Anda di halaman 1dari 17

Pengendalian Nyamuk

Aedes Aegypti dengan TSM

Oleh : Wahyu Karsono


Zhakaria Anan F
Zulfikar Elran B
Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti

 Stadium Telur
Telur Ae Aegypti berwarna hitam dengan ukuran ± 0,50 mm. Pada umumnya
telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam
air
 Stadium Jentik
Jentik memerlukan empat tahap perkembangan yang disebut instar. Stadium
jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, tergantung pada suhu, ketersediaan
makanan, dan kepadatan jentik dalam kontainer
 Stadium Pupa/Kepompong
Masa stadium pupa Ae. Aegypti normalnya berlangsung antara 2-4 hari. Setelah
itu pupa tumbuh menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina. Biasanya nyamuk
jantan muncul / keluar lebih dahulu, walaupun pada akhirnya perbandingan
jantan – betina (sex ratio) yang keluar dari kelompok telur yang sama, yaitu 1 : 1
 Stadium Dewasa
Setelah keluar dari pupa, nyamuk akan tumbuh dan menjadi nyamuk dewasa.
Kemudian, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan mulai
dari nyamuk menghisap darah hingga bertelur umumnya antara 3 – 4 hari,
jangka waktu ini disebut siklus gonotropik (gonotropic cycle)
Bahaya Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes Aegypti adalah pembawa virus penyakit


berbahaya.diantaranya adalah sebagai berikut

 Demam Berdarah Dengue (DBD)


 Demam Kuning
 Chikungunya
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh empat
macam virus dengue dengan tipe Den 1, Den 2, Den 3, dan
Den 4. Adapun ciri-ciri seseorang yang telah terjangkit
penyakit ini adalah

 Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 0C – 40 0C)


 Pendarahan, seperti mimisan, dsb.
 Pada hari ke 3-7 ditemukan penurunan trombosit sampai
100.000/mm3
 Rasa sakit pada otot dan persendian
 timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya
pembuluh darah

Penyakit ini apabila tidak ditangani dengan baik dapat


menyebabkan kematian.
Demam Kuning

Demam kuning (dijuluki "Yellow Jack") adalah sebuah


penyakit hemorrhagik virus akut. Virus ini berupa sebuah
virus RNA sebesar 40 hingga 50 nm dengan indera positif
dari keluarga Flaviviridae.
Demam kuning terjadi dalam bentuk demam, mual dan
nyeri. Demam kuning termasuk dalam kelompok demam
hemorrhagik. WHO memperkirakan bahwa demam kuning
mengakibatkan 200.000 korban sakit dan 30.000
kematian setiap tahunnya. Meskipun cukup berbahaya,
untungnya penyakit ini tidak ditemukan di
Indonesia.Umumnya penyakit ini hanya ditemukan di
benua Afrika dan Amerika Selatan
Chikungunya
Penyakit Demam Chikungunya disebabkan oleh virus
Chikungunya (CHIKV) yang termasuk keluarga Togaviridae,
Gejala yang sering ditimbulkan infeksi virus ini berupa
demam mendadak disertai menggigil selama 2-5 hari.
Gejala demam biasanya timbul mendadak secara tiba-tiba
dengan derajat tinggi ( >40ºC). Demam kemudian
menurun setelah 2-3 hari dan bisa kambuh kembali 1 hari
berikutnya. Demam juga sentiasa berhubungan dengan
gejala-gejala lainnya seperti sakit kepala, mual dan nyeri.
Nyeri sendi (arthralgia) dan otot(myalgia) bisa muncul pada
penderita chikungunya. Keluhan arthralgia ini ditemukan
sekitar 80% pada penderita chikungunya dan biasanya
sendi yang sering dikeluhkan adalah sendi lutut,siku,
pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang.
Prinsip Dasar TSM
 Prinsip dasar TSM sangat sederhana yaitu membunuh
serangga dengan serangga itu sendiri (autocidal
technique). Teknik ini relatif baru dan telah dilaporkan
merupakan cara pengendalian vektor/serangga yang
ramah lingkungan, sangat efektif, spesies spesifik dan
kompatibel dengan cara pengendalian lain. Teknik ini
dilakukan dengan iradiasi koloni serangga jantan di
laboratorium dengan sinar γ, n atau x, kemudian secara
periodik dilepas di habitat vektor alami, sehingga
tingkat kebolehjadian perkawinan antara serangga
jantan mandul dan fertil menjadi makin besar dari
generasi pertama ke generasi berikutnya
Penerapan TSM pada Nyamuk Ae.
Aegypti
 Penerapan TSM, dalam hal ini terhadap
nyamuk Aedes Aegypti dapat dilakukan
dengan 2 metoda yaitu:
◦ Metoda yang meliputi pembiakan massal di
laboratorium, pemandulan dan pelepasan
serangga mandul ke lapangan.
◦ Metoda pemandulan langsung terhadap serangga
di lapangan.
 Metoda pertama dilakukan dengan mengiradiasi
nyamuk jantan dengan dosis 65-70Gy. Akibat
iradiasi ini, akan terjadi mutasi lethal dominan.
Yaitu inti sel telur atau inti sperma mengalami
kerusakan sebagai akibat iradiasi sehingga
terjadi mutasi gen. Mutasi lethal dominan tidak
menghambat proses pembentukan gamet
jantan maupun betina, dan zygot yang terjadi
juga tidak dihambat namun embrio akan
mengalami kematian. Setelah diiradiasi, nyamuk
mandul dilepas ke lapangan memakai
perbandingan dengan serangga normal = 9:1
 Metoda kedua, yaitu metoda tanpa pelepasan
serangga yang dimandulkan. Metoda ini
dilaksanakan dengan prinsip pemandulan
langsung terhadap serangga lapangan yang
dapat dilakukan dengan menggunakan
senyawa kemosterilan, baik pada jantan
maupun betina. Kekurangan dari metode ini
adalah ada kemungkinan serangga lain non
target, bahkan manusia bisa menerima efek
dari senyawa kemosterilan.
 Secara spesifik, cara pemandulan nyamuk
Aedes Aegypti memakai metode pertama
adalah dengan cara radiasi ionisasi yang
dikenakan pada salah satu stadium
perkembangannya. Radiasi untuk
pemandulan ini dapat menggunakan sinar
gamma, sinar X atau neutron, namun dari
ketiga sinar tersebut yang umum digunakan
adalah sinar gamma. Sinar gamma dapat
berasal dari Cobalt-60 yang mempunyai
waktu paroh 3,5 tahun atau 137Cs dengan
waktu paroh 30 tahun.
 Yang dimandulkan dalam hal ini adalah nyamuk
Aedes Aegypti jantan, sebab nyamuk jantan tidak
menghisap darah, sehingga bila dilepaskan ke
lingkungan, tidak akan menambah jumlah vektor
penyakit. Selain itu, nyamuk jantan juga memiliki
peluang untuk kawin dengan lebih dari satu betina,
sehingga diharapkan peluang kawin nyamuk betina
dengan jantan mandul akan makin besar.
 Untuk mendapatkan vektor mandul dengan radiasi
maka perlakuan iradiasi paling tepat dilakukan
pada stadium pupa, karena stadium ini merupakan
tahap perkembangan dimana terjadi transformasi
organ muda menjadi dewasa.
 Pada saat pupa hampir keluar menjadi nyamuk
di tempat pembiakan, pupa-pupa tersebut
dikumpulkan lalu disaring dengan saringan
tepung.Pupa jantan karena ukurannya lebih kecil
lolos dan jatuh ke wadah di bawahnya,
sedangkan yang betina, tetap berada di saringan
dan dipisahkan untuk dikembangbiakkan lagi.
 Dosis radiasi yang diterapkan pada pupa adalah
65-70Gy.Dimana dengan dosis sebesar ini,
nyamuk Aedes Aegypti sudah mengalami
kemandulan, namun masih tetap bisa bersaing
dengan jantan alami.
 Nyamuk yang telah diiradiasi, kemudian dilepaskan
ke lapangan secara periodik, Dan secara teoritis pada
generasi ke-4 persentase fertilitas populasi mencapai titik
terendah menjadi 0% (generasi ke-5 nihil).

Jumlah
Rasio jumlah
serangga
Jumlah Jumlah serangga
betina yang
Generasi serangga serangga jantan mandul
dapat
betina jantan mandul dan jantan
melakukan
alami
reproduksi
Parental 1.000.000 9.000.000 9:1 100.000
F1 500.000 9.000.000 18 : 1 26.316
F2 13.580 9.000.000 68 : 1 1.907
F3 9.535 9.000.000 942 : 1 10
F4
Sumber:Makalah 50Serangga Vektor
Pengendalian 9.000.000 180.000
Di Lapangan : 1 Serangga
Dengan Teknik 0 Mandul, (Siti
Nurhayati.2006)
Kelebihan TSM dibanding teknik Konvensional

Pengendalian dengan TSM Pengendalian dengan Cara Konvensional


1. Biaya yang diperlukan untuk pengendalian 1. Biaya yang diperlukan untuk pengendalian
perperiode untuk kawasan seluas satu perperiode untuk kawasan seluas satu
RT(+50 rumah) sekitar Rp.75.000,- RT(+50 rumah) sekitar Rp.1.500.000,-*
1. Tidak perlu lagi menggunakan insektisida 1. Belum termasuk penggunaan insektisida
rumah tangga. rumah tangga
1. Efektifitas daya tahan pada munculnya 1. Efektifitas daya tahan pada munculnya
kasus baru bisa sampai 6 bulan. kasus baru tidak sampai satu minggu.
1. Bisa dilakukan oler masyarakat, sehingga 1. Memerlukan operator, sehingga lebih mahal
lebih murah operasionalnya. operasionalnya.
*:menurut Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit
(B2P2VRP)
 Masih menurut data dari PDIN, TSM ini juga sudah diuji coba
di dua wilayah di Indonesia, yaitu Kabupaten Banjarnegara
(Jawa Barat) dan Bangka Barat (Bangka Belitung).Uji coba
dilakukan mulai dari awal tahun 2011, dan diperoleh hasil
seperti dalam tabel berikut.
Sebelum Rilis TSM Sesudah Rilis TSM

1. Banjarnegara (Populasi Sedang) 1. Banjarnegara (Populasi Sedang)


- HI=10-50 (rata-rata 35) - HI=12-23 (rata-rata 15,8)
- Kasus dari bulan ke 4 selalu ada - Penekanan populasi 75-95%
- Kasus dari bulan ke 4 sampai
akhir tahun=0
1. Bangka Barat (Populasi Tinggi) 1. Bangka Barat (Populasi Tinggi)
- HI=33-78 (rata-rata 49,6) - HI= (rata-rata 22,25)
- Kasus tiap bulan ada, dan ada 3 - Penekanan populasi 46,61-
orang meninggal. 95,2%
- Sampai bulan Februari 2012
hanya terjadi 3 kasus (di bulan
Februari 2013).
Kesimpulan
 Dapat diketahui secara umum tentang nyamuk Aedes Aegypti. Mulai
dari klasifikasi, hingga siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti yang
berlangsung sekitar 10 hari.
 Dapat diketahui prinsip dasar TSM, yaitu membunuh serangga
dengan serangga itu sendiri.
 Yang di mandulkan adalah nyamuk jantan karena nyamuk jantan
tidak menghisap darah.
 TSM memiliki keunggulan dibanding teknik lainnya, mulai dari segi
efektifitas hingga segi ekonomi. Dan telah diuji coba di dua wilayah
di Indonesia, serta didapat hasil yang memuaskan (setelah rilis TSM
tidak terjadi kasus DBD selama +8bulan di wilayah tersebut).
 Nyamuk jantan mandul yang dilepas ke lapangan adalah 9:1 untuk
meningkatkan kemungkinan jantan mandul kawin dengan betina
normal.

Anda mungkin juga menyukai