Anda di halaman 1dari 29

Mikroba Yang

Bermanfaat di
Bidang Pertanian
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir., Trizelia, Msi.
Pengertian Mikroba
Pengertian mikroba adalah organisme mikroskopik yang sebagian besar
berupa 1 sel yang ukurannya sangat kecil, tidak bisa dilihat langsung oleh
mata telanjang, membutujan mikroskop untuk melihatnya. Ukuran mikroba
adalah kurang lebih 1 mikrometer. Mikroba banyak ditemui pada tanaman
dan hewan. Mikroba ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan di
bidang pertanian
Mikroba memang bisa dijadikan
sebagai agen hayati yang membantu
umat manusia untuk berbagai
kepentingan, guna menghasilkan
barang/jasa. Termasuk dalam bidang
pertanian, peran dan fungsi mikroba
digunakan untuk penyuburan lahan
pertanian, pembuatan pupuk, dan
biopestisida.
Contoh mikroba yang bermanfaat
Bakteri Jamur
Bakteri Bacillus thurungiensis  Jamur Mikoriza

Virus Nematoda
Baculovirus Nematoda entomopatogen
(NEP) Steinernema spp.
Nematoda entomopatogen (NEP)
Steinernema spp.
Nematoda entomopatogen (NEP) Steinernema spp.
adalah jenis nematoda yang dapat dimanfaatkan
untuk mengendalikan serangga hama dan serangga
lain yang merugikan. Hal ini dikarenakan
kemampuannya menekan populasi serangga hama
secara signifikan. Mekanisme infeksi NEP
bersimbiosis mutualisme dengan bakteri. Menurut
Forst dan Clarke (2002), bakteri simbion
memberikan protein anti imun untuk membantu
nematoda mengatasi sistem pertahanan inang serta
antimikroba asing yang menjadi pesaingnya. Jika
tanpa bakteri simbion, nematoda juga dapat
mematikan serangga inang, tetapi tingkat
reproduksinya rendah.
klasifikasi Steinernema Adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Rhabditida
Famili : Steinernematidae
Genus : Steinernema
Spesies : Steinernema spp.
Steinernema spp. memiliki empat stadia sebelum dewasa,
tetapi hanya stadia ketiga yang dapat bertahan di luar
serangga inang dan dapat bergerak dari inang yang satu
ke inang yang lain. Stadia ketiga ini sering disebut
dengan juvenil infektif (JI). Siklus hidup sebagian
besar Steinernema mulai dari menginfeksi sampai
muncul JI generasi baru berkisar 7-10 hari
Morfologi
Steinernema spp. yang sudah dewasa memiliki ukuran yang besar dan mampu
menghasilkan 10000 telur (Bahari, 2000).
1.memiliki kulit tubuh yang halus, bentuk kepala tumpul, enam bibir dengan masing-
masing mempunyai uberna dan stoma yang dangkal.
2.memiliki ovari yang tumbuh dari arah
anterior ke posterior dan vulva terletak pada bagian tengah panjang tubuhnya.
3.Steinernema spp. jantan memiliki testis tunggal terefleksi, spikula sepasang dengan
bentuk kurva simetris atau ramping, kepala spikula lebih lebar dibandingkan
panjangnya, ventral dan tajam.
4.Steinernema jantan memiliki tubuh dengan panjang 1000-1900 µm, lebar 90-200 µm,
panjang stoma 4,5-7 µm, lebar stoma 4-5 µm, gubernakulum 57-70 µm, panjang mucron
2,8-4,5 µm,
sedangkan Steinernema betina memiliki tubuh dengan panjang 3020-3972 µm, lebar
153-192 µm, panjang stoma 7-12 µm, lebar stoma 5,0-8,5 µm, panjang ekor 30-47 µm,
lebar vulva 49-54 µm
Habitat steinernema berhabitat pada tanah yang berkarakteristik berpasir dan
tanah dengan kelembapan tinggi.Temperatur yang sesuai adalah 19 – 29 C dan
iklim sedang
Manfaat
Manfaat utama dari Nematoda entomopatogen (NEP) Steinernema spp. Adalah sebagai
pengendali hama secara hayati atau sebagai biopestisida. Nematoda entomopatogen
(NEP) Steinernema spp. adalah jenis nematoda yang dapat dimanfaatkan
untuk mengendalikan serangga hama dan serangga lain yang merugikan. Hal ini
dikarenakan kemampuannya menekan populasi serangga hama secara signifikan.
Mekanisme infeksi NEP bersimbiosis mutualisme dengan bakteri. Penggunaan
nematoda entomopatogen untuk pengendalian hama secara hayati merupakan salah
satu alternatif pengendalian hama yang ramah lingkungan.
Kelebihan
Steinernema spp. memiliki  beberapa kelebihan sebagai agen pengendali hayati,
antara lain mempunyai kemampuan
1.membunuh serangga dengan cara meracuni hemolimfa (septicemia) hanya
dalam waktu singkat
2.bersifat selektif terhadap serangga dengan spektrum inang yang luas
3.tidak berbahaya bagi mamalia dan vertebrata
4.kompatibel dengan sebagian pestisida kimiawi
5.mudah dibiakkan secara massal pada media buatan
Kelebihan
Steinernema spp. memiliki beberapa kelebihan sebagai agen
pengendali hayati, antara lain mempunyai kemampuan mencari
inang yang tinggi, bersifat selektif terhadap serangga dengan
spektrum inang yang luas, tidak berbahaya bagi mamalia dan
vertebrata, kompatibel dengan sebagian pestisida kimiawi, dan
mudah dibiakkan secara massal pada media buatan. Meskipun
Steinernema spp. merupakan organisme hidup di dalam tanah,
musuh alami ini juga efektif terhadap hama-hama di atas
permukaan tanah, dan sejauh ini belum dilaporkan resistensi
serangga terhadapnya dan dampak negatif terhadap jasad bukan
sasaran seperti mamalia dan vertebrata.
Kekurangan
1. Daya kerja nya relative lambat, tidak dengan segera dapat
menanggulangi hama
2. Tidak dapat membunuh secara langsung terhadap hama sasaran
3. Tidak tahan terhadap sinar matahari dan tidak tahan disimpan
teralalu lama
4. Kurang Praktis, harus dilakukan penyemprotan berulang ulang
Cara Pemanfaatan
Meskipun Steinernema spp. secara umum lebih
efektif untuk mengendalikan hama di dalam
tanah, tetapi aplikasinya melalui penyemprotan
pada kanopi tanaman juga sudah dilakukan.
Secara umum, eksplorasi Steinernema spp.
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
mencari serangga terinfeksi di lapangan dan
dengan teknik baiting (baiting method). Namun
cara kedua lebih praktis dan efektif karena
habitat asli Nematoda entomopatogen berada di
tanah. Baik tanah pasir, atau tanah rizosfer
tanaman.
Cara Pemanfaatan
Eksplorasi Steinernema dengan teknik baiting
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Sampel tanah sebanyak kira kira 0,5 kg diambil
secara acak pada tempat yang berbeda dengan
kedalaman kira kira 0-30 cm, kemudian sampel
tanah tersebut dimasukkan ke dalam stoples
plastik secukupnya, kira-kira setengah dari
stoples. Di atas tanah dalam stoples disebarkan
beberapa serangga perangkap berupa ulat
hongkong
Sebelum ulat hongkong dimasukkan, tanah di dalam
stoples dilembapkan dengan menambahkan air
secukupnya untuk memudahkan Steinernema spp. mencari
inangnya. Selanjutnya stoples ditutup menggunakan kain
kasa agar ulat hongkong tidak keluar dari stoples,
kemudian diinkubasikan selama 2-3 hari di tempat gelap.
Ulat/larva terinfeksi dipindahkan ke dalam perangkap
white yang telah diisi air setinggi kira-kira 0,5 cm dan
ditutup kembali agar tidak terinfeksi lalat. Air berisi
nematoda dalam perangkap white dipindahkan ke dalam
cawan petri atau wadah lainnya. Air di dalam perangkap
white selalu diganti dengan air bersih. Pemanenan
dilakukan setiap hari hingga sudah tidak terlihat lagi
nematoda yang keluar dari tubuh serangga. Selanjutnya,
nematoda tersebut diidentifikasi di bawah mikroskop
untuk memastikan bahwa nematoda yang didapatkan
adalah Steinernema spp.
Pembiakan
dan
Budidaya
Secara in vivo
Pembiakan Steinernema spp. secara in vivo dilakukan dengan menggunakan serangga, baik
dengan ulat hongkong (Tenebrio molitor) atau ulat bambu (Galeria melonella). Tahap
perbanyakan Steinernema secara in vivo dilakukan sebagai berikut:Suspensi Steinernema
spp. hasil eksplorasi disiapkan. Wadah pembiakan (cawan petri) dialasi dengan dua lapis
kertas saring yang dipotong sesuai ukuran alas cawan petri. Ulat hongkong yang telah
disebarkan ke dalam cawan petri ditetesi suspensi nematoda yang telah tersedia. Cawan
petri ditutup rapat-rapat dan diinkubasikan pada suhu ruangan kurang lebih selama 2-3 hari
di tempat gelap. Nematoda dapat dipanen setelah 10-14 hari inokulasi, larva terinfeksi
dipindahkan ke dalam perangkap white yang telah diisi air setinggi kira-kira 0,5 cm dan
ditutup kembali agar tidak terinfeksi lalat. Air berisi nematoda dalam perangkap white
dipindahkan ke dalam ember atau wadah lainnya. Air di dalam perangkap white selalu
diganti dengan air bersih. Pemanenan dilakukan setiap hari hingga sudah tidak terlihat lagi
nematoda yang keluar dari tubuh serangga. Nematoda hasil panen sudah dapat digunakan
untuk pengendalian hama di lapangan.
Secara in vivo
Secara in vitro
A. Isolasi Bakteri Simbion
Bakteri simbion dapat diisolasi dari tubuh Steinernema fase juvenil infektif stadia
ke-3 (JI-3). juvenil infektif stadia ke-3 diperoleh dengan menyaring suspensi
nematoda menggunakan saringan berukuran 500 mesh. Juvenil infektif stadia ke-3
kemudian disterilkan permukaannya dengan menggunakan larutan hyamine atau
formalin 0,1% selama 15-30 menit. Sebanyak kira-kira 5 atau 10 juvenil diambil
menggunakan kait nematoda dan diletakkan di atas obyek gelas steril, kemudian
dihancurkan tubuhnya dengan cara menggoreskannya dengan obyek gelas steril
yang lain. Juvenil yang telah hancur diambil menggunakan jarum ose dan
ditumbuhkan/digoreskan pada media Nutrient Bromthymol Blue Tetrazolium-
chloride Agar (NBTA), kemudian diinkubasikan selama 24-48 jam di tempat gelap.
Koloni bakteri simbion Xenorhabdus yang tumbuh akan menyerap warna biru
(bakteri primer) dan warna merah bata (bakteri sekunder). Koloni bakteri simbion
dicirikan dengan bentuk bundar, agak cembung ke atas, dan membentuk alur
melingkar yang tegas di bagian tepi koloni. Bakteri simbion kemudian dimurnikan
dengan cara digores/streak pada media yang sama, dan diinkubasikan selama 24-48
jam di tempat gelap.
Secara in vitro
Secara in vitro
B. Perbanyakan bakteri simbion
Perbanyakan bakteri simbion dilakukan dengan cara mengambil koloni/biakan
murni Xenorhabdus spp. menggunakan jarum ose, kemudian diinokulasikan ke dalam
media Nutrient Broth (NB) dalam erlenmeyer ukuran 100 ml atau 500 ml. kemudian
digojok menggunakan orbital shaker selama 24-48 jam dengan kecepatan 217 rpm di
tempat gelap. Selanjutnya, suspensi bakteri dapat digunakan/diinokulasikan pada media
buatan.
Secara in vitro

Koloni bakteri Xenorhabdus spp. yang telah Suspensi bakteri Xenorhabdus spp.


diinokulasikan ke dalam media Nutrient
Broth (NB)
Secara in vitro
C. Pembiakan massal
Pembiakan massal Steinernema spp. secara in vitro pada prinsipnya adalah
mengembangbiakkan nematoda menggunakan media buatan. Komposisi media buatan
yang dapat digunakan berupa 10% Ekstrak ulat hongkong, 10% usus ayam, 10%  lemak
sapi, 20% Kaolin, dan 50% akuades steril.Bahan-bahan tersebut diblender hingga
homogen, kemudian diserapkan ke dalam potongan-potongan spon ukuran 1-3 cm 3. Dua
puluh lima sampai 30 g masing-masing media dimasukkan ke dalam erlenmeyer  volume
500 ml kemudian disterilkan pada suhu 1210C, tekanan 1,5 atm selama 30 menit. Media
diinokulasi dengan 5 ml biakan bakteri Xenorhabdus fase primer atau sekunder berumur
48 jam dalam media Nutrient Broth. Setelah 24 jam inkubasi dalam keadaan gelap, media
diinokulasi dengan suspensi mengandung 2×10 3 JI Steinernema yang telah disterilisasi
permukaan dengan Hyamine atau formalin 0,1%. Nematoda dipanen 2-3 minggu
kemudian, dengan cara merendam matriks spons dalam air selama 24-48 jam. Endapan
nematoda disaring secara berseri menggunakan saringan berlubang 150, 250, dan 500
mesh, dilanjutkan dengan proses sedimentasi-dekantasi 6-8 kali atau hingga diperoleh
nematoda yang bersih dari media. Nematoda hasil panen sudah dapat digunakan untuk
mengendalikan hama di lapangan.
Secara in vitro

Media buatan untuk perbanyakan massal Steinernema spp.


secara in vitro
Kesimpulan
Mikroba ada yang merugikan dan yang menguntungkan. Salah satu mikroba yang
bermanfaat adalah Nematoda entomopatogen (NEP) Steinernema spp. Biasa nya
nematoda dianggap sebagai hama dan pathogen tanaman tetapi nematoda ini bisa di
manfaat kan sebagai biopestisida hayati. Cara kerja Nematoda ini adalah bersimbiosis
dengan bakteri simbion dalam tubuh serangga dan mengeluarkan enzim yang bersifat
toksis bagi serangga hama. Mekanisme patogenisitas nematoda entomopatogen genus
Steinernema terjadi melalui simbiosis dengan bakteri pathogen Xenorhabdus.
Sekian, Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai