I. PENDAHULUAN
Sindroma Ovarium Polikistik (SOPK) merupakan kumpulan dari gejala dan
tanda yang terjadi akibat dari hiperandrogenemia dan disfungsi ovulasi tanpa
disertai adanya kelainan hiperplasia adrenal kongenital, hiperprolaktinemia atau
tumor yang mensekresi androgen.1
Sindroma Ovarium Polikistik merupakan masalah endokrinologi
reproduktif yang sering terjadi dan sampai saat ini masih menjadi kontroversi.
Sindroma Ovarium Polikistik menyebabkan 5-10% wanita usia reproduksi
menjadi infertil.2
Pada tahun 1935, Stein dan Leventhal menggambarkan adanya
penderita amenorea dan infertil dan disertai dengan pembesaran ovarium berikut
sejumlah kista kecil di dalamnya.2,.3 Pada awal 1980an, beberapa kasus seperti di
atas diketahui memiliki kaitan dengan hiperinsulinemia dan gangguan toleransi
glukosa. Pada awal tahun 1990an ditemukan adanya defek reseptor insulin pada
penderia SOPK. Berkaitan dengan penemuan yang ada, perhatian terhadap SOPK
sekarang dipusatkan pada masalah hiperandrogenisme, hiperinsulinemia,
abnormalitas kadar lemak darah dan obesitas.3
Etiologi SOPK masih belum diketahui dengan jelas. Tidak ada faktor
penyebab tunggal yang dapat menjelaskan. Sindroma ini diduga berkaitan dengan
III. PATOGENESIS
Patogenesis SOPK masih kurang jelas diketahui, tetapi secara umum
disepakati adanya resistensi insulin, hiperandrogenemia, anovulasi dan polikistik
ovarium.1
A. Resistensi Insulin
Resistensi insulin pada SOPK terjadi karena adanya kerusakan pensinyalan
reseptor insulin. Dunaif dkk mengemukakan bahwa adanya defek
postreseptor pada aksi insulin menyebabkan resistensi insulin. Ia
menemukan bahwa sel fibroblast pada 50% penderita SOPK menunjukkan
pengurangan autofosforilasi reseptor insulin setelah berikatan dengan
insulin. Defek spesifik terdapat pada fosforilasi serin pada reseptor insulin.1.4
Peningkatan fosforilasi pada serin mengakibatkan terjadinya penurunan
fosforilasi tirosin. Penurunan fosforilasi tirosin akan mengganggu kerja
Insulin Receptors Substrate (IRS) 1 untuk berikatan dengan
phosphatidylinositol 3 kinase (PI3K), sehingga terjadi hambatan
pengambilan glukosa ke dalam sel oleh Glucose Transporter (GLUT) 4. Hal
ini mengakibatkan sel β pankreas meningkatkan produksi insulin untuk
mengkompensasi kebutuhan tubuh terhadap glukosa dan akhirnya terjadi
hiperinsulinemia. Keadaan ini menghambat sintesis Sex Hormone Binding
Globulin (SHBG) di hati yang berfungsi mengikat testosteron, sehingga
terjadi peningkatan kadar testosteron bebas di sirkulasi. Insulin juga akan
mengikat reseptor IGF-1 di ovarium yang meningkatkan sintesis androgen
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Kimia Darah
a. Glukosa darah. Pada tes toleransi glukosa oral (TTGO), kadar
glukosa 140-199 mg/dl mendukung diagnosis SOPK.1
b. Profil Lipid. Pemeriksaan profil lipid mencakup kolesterol total,
kolesterol HDl, kolesterol LDL dan trigliserida. Hipertrigliseridemia,
peningkatan konsentrasi kolesterol LDL dan penurunan konsentrasi
kolesterol HDL sering didapatkan pada penderita SOPK.1,12
2. Pemeriksaan Hormonal
a. Luteinizing Hormone (LH)/ Follicle Stimulating Hormone (FSH).
FSH dan LH adalah hormon glikoprotein yang dibentuk di lobus
anterior hipofise. Hormon FSH penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan folikel ovarium, produksi estrogen dari precursor
androgen dan mempengaruhi perubahan endometrium yang khas
pada fase proliferasi. LH bersama-sama dengan FSH berfungsi