BAB 1
PENDAHULUAN
sebagai
vektor
utama
dan
Aedes
albopictus
sebagai
vektor
Ae.albopictusyang
cenderung
berada
di
daerah
hutan
vektor
DBD
merupakan
satu-satunya
cara
yang
vaksin
DBD
belum
ditemukan.Terdapat
beberapa
macam
pengendalian vektor DBD yang telah dilakukan dan memberikan hasil yang
menjanjikan (promising), antara lain pengendalian dengan menggunakan
1%Abate/Temefos berbentuk granula pasir (sand granules) pada stadium larva
dan4% malation dalam bentuk asap (fog) pada stadium dewasa.Selain itu,
dilakukan pengasapan dan abatesasi masal yang dapat berhasil menekanpopulasi
vektor DBD, namun hal tersebut tidak mungkin dilakukan secara terus-menerus
sebab
biaya
operasional
yang
mahal
dan
juga
kemungkinan
banyak mineral tapi O2. Ovitrap dicat hitam dan disimpan di tempat lembap agar
disukai nyamuk. Alat sederhana ini harus dapat memancing nyamuk agar bertelur
di sana. Nyamuk dewasa akan bertelur pada permukaan atas ovitrap. Kemudian,
telur akanmasuk ke dalam air di penampung. Larva dan pupa masih dapat hidup di
ovitrap itu, namun saat berkembang menjadi dewasa, nyamuk tak akan dapat
keluar dari ovitrap karena terhalang ram kawat hingga akhirnya mati.
Metode perangkap nyamuk dengan ovitrap ini lebih efektif jika diterapkan
pada daerah yang sering menjadi sarang nyamuk Ae. aegypti. Dalam praktikum
kesehatan
lingkungan
ini
akan
dilakukan
pembuatanovitrap
dan
Ae.aegypti.
Tujuan Khusus
1. Mempraktikkan pembuatan ovitrap dengan 10% air rendaman jerami
padi dan campuran gula pasir dengan bubuk ragi.
2. Mengetahui jenis air yang disukai nyamuk Ae. Aegypti untuk bertelur.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum sebagai berikut.
1. Dapat melakukan proses pembuatan ovitrap.
2. Mengetahui jenis air yang disukai nyamuk Ae. aegyptidalam bertelur.
3. Menambah pengetahuan mengenai tempat perindukan nyamuk Ae.
aegypti.
4. Menambah wawasan dalam pemeriksaan jentik nyamuk Ae. aegyptidan
analisisnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
secara
bahasa
dapat
diartikan
sebagai
perangkap
telur
nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan
dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan
betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya
lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk
jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.
merupakan
bentuk
mulut
modifikasi
untuk
segmen-segmen
reproduksi.Nyamuk
terakhir
betina
biasanya
memiliki
termodifikasi
segmen
menjadi
yang
alat
lengkap
(Lestari,2010).Seluruh
segmen
abdomen
berwarna
belang
hitam
putih,
membentuk pola tertentu dan pada betina ujung abdomen membentuk titik
(meruncing) (Sayono,2008).
Secara morfologis Ae. aegyptiberukuran tubuh kecil (Nurhayati,2005).
Panjang 3-4 mm dan bintik hitam dan putih pada badan, kaki dan mempuntai ring
putih di kaki (Depkes RI,2004).Namun, dapat dibedakan dari strip putih yang
terdapat pada bagian skutumnya. Skutum Ae. aegypti berwarna hitam dengan dua
strip putih sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung
berwarna putih. (Supartha,2008).
2.4 Klasifikasi Nyamuk Ae. aegypti
Klasifikasi nyamuk Ae. aegypti termasuk dalam kategori sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Dipthera
Family
: Culicidae
Subfamily
: Culicinae
Genus
: Aedes
Species
: Aedes aegypti
Demikian pula dengan nyamuk Ae. aegypti yang mengalami empat tingkat
pertumbuhan, yaitu stadium telur, stadium jentik, stadium pupa dan stadium
nyamuk dewasa dengan karakteristik fase pertumbuhan sebagai berikut:
1. Stadium Telur
Telur aedes berbentuk elips yang mempunyai permukaan poligonal
(Depkes, 1983).Telur aedes berukuran kecil ( 50 mikron), berwarna
hitam,sepintas lalu tampak bulat panjang dan berbentuk jorong (oval)menyerupai
torpedo.dibawah mikroskop, pada dinding luar (exochorion)telur nyamuk ini,
tampak adanya garis-garis yang membentuk gambaranmenyerupai sarang lebah.
Di alam bebas telur nyamuk ini diletakan satuper satu menempel pada dinding
wadah / tempat perindukan terlihatsedikit diatas permukaan air.Di dalam
laboratorium, terlihat jelas telur-telurini diletakan menempel pada kertas saring
yang tidak terendam airsampai batas setinggi 2-4 cm diatas permukaan air. Di
dalam laboratoriumtelur menetas dalam waktu 1-2 hari, sedangkan di alam bebas
untukpenetasan telur diperlukan waktu yang kurang lebih sama atau dapat
lebihlama
bergantung
pada
keadaan
yang
mempengaruhi
air
di
10
Telur Ae. aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga satu bulan
dalam keadaan kering.Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi
larva.Sebaliknya,
larva
sangat
membutuhkan
air
yang
cukup
untuk
: 1 (satu) hari
: 1 2 hari
Stadium III
Stadium IV
: 2 (dua) hari
: 2 3 hari
Setelah telur menetas tumbuh menjadi larva yang disebut larva stadium I
(instar I). Kemudian larva stadium I ini melakukan 3 kali pengelupasan kulit
(ecdysis atau moulting), berturut-turut menjadi larva stadium 2,3 dan larva
stadium 4. Untuk membedakan larva Ae. aegyptidengan larva nyamuk yang lain
adalah pada tahap larva instar 1, 2 dan 3, larva Ae. aegyptibergerak aktif karena
ingin mendapatkan O2 sebanyak-banyaknya. Sedangkan pada instar 4 larva tidak
bergerak aktif tapi menempel pada dinding yang datar.Larva stadium akhir ini lalu
melakukan pengelupasan kulit dan berubah bentuk menjadi stadium pupa. Larva
stadium 4 berukuran 7 X 4 mm, mempunyai pelana yang terbuka , bulu sifon satu
pasang dan gigi sisir yang berduri lateral. Dalam air di wadah, larva aedes
bergerak sangat lincah dan aktif, dengan memperlihatkan gerakan-gerakan naik ke
permukaan air dan turun ke dasar wadah secara berulang-ulang.Larva Ae.aegypti
dapat hidup di wadah yang mengandung air ber pH 5,8 8,6. Jentik dalam kondisi
yang sesuai akan berkembang dalam waktu 6-8 hari dan kemudian berubah
menjadi pupa (kepompong).
Jentik berkembang dalam waktu 6 8 hari menjadi pupa yang berbentuk
seperti koma. Lebih dari 2 (dua) hari menjadi nyamuk dewasa, jadi total siklus
hidup nyamuk adalah 9 12 hari.Jentik nyamuk Ae. aegypti dalam air dapat
11
dikenali dengan ciri-ciri yaitu berukuran 0,5 1 cm dan selalu bergerak aktif
dalam air. Gerakan berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air
dimaksudkan untuk bernapas.Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus
dengan permukaan air.
Ae. aegypti dalam siklus hidupnya mengalami perubahan bentuk
(metamorphos) sempurna yaitu dari telur, jentik (larva), kepompong (pupa) lalu
menjadi nyamuk dewasa.Kontak pertama dengan air merupakan rangsangan bagi
nyamuk untuk meletakkan telurnya.Biasanya telur diletakkan pada dinding bagian
dalam kontainer di permukaan air.Jumlah telur nyamuk Ae. aegypti untuk sekali
bertelur dapat mencapai 300 butir dengan ukuran 5 mm berwarna hitam / gelap.
Selanjutnya jentik berkembang menjadi pupa.Pada tingkat pupa ini tidak
memerlukan makan, tetapi perlu udara.Waktu pertumbuhan nyamuk adalah 1 2
hari.Jadi pada umumnya nyamuk jantan menetas lebih dahulu daripada nyamuk
betina. Lalu pupa berkembang menjadi nyamuk dewasa dan tidak lagi hidup
dalam air (Depkes RI, 1995).
12
dan
dadanya
bersatudilengkapi
sepasang
terompet
pernapasan.Stadium pupa ini adalah stadium takmakan. Jika terganggu dia akan
bergerak naik turun di dalam wadah air. Dalamwaktu lebih kurang dua hari, dari
pupa akan muncul nyamuk dewasa. Jadi, totalsiklus dapat diselesaikan dalam
waktu 9-12 hari.
13
14
15
jauh
biasanya
terjadi
secara
pasif
melalui
semua
jenis
kendaraantermasuk kereta api, kapal laut dan pesawat udara. Nyamuk Ae.
aegyptihidup dan berkembang biak pada tempat-tempatpenampungan air bersih
yang tidak langsung berhubungan dengan tanah sepertibak mandi, tempayan,
kaleng bekas, tempat minum burung dan lain sebagainya.Umur nyamuk Ae.
aegyptiberkisar 2 minggu sampai 3 bulan atau rata rata 1,5bulan tergantung dari
suhu, kelembaban sekitarnya. Kepadatan nyamuk akanmeningkat pada waktu
musim hujan dimana terdapat genangan air bersih yangdapat menjadi tempat
untuk berkembang biak. Selain nyamuk Ae. aegypti,penyakit demam berdarah
juga dapat ditularkan oleh nyamuk Ae.albopictus.Tetapi peranan nyamuk ini
dalam menyebarkan penyakit demam berdarahkurang jika dibandingkan nyamuk
Ae. aegypti. Ae. aegyptisuka beristirahat di tempat yang gelap, lembab,
dantersembunyi di dalam rumah atau bangunan termasuk di kamar tidur,
kamarmandi, kamar kecil maupun dapur.Di dalam ruangan, nyamuk suka
beristirahatpada benda-benda yang tergantung seperti pakaian, kelambu, gordyn di
kamaryang gelap dan lembab.
16
17
Kesukaan bertelur/berkembangbiak.
Ae. saegypti termasuk nyamuk rumah yang tumbuh dalam genangan air di
sekitar kediaman manusia (Brown, 1983). Nyamuk ini berkembang biak di tempat
penampungan air bersih seperti bak mandi, tempayan, tempat minum burung dan
barang-barang bekas yang dibuang sembarangan yang pada waktu hujan terisi air
(Judarwanto, 2007).
a. Nyamuk Ae. aegypti berkembang biak dan bertelur di tempat
penampungan air bersih, seperti:
b. Telur diletakkan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di atas
permukaan air.
c. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100 butir
d.
e.
f.
g.
18
ini
ditularkan
orang
yang
dalam
darahnya
terdapat
virusdengue.Orang ini biasanya menunjukan gejala sakit tetapi juga tidak sakit
yaitujika mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue.Jika orang
digigitnyamukAe. aegyptimaka virus akan masuk bersama darah yang dihisapnya.
Didalam tubuh nyamuk itu, virus Dengue akan berkembang biak dengan
caramembelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Dalam waktu
satuminggu jumlahnya dapat mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu
sehinggasiap untuk ditularkan atau dipindahkan kepada orang lain. Selanjutnya
pada waktunyamuk menggigit orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk
(proboscis)menemukan kapiler darah, sebelum darah orang tersebut dihisap
terlebih dahuludikeluarkan air liur dari kelenjar air liur nyamuk agar darah yang
dihisap tidak membeku. Bersama dengan air liur nyamuk Ae. aegyptiyang
membawa virusdengue itu akan terserang penyakit demam berdarah, orang yang
mempunyaikekebalan yang cukup terhadap virus dengue, tidak akan terserang
penyakit ini,meskipun di dalam darahnya terdapat virus tersebut. Sebaliknya pada
orang yangtidak mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, dia
akan sakitdemam ringan bahkan sakit berat yaitu demam tinggi disertai
perdarahan bahkansyok, tergantung dari tingkat kekebalan tubuh yang
dimilikinya. Hingga sekarang telah dapat diisolasi 4 serotipe virus dengue di
Indonesiayaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 ternyata DEN-2 dan DEN3merupakan serotipe yang paling banyak sebagai penyebab. Nimmannitya
(1975)di Thailand melaporkan bahwa serotipe DEN-2 yang dominan sedangakan
diIndonesia
terutama
oleh
DEN-3
walaupun
akhir-akhir
ini
ada
19
berperan
vektor
signifikant
DBD
dalam
merupakan
penyebaran
satu-satunya
cara
infeksi
yang
20
Aedes
(stegomyia)
danmasing-masing
9,7%
serta
1,9%
larva
tempat
penampungan
air
bersih,
2)
menutup
rapat
rapat
demam
kuning
di
Kuba
dan
Panama,
bersamaan
dengan
21
kampanyepemberantasannya, habitat larva Aedes diberi minyak dan rumahrumahdisemprot dengan piretrin. Saat kandungan DDT ditemukan pada tahun
1940,senyawa
ini
mulai
dijadikan
metode
yang
utama
di
dalam
telur
autosida
(perangkap
telur
pembunuh)
di
wilayah
dalam
pengawasan,
atau
kedua
aktivitas
vektornya
sudah
menunjukan
penurunan.Akan
tetapi,
kali
dengan
jarak
waktu
satu
22
yang
dilengkapi
dengan
23
hasilnya
dapatmemperkirakan
populasi
nyamuk
betina
yang
24
25
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Waktu
Kegiatan
Membuat ovitrap, air larutan campuran gula pasir
dengan bubuk ragi.
16/03/2012
17/03/2012
Memantau ovitrap.
18/03/2012
Memantau ovitrap.
19/03/2012
Memantau ovitrap.
20/03/2012
26
27
Step4
Setelah satu minggu anda bisa memeriksa ovitrap.Ganti air dan bersihkan
kasa nyamuk setiap seminggu sekali.
PERINGATAN : Ganti airnya secara rutin. Jika tidak, ada kemungkinan,
bukannya menjadi perangkap, justru malah menjadi peternakan nyamuk.
c. Pembuatan larutan campuran gula pasir dengan bubuk ragi
1) Alat dan bahan :
a) Air sebanyak 200 ml
b) 50 gram gula pasir
c) 1 gram bubuk ragi
d) Timbangan
e) Botol plastik berukuran 2 liter
2) Cara pembuatan :
a) Menyiapkan alat dan bahan.
b) Mencampur air panas dengan gula pasir, dinginkan.
c) Menuang larutan ke dalam botol, menambahkan bubuk ragi.
d) Larutan siap digunakan pada ovitrap.
Gambar 14. Pembuatan Ovitrap Berisi Larutan Campuran Gula Pasir dengan
Bubuk Ragi
28
Keterangan :
Step1
Potong Botol seperti gambar diatas. Simpan bagian atasnya untuk langkah ke 4
Step2
Campur 200ml air panas dengan 50 gram gula. Lalu dinginkan air gula menjadi
40 derajat.
Step3
Tuangkan air gula kedalam botol dan tambahkan bubuk ragi. Anda tidak perlu
mencampurnya karena akan beraksi berangsur-angsur dengan gula untuk
memproduksi CO2.
Step4
Masukkan bagian atas botol ke bagian bawahnya seperti terlihat pada
gambar.Usahakan sekencang mungkin (tidak longgar), agar gas CO2 yang
diproduksi hanya keluar melalui lubang tengah saja.
Step5
Lapisi dengan kertas hitam untuk membuat bagian dalam botol menjadi gelap,
sehingga disukai oleh nyamuk.
Tips:
Sebaiknya tempatkan di tempat yang gelap dan tempatkan disudut ruangan.Ganti
air gula dan ragi setiap 2 minggu sekali.
Peralatan lain yang diperlukan :
1. Kaca pembesar
Digunakan untuk memeriksa keadaan kertas saring pada ovitrap sehingga
dapat diketahui telur yang telah menempel pada kertas saring dalam ovitrap.
2. Mikroskop
Digunakan untuk mengetahui jenis telur nyamuk Aedes sp. yang
terperangkap.
3. Kamera
29
BAB 4
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
4.1
Lokasi Ovitrap
Praktikum ini dilakukan di area Kampus Stikes Bhakti Husada Mulia
30
Ragi yang digunakan adalah ragi tape, karena ragi tape lebih bisa
menguraikan gula, tidak menggunakan ragi tempe karena dapat membuat
tumbuhnya jamur.
Ovitrap air rendaman jerami padi diberikan beberapa batang jerami padi
untuk menjaga kestabilan kandungan mineral.
4.2
Hasil Pengamatan
Dalam pengamatan praktikum ini yang kami amati adalah ada tidaknya
jentik nyamuk, serta pada hari terakhir dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk Ae.
aegypti dengan menggunakan mikroskop. Variabel jumlah jentik nyamuk kami
masukkan dalam pengamatan untuk memastikan bahwa di ovitrap ada nyamuk
yang singgah atau bertelur. Berikut replikasi dan hasil praktikum yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Pengamatan dilakukan tiap hari pada siang hari sekitar pukul 10.00
WIB
b. Penempatan dimulai pada tanggal 14 Maret 2015 sekitar pukul 11.00
WIB sampai tanggal 20 Maret 2015 sekitar pukul 10.00 WIB
c. Tempat
Kampus Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
1. Dibawah kolong tempat tidur kayu bekas
2. Dekat kamar mandi kantin
d.
Keterangan Ovitrap
Ovitrap dengan kode A berisi air gula dan ragi
Ovitrap dengan kode B berisi air rendaman jerami padi
Ovitrap
Bawah
kolong
1
2
3
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
jentik
jentik
jentik
Hari ke4
5
Tidak ada Tidak
jentik
ada
jentik
6
Tidak
ada
jentik
7
Tidak
jentik
31
Kamar
mandi
kantin
8 jen
1 Ae.
aegyp
5 jen
1 jentik
4 jentik
Larutan pada ovitrap disaring dengan kertas saring, jentik yang tersaring diperiksa
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x. Berikut adalah peralatan yang
dibutuhkan :
5 jentik
Ada
nyam
mati
perm
32
melihat apakah ada telur nyamuk, namun kami tidak melihat adanya telur nyamuk
pada semua jenis ovitrap yang dipasang.
4.4
Ovitrap Index
A. Ovitrap Indexuntuk ovitrap jenis air gula dan ragi :
Jumlah padel yang mengandung telur
= x 100%
Jumlah padel yang diperiksa
=
x 100%
4
= 50 %
B. Ovitrap Index untuk ovitrap jenis air rendaman jerami padi
Jumlah padel yang mengandung telur
= x 100%
Jumlah padel yang diperiksa
4
=
x 100%
4
= 100 %
Jumlah padel yang mengandung telur adalah jumlah ovitrap di setiap
tempat yang terdapat jentik nyamuk. Jadi perbandingan ovitrap index untuk
ovitrap jenis air gula dan ragi dan ovitrap jenis air rendaman jerami 1 : 2. Nilai
ovitrap index untuk ovitrap jenis air rendaman jerami padi lebih tinggi daripada
ovitrap jenis air gula dan ragi.
33
4.5 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa lokasi yang
dijadikan tempat untuk bertelur oleh nyamuk Aedes aegypti adalah kolong bawah
tempat tidur kayu dan dekat kamar mandi kantin. Sedangkan jenis air yang
menjadi tempat bertelur adalah air rendaman jerami 10%. Sesuai teori yang telah
diuraikan tentang bionomic (perilaku) nyamuk Aedes aegypti bahwa nyamuk ini
memiliki kebiasaan hidup di dekat manusia dan menyukai tempat gelap serta
lembab yang tersembunyi di dalam bangunan seperti kamar mandi dan dapur.
Nyamuk ini berkembang biak di tempat penampungan air bersih dan yang tidak
langsung kontak dengan tanah.
Hasil studi dari beberapa peneliti menguatkan bahwa telur nyamuk lebih
banyak pada ovitrap dengan rendaman jerami padi daripada air bersih biasa.
Peneliti Karen A. Polsone menyebutkan adanya perbedaan jumlah telur pada
ovitrap dengan rendaman jerami 10% daripada campuran gula pasir dengan ragi.
Hal ini dikarenakan hanya nyamuk Aedes aegypti jantan yang tertarik pada ovitrap
dengan campuran gula pasir dan ragi karena nyamuk jantan menjadikan cairan
tumbuhan atau air gula sebagai sumber makanan, sedangkan nyamuk betina hanya
menghisap darah untuk mendapatkan makanan. Selain itu, ovitrap dengan
rendaman jerami 10% telah dikembangkan oleh Pusat Pengendalian Wabah
dimana ovitrap dengan rendaman jerami padi selama tujuh hari dapat memberikan
hasil setiap 24 jam.
34
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Dapat melakukan pembuatan ovitrap dengatn air gula dan ragi serta
ovitrap dengan air rendaman jerami padi 10%.
2. Jumlah jentik yang paling banyak dan terdapat jentik Ae. aegypti adalah
ovitrap dengan air rendaman jerami padi.
3. Ovitrap jenis rendaman air jerami padi 10% lebih efektif dan efisien serta
cocok digunakan dikalangan rumah tangga
5.2
Saran
1. Praktikum selanjutnya dapat menggunakan kadar air rendaman jerami
berbagai variasi untuk mengetahui kadar yang paling efektif.
2. Menggunakan variasi bahan ovitrap untuk lebih mengetahui bahan apa
yang paling disukai nyamuk.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
37