BAB 1
PENDAHULUAN
banyak mineral tapi O2. Ovitrap dicat hitam dan disimpan di tempat lembap agar
disukai nyamuk. Alat sederhana ini harus dapat memancing nyamuk agar bertelur
di sana. Nyamuk dewasa akan bertelur pada permukaan atas ovitrap. Kemudian,
telur akanmasuk ke dalam air di penampung. Larva dan pupa masih dapat hidup di
ovitrap itu, namun saat berkembang menjadi dewasa, nyamuk tak akan dapat
keluar dari ovitrap karena terhalang ram kawat hingga akhirnya mati.
Metode perangkap nyamuk dengan ovitrap ini lebih efektif jika diterapkan
pada daerah yang sering menjadi sarang nyamuk Ae. aegypti. Dalam praktikum
kesehatan lingkungan ini akan dilakukan pembuatanovitrap dan
membandingkanovitrap menggunakan 10% air rendaman jerami padi dengan
campuran gula pasir dan bubuk ragi serta mengidentifikasikan jentik nyamuk
Ae.aegypti.Gula pasir dan bubuk ragi digunakan karena campuran tersebut dapat
menjadi media berkembangnya larva dan pupa Ae. aegypti.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mempraktikkan pembuatan ovitrap dan pemeriksaan jentik nyamuk
Ae.aegypti.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mempraktikkan pembuatan ovitrap dengan 10% air rendaman jerami
padi dan campuran gula pasir dengan bubuk ragi.
2. Mengetahui jenis air yang disukai nyamuk Ae. Aegypti untuk bertelur.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum sebagai berikut.
1. Dapat melakukan proses pembuatan ovitrap.
2. Mengetahui jenis air yang disukai nyamuk Ae. aegyptidalam bertelur.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yang terbesar dan pada bagian atas disebut skutum yang digunakan untuk
menyesuaikan saat terbang.Sepasang sayap terletak pada mesotoraks.Nyamuk
memiliki sayap yang panjang, transparan dan terdiri atas percabangan-
percabangan (vena) dan dilengkapi dengan sisi.Abdomen nyamuk tediri atas
sepuluh segmen, biasanya yang terlihat segmen pertama hingga segmen ke
delapan, segmen-segmen terakhir biasanya termodifikasi menjadi alat
reproduksi.Nyamuk betina memiliki 8 segmen yang lengkap
(Lestari,2010).Seluruh segmen abdomen berwarna belang hitam putih,
membentuk pola tertentu dan pada betina ujung abdomen membentuk titik
(meruncing) (Sayono,2008).
Secara morfologis Ae. aegyptiberukuran tubuh kecil (Nurhayati,2005).
Panjang 3-4 mm dan bintik hitam dan putih pada badan, kaki dan mempuntai ring
putih di kaki (Depkes RI,2004).Namun, dapat dibedakan dari strip putih yang
terdapat pada bagian skutumnya. Skutum Ae. aegypti berwarna hitam dengan dua
strip putih sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung
berwarna putih. (Supartha,2008).
nyamuk hidup di dalam air, sedangkan pada stadium dewasa, nyamuk hidup
beterbangan (Depkes).
Demikian pula dengan nyamuk Ae. aegypti yang mengalami empat tingkat
pertumbuhan, yaitu stadium telur, stadium jentik, stadium pupa dan stadium
nyamuk dewasa dengan karakteristik fase pertumbuhan sebagai berikut:
1. Stadium Telur
Telur aedes berbentuk elips yang mempunyai permukaan poligonal
(Depkes, 1983).Telur aedes berukuran kecil (± 50 mikron), berwarna
hitam,sepintas lalu tampak bulat panjang dan berbentuk jorong (oval)menyerupai
torpedo.dibawah mikroskop, pada dinding luar (exochorion)telur nyamuk ini,
tampak adanya garis-garis yang membentuk gambaranmenyerupai sarang lebah.
Di alam bebas telur nyamuk ini diletakan satuper satu menempel pada dinding
wadah / tempat perindukan terlihatsedikit diatas permukaan air.Di dalam
laboratorium, terlihat jelas telur-telurini diletakan menempel pada kertas saring
yang tidak terendam airsampai batas setinggi 2-4 cm diatas permukaan air. Di
dalam laboratoriumtelur menetas dalam waktu 1-2 hari, sedangkan di alam bebas
untukpenetasan telur diperlukan waktu yang kurang lebih sama atau dapat
lebihlama bergantung pada keadaan yang mempengaruhi air di
wadah/tempatperindukan, apabila wadah air yang berisi telur mengering, telur
bisa tahan selamabeberapa minggu atau bahkan beberapa bulan. Ketika wadah air
itu berisi air lagidan menutupi seluruh bagian telur , telur itu akan menetas
menjadi jentik.
2. Stadium Larva
10
Telur Ae. aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga satu bulan
dalam keadaan kering.Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi
larva.Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk
perkembangannya.Kondisi larva saat berkembang dapat mempengaruhi kondisi
nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi
ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih
rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi
menghasilkan nyamuk–nyamuk.
Telur menetas menjadi jentik dan mengalami 4 tingkatan atau
stadium.Bentuk jentik antar stadium disebut instar.Waktu pertumbuhan dari
masing-masing stadium adalah sebagai berikut :
Stadium I : 1 (satu) hari
Stadium II : 1 – 2 hari
Stadium III : 2 (dua) hari
Stadium IV : 2 – 3 hari
Setelah telur menetas tumbuh menjadi larva yang disebut larva stadium I
(instar I). Kemudian larva stadium I ini melakukan 3 kali pengelupasan kulit
(ecdysis atau moulting), berturut-turut menjadi larva stadium 2,3 dan larva
stadium 4. Untuk membedakan larva Ae. aegyptidengan larva nyamuk yang lain
adalah pada tahap larva instar 1, 2 dan 3, larva Ae. aegyptibergerak aktif karena
ingin mendapatkan O2 sebanyak-banyaknya. Sedangkan pada instar 4 larva tidak
bergerak aktif tapi menempel pada dinding yang datar.Larva stadium akhir ini lalu
melakukan pengelupasan kulit dan berubah bentuk menjadi stadium pupa. Larva
stadium 4 berukuran 7 X 4 mm, mempunyai pelana yang terbuka , bulu sifon satu
pasang dan gigi sisir yang berduri lateral. Dalam air di wadah, larva aedes
bergerak sangat lincah dan aktif, dengan memperlihatkan gerakan-gerakan naik ke
permukaan air dan turun ke dasar wadah secara berulang-ulang.Larva Ae.aegypti
dapat hidup di wadah yang mengandung air ber pH 5,8 – 8,6. Jentik dalam kondisi
yang sesuai akan berkembang dalam waktu 6-8 hari dan kemudian berubah
menjadi pupa (kepompong).
Jentik berkembang dalam waktu 6 – 8 hari menjadi pupa yang berbentuk
seperti koma. Lebih dari 2 (dua) hari menjadi nyamuk dewasa, jadi total siklus
11
hidup nyamuk adalah 9 – 12 hari.Jentik nyamuk Ae. aegypti dalam air dapat
dikenali dengan ciri-ciri yaitu berukuran 0,5 – 1 cm dan selalu bergerak aktif
dalam air. Gerakan berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air
dimaksudkan untuk bernapas.Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus
dengan permukaan air.
Ae. aegypti dalam siklus hidupnya mengalami perubahan bentuk
(metamorphos) sempurna yaitu dari telur, jentik (larva), kepompong (pupa) lalu
menjadi nyamuk dewasa.Kontak pertama dengan air merupakan rangsangan bagi
nyamuk untuk meletakkan telurnya.Biasanya telur diletakkan pada dinding bagian
dalam kontainer di permukaan air.Jumlah telur nyamuk Ae. aegypti untuk sekali
bertelur dapat mencapai 300 butir dengan ukuran 5 mm berwarna hitam / gelap.
Selanjutnya jentik berkembang menjadi pupa.Pada tingkat pupa ini tidak
memerlukan makan, tetapi perlu udara.Waktu pertumbuhan nyamuk adalah 1 – 2
hari.Jadi pada umumnya nyamuk jantan menetas lebih dahulu daripada nyamuk
betina. Lalu pupa berkembang menjadi nyamuk dewasa dan tidak lagi hidup
dalam air (Depkes RI, 1995).
3. Stadium Pupa
Pupa larva ini juga sangat khas.PupaAe. aegypti berbeda dengan pupa
serangga lain. Kalau kupu-kupu biasanya bertapa ketika menjadi pupa, nyamuk
justruaktif ke sana ke mari ketika berbentuk pupa.Pupa nyamuk berbentuk seperti
koma.Kepala dan dadanya bersatudilengkapi sepasang terompet
pernapasan.Stadium pupa ini adalah stadium takmakan. Jika terganggu dia akan
bergerak naik turun di dalam wadah air. Dalamwaktu lebih kurang dua hari, dari
pupa akan muncul nyamuk dewasa. Jadi, totalsiklus dapat diselesaikan dalam
waktu 9-12 hari.
4. Stadium Dewasa
Ciri khusus untuk mengenali nyamuk ini antara lain dari pola hitam putih
di tubuhnya, seperti di kaki dan di perutnya. Perhatikan gambar di bawah ini.
2. Pengendalian fisik
Pengendalian secara fisik meliputi kegiatan 3 M dan pemasangan
perangkap telur. Cara yang tepat dalam pemberantasan DBD adalah
melakukanPembesihan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu kegiatan yang dilakukan
olehmasyarakat dalam membasmi jentik nyamuk penular DBD dengan cara 3
Myaitu : 1) menguras secara teratur seminggu sekali dan menaburkan bubuk
abateke tempat penampungan air bersih, 2) menutup rapat – rapat
tempatpenampungan air, 3) mengubur atau menyingkirkan kaleng – kaleng
bekas,plastik dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air hujan
sehinggatidak menjadi sarang nyamuk Aedes. Untuk meningkatkan upaya
pecegahan penyakit demam berdarahdengue di Indonesia mulai pada tahun 1998
diselenggarakan “ bulan gerakan 3 Myang dilaksanakan secara serentak di tanah
air. Gerakan 3 M ini sesuai denganpetunjuk Presiden kepada Menteri Kesehatan
hari jumat tanggal 24 April 1998agar 3 M dimasyarakatkan dalam rangka
pencegahan DBD. Adapun pokok-pokok gerakan 3 M tersebut meliputi :
a. Penyuluhan intensif melalui berbagai media seperti TV, radio, surat
kabardan lain-lain serta penyuluhan kelompok maupun penyuluhan tatap
muka oleh kader-kader di desa, tokoh-tokoh masyarakat dan agama.
b. Kerjabakti secara serentak untuk membersihkan lingkungan
termasuktempat-tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari,
21
Perangkap telur nyamuk standar adalah tabung botol kecil bermulutlebar yang
dicat hitam di bagian luarnya.Tabung botol tersebut dilengkapidengan tongkat
kayu yang dijepit vertikal di bagian dalam tabung dengan bagiankasarnya
menghadap ke arah dalam.Tabung separuhnya diisi air danditempatkan di lokasi
yang diduga menjadi habitat nyamuk, biasanya di dalamatau di lingkungan sekitar
rumah.
Perangkap telur yang dikembangkan olehpusat pengendalian wabah
menghasilkan telur Ae.aegypti delapan kali lebihbanyak daripada perangkap telur
nyamuk versi aslinya.Pada metode ini dipakaiperangkap telur nyamuk ganda. Satu
tabung berisi zat yang dapat menarikpenciuman, dibuat dari jerami padi yang
standarnya di rendam selama 7 harisementara tabung yang lain mengandung 10%
pengenceran dari infuse yangsama. Perangkap telur nyamuk biasanya memberikan
hasil setiap minggu tetapiperangkap telur nyamuk temuan baru dapat memberikan
hasil setiap 24 jam.Potongan tongkat kayu diperiksa di bawah mikroskop untuk
menemukan telurAe. aegypti, yang kemudian dihitung dan disimpan.
Di wilayah yang terdapatAe. aegyptimaupun Ae.albopictus, telur harus
ditetaskan dan larva serta nyamukdewasanya diidentifikasi karena telur kedua
spesies tersebut sulit untukdibedakan.Persentase perangkap telur nyamuk yang
positif memberikan datayang sederhana untuk tingkat gangguan, atau jika telur
dihitung, hasilnya dapatmemperkirakan populasi nyamuk betina yang
ada.Belakangan ini ovitrap untuk memantau populasi aedes aegypti telahbanyak
dikembangkan dan lebih diterima sebagai penemuan sensitif.Perangkap ini dapat
digunakan untuk menetapkan Ovitrap Positive Index (OPI)danEgg Density Index
(EDI) sebagai parameter.Teknik ini juga jauh lebihmeningkat dengan penambahan
air rendaman jerami padi untuk meningkatkan dayatarik untuk meningkatkan daya
tarik bagi nyamuk betina dalam meletakantelur.
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1.2 Waktu
Praktikum dimulai pada hari senin tanggal 14 Maret 2015 sampai
dengan hari minggu 20 Maret 2015 kita meletakkan pada tempat yang telah
ditentukan lalu didiamkan selama 1(satu) minggu, untuk melihat nyamuk
yang sudah terperangkap dalam ovitrap tersebut.
Rencana Jadwal Kegiatan :
Tanggal Kegiatan
Membuat ovitrap, air larutan campuran gula pasir
14/03/2012
dengan bubuk ragi.
16/03/2012 Meletakkan ovitrap pada titik yang sudah ditentukan.
17/03/2012 Memantau ovitrap.
18/03/2012 Memantau ovitrap.
19/03/2012 Memantau ovitrap.
20/03/2012 Pemeriksaan jentik nyamuk.
Keterangan :
Step1
Pasang kasa nyamuk pada ember
Step2
Isi ember dengan air rendaman jerami padi hingga 1/3 tinggi kasa nyamuk
tergenang air
Step3
Sebaiknya tempatkan di tempat yang gelap dan di sudut ruangan
Step4
Setelah satu minggu anda bisa memeriksa ovitrap.Ganti air dan bersihkan
kasa nyamuk setiap seminggu sekali.
PERINGATAN : Ganti airnya secara rutin. Jika tidak, ada kemungkinan,
bukannya menjadi perangkap, justru malah menjadi peternakan nyamuk.
Gambar 14. Pembuatan Ovitrap Berisi Larutan Campuran Gula Pasir dengan
Bubuk Ragi
Keterangan :
Step1
Potong Botol seperti gambar diatas. Simpan bagian atasnya untuk langkah ke 4
Step2
Campur 200ml air panas dengan 50 gram gula. Lalu dinginkan air gula menjadi
40 derajat.
Step3
Tuangkan air gula kedalam botol dan tambahkan bubuk ragi. Anda tidak perlu
mencampurnya karena akan beraksi berangsur-angsur dengan gula untuk
memproduksi CO2.
Step4
Masukkan bagian atas botol ke bagian bawahnya seperti terlihat pada
gambar.Usahakan sekencang mungkin (tidak longgar), agar gas CO2 yang
diproduksi hanya keluar melalui lubang tengah saja.
Step5
Lapisi dengan kertas hitam untuk membuat bagian dalam botol menjadi gelap,
sehingga disukai oleh nyamuk.
30
Tips:
Sebaiknya tempatkan di tempat yang gelap dan tempatkan disudut ruangan.Ganti
air gula dan ragi setiap 2 minggu sekali.
Peralatan lain yang diperlukan :
1. Kaca pembesar
Digunakan untuk memeriksa keadaan kertas saring pada ovitrap sehingga
dapat diketahui telur yang telah menempel pada kertas saring dalam ovitrap.
2. Mikroskop
Digunakan untuk mengetahui jenis telur nyamuk Aedes sp. yang
terperangkap.
3. Kamera
Digunakan untuk dokumentasi kegiatan.
3. Pelaksanaan kegiatan
a. Meletakkan ovitrap pada lokasi yang telah ditentukan.
b. Melakukan pemantauan pada ovitrap, adakah telur yang menempel.
c. Menunggu hingga telur menetas menjadi larva.
d. Melakukan pemeriksaan jentik nyamuk menggunakan mikroskop.
BAB 4
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
a. Pengamatan dilakukan tiap hari pada siang hari sekitar pukul 10.00
WIB
b. Penempatan dimulai pada tanggal 14 Maret 2015 sekitar pukul 11.00
WIB sampai tanggal 20 Maret 2015 sekitar pukul 10.00 WIB
c. Tempat
Kampus Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
1. Dibawah kolong tempat tidur kayu bekas
2. Dekat kamar mandi kantin
d. Keterangan Ovitrap
Ovitrap dengan kode A berisi air gula dan ragi
Ovitrap dengan kode B berisi air rendaman jerami padi
Hari ke-
Tempat Ovitrap
1 2 3 4 5 6 7
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak Tidak Tidak
A jentik jentik jentik jentik ada ada jentik
jentik jentik
Bawah Tidak ada Tidak ada Ada 2 2 jentik 5 jentik 7 jentik 8 jen
kolong jentik jentik nyamuk 1 Ae.
B mati di aegyp
permukaa
n
Tidak ada Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada 1
jentik jentik ada jentik jentik jentik jentik nyam
Kamar A mati
mandi perm
kantin
Tidak ada Tidak ada Tidak ada 1 jentik 4 jentik 5 jentik 5 jen
B jentik jentik jentik
= 2 x 100%
4
= 50 %
34
4
= x 100%
4
= 100 %
4.5 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa lokasi yang
dijadikan tempat untuk bertelur oleh nyamuk Aedes aegypti adalah kolong bawah
tempat tidur kayu dan dekat kamar mandi kantin. Sedangkan jenis air yang
menjadi tempat bertelur adalah air rendaman jerami 10%. Sesuai teori yang telah
diuraikan tentang bionomic (perilaku) nyamuk Aedes aegypti bahwa nyamuk ini
memiliki kebiasaan hidup di dekat manusia dan menyukai tempat gelap serta
lembab yang tersembunyi di dalam bangunan seperti kamar mandi dan dapur.
Nyamuk ini berkembang biak di tempat penampungan air bersih dan yang tidak
langsung kontak dengan tanah.
35
Hasil studi dari beberapa peneliti menguatkan bahwa telur nyamuk lebih
banyak pada ovitrap dengan rendaman jerami padi daripada air bersih biasa.
Peneliti Karen A. Polsone menyebutkan adanya perbedaan jumlah telur pada
ovitrap dengan rendaman jerami 10% daripada campuran gula pasir dengan ragi.
Hal ini dikarenakan hanya nyamuk Aedes aegypti jantan yang tertarik pada ovitrap
dengan campuran gula pasir dan ragi karena nyamuk jantan menjadikan cairan
tumbuhan atau air gula sebagai sumber makanan, sedangkan nyamuk betina hanya
menghisap darah untuk mendapatkan makanan. Selain itu, ovitrap dengan
rendaman jerami 10% telah dikembangkan oleh Pusat Pengendalian Wabah
dimana ovitrap dengan rendaman jerami padi selama tujuh hari dapat memberikan
hasil setiap 24 jam.
36
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dapat melakukan pembuatan ovitrap dengatn air gula dan ragi serta
ovitrap dengan air rendaman jerami padi 10%.
2. Jumlah jentik yang paling banyak dan terdapat jentik Ae. aegypti adalah
ovitrap dengan air rendaman jerami padi.
3. Ovitrap jenis rendaman air jerami padi 10% lebih efektif dan efisien serta
cocok digunakan dikalangan rumah tangga
5.2 Saran
1. Praktikum selanjutnya dapat menggunakan kadar air rendaman jerami
berbagai variasi untuk mengetahui kadar yang paling efektif.
2. Menggunakan variasi bahan ovitrap untuk lebih mengetahui bahan apa
yang paling disukai nyamuk.
37
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Harold W. 1983. Dasar Parasitologi Klinis Edisi Ketiga. Jakarta : PT.
Gramedia
Luhulima. ZB Bahang. 2008. Telur Aedes aegypti & Ae. Albopictus Tahan
Kering.http://bahangdkk.blogspot.com/2008/01/telur-aedes-aegypti-ae-
albopictus-tahan.html (sitasi 10 Maret 2012)
Muhammat. 2009. Cara Lebih Arif Menangani Demam Berdarah Dengue (DBD).
http://isroi.com/2009/02/22/cara-lebih-arif-menangani-demam-berdarah-
dengue-dbd/?like=1 (sitasi 10 Maret 2012)
New Zealand Library. 2002. Vector Control – Methods for Use by Individuals
and Communities (WHO, 1997, 425 p). http://www.nzdl.org/gsdlmod
(sitasi 12 Maret 2012)
WHO. 1997. Vector Control – Methods for use by Individuals and communities