Anda di halaman 1dari 38

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti sebagai vektor utama dan Aedes albopictus sebagai vektor
sekunder.DiIndonesia, nyamuk Ae. aegyptiumumnya memiliki habitat di
lingkunganperumahan, dimana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak
mandiataupun tempayan. Dengan demikian, jenis ini bersifat urban bertolak
belakangdengan Ae.albopictusyang cenderung berada di daerah hutan
berpohonrimbun (sylvan areas).Di Indonesia DBD pertama kali dicurigai di
Surabaya pada tahun 1968, namun konfirmasi analisis baru diperoleh pada tahun
1970. Di Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969, kemudian DBD
berturut-turut dilaporkan diBandung dan Yogyakarta (1972). Epidemi pertama di
luar Jawa dilaporkan pada tahun1972.Di Sumatera Barat dan Lampung, kemudian
disusul Riau, Sulawesi Utara dan Bali.
Sekarang ini, DBD sudah menjadi endemis di banyak kota besar, bahkan
sejak tahun 1975penyakit ini telah berjangkit di daerah pedesaan. Sejak tahun
1994, seluruhprovinsi di Indonesia telah melaporkan kasus DBD dan tahun 1996
telahbergeser dari usia anak-anak ke usia dewasa.Sekitar 2,5 milyar (2/5
penduduk dunia) mempunyai resiko terkena infeksi virus dengue. Lebih dari 100
negara tropis dan subtropis pernahmengalami letusan demam dengue dan
DBD.Berdasarkan jumlah kasus DBD,Indonesia menempati urutan ke dua setelah
Thailand.Tahun 1968-1988,selama 20 tahun selalu terjadi kenaikan jumlah kasus
setiap tahun. Faktor-faktoryang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus
DBD ini sangatkompleks yaitu pertumbuhan penduduk, urbanisasi yang tidak
terencana dantidak terkontrol, tidak adanya kontrol terhadap nyamuk yang efektif
di daerahendemis serta peningkatan sarana transportasi.
Pengendalian vektor DBD merupakan satu-satunya cara yang
harusdilakukan dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD dengan
2

tujuanmemutus mata rantai penularan DBD,sebabhingga sekarang obat antivirus


denguedan vaksin DBD belum ditemukan.Terdapat beberapa macam
pengendalian vektor DBD yang telah dilakukan dan memberikan hasil yang
menjanjikan (promising), antara lain pengendalian dengan menggunakan
1%Abate/Temefos berbentuk granula pasir (sand granules) pada stadium larva
dan4% malation dalam bentuk asap (fog) pada stadium dewasa.Selain itu,
dilakukan pengasapan dan abatesasi masal yang dapat berhasil menekanpopulasi
vektor DBD, namun hal tersebut tidak mungkin dilakukan secara terus-menerus
sebab biaya operasional yang mahal dan juga kemungkinan
penggunaaninsektisida dengan dosis yang kurang tepat (sublethal dosage) akan
mengakibatkantimbulnya resistensi nyamuk terhadap insektisida yang digunakan.
Di samping itu,juga akan menyebabkan timbulnya pencemaran lingkungan.
Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan telah memilih
carapengendalian vektor DBD yang murah, mudah, aman dan dapat dilakukan
olehmasyarakat sendiri, yaitu dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
yangbertujuan menekan serendah-rendahnya populasi Ae. aegypti. Kegiatan
PSNyang dilakukan yaitu melalui 3 M. Selain itu, pemasangan ovitrap di rumah-
rumah dan di tempat-tempat umum juga merupakan kegiatan PSN untuk
mengendalikanpopulasi nyamuk Ae.aegypti.
Salah satu upaya untuk memutus siklus perkembangan nyamuk dapat
dengan menggunakan ovitrap atau perangkap telur dan larva nyamuk, khususnya
untuk Ae. aegypti.Ovitrap telah umum digunakan dan diproduksi secara massal di
Singapura dan Malaysia. Disana ovitrap dikenal dengan namaMosquito Larvae
Trapping Device (MLTD). Ovitrap berarti perangkap telur (ovum = telur, trap =
perangkap) terbukti menekan pertumbuhan nyamuk hingga 50%. Ovitrap mudah
dibuat, murah dan efektif.Ovitrap merupakan suatu perangkap telur nyamuk yang
berupa tabung botol (plastik/kaleng/tanah liat dan lain-lain) yang diisi air dan
diberi kertas/kain/tongkat kayu untuk meletakkan telur.Ovitrap terdiri atas
beberapa bagian, yaitu ram kawat dan bagian penampung air.
Air dapat ditambah rendaman jerami padi dan ragi untuk pertumbuhan
bakteri sebagai pakan jentik nyamuk.Menggunakan jerami padi karena
mengandung beberapa unsur mineral namun aedes tidak suka yang mengandung
3

banyak mineral tapi O2. Ovitrap dicat hitam dan disimpan di tempat lembap agar
disukai nyamuk. Alat sederhana ini harus dapat memancing nyamuk agar bertelur
di sana. Nyamuk dewasa akan bertelur pada permukaan atas ovitrap. Kemudian,
telur akanmasuk ke dalam air di penampung. Larva dan pupa masih dapat hidup di
ovitrap itu, namun saat berkembang menjadi dewasa, nyamuk tak akan dapat
keluar dari ovitrap karena terhalang ram kawat hingga akhirnya mati.
Metode perangkap nyamuk dengan ovitrap ini lebih efektif jika diterapkan
pada daerah yang sering menjadi sarang nyamuk Ae. aegypti. Dalam praktikum
kesehatan lingkungan ini akan dilakukan pembuatanovitrap dan
membandingkanovitrap menggunakan 10% air rendaman jerami padi dengan
campuran gula pasir dan bubuk ragi serta mengidentifikasikan jentik nyamuk
Ae.aegypti.Gula pasir dan bubuk ragi digunakan karena campuran tersebut dapat
menjadi media berkembangnya larva dan pupa Ae. aegypti.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara pembuatan ovitrap menggunakan campuran gula pasir
dan bubuk ragi?
2. Bagaimana cara pemeriksaan jentik nyamukAe. aegypti?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mempraktikkan pembuatan ovitrap dan pemeriksaan jentik nyamuk
Ae.aegypti.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mempraktikkan pembuatan ovitrap dengan 10% air rendaman jerami
padi dan campuran gula pasir dengan bubuk ragi.
2. Mengetahui jenis air yang disukai nyamuk Ae. Aegypti untuk bertelur.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum sebagai berikut.
1. Dapat melakukan proses pembuatan ovitrap.
2. Mengetahui jenis air yang disukai nyamuk Ae. aegyptidalam bertelur.
4

3. Menambah pengetahuan mengenai tempat perindukan nyamuk Ae.


aegypti.
4. Menambah wawasan dalam pemeriksaan jentik nyamuk Ae. aegyptidan
analisisnya.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ovitrap


Ovitrap secara bahasa dapat diartikan sebagai perangkap telur
(ovi=telur,trap=perangkap). Jadi, dapat didefinisikan sebagai perangkap telur
nyamuk sederhana.Dikatakan sederhana sebab alat ini dapat dibuat sendiri dengan
menggunakan barang bekas yang mudah ditemukan disetiap rumah.Ovitrap adalah
alat pemancing nyamuk untuk bertelur di dalamnya. Ketika telur berkembang
menjadi nyamuk dewasa, nyamuk akan terperangkap di dalam ovitrap dan
akhirnya mati.
Awalnya ovitrap hanya digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan
survei jentik Ae.aegypti, namun pada perkembangannya ditambahkan zat kimia
yang berfungsi untuk membunuh larva Ae.aegypti saat menetas dari telur.
Sekarang ovitrap bahkan digunakan untuk mengontrol populasi nyamuk karena
alat ini dapat mengontrol dan mendeteksi populasi nyamuk Ae. aegypti.Teknik ini
dikembangkan oleh Jakob dan Bevier pada tahun 1969 (Wikipedia, 2009).

2.2 Definisi Nyamuk


Nyamuk adalah serangga yang tergolong ke dalam ordo Diptera; genera
termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes,
Wyeomyia, Culiseta dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35
genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik,
tubuh yang langsing dan enam kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi
jarang sekali melebihi 15 mm.
Dalam bahasa inggris nyamuk dikenal sebagai mosquito, berasal dari
sebuah kata dalam bahasa spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat
kecil.Penggunaan kata mosquito bermula sejak tahun 1583.Di Britania Raya
nyamuk dikenal sebagai gnats.
6

2.3 Morfologi Nyamuk Ae. aegypti


NyamukAe. aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh
berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis
putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis
melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini.
Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas
sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna
nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan
dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan
betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya
lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk
jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.

Gambar 1. Morfologi Nyamuk Ae. aegypti


Sumber : kesmas-unsoed.blogspot.com

Nyamuk memiliki sepasang antena berbentuk filiform berbentuk panjang


dan langsing serta terdiri atas 15 segmen.Antena dapat digunakan sebagai kunci
untuk membedakan kelamin pada nyamuk dewasa.Antena nyamuk jantan lebih
lebat daripada nyamuk betina.Bulu lebat pada nyamuk jantan disebut plumose
sedangkan pada nyamuk betina yang jumlahnya lebih sedikit disebut pilose
(Lestari,2010).Proboscis merupakan bentuk mulut modifikasi untuk
menusuk.Nyamuk betina mempunyai proboscis yang lebih panjang dan tajam,
tubuh membungkuk serta memiliki bagian tepi sayap yang bersisik.Dada terdiri
atas protoraks, mesotoraks dan metatoraks.Mesotoraks merupakan bagian dada
7

yang terbesar dan pada bagian atas disebut skutum yang digunakan untuk
menyesuaikan saat terbang.Sepasang sayap terletak pada mesotoraks.Nyamuk
memiliki sayap yang panjang, transparan dan terdiri atas percabangan-
percabangan (vena) dan dilengkapi dengan sisi.Abdomen nyamuk tediri atas
sepuluh segmen, biasanya yang terlihat segmen pertama hingga segmen ke
delapan, segmen-segmen terakhir biasanya termodifikasi menjadi alat
reproduksi.Nyamuk betina memiliki 8 segmen yang lengkap
(Lestari,2010).Seluruh segmen abdomen berwarna belang hitam putih,
membentuk pola tertentu dan pada betina ujung abdomen membentuk titik
(meruncing) (Sayono,2008).
Secara morfologis Ae. aegyptiberukuran tubuh kecil (Nurhayati,2005).
Panjang 3-4 mm dan bintik hitam dan putih pada badan, kaki dan mempuntai ring
putih di kaki (Depkes RI,2004).Namun, dapat dibedakan dari strip putih yang
terdapat pada bagian skutumnya. Skutum Ae. aegypti berwarna hitam dengan dua
strip putih sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung
berwarna putih. (Supartha,2008).

2.4 Klasifikasi Nyamuk Ae. aegypti


Klasifikasi nyamuk Ae. aegypti termasuk dalam kategori sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Dipthera
Family : Culicidae
Subfamily : Culicinae
Genus : Aedes
Species : Aedes aegypti

2.5 Siklus Hidup Nyamuk Ae. aegypti


Nyamukmengalami metamorfosis sempurna, yaitu telur, larva atau jentik,
pupa aatau kepompong, dan nyamuk dewasa. Pada stadium telur, larva dan pupa,
8

nyamuk hidup di dalam air, sedangkan pada stadium dewasa, nyamuk hidup
beterbangan (Depkes).

Gambar 2. Siklus Hidup Nyamuk


Sumber : http://www.nzdl.org/gsdlmod

Aedes yang beperan sebagai vektor penyakit semuanya tergolong


Stegomyadengan ciri-ciri tubuh bercorak belang hitam putih pada dada, perut,
tungkai. Corak ini merupakan sisi yang menempel di luar tubuh nyamuk.Corak
putih pada dorsal dada (punggung) nyamuk berbentuk seperti siku yang
berhadapan, sedangkan Ae.albopictus berbentuk lurus di tengah-tengah punggung
(median stripe).Semua ini mudah dilihat dengan mata telanjang.Aedes seperti juga
serangga lainnya yang termasuk ordo diptera, mengalami metamorfosis
lengkap.Stadium-stadiumnya terdiri dari telur, larva (Jentik), pupa (kepompong)
dan nyamuk dewasa.Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan dari telur
menjadi dewasa di laboratorium yang bersuhu 27 0C dan kelembaban udaranya
80%, kurang lebih 10 hari.Waktu 10 hari tersebut juga diperkirakan untuk
keperluan pertumbuhan Ae. aegyptidari telur sampai dewasa di alam bebas.
9

Demikian pula dengan nyamuk Ae. aegypti yang mengalami empat tingkat
pertumbuhan, yaitu stadium telur, stadium jentik, stadium pupa dan stadium
nyamuk dewasa dengan karakteristik fase pertumbuhan sebagai berikut:
1. Stadium Telur
Telur aedes berbentuk elips yang mempunyai permukaan poligonal
(Depkes, 1983).Telur aedes berukuran kecil (± 50 mikron), berwarna
hitam,sepintas lalu tampak bulat panjang dan berbentuk jorong (oval)menyerupai
torpedo.dibawah mikroskop, pada dinding luar (exochorion)telur nyamuk ini,
tampak adanya garis-garis yang membentuk gambaranmenyerupai sarang lebah.
Di alam bebas telur nyamuk ini diletakan satuper satu menempel pada dinding
wadah / tempat perindukan terlihatsedikit diatas permukaan air.Di dalam
laboratorium, terlihat jelas telur-telurini diletakan menempel pada kertas saring
yang tidak terendam airsampai batas setinggi 2-4 cm diatas permukaan air. Di
dalam laboratoriumtelur menetas dalam waktu 1-2 hari, sedangkan di alam bebas
untukpenetasan telur diperlukan waktu yang kurang lebih sama atau dapat
lebihlama bergantung pada keadaan yang mempengaruhi air di
wadah/tempatperindukan, apabila wadah air yang berisi telur mengering, telur
bisa tahan selamabeberapa minggu atau bahkan beberapa bulan. Ketika wadah air
itu berisi air lagidan menutupi seluruh bagian telur , telur itu akan menetas
menjadi jentik.

Gambar 3. Telur Ae. aegypti


Sumber : www.bahangdkk.blogspot.com

2. Stadium Larva
10

Telur Ae. aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga satu bulan
dalam keadaan kering.Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi
larva.Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk
perkembangannya.Kondisi larva saat berkembang dapat mempengaruhi kondisi
nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi
ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih
rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi
menghasilkan nyamuk–nyamuk.
Telur menetas menjadi jentik dan mengalami 4 tingkatan atau
stadium.Bentuk jentik antar stadium disebut instar.Waktu pertumbuhan dari
masing-masing stadium adalah sebagai berikut :
Stadium I : 1 (satu) hari
Stadium II : 1 – 2 hari
Stadium III : 2 (dua) hari
Stadium IV : 2 – 3 hari
Setelah telur menetas tumbuh menjadi larva yang disebut larva stadium I
(instar I). Kemudian larva stadium I ini melakukan 3 kali pengelupasan kulit
(ecdysis atau moulting), berturut-turut menjadi larva stadium 2,3 dan larva
stadium 4. Untuk membedakan larva Ae. aegyptidengan larva nyamuk yang lain
adalah pada tahap larva instar 1, 2 dan 3, larva Ae. aegyptibergerak aktif karena
ingin mendapatkan O2 sebanyak-banyaknya. Sedangkan pada instar 4 larva tidak
bergerak aktif tapi menempel pada dinding yang datar.Larva stadium akhir ini lalu
melakukan pengelupasan kulit dan berubah bentuk menjadi stadium pupa. Larva
stadium 4 berukuran 7 X 4 mm, mempunyai pelana yang terbuka , bulu sifon satu
pasang dan gigi sisir yang berduri lateral. Dalam air di wadah, larva aedes
bergerak sangat lincah dan aktif, dengan memperlihatkan gerakan-gerakan naik ke
permukaan air dan turun ke dasar wadah secara berulang-ulang.Larva Ae.aegypti
dapat hidup di wadah yang mengandung air ber pH 5,8 – 8,6. Jentik dalam kondisi
yang sesuai akan berkembang dalam waktu 6-8 hari dan kemudian berubah
menjadi pupa (kepompong).
Jentik berkembang dalam waktu 6 – 8 hari menjadi pupa yang berbentuk
seperti koma. Lebih dari 2 (dua) hari menjadi nyamuk dewasa, jadi total siklus
11

hidup nyamuk adalah 9 – 12 hari.Jentik nyamuk Ae. aegypti dalam air dapat
dikenali dengan ciri-ciri yaitu berukuran 0,5 – 1 cm dan selalu bergerak aktif
dalam air. Gerakan berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air
dimaksudkan untuk bernapas.Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus
dengan permukaan air.
Ae. aegypti dalam siklus hidupnya mengalami perubahan bentuk
(metamorphos) sempurna yaitu dari telur, jentik (larva), kepompong (pupa) lalu
menjadi nyamuk dewasa.Kontak pertama dengan air merupakan rangsangan bagi
nyamuk untuk meletakkan telurnya.Biasanya telur diletakkan pada dinding bagian
dalam kontainer di permukaan air.Jumlah telur nyamuk Ae. aegypti untuk sekali
bertelur dapat mencapai 300 butir dengan ukuran 5 mm berwarna hitam / gelap.
Selanjutnya jentik berkembang menjadi pupa.Pada tingkat pupa ini tidak
memerlukan makan, tetapi perlu udara.Waktu pertumbuhan nyamuk adalah 1 – 2
hari.Jadi pada umumnya nyamuk jantan menetas lebih dahulu daripada nyamuk
betina. Lalu pupa berkembang menjadi nyamuk dewasa dan tidak lagi hidup
dalam air (Depkes RI, 1995).

Gambar 4. Larva Ae. Agypti


Sumber : http://science.howstuffworks.com
12

Gambar 5. Larva Nyamuk


Sumber : http://medent.usyd.edu.au

3. Stadium Pupa
Pupa larva ini juga sangat khas.PupaAe. aegypti berbeda dengan pupa
serangga lain. Kalau kupu-kupu biasanya bertapa ketika menjadi pupa, nyamuk
justruaktif ke sana ke mari ketika berbentuk pupa.Pupa nyamuk berbentuk seperti
koma.Kepala dan dadanya bersatudilengkapi sepasang terompet
pernapasan.Stadium pupa ini adalah stadium takmakan. Jika terganggu dia akan
bergerak naik turun di dalam wadah air. Dalamwaktu lebih kurang dua hari, dari
pupa akan muncul nyamuk dewasa. Jadi, totalsiklus dapat diselesaikan dalam
waktu 9-12 hari.

Gambar 6. Proses Perkembangan Jentik Nyamuk Aedes aegypti


Sumber : www.informasikesehatan.org
13

Gambar 7.Pupa Ae. aegypti


Sumber : http://www.arbovirus.health.nsw.gov.au

4. Stadium Dewasa
Ciri khusus untuk mengenali nyamuk ini antara lain dari pola hitam putih
di tubuhnya, seperti di kaki dan di perutnya. Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 8. Nyamuk Dewasa sedang Hinggap pada Kulit


Sumber : http://www.klikdokter.com

Tetapi perlu hati-hati, tidak semua nyamuk yang belang-belang adalah


nyamuk Ae. aegypti. Masih ada beberapa ciri khusus lagi yang membedakannya
dengan nyamuk jenis lain. Perhatikan pola di punggungnya.Ae. aegypti memiliki
dua garis putih di tengah dan di sisinya ada dua garis melengkung. Perhatikan
baik-baik di bagian punggung nyamuk ini.Kalau gambar skemanya seperti gambar
di bawah ini.Perhatikan kembali di bagian kepalanya.
14

Cara nunggingnya pun bisa digunakan untuk membedakan nyamuk ini


dengan jenis nyamuk yang lain. Perhatikan kembali gambar skema di bawah ini.

Gambar 9. Perilaku Nyamuk Ae. aegyptisaat Istirahat


Sumber : http://isroi.com

Nyamuk setelah muncul dari kepompong akan mencari pasangan


untukmengadakan perkawinan. Setelah kawin, nyamuk siap mencari darah
untukperkembangan telur demi keturunannya. Nyamuk jantan setelah kawin
akanistirahat, dia tidak menghisap darah tetapi cairan tumbuhan sedangkan
nyamukbetina menggigit dan menghisap darah orang.Berikut adalah daur hidup
Aedes spp dari telur hingga menjadi nyamukdewasa :

Gambar 10. Siklus Hidup Nyamuk Ae.Aegypti


Sumber : http://kesmas-unsoed.blogspot.com
15

2.6 Bionomik (perilaku) Nyamuk Aedes aegypti


Ae. aegyptimerupakan spesies nyamuk yang hidup dan ditemukan
dinegara-negara yang terletak antara 350 lintang utara dan 350 lintang selatanpada
temperatur udara paling rendah sekitar 100 C. Pada musim panas, spesiesini
kadang-kadang ditemukan di daerah yang terletak sampai sekitar 450
lintangselatan. Selain itu, ketahanan spesies ini juga tergantung pada ketinggian
daerahyang bersangkutan dari permukaan laut.Biasanya spesies ini tidak
ditemukan didaerah dengan ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan
laut.Dengan ciri highly anthropophilic dan kebiasaan hidup di dekat manusia.Ae.
aegyptidewasa menyukai tempat gelap yang tersembunyi di dalam rumah
sebagaitempat beristirahatnya, nyamuk ini merupakan vektor efisien bagi
arbovirus. Ae.aegyptijuga mempunyai kebiasaan mencari makan (menggigit
manusia untukdihisap darahnya) sepanjang hari terutama antara jam 08.00-13.00
dan antarajam 15.00-17.00. Sebagai nyamuk domestik di daerah urban, nyamuk
inimerupakan vektor utama (95%) bagi penyebaran penyakit DBD. Jarak
terbangspontan nyamuk betina jenis ini terbatas sekitar 30-50 meter per hari.
Jarakterbang jauh biasanya terjadi secara pasif melalui semua jenis
kendaraantermasuk kereta api, kapal laut dan pesawat udara. Nyamuk Ae.
aegyptihidup dan berkembang biak pada tempat-tempatpenampungan air bersih
yang tidak langsung berhubungan dengan tanah sepertibak mandi, tempayan,
kaleng bekas, tempat minum burung dan lain sebagainya.Umur nyamuk Ae.
aegyptiberkisar 2 minggu sampai 3 bulan atau rata – rata 1,5bulan tergantung dari
suhu, kelembaban sekitarnya. Kepadatan nyamuk akanmeningkat pada waktu
musim hujan dimana terdapat genangan air bersih yangdapat menjadi tempat
untuk berkembang biak. Selain nyamuk Ae. aegypti,penyakit demam berdarah
juga dapat ditularkan oleh nyamuk Ae.albopictus.Tetapi peranan nyamuk ini
dalam menyebarkan penyakit demam berdarahkurang jika dibandingkan nyamuk
Ae. aegypti. Ae. aegyptisuka beristirahat di tempat yang gelap, lembab,
dantersembunyi di dalam rumah atau bangunan termasuk di kamar tidur,
kamarmandi, kamar kecil maupun dapur.Di dalam ruangan, nyamuk suka
beristirahatpada benda-benda yang tergantung seperti pakaian, kelambu, gordyn di
kamaryang gelap dan lembab.
16

Pada umumnya Ae. aegyptilebih menyukai tempat perindukan berupaair


bersih tetapi dari hasil studi oleh beberapa peneliti menguatkan bahwa
telurnyamuk lebih banyak pada ovitrap dengan rendaman jerami padi dari pada
dengan airbersih biasa. Penelitian Karen A Polson menyebutkan adanya
perbedaan jumlahtelur pada ovitrap menggunakan 10% air rendaman jerami padi
dengan ovitrap yangmenggunakan air biasa.Jumlah telur yang dihasilakan lebih
banyak pada 10%air rendaman jerami padi dari pada menggunakan air biasa.

Gambar 11. Nyamuk Ae.aegypti


Sumber : http://pedulidbd.com

Nyamuk memiliki perilaku dan kebiasaan yang berbeda-beda sesuai


jenisnya. Bionomik Ae. aegyptiadalah sebagai berikut:
2.6.1 Kesukaan menggigit/mencari darah
Nyamuk Ae. aegypti adalah nyamuk yang mempunyai sifat yang khas,
menggigit pada waktu siang yaitu pada pagi dan sore hari (Judarwanto, 2007).
a. Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur.
b. Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2-3 kali sehari.
c. Menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari dan lebih suka pada
jam 08.00-12.00 dan jam 15.00-17.00.
d. Untuk mendapatkan darah yang cukup nyamuk betina sering menggigit
lebih dari 1 orang.
e. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter.
f. Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.
17

2.6.2 Kesukaan istirahat


Beberapa aedes mempunyai jarak terbang maksimum 50-100 mil (Brown,
1983).Kebiasaan hinggap dan beristirahat lebih banyak di dalam rumah pada
benda-benda yang bergantungan, berwarna gelap, dan tempat yang terlindungi
(Kurniawan, 2002).
a. Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istiraha sekitar
2-3 hari untuk mematangkan telurnya.
b. Tempat istirahat yang disukai:
1) Tempat-tempat uang lembab dan kurang terang, seperti kamar
mandi, dapur, WC.
2) Di dalam rumah, seperti baju yang digantung, kelambu, tirai.
3) Di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah.

2.6.3 Kesukaan bertelur/berkembangbiak.


Ae. saegypti termasuk nyamuk rumah yang tumbuh dalam genangan air di
sekitar kediaman manusia (Brown, 1983). Nyamuk ini berkembang biak di tempat
penampungan air bersih seperti bak mandi, tempayan, tempat minum burung dan
barang-barang bekas yang dibuang sembarangan yang pada waktu hujan terisi air
(Judarwanto, 2007).
a. Nyamuk Ae. aegypti berkembang biak dan bertelur di tempat
penampungan air bersih, seperti:
b. Telur diletakkan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di
atas permukaan air.
c. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100 butir
telur dengan ukuran sekitar 0,7 mm per butir.
d. Telur ini di tempat kering ( tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan.
e. Telur akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 2 hari terpendam.
f. Jentik nyamuk setelah 6-8 hari akan tumbuh menjadi pupa nyamuk.
g. Pupa nyamuk masih dapat aktif bergerak di dalam air, tetapi tidak makan
dan setelah 1-2 hari akan mncul nyamukAe. aegyptiyang baru.
18

2.7 Vektor DBD


Vektor klasik penyakit DBD adalah jenis nyamuk Ae.aegyptidan Ae.
Albopictusterutama bagi negara Asia, Philipina, dan Jepang sedangkan
Ae.Polynensisdan Ae. Pseudoscutellaristerutama merupakan vektor di negara-
negara kepulauan Pasifik. Vektor DBD di Indonesia adalah nyamuk Ae.
aegyptidanAe.albopictus.

2.8 Penularan Demam Berdarah Dengue


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menularyang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti.
Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkankematian
terutama pada anak dan serta menimbulkan kejadian luar biasa atau
wabah.Penyakit ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat
virusdengue.Orang ini biasanya menunjukan gejala sakit tetapi juga tidak sakit
yaitujika mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue.Jika orang
digigitnyamukAe. aegyptimaka virus akan masuk bersama darah yang dihisapnya.
Didalam tubuh nyamuk itu, virus Dengue akan berkembang biak dengan
caramembelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Dalam waktu
satuminggu jumlahnya dapat mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu
sehinggasiap untuk ditularkan atau dipindahkan kepada orang lain. Selanjutnya
pada waktunyamuk menggigit orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk
(proboscis)menemukan kapiler darah, sebelum darah orang tersebut dihisap
terlebih dahuludikeluarkan air liur dari kelenjar air liur nyamuk agar darah yang
dihisap tidak membeku. Bersama dengan air liur nyamuk Ae. aegyptiyang
membawa virusdengue itu akan terserang penyakit demam berdarah, orang yang
mempunyaikekebalan yang cukup terhadap virus dengue, tidak akan terserang
penyakit ini,meskipun di dalam darahnya terdapat virus tersebut. Sebaliknya pada
orang yangtidak mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, dia
akan sakitdemam ringan bahkan sakit berat yaitu demam tinggi disertai
perdarahan bahkansyok, tergantung dari tingkat kekebalan tubuh yang
dimilikinya. Hingga sekarang telah dapat diisolasi 4 serotipe virus dengue di
Indonesiayaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 ternyata DEN-2 dan DEN-
19

3merupakan serotipe yang paling banyak sebagai penyebab. Nimmannitya


(1975)di Thailand melaporkan bahwa serotipe DEN-2 yang dominan sedangakan
diIndonesia terutama oleh DEN-3 walaupun akhir-akhir ini ada
kecenderungandominasi oleh virus DEN-2.

Gambar 12. Skema Penularan Penyakit DBD


Sumber : http://eug3n14.wordpress.com

2.9 Pengendalian Nyamuk Aedes sp.


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satumasalah
kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlahpenderita
serta semakin luas penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya arusbepergian
dan kepadatan penduduk.Vektor yang paling penting dari virus dengue adalah
nyamuk Ae. aegypti, yang menjadi target utama aktivitas surveilens dan
pengendalian.Spesies lainnya harus dipertimbangkan sebagai pengendalian vektor
hanya jikaterdapat bukti yang dapat dipercaya bahwa nyamuk-nyamuk tersebut
secaraepidemiologi berperan signifikant dalam penyebaran infeksi
dengue.Pengendalian vektor DBD merupakan satu-satunya cara yang
harusdilakukan dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD
untuktujuan memutus mata rantai penularan DBD karena sampai sekarang
obatantivirus dengue dan vaksin untuk DBD belum ditemukan. Pengendalian
vector DBD tersebut antara lain :
1. Pengendalian Biologis
Pengendalian secara biologis untuk mengendalikan populasinyamuk
vektor penyakit masih dipakai dalam skala kecil.Penggunaan ikanpemakan larva
20

(Gambusia affinis dan poecilia reticulate) telah semakinbanyak digunakan untuk


mengendalikan nyamuk An. stephensi, serta Ae. aegyptidi kumpulan air yang
banyak atau container yang besar. Sementarapenggunaan bakteri, terdapat dua
spesies bakteri penghasil endotoksin yaituBacillus thuringiensis serotype H-14
dan Bacillus sphaericus, yang efektifuntuk pengendalian nyamuk. Peran
pemangsa yang dimainkan oleh Copepod crustacea (sejenisudang-udangan) telah
direkomendasikan pada tahun 1930-1950, tetapi 25 evaluasi ilmiah terhadap
metode ini baru dilakukan pada tahun 1980 di Tahiti, Polinesia, Perancis, ternyata
Mesocyclop aspericornis dapat mempengaruhi 99,3% angka kematian larva
nyamuk Aedes (stegomyia) danmasing-masing 9,7% serta 1,9% larva
Cx.quinquefasciatus danToxorhynchities amboinensis.

2. Pengendalian fisik
Pengendalian secara fisik meliputi kegiatan 3 M dan pemasangan
perangkap telur. Cara yang tepat dalam pemberantasan DBD adalah
melakukanPembesihan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu kegiatan yang dilakukan
olehmasyarakat dalam membasmi jentik nyamuk penular DBD dengan cara 3
Myaitu : 1) menguras secara teratur seminggu sekali dan menaburkan bubuk
abateke tempat penampungan air bersih, 2) menutup rapat – rapat
tempatpenampungan air, 3) mengubur atau menyingkirkan kaleng – kaleng
bekas,plastik dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air hujan
sehinggatidak menjadi sarang nyamuk Aedes. Untuk meningkatkan upaya
pecegahan penyakit demam berdarahdengue di Indonesia mulai pada tahun 1998
diselenggarakan “ bulan gerakan 3 Myang dilaksanakan secara serentak di tanah
air. Gerakan 3 M ini sesuai denganpetunjuk Presiden kepada Menteri Kesehatan
hari jumat tanggal 24 April 1998agar 3 M dimasyarakatkan dalam rangka
pencegahan DBD. Adapun pokok-pokok gerakan 3 M tersebut meliputi :
a. Penyuluhan intensif melalui berbagai media seperti TV, radio, surat
kabardan lain-lain serta penyuluhan kelompok maupun penyuluhan tatap
muka oleh kader-kader di desa, tokoh-tokoh masyarakat dan agama.
b. Kerjabakti secara serentak untuk membersihkan lingkungan
termasuktempat-tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari,
21

setiap minggubaik di rumah, sekolah maupun tempat-tempat umum


lainnya.
c. Kunjungan dari rumah ke rumah untuk memeriksa jentik di tempat-
tempatyang dapat menjadi perindukan nyamuk oleh tenaga terlatih dan
menaburkanbubuk abate apabila masih ditemukan jentik nyamuk.
3. Pengendalian kimiawi
Semenjak pergantian abad, zat kimia sudah banyak digunakan
untukmengendalikan nyamuk Ae. aegypti.dalam kampanye pertama terhadap
vector demam kuning di Kuba dan Panama, bersamaan dengan
kampanyepemberantasannya, habitat larva Aedes diberi minyak dan rumah-
rumahdisemprot dengan piretrin. Saat kandungan DDT ditemukan pada tahun
1940,senyawa ini mulai dijadikan metode yang utama di dalam
programpemberantasan nyamuk Ae.aegypti di Amerika.Saat kekebalan terhadap
DDTmuncul di awal tahun 1960-an, insektisida organofosfat, yang mencakup
fenition,malation, dan fenitrotion dipakai untuk mengendalikan populasi
nyamukAe. aegyptidewasa dan temefos sebagai larvasida.Metode yang ada pada
saat iniuntuk menerapkan insektisida mencakup penggunaan larvasida dan
pengasapan 1 ruangan.
Metode perangkap telur autosida (perangkap telur pembunuh)
yangditerapkan pemerintah singapura menunjukan hasil yang memuaskan
sebagaialat pengendali dalam pemberantasan nyamuk Aedes di Bandara
InternasionalChang-i.Sementara itu di Thailand, sarana ini lebih jauh di
modifikasi sebagiperangkap larva-auto (auto-larva trap) dengan menggunakan
benda plastik yangtersedia di daerah itu. Sayangnya akibat kondisi kebiasaan
penyimpanan air yang berlaku di Thailand, teknik ini tidak terlalu efisien untuk
menurunkanpopulasi nyamuk Aedes. Hasil yang lebih baik diharapkan jika jumlah
habitatlarva potensial berkurang, atau semakin banyak perangkap autosidal
yangditempatkan di wilayah dalam pengawasan, atau kedua aktivitas
tersebutdilakukan secara serentak.Dengan demikian, dalam beberapa kondisi
tekniktersebut diyakini dapat lebih ekonomis dan dapat menjadi sarana yang
cepatuntuk menurunkan tingkat kepadatan alami nyamuk betina sekaligus
berperansebagai alat untuk memantau gangguan di wilayah yang tingkat
22

kepadatanpopulasi vektornya sudah menunjukan penurunan.Akan tetapi,


keberhasilanpenerapan metode perangkap nyamuk autosidal ini bergantung pada
jumlah alatyang dipasang, lokasi pemasangan, dan daya tariknya bagi nyamuk
Aedes betinasebagai tempat bertelur.
Penyemprotan dilakukan dua kali dengan jarak waktu satu
mingguPenyemprotan ini dalam waktu singkat dapat membatasi penularan
tetapitindakan ini harus diikuti dengan pemberantasan terhadap jentik-jentik
nyamuk,supaya jumlah nyamuk penular dapat tetap serendah-rendahnya.
Penyemprotan insektisida dilakukan jika ditemukan penderita/tersangka penderita
DBD lain atau sekurang-kurangnya tiga penderita panastanpa sebab jelas.
Sedangkan abatesasi dilaksanakan di desa atau kelurahanendemis terutama di
sekolah dan tempat-tempat umum.Semua tempatpenampungan air di rumah dan
bangunan yang ditemukan jentik Ae. aegyptiditaburi bubuk abate sesuai dengan
dosis 1 sendok makan peres (10 gram) abateuntuk 100 liter air.Penggunaan
insektisida yang berlebihan tidak dianjurkan, karenasifatnya yang tidak spesifik
sehingga akan membunuh berbagai jenis seranggalain yang bermanfaat secara
ekologis. Penggunaan insektisida juga akhirnyamemunculkan masalah resistensi
serangga sehingga mempersulit penanganan dikemudian hari.
Perangkap telur nyamuk (ovitrap) adalah peralatan yang digunakanuntuk
mendeteksi keberadaan nyamuk Ae. aegyptidan Ae.Albopictusjikakepadatan
populasi nyamuk rendah dan survei larva menunjukan hasil yangtidak produktif
(misal Breteau Index kurang dari 5), seperti dalam kondisi yangnormal.
Perlengkapan ini sangat berguna untuk deteksi dini terhadap gangguanyang baru
berlangsung di wilayah dimana nyamuk sebelumnya pernah dibasmi.Untuk alasan
ini perlengkapan tersebut dipakai sebagai alat surveilans di setiappintu masuk
internasional, terutama di Bandara, yang harus memenuhi peraturansanitasi
internasional dan harus terbebas dari vektor.
Sebuah perangkap telurnyamuk yang dilengkapi dengan
rendaman/infusejerami padi telah terbukti sebagaimetode surveilans Ae.
aegyptiyang reproduktif dan efisien di wilayah perkotaandan juga telah terbukti
berguna untuk mengevaluasi program-programpengendalian, misalnya dampak
lingkup penyemprotan insektisida terhadap populasi nyamuk betina dewasa.
23

Perangkap telur nyamuk standar adalah tabung botol kecil bermulutlebar yang
dicat hitam di bagian luarnya.Tabung botol tersebut dilengkapidengan tongkat
kayu yang dijepit vertikal di bagian dalam tabung dengan bagiankasarnya
menghadap ke arah dalam.Tabung separuhnya diisi air danditempatkan di lokasi
yang diduga menjadi habitat nyamuk, biasanya di dalamatau di lingkungan sekitar
rumah.
Perangkap telur yang dikembangkan olehpusat pengendalian wabah
menghasilkan telur Ae.aegypti delapan kali lebihbanyak daripada perangkap telur
nyamuk versi aslinya.Pada metode ini dipakaiperangkap telur nyamuk ganda. Satu
tabung berisi zat yang dapat menarikpenciuman, dibuat dari jerami padi yang
standarnya di rendam selama 7 harisementara tabung yang lain mengandung 10%
pengenceran dari infuse yangsama. Perangkap telur nyamuk biasanya memberikan
hasil setiap minggu tetapiperangkap telur nyamuk temuan baru dapat memberikan
hasil setiap 24 jam.Potongan tongkat kayu diperiksa di bawah mikroskop untuk
menemukan telurAe. aegypti, yang kemudian dihitung dan disimpan.
Di wilayah yang terdapatAe. aegyptimaupun Ae.albopictus, telur harus
ditetaskan dan larva serta nyamukdewasanya diidentifikasi karena telur kedua
spesies tersebut sulit untukdibedakan.Persentase perangkap telur nyamuk yang
positif memberikan datayang sederhana untuk tingkat gangguan, atau jika telur
dihitung, hasilnya dapatmemperkirakan populasi nyamuk betina yang
ada.Belakangan ini ovitrap untuk memantau populasi aedes aegypti telahbanyak
dikembangkan dan lebih diterima sebagai penemuan sensitif.Perangkap ini dapat
digunakan untuk menetapkan Ovitrap Positive Index (OPI)danEgg Density Index
(EDI) sebagai parameter.Teknik ini juga jauh lebihmeningkat dengan penambahan
air rendaman jerami padi untuk meningkatkan dayatarik untuk meningkatkan daya
tarik bagi nyamuk betina dalam meletakantelur.

2.10 Ciri-Ciri Jentik dan Nyamuk Lain


1. Ciri-Ciri Jentik dan Nyamuk Culex
a. Jentik
1) Bentuk siphon langsing dan kecil yang terdapat pada abdomen terakhir
2) Bentuk comb tidak beraturan
24

3) Jentik nyamuk culex membentuk sudut di tumbuhan air (menggantung)


b. Nyamuk
1) Palpi lebih pendek daripada probocis
2) Bentuk sayap simetris
3) Berkembang biak di tempat kotor atau di rawa-rawa
4) Penularanpenyakit dengan cara membesarkan tubuhnya
5) Menyebabkan penyakit filariasis
6) Warna tubuhnya coklat kehitaman.

2. Ciri-Ciri Jentik Dan Nyamuk Mansonia


a. Jentik
1) Bentuk siphon seperti tanduk
2) Jentik nyamuk mansonia menempel pada akar tumbuhan air
3) Pada bagian toraks terdapat stoot spine
b. Nyamuk
1) Pada saat hinggap tidak membentuk sudut 900
2) Bentuk tubuh besar dan panjang
3) Bentuk syap asimetris
4) Menyebabkan penyakit filariasis
5) Penularan penyakit dengan cara membesarkan tubuhnya
6) Warna tubuhnya coklat kehitaman
3. Ciri-Ciri Jentik Dan Nyamuk anopheles
a. Jentik
1) Tidak memiliki siphon
2) Jentik nyamuk anopheles akan sejajar dipermukaan air kotor
3) Pada bagian thoraks terdapat stoot spine
b. Nyamuk
1) Bentuk tubuh kecil dan pendek
2) Antara palpi dan proboscis sama panjang
3) Menyebabkan penyakit malaria
4) Pada saat hinggap membentuk sudut 900
5) Warna tubuhnya coklat kehitaman
25

6) Bentuk sayap simetris


7) Berkembang biak di air kotor atau tumpukan sampah

2.11 Survei Perangkap Telur (Ovitrap)


Survei perangkap telur dilakukan dengan cara memasang ovitrap, yaitu
wadah yang berupa bejana seperti potongan bambu, kaleng, botol plastik, dan
lain-lain yang bagian dalamnya dicat warna hitam kemudian diberi air
secukupnya. Setelah itu dimasukkan padel berupa potongan bilah bambu atau kain
yang tenunannya kasar dan berwarna gelap ke dalam bejana sebagai tempat
meletakkan telur bagi nyamuk.Ovitrap dapat diletakkan di dalam dan di luar
rumah pada tempat yang gelap dan lembab.Pemeriksaan ada tidaknya telur
nyamuk di padel dapat dilakukan 1 minggu kemudian (Ditjen P2M & PL, 2007).
Ovitrap Index dapat diketahui dengan melakukan penghitungan sebagai
berikut (Ditjen P2M & PL, 2007):
Jumlah padel yang mengandung telur
———————————————— x 100%
Jumlah padel yang diperiksa

Kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti dapat diketahui secara lebih


tepat dengan mengumpulkan telur-telur yang terdapat pada padel dan menghitung
jumlahnya dengan perhitungan sebagai berikut:
Jumlah telur
————————————— = ..... telur per ovitrap
Jumlah ovitrap yang digunakan
26

BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Lokasi dan Waktu


3.1.2 Lokasi
Kegiatan prakitum ini akan dilakukan di belakang kampus Stikes bhakti
Husada Mulia Madiun tepatnya dibawah tempat tidur kayu bekas lalu
dipasang 2 buah ovitrap berisi larutan campuran gula pasir dan bubuk ragi
dan rendaman jerami. Peletakan ovitrap dilakukan pada tempat yang gelap
dan lembab, seperti bawah tempat tidur.

3.1.2 Waktu
Praktikum dimulai pada hari senin tanggal 14 Maret 2015 sampai
dengan hari minggu 20 Maret 2015 kita meletakkan pada tempat yang telah
ditentukan lalu didiamkan selama 1(satu) minggu, untuk melihat nyamuk
yang sudah terperangkap dalam ovitrap tersebut.
Rencana Jadwal Kegiatan :
Tanggal Kegiatan
Membuat ovitrap, air larutan campuran gula pasir
14/03/2012
dengan bubuk ragi.
16/03/2012 Meletakkan ovitrap pada titik yang sudah ditentukan.
17/03/2012 Memantau ovitrap.
18/03/2012 Memantau ovitrap.
19/03/2012 Memantau ovitrap.
20/03/2012 Pemeriksaan jentik nyamuk.

3.2 Prosedur Kerja


1. Penentuan lokasi peletakan ovitrap.
2. Persiapan alat dan bahan.
a. Pembuatan ovitrap
1) Alat dan bahan :
a) Botol plastik sebanyak 8 buah
27

b) Kertas saring atau kasa nyamuk


c) Lakban
d) Label
e) Alat tulis
f) Cutter atau gunting
2) Cara pembuatan :
a) Menyiapkan alat dan bahan.
b) Melakban botol plastik.
c) Memasang kertas saring atau kasa nyamuk pada botol
plastik.
d) Melakukan pelabelan.
b. Pembuatan air rendaman jerami padi
1) Alat dan bahan :
a) Jerami padi 125 gram
b) Air sebanyak 15 L
c) Ember
d) Plastik
e) Timbangan
2) Cara pembuatan :
a) Menyiapkan alat dan bahan.
b) Mencampur jerami padi kering dengan air dalam satu
wadah (ember).
c) Menutup ember dengan plastik.
d) Menyimpan rendaman jerami padi selama 7 hari.
e) Air rendaman jerami padi siap digunakan pada ovitrap.

Gambar 13.Pembuatan Ovitrap Berisi Air Rendaman Jerami Padi


Sumber : http://banjarejo.multiply.com
28

Keterangan :
Step1
Pasang kasa nyamuk pada ember
Step2
Isi ember dengan air rendaman jerami padi hingga 1/3 tinggi kasa nyamuk
tergenang air
Step3
Sebaiknya tempatkan di tempat yang gelap dan di sudut ruangan
Step4
Setelah satu minggu anda bisa memeriksa ovitrap.Ganti air dan bersihkan
kasa nyamuk setiap seminggu sekali.
PERINGATAN : Ganti airnya secara rutin. Jika tidak, ada kemungkinan,
bukannya menjadi perangkap, justru malah menjadi peternakan nyamuk.

c. Pembuatan larutan campuran gula pasir dengan bubuk ragi


1) Alat dan bahan :
a) Air sebanyak 200 ml
b) 50 gram gula pasir
c) 1 gram bubuk ragi
d) Timbangan
e) Botol plastik berukuran 2 liter
2) Cara pembuatan :
a) Menyiapkan alat dan bahan.
b) Mencampur air panas dengan gula pasir, dinginkan.
c) Menuang larutan ke dalam botol, menambahkan bubuk ragi.
d) Larutan siap digunakan pada ovitrap.
29

Gambar 14. Pembuatan Ovitrap Berisi Larutan Campuran Gula Pasir dengan
Bubuk Ragi

Keterangan :

Step1
Potong Botol seperti gambar diatas. Simpan bagian atasnya untuk langkah ke 4

Step2
Campur 200ml air panas dengan 50 gram gula. Lalu dinginkan air gula menjadi
40 derajat.

Step3
Tuangkan air gula kedalam botol dan tambahkan bubuk ragi. Anda tidak perlu
mencampurnya karena akan beraksi berangsur-angsur dengan gula untuk
memproduksi CO2.

Step4
Masukkan bagian atas botol ke bagian bawahnya seperti terlihat pada
gambar.Usahakan sekencang mungkin (tidak longgar), agar gas CO2 yang
diproduksi hanya keluar melalui lubang tengah saja.

Step5
Lapisi dengan kertas hitam untuk membuat bagian dalam botol menjadi gelap,
sehingga disukai oleh nyamuk.
30

Tips:
Sebaiknya tempatkan di tempat yang gelap dan tempatkan disudut ruangan.Ganti
air gula dan ragi setiap 2 minggu sekali.
Peralatan lain yang diperlukan :
1. Kaca pembesar
Digunakan untuk memeriksa keadaan kertas saring pada ovitrap sehingga
dapat diketahui telur yang telah menempel pada kertas saring dalam ovitrap.
2. Mikroskop
Digunakan untuk mengetahui jenis telur nyamuk Aedes sp. yang
terperangkap.
3. Kamera
Digunakan untuk dokumentasi kegiatan.
3. Pelaksanaan kegiatan
a. Meletakkan ovitrap pada lokasi yang telah ditentukan.
b. Melakukan pemantauan pada ovitrap, adakah telur yang menempel.
c. Menunggu hingga telur menetas menjadi larva.
d. Melakukan pemeriksaan jentik nyamuk menggunakan mikroskop.

3.3 Rincian Biaya


Rincian biaya yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Botol plastik (8 buah) : Rp. 4.000,00
2. Lakban :Rp. 6.000,00
3. Kasa Nyamuk :Rp. 10.000,00
4. Ragi 4 bungkus : Rp. 12.000,00
5. Gula pasir 200 gr : Rp. 4.000,00
+
Jumlah Rp. 36.000,00
31

BAB 4
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Ovitrap


Praktikum ini dilakukan di area Kampus Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun Berikut area penempatan ovitrap :
1. Kampus Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
a. Dibawah kolong tempat tidur kayu bekas
Tempat ini banyak terdapat bangku-bangku yang rusak, tidak ada
penerangan ataupun celah untuk cahaya matahari masuk sehingga
dirasa cocok untuk ditempatkan ovitrap.
b. Kamar mandi kantin
Tempat ini agak gelap dan lembab
Setiap tempat dipasang 1 macam ovitrap yaitu ovitrap berisi air gula dan
ragi dan ovitrap air rendaman jerami padi.
Ragi yang digunakan adalah ragi tape, karena ragi tape lebih bisa
menguraikan gula, tidak menggunakan ragi tempe karena dapat membuat
tumbuhnya jamur.
Ovitrap air rendaman jerami padi diberikan beberapa batang jerami padi
untuk menjaga kestabilan kandungan mineral.

4.2 Hasil Pengamatan


Dalam pengamatan praktikum ini yang kami amati adalah ada tidaknya
jentik nyamuk, serta pada hari terakhir dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk Ae.
aegypti dengan menggunakan mikroskop. Variabel jumlah jentik nyamuk kami
masukkan dalam pengamatan untuk memastikan bahwa di ovitrap ada nyamuk
yang singgah atau bertelur. Berikut replikasi dan hasil praktikum yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
32

a. Pengamatan dilakukan tiap hari pada siang hari sekitar pukul 10.00
WIB
b. Penempatan dimulai pada tanggal 14 Maret 2015 sekitar pukul 11.00
WIB sampai tanggal 20 Maret 2015 sekitar pukul 10.00 WIB
c. Tempat
Kampus Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
1. Dibawah kolong tempat tidur kayu bekas
2. Dekat kamar mandi kantin
d. Keterangan Ovitrap
Ovitrap dengan kode A berisi air gula dan ragi
Ovitrap dengan kode B berisi air rendaman jerami padi

Berikut tabel hasil pengamatan :

Hari ke-
Tempat Ovitrap
1 2 3 4 5 6 7
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada   Tidak   Tidak Tidak
A jentik jentik jentik jentik ada ada jentik
jentik jentik
Bawah Tidak ada Tidak ada Ada 2 2 jentik 5 jentik 7 jentik 8 jen
kolong jentik jentik nyamuk 1 Ae.
B mati di aegyp
permukaa
n
Tidak ada Tidak ada   Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada 1
jentik jentik ada jentik jentik jentik jentik nyam
Kamar A mati
mandi perm
kantin
Tidak ada Tidak ada Tidak ada  1 jentik 4 jentik  5 jentik  5 jen
B jentik jentik jentik

Berdasarkan tabel pengamatan diatas, didapatkan hasil jentik nyamuk


Ae. aegypti semua terdapat pada ovitrap jenis B. Jentik paling banyak juga
terdapat pada ovitrap jenis B, hal tersebut menunjukkan ovitrap dengan air
rendaman jerami padi lebih disukai nyamuk untuk bertelur.
33

4.3 Pengamatan Dengan Mikroskop


Pengamatan pada hari terakhir dilakukan dengan menggunakan mikroskop.
Larutan pada ovitrap disaring dengan kertas saring, jentik yang tersaring diperiksa
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x. Berikut adalah peralatan yang
dibutuhkan :

Gambar 15. Alat dan Bahan Pengamatan Jentik dengan Mikroskop

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat jentik


nyamuk Ae. aegypti atau tidak. Selain itu kertas saring juga diperiksa untuk
melihat apakah ada telur nyamuk, namun kami tidak melihat adanya telur nyamuk
pada semua jenis ovitrap yang dipasang.

4.4 Ovitrap Index


A. Ovitrap Indexuntuk ovitrap jenis air gula dan ragi :

Jumlah padel yang mengandung telur


= ———————————————— x 100%
Jumlah padel yang diperiksa

= 2 x 100%
4
= 50 %
34

B. Ovitrap Index untuk ovitrap jenis air rendaman jerami padi

Jumlah padel yang mengandung telur


= ———————————————— x 100%
Jumlah padel yang diperiksa

4
= x 100%
4
= 100 %

Jumlah padel yang mengandung telur adalah jumlah ovitrap di setiap


tempat yang terdapat jentik nyamuk. Jadi perbandingan ovitrap index untuk
ovitrap jenis air gula dan ragi dan ovitrap jenis air rendaman jerami 1 : 2. Nilai
ovitrap index untuk ovitrap jenis air rendaman jerami padi lebih tinggi daripada
ovitrap jenis air gula dan ragi.

Dikarenakan kami tidak dapat mendapatkan telur nyamuk maka kepadatan


populasi nyamuk tidak dapat diketahui.

4.5 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa lokasi yang
dijadikan tempat untuk bertelur oleh nyamuk Aedes aegypti adalah kolong bawah
tempat tidur kayu dan dekat kamar mandi kantin. Sedangkan jenis air yang
menjadi tempat bertelur adalah air rendaman jerami 10%. Sesuai teori yang telah
diuraikan tentang bionomic (perilaku) nyamuk Aedes aegypti bahwa nyamuk ini
memiliki kebiasaan hidup di dekat manusia dan menyukai tempat gelap serta
lembab yang tersembunyi di dalam bangunan seperti kamar mandi dan dapur.
Nyamuk ini berkembang biak di tempat penampungan air bersih dan yang tidak
langsung kontak dengan tanah.
35

Hasil studi dari beberapa peneliti menguatkan bahwa telur nyamuk lebih
banyak pada ovitrap dengan rendaman jerami padi daripada air bersih biasa.
Peneliti Karen A. Polsone menyebutkan adanya perbedaan jumlah telur pada
ovitrap dengan rendaman jerami 10% daripada campuran gula pasir dengan ragi.
Hal ini dikarenakan hanya nyamuk Aedes aegypti jantan yang tertarik pada ovitrap
dengan campuran gula pasir dan ragi karena nyamuk jantan menjadikan cairan
tumbuhan atau air gula sebagai sumber makanan, sedangkan nyamuk betina hanya
menghisap darah untuk mendapatkan makanan. Selain itu, ovitrap dengan
rendaman jerami 10% telah dikembangkan oleh Pusat Pengendalian Wabah
dimana ovitrap dengan rendaman jerami padi selama tujuh hari dapat memberikan
hasil setiap 24 jam.
36

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Dapat melakukan pembuatan ovitrap dengatn air gula dan ragi serta
ovitrap dengan air rendaman jerami padi 10%.
2. Jumlah jentik yang paling banyak dan terdapat jentik Ae. aegypti adalah
ovitrap dengan air rendaman jerami padi.
3. Ovitrap jenis rendaman air jerami padi 10% lebih efektif dan efisien serta
cocok digunakan dikalangan rumah tangga

5.2 Saran
1. Praktikum selanjutnya dapat menggunakan kadar air rendaman jerami
berbagai variasi untuk mengetahui kadar yang paling efektif.
2. Menggunakan variasi bahan ovitrap untuk lebih mengetahui bahan apa
yang paling disukai nyamuk.
37

DAFTAR PUSTAKA

Agnesa, Adnan. 2011. Makalah Bionomik Nyamuk (Pengendalian Vektor


Epidemiologi). Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman.
http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2011/03/makalah-bionomik-nyamuk-
pengendalian.html (sitasi 10 Maret 2012)

Banjarejo. 2008. Gambar Perangkap


Nyamuk.http://banjarejo.multiply.com/journal?&page_start=40 (sitasi 12
Maret 2012)

Brown, Harold W. 1983. Dasar Parasitologi Klinis Edisi Ketiga. Jakarta : PT.
Gramedia

Depkes. 2010. Pedoman Teknis Pengawasan Vektor di Pelabuhan. Subdit


Kesehatan Pelabuhan Direktorat Epidemiologi dan Karantina Ditjen P3M

Fajarmuda, Didik. 2004. Hubungan Peran Serta Masyarakat dalam


Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Index Jentik Aedes aegypti (di
Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya. Surabaya:
Universitas Airlangga

Freudenrich, Craig. 2009. How Mosquito Work.


http://science.howstuffworks.com/environmental/life/zoology/insects-
arachnids/mosquito2.htm (sitasi 10 Maret 2012)

ICPMR. Department Medical Entomology. 2002. Aedes aegypti Pupa Photos.


http://www.arbovirus.health.nsw.gov.au/mosquit/photos/aedes_aegypti_pu
pa.jpg (sitasi 10 Maret)

Informasi Kesehatan. 2010. Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengan


Pemeriksaan Jentik. http://www.informasikesehatan.org/pencegahan-
penyakit-demam-berdarah-dengan-pemeriksaan-jentik.html (sitasi 10
Maret 2012)

Judarwanto, Widodo. 2007. Profil Nyamuk Aedes dan Pembasmiannya.


www.medicastore.com (sitasi 6 Maret 2009)

Klik Dokter. 2008. Virus Dengue.


http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/218/demam-dengue
(sitasi 10 Maret 2012)
38

Kurniawan, Bayu. 2002. Pengaruh Warna Ovitrap Sebagai Tempat Perindukan


Nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Airlangga Kecamatan Gubeng Kota
Surabaya. Surabaya: Universitas Airlangga

Luhulima. ZB Bahang. 2008. Telur Aedes aegypti & Ae. Albopictus Tahan
Kering.http://bahangdkk.blogspot.com/2008/01/telur-aedes-aegypti-ae-
albopictus-tahan.html (sitasi 10 Maret 2012)

Luhulima. ZB Bahang. 2009. Beberapa Cara Untuk Mencegah Penularan


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
http://pedulidbd.com/tag/virus-dengue (sitasi 10 Maret 2012)

Meta. 2009. Demam Berdarah Dengue.


http://eug3n14.wordpress.com/2009/06/01/demam-berdarah-dengue-dbd/
(sitasi 10 Maret 2012)

Muhammat. 2009. Cara Lebih Arif Menangani Demam Berdarah Dengue (DBD).
http://isroi.com/2009/02/22/cara-lebih-arif-menangani-demam-berdarah-
dengue-dbd/?like=1 (sitasi 10 Maret 2012)

New Zealand Library. 2002. Vector Control – Methods for Use by Individuals
and Communities (WHO, 1997, 425 p). http://www.nzdl.org/gsdlmod
(sitasi 12 Maret 2012)

Rosyidi, Agam. 2007. Mosquito Trap (Perangkap Nyamuk).


http://rosyidi.com/mosquito-trap/ (sitasi 7 Maret 2012)

Russell. Richard C. 2000. Mosquito Larvae Photos.Sydney : University of


Sydneyhttp://medent.usyd.edu.au/photos/larvae_photographs.htm (sitasi
10 Maret 2012)

Wikipedia Bahasa Indonesia. Aedes aegypti.


http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti (sitasi 6 Maret 2012)

WHO. 1997. Vector Control – Methods for use by Individuals and communities

WHO. 1999. Demam Berdarah Dengue : diagnosis, pengobatan dan pencegahan,


EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai