Tropis
INFEKSI DENGUE
Angeline Sutjianto, Nurhayana Sennang, Benny Rusli
Bagian Patologi Klinik FK-UNHAS/BLU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar
I.
PENDAHULUAN
Demam dengue dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi
akut yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypty.1 Manifestasi klinis akibat infeksi dengue ini bervariasi mulai dari tanpa
gejala (asimtomatik), hingga bergejala (simptomatik) yang terdiri dari demam
dengue dan demam berdarah dengue (severe dengue).2 Dengue merupakan penyakit
virus yang ditularkan oleh nyamuk dan ditemukan pada daerah tropis dan subtropis di
seluruh dunia. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat menimbulkan
wabah. Beberapa tahun ini, penularan infeksi dengue meningkat pesat terutama di
derah urban dan menjadi masalah utama kesehatan publik internasional.3
II.
EPIDEMIOLOGI
Dengue merupakan penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk yang paling
cepat menyebar di dunia. Dalam waktu 50 tahun, insidens infeksi dengue meningkat
30 kali seiring peningkatan ekspansi geografis ke negara baru. Diperkirakan sekitar
50 juta infeksi dengue terjadi setiap tahunnya di dunia, dan sekitar 2,5 milyar orang
tinggal di negara endemik dengue. Sekitar 1,8 milyar orang (>70 %) dari populasi
dunia dengan risiko tertular dengue tinggal di daerah Asia Tenggara dan Pasifik
Barat. 4
III.
ETIOLOGI
Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus
Flavivirus, famili Flaviviridae. Virion virus dengue tampak berbentuk bundar dengan
diameter 50 nm dengan partikel-partikel kecil berdiameter 7 nm pada
permukaannya dengan menggunakan mikroskop elektron.7
Virus dengue
Virion virus terdiri dari suatu genom rantai tunggal RNA (single-stranded
RNA) dan berperan sebagai positive-sense RNA karena langsung dapat ditranslasi
menjadi protein. Genom virus ini mempunyai panjang sekitar 11 kilobasa(kb) dengan
bagian kutub 5 maupun 3 terdapat RNA yang tidak mengkodekan protein disebut
noncoding region (NC), yang berperan sebagai promotor replikasi virus. Sisa genom
RNA mengkodekan 10 protein yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu protein
struktural (structural protein) yang membentuk tubuh virus dan protein non-struktural
(NS) yang berperan pada proses replikasi virus. Protein struktural terdiri dari capsid
(C), premembrane (prM) pada virus immatur / membrane (M) pada virus matur, dan
envelope (E). Protein nonstruktural ada 7 yang terdiri NS1, NS2A, NS2B,NS3,
NS4A, NS4B, NS5). 8
Virus ini memiliki empat serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Keempat serotipe virus ini dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dengan
yang terbanyak adalah DEN-2 dan DEN-3.8 Serotipe terbaru (DEN-5) baru saja
diumumkan pada tahun 2013 dan merupakan dengue virus terbaru dalam 50 tahun
terakhir.9 Para peneliti menghipotesis bahwa virus dengue ini telah ada di primata
non-manusia dan kemudian terjadi penularan dari primata ke manusia di Afrika dan
Asia Tenggara sekitar 1.000 tahun lalu.8 Para peneliti percaya bahwa serotipe DEN-5
tersebut mungkin telah beredar di hutan Malaysia dan Indonesia selama ribuan tahun
tanpa menyebar ke siklus penularan di perkotaan.9 Serotipe DEN-5 memiliki siklus
sylvatic, yang berarti penularannya terutama pada primata non-manusia (primatanyamuk-primata), sedangkan serotipe lain menular antar manusia (manusia-nyamukmanusia).10 Serotipe DEN-5 sejauh yang telah dipublikasikan hanya ditemukan di
Sarawak dan baru ditemukan menginfeksi seseorang , mungkin menyebar melalui
monyet di hutan.9
Setiap serotipe mempunyai daya virulensi yang berbeda, sehingga sulit untuk
membedakan setiap strain hanya berdasarkan gejala klinisnya. Keempat serotipe virus
ini mempunyai struktur antigen yang serupa, tetapi mempunyai sifat antigen yang
3
berbeda, sehingga apabila terinfeksi dengan salah satu serotipe hanya akan
memberikan kekebalan untuk serotipe tersebut, tetapi tidak memeberikan kekebalan
silang (cross protective immunity) untuk serotipe lainnya. Selain itu, terdapat
beberapa variasi genetik sehingga infeksi dari masing-masing serotipe akan
memberikan hasil infeksi dengue dengan gejala klinis yang bervariasi. 8
IV.
VEKTOR PENULARAN
Infeksi virus dengue ditularkan ke manusia melalui nyamuk Aedes sebagai
vektornya, terutama Aedes aegypty. Nyamuk Aedes aegypty dikenal dengan sebutan
black-white mosquito karena tubuhnya memiliki garis-garis putih keperakan di atas
dasar warna hitam. Ciri khasnya adalah adanya dua garis lengkung bewarna putih
keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis median dari
punggungnya yang bewarna dasar hitam. 11
Siklus hidup nyamuk Aedes terdari dari beberapa stadium yaitu telur, larva
(jentik), pupa (kepompong) dan nyamuk dewasa. Stadium telur, larva dan pupa
ditemukan pada habitat yang berair, sedangkan nyamuk dewasa di darat. 11
menjadi pupa (kepompong) dalam waktu 6-8 hari.11 Larva memakan mikroorganisme
aquatic, alga, dan partikel tumbuhan dan hewan yang ada di wadah air tersebut. 12
Pupa Aedes berbentuk seperti koma, kepala dan dadanya bersatu dan
dilengkapi sepasang alat pernapasan berbentuk seperti terompet. Stadium pupa ini
adalah bentuk tidak makan dan hanya mengubah bentuk hingga tubuh dewasa
terbentuk. Nyamuk dewasa yang terbentuk akan keluar dari air setelah merobek kulit
pupa. Pupa akan menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2 hari. Jadi, pertumbuhan
dan perkembangan dari telur, larva, pupa hingga dewasa membutuhkan waktu 9-12
hari. 11
Nyamuk dewasa setelah muncul dari kepompong akan mencari pasangan
untuk melakukan perkawinan. Nyamuk jantan
menghisap cairan tumbuhan
sedangkan nyamuk betina menggigit dan menghisap darah untuk memproduksi telur.
Sekitar 3 hari setelah menghisap darah, nyamuk betina akan mencari tempat untuk
meletakkan telurnya. 11,12
Umur nyamuk Aedes aegypty betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan,
tergantung dari suhu dan kelembaban sekitarnya. Kemampuan terbang berkisar antara
30- 50 meter. Jarak terbang jauh biasanya terjadi secara pasif melalui semua jenis
kendaraan (darat, laut, udara). 8,10
Tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypty yaitu tempat nyamuk meletakkan
telurnya terdapat di dalam maupun di luar rumah. Nyamuk ini lebih menyukai tempat
perindukan yang bewarna gelap, terlindung dari sinar matahari, permukaan terbuka
lebar, berisi air tawar jernih dan tenang. Nyamuk Aedes aegypty mempunyai
kebiasaan istirahat terutama di dalam rumah yang gelap, lembab, dan pada bendabenda yang tergantung.5
Nyamuk betina menggigit dan menghisap darah terutama pada pagi hari (jam
8-11) dan sore hari (jam 3-5 sore). Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap
darah berpindah-pindah dari satu individu ke individu lain sehingga menyebabkan
penularan penyakit dengue lebih mudah terjadi.5
V.
CARA PENULARAN
Setelah melalui masa inkubasi 4- 10 hari, virus terdapat dalam darah penderita.
Viremia terjadi 1-2 hari sebelum demam hingga hari kelima demam. Ketika nyamuk
menggigit individu yang terinfeksi virus dengue, maka virus tersebut akan terbawa
oleh nyamuk bersama darah yang dihisapnya. Di dalam tubuh nyamuk, virus dengue
berkembang biak dengan cara membelah diri (replikasi) dan menyebar ke seluruh
bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus terdapat pada kelenjar liur nyamuk.
Selanjutnya, apabila nyamuk tersebut menggigit orang lain, sebelum darah orang
tersebut dihisap, kelenjar air liur nyamuk akan dikeluarkan terlebih dahulu agar darah
yang dihisap tidak membeku. Air liur nyamuk Aedes aegypty mengandung virus
dengue sehingga virus yang terbawa oleh nyamuk akan menginfeksi orang lain.
Apabila orang tersebut mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue,
maka ia tidak akan terserang penyakit dengue ini meskipun terdapat virus di dalam
darahnya. Sebaliknya, pada orang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap virus
dengue, ia akan sakit. 5
VI.
PATOGENESIS
Perbedaan klinis antara Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue
disebabkan oleh mekanisme patofisiologi yang berbeda. Pada demam berdarah
dengue terjadi plasma leakage atau kebocoran plasma yang tidak didapati pada
Demam Dengue.
A. Patogenesis demam dengue
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypty. Virus akan berkembang biak di dalam sistem
retikuloendotelial dan akan ditangkap oleh monosit/makrofag. Makrofag akan
VII.
MANIFESTASI KLINIS
Infeksi dengue merupakan penyakit yang sistemik dan mempunyai spektrum
gambaran klinis yang luas, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), hingga bergejala
(simptomatik) yang terdiri dari demam dengue dan demam berdarah dengue (severe
dengue). 4
INFEKSI VIRUS
DENGUE
Demam Berdarah
Dengue
( perembesan plasma)
Setelah masa inkubasi, penyakit ini mulai bergejala dan diikuti oleh 3 fase, yaitu fase
demam, kritis, dan pemulihan. 4
1. Fase demam.
Pasien umumnya mengalami demam tinggi yang mendadak. Fase demam
akut biasanya terjadi 2-7 hari dan seringkali disertai dengan kemerahan pada
wajah, eritema kulit, sakit kepala, arthralgia, mialgia, mual muntah.
Manifestasi hemoragik ringan seperi petekhie dan perdarahan membran mukosa
(hidung dan gusi) dapat ditemukan. Pembesaran hati seing terjadi.
Abnormalitas darah rutin yang paling cepat berupa penurunan trombosit yang
progresif. Uji tourniquet (+) pada fase ini meningkatkan kemungkinan demam
dengue.
2. Fase kritis
Suhu tubuh menurun hingga 37,5 -38oC atau kurang. Biasanya terjadi pada
hari ketiga sampai kelima, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang
ditandai dengan peningkatan kadar hematokrit. Petanda ini merupakan awal
dari fase kritis. Leukopenia yang progresif disertai penurunan jumlah trombosit
biasanya menyebabkan kebocoran plasma
Syok terjadi ketika terjadi kehilangan volume plasma yang cukup banyak
melaui kebocoran plasma , biasanya memberikan tanda peringatan. Suhu tubuh
menjadi subnormal ketika syok terjadi. Syok yang berkepanjangan dapat
menyebabkan hipoperfusi organ dan mengakibatkan kerusakan organ, asidosis
metabolik dan disseminated intravaskular coagulation.
3. Fase pemulihan
Jika pasien bertahan dalam 24-48 jam fase kritis, reabsorpsi bertahap dari
kompartemen cairan ekstravaskular terjadi dalam waktu 48-72 jam. Keadaan
klinis membaik, nafsu makan membaik, gejala gastrointestinal mereda, dan
status hemodinamik stabil. Hematokrit mnejadi normal kembali. Jumlah
leukosit dan trombosit biasanya mulai segera meningkat setelah suhu tubuh
kembali normal.
VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis demam berdarah ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO
terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium.
A. Kriteria Klinis
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama
2 7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan, baik melalui uji tourniquet positif maupun
perdarahan spontan pada kulit (peteki, ekomosis) dan atau ditempat lain seperti
epitaksis, perdarahan gusi, hemetamesis atau melena.
3. Pembesaran hati
4. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,hipotensi,
kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.
B. Kriteria Laboratorium
1. Trombositopenia : Trombosit 100.000 sel/ mm3
2. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan
manifestasi sebagai berikut:
a. Peningkatan hematokrit 20% dari nilai standar
b. Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.
10
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau
hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan diagnosis DBD.
Derajat Penyakit DBD menurut WHO tahun 1997 dalam 4 derajat yaitu : 9
Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu - satunya manifestasi
perdarahan ialah uji tourniquet positif.
Derajat II : Derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun ( 20 mmHg) atau hipotensi, kulit dingin atau lembab
dan penderita tampak gelisah.
Derajat IV
: Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur
Derajat III dan IV didefinisikan sebagai Dengue Shock Syndrome (DSS)
Sejak tahun 1975 hingga 2009, pengklasifikasian derajat dengue dibagi
menjadi demam dengue, demam berdarah dengue, dan dengue shock syndrome.
World Health Organization (WHO), pada tahun 2009, membuat revisi pedoman
pengkasifikasian kasus simpomatik dengue berdasarkan gejala klinis dan tingkat
kegawatan. Kalsifikasi dengue ini dibagi menjadi dengue tanda warning sign, dengue
dengan warning sign dan severe dengue. Hal ini disebabkan karena sulit untuk
mendefinisikan kasus demam berdarah dengue pada pusat kesehatan dengan sarana
yang terbatas dan kriteria yang terlalu spesifik, sehingga gagal untuk mengidentifikasi
beberapa kasus dengue yang berat seperti kegagalan hati dan ensefalitis. 2,4
Dengan
warning sign
tanpa
SIGNdengue
Kemungkinan
Tinggal/Berpergian ke area
endemik dengue
Demam dan diikuti 2 dari kriteria
berikut :
- Mual, muntah
- Kemerahan/rash
- Sakit/Nyeri
- Tes tourniquet(+)
- Leukopenia
- Tanda peringatan apapun
Dengue dengan konfirmasi
(penting ketika tidak ada tanda
kebocoran plasma)
Tanda peringatan :
nyeri perut
muntah yang
akumulasi cairan secara klinis
letargi
hepatomegali > 2cm
Laboratorium : peningkatan
HCT disertai penurunan
jumlah trombosit yang segera
KRITERIA SEVERE
DENGUE
Severe plasma leakage
Menyebabkan shock (DSS),
Akumulasi cairan dengan
gangguan pernapasan
Perdarahan berat
Yang dievaluasi oleh klinisi
Gangguan organ yang berat :
Hati : AST atau ALT 1000
CNS : penurunan kesadaran
Gangguan jantung dan organ
lainnya
11
IX.
LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium untuk infeksi dengue sangat penting dalam
mendiagnosis infeksi dengue, terutama pada pasien tanpa kebocoran plasma.
Konfirmasi laboratorium segera setelah diagnosis secara klinis sangat berguna karena
beberapa pasien mempunyai perubahan gejala yang sangat singkat dari ringan
menjadi berat bahkan dapat menyebabkan kematian.4
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis pasti infeksi virus dengue meliputi
isolasi virus, deteksi genom (asam nukleat), antigen atau antibodi, maupun kombinasi
dari pemeriksaan tersebut. Setelah onset penyakit, virus dapat dideteksi dalam serum,
plasma, sirkulasi sel darah ataupun pada jaringan selama 4-5 hari. Isolasi virus,
deteksi antigen atau asam nukleat dapat digunakan untuk mendiagnosa infeksi pada
stadium awal, sedangkan pemeriksaan serologi dilakukan pada akhir fase infeksi
akut.4
Metode direct diagnostic seperti isolasi virus, deteksi genom, dan deteksi
antigen lebih spesifik untuk mendeteksi dengue dibandingkan metode indirect seperti
deteksi antibodi IgG dan IgM dengue. Metode indirect ini mempunyai peluang yang
lebih besar dalam untuk mendeteksi dengue karena tersedia alat yang lebih mudah
digunakan.
13
Gambar 12. Respon Antigen Ns-1, IgM, dan IgG dengue pada infeksi dengue
( Sumber : WHO. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. Geneva. 2009)
2) Ratio IgM/IgG
Ratio IgM/IgG digunakan untuk membedakan infeksi primer dan
sekunder dengue. Infeksi dengue primer apabila IgM/IgG OD ratio >1,2
( menggunakan serum pasien dengan pengenceran 1/100) atau > 1,4
( pengenceran 1/20. Walaupun demikian, ratio ini dapat bervariasi antar
laboratorium , sehingga membutuhkan standar yang lebih baik terhadap
tes ini. 4
3) Ig A dengue
Antibodi IgA muncul sehari setelah IgM. Titer IgA mencapai
puncak sekitar 8 hari setelah onset dan segera menurun hingga tak
terdeteksi pada hari ke-40. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada
titer IgA antara pasien infeksi dengue primer maupun sekunder. 4
4) Tes Haemagglutination-Inhibition (HI)
Tes HI ini menetapkan titer antibodi dengue berdasarkan
kemampuan antigen dengue mengagglutinasi sel darah merah angsa atau
trypsinized human O RBC. Antibodi antidengue pada serum dapat
menginhibisi (menghambat) agglutinasi ini dan kemampuan inhibisi ini
akan diukur melalui tes HI.4 Tes ini membutuhkan sepasang sera dengan
perbedaan fase akut dan pemulihan minimal 7 hari, optimalnya 10 hari.
Tes ini dapat digunakan untuk membedakan infeksi primer dan sekunder
berdasarkan titer antibodinya. Antibodi HI bertahan dalam tubuh hingga
bertahun-tahun sehingga dapat digunakan untuk studi sero-epidemiologi.
15
INFEKSI SEKUNDER
DENGUE
X.
DIAGNOSIS BANDING
Manifestasi infeksi dengue sangat bervariasi sehingga perlu
penyakit yang mempunyai gejala yang mirip.
Tabel 1. Diagnosis banding infeksi dengue 5
Klinis
Manifestasi perdarahan
Dengue
Demam (+) Uji Tourniquet (+)
Syok ()
Sepsis
Demam (+)
Syok ()
Laboratorium
Trombositopenia (+)
Hemokonsentrasi (+)
Limfositosis (+)
Dominan
Leukositosis,
Netrofilia (+)
16
Demam
Chikungunya
Idiopathic
Trombositopenia
Purpura
Demam (+)
Syok (-)
Demam ()
Syok ()
Uji Tourniquet ()
Uji Tourniquet (+)
Trombosit normal
Hemokonsentrasi (-)
Trombositopenia (+)
Hemokonsentrasi (-)
XI.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi selama infeksi dengue : 2
a. Fase demam :
1. Dehidrasi akibat intake cairan yang kurang
2. Kejang akibat demam tinggi
3. Perdarahan hebat (jarang)
b. Fase kritis :
1. Kebocoran plasma atau perdarahan yang tidak diketahui dan dapat
menyebabkan syok
2. Perdarahan intracranial
3. Abnormalitas metabolik
4. Koagulopati
5. Syok berkepanjangan yang dapat menyebabkan kematian
c. Fase pemulihan
Overloading cairan intravaskular karena resusitasi cairan yang aggresif selama
fase pemulihan
XII.
PENATALAKSANAAN
Obat antiviral spesifik terhadao degue belum ada hingga saat ini. . Terapi
Infeksi dengue ini tergantung dari manifestasi klinis dan keadaan lainnya, apakah
pasien dapat dirawat di rumah (Grup A), rawat inap di rumah sakit (GRUP B),
ataukah membutuhkan penanganan darurat dan segera (GRUP C) sebagai berikut : 4
A. Pasien yang dapat dirawat di rumah adalah pasien yang dapat memperoleh
cairan oral yang cukup, dan dapat berkemih minimal setiap 6 jam, tidak
menunjukkan tanda-tanda peringatan ketika demam mereda.
B. Pasien yang sebaiknya dirawat di rumah sakit, adalah pasien yang menunjukkan
tanda-tanda peringatan, pasien dengan kondisi yang dapat memperberat infeksi
dengue (hamil,bayi, orang tua, diabetes mellitus, gagal ginjal, penyakit
hemolitik), dan pasien dengan keadaan lingkungan sosial tertentu (tinggal
sendiri, atau jauh dari fasilitas kesehatan tanpa transportasi yang memadai).
C. Pasien yang memerlukan perawatan darurat dan rujukan mendesak (severe
dengue), adalah pasien yang menunjukkan tanda-tanda kebocoran plasma berat
yang dapat menyebabkan syok dengue dan/ atau akumulasi cairan dengan
17
18
Diagnosis dini dan memberikan nasehat untuk segera dirawat bila terdapat
tanda syok, merupakan hal yang penting untuk mengurangi angka kematian. Namun,
perjalanan penyakit DBD sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu masuk keadaan
umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dan tidak tertolong.16
RINGKASAN
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty.1 Virus
dengue terdiri dari 5 serotipe, DEN-1, 2, 3, 4, dan 5. Patogenesis terjadinya demam
berdarah dengue ada beberapa teori, tetapi yang paling sering adalah teori infeksi
sekunder (Infection enhacing antibody theory) dan teori virulensi kuman. Manifestasi
klinis akibat infeksi dengue ini bervariasi mulai dari tanpa gejala (asimtomatik),
hingga bergejala (simptomatik). Gejala infeksi dengue terdiri dari 3 fase yaitu fase
demam, fase kritis, dan fase pemulihan. Diagnosis demam berdarah dengue
ditegakkan berdasrkan kriteria WHO yang terdiri dari 2 kriteria klinis dan 1 kriteria
laboratorium. Kriteria klinis yaitu bila ditemukan demam mendadak 2-7 hari,
manifestasi perdarahan, pembesaran hati, syok. Kriteria laboratorium berupa
trombositopenia dan peningkatan hematokrit. Klasifikasi kasus dengue terdiri dari
dengue dengan/tanpa warning sign, dan severe dengue. Pemeriksaan laboratorium
untuk diagnosis infeksi virus dengue meliputi isolasi virus, deteksi genom (asam
nukleat), antigen NS-1 dengue, dan antibodi dengue IgA, IgM, IgG dengue.
Penatalaksanaan infeksi dengue bersifat suportif dan simptomatik dengan
penggantian cairan dan antipiretik. Perjalanan penyakit DBD sulit diramalkan. Pasien
yang pada waktu masuk keadaan umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat
memburuk sehingga monitoring penyakit sangat diperlukan. Sebagian besar pasien
akan pulih.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
21
22