeks); Wet season
Study sites 1 release site (5.42 ha), 1 main control
site (5.44 ha), 2 additional control sites
Number of males 456,060 males
released Average 7012 males/ha/week
Dosage applied 60 – 70 Gy
Monitoring Ovitrap (30 at each site)
system BG Trap (No lure; 10 at release and main
control site)

Additional Breeding source reduction


intervention Release site: week 9; Main control site:
week 10
Result 1
Result 2
Quality Control
Adult emergence Induced sterility

Female contamination Flight ability


HAMBATAN

 Masih ada masyarakat yang belum peduli


dengan penerapan ini, sehingga ovitrap yang
telah diletakan dibuat mainan oleh anaknya,
dan terdapat beberapa rumah yang tidak
dihuni, mempersulit penempatan ovitrap
tersebut.
 Penolakan TSM karena gangguan suara
nyamuk jantan yang dilepas
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai