Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI NYAMUK

Mata Kuliah : Pengenalan Vektor dan Reservoir Penyakit


Dosen Pengampu : Irfanul Chakim, S.KM, Ph.D.Sc

Nama : Novita Eva Amalia


NIM : A2A022014

Hari/tanggal Praktikum : Senin, 23 Oktober 2023

PRODI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyamuk adalah organisme hidup yang terdapat melimpah di alam hampir semua
tempat, dianggap merugikan karena gigitannya mengganggu kehidupan manusia dan
menularkan berbagai pe-nyakit. Di Indonesia adalah daerah yang memiliki iklim
tropis dan menjadi salah satu tempat perkembangbiakan beberapa jenis nyamuk.
Penularan penyakit akibat nyamuk sebagai vektor dapat dengan mudah berkembang
di Indonesia, dikarenakan kepadatan nyamuk di Indonesia menjadi faktor tingginya
jumlah penyakit yang penularannya dibawa oleh nyamuk (Ndione dkk., 2007). Selain
itu karena pada suatu tempat terdapat vektor penyakit, manusia yang rentan penyakit,
dan lingkungan yang mendukung kehidupan nyamuk atau tempat perindukan
(perkembangbiakan) yang sesuai (Andiyatu, 2005). Perindukan nyamuk sebagai
parasit dapat berlangsung pada tempat yang berbeda-beda, seperti pada genangan air,
rawa, tempat pembuangan air, dan tampungan air minum hewan. Semakin tinggi
sumber nutrisi yang tersedia dari banyaknya hospes dan dukungan lingkungan sekitar,
maka nyamuk sebagai vektor penyakit juga akan berkembang dengan baik. Di
Indonesia pernah dilaporkan terdapat lebih dari 457 jenis nyamuk dan 18 marga.
Jenis-jenis tersebut di dominasi oleh marga aedes, anopheles dan culex yang
mencapai 287 jenis. Adapun penyakit yang ditularkan oleh vektor di Indonesia
diantaranya terdapat penyakit malaria, demam berdarah, filariasis, chikungunya, dll.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengidentifikasi jenis nyamuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nyamuk Aedes
Nyamuk aedes merupakan nyamuk yang aktif pada siang hari. Spesies nyamuk aedes
merupakan vektor penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD) ditularkan oleh
nyamuk aedes aegypti. Siklus hidup nyamuk ini beupa telur, larva/jentik, pupa dan
dewasa. Nyamuk aedes berkembang biak dalam air bersih tertampung dalam
kontainer bekas seperti botol plastik, kaleng bekas, ban mobil bekas, tempurung, bak
air penampungan yang terbuka, dll. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai
saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang cenderung
meningkat dari tahun ke tahun, baik jumlah pasien maupun luas penyebarannya.
Vektor utama demam berdarah dengue adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penyebaran Aedes sp ke daerah pedesaan dikaitkan dengan pembangunan sistem
persediaan air bersih dan perbaikan sarana transportasi. Kepadatan populasi Aedes sp.
di lingkungan berfluktuasi bergantung pada tingkat curah hujan, suhu, kelembaban
dan kebiasaan penyimpanan air. Kepadatan Aedes sp. dapat dinilai berdasarkan indeks
ovitrap yaitu persentase jumlah ovitrap.

B. Nyamuk Anopheles
Banyaknya penemuan nyamuk Anopheles dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik,
kimia dan biologi. Nyamuk akan bertahan jika lingkungannya optimal, maka
perkembangbiakannya akan cepat dan memperbesar kontak dengan manusia sehingga
berdampak pada resiko penularan semakin besar. Terdapat lebih dari 90 spesies
nyamuk anopheles di Indonesia. Curah hujan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi banyaknya penemuan nyamuk Anopheles. Nyamuk anopheles
mempunyai ukuran badan sekitar 3,5-5 mm, badannya bersisik, pada kepala
mempunyai dua antena, mempunyai tiga pasang kaki, dan dua pasang sayap pada
dada(toraks). Nyamuk ini umumnya menggigit pada malam hari dengan puncaknya
menghisap darah pada jam 21.00-22.00 dan sering hinggap di dinding rumah atau
kandang. Siklus hidup nyamuk anopheles adalah telur, larva, pupa, nyamuk dewasa.
Nyamuk anopheles memiliki tempat favorit untuk beristirahat dan dipengaruhi oleh
sinar matahari, seperti anopheles sundaicus menyukai tempat yang teduh, anopheles
Punctulatus dan anopheles Hyrcanus menyukai tempat yang terbuka.
C. Nyamuk Culex
Nyamuk culex adalah salah satu jenis nyamuk yang berada di Indonesia, nyamuk ini
mempunyai tubuh yang rapuh dan berukuran kecil sekitar 4-13 mm. Ciri-ciri nyamuk
culex dewasa adalah berwarna hitam belang-belang putih, kepala berwarna hitam
dengan putih pada ujungnya dan pada bagian thorak terdapat 2 garis putih berbentuk
kurva (Astuti, 2011). Nyamuk ini disebut nocturnal atau memiliki kebiasaan
menggigit manusia dan hewan utamanya pada malam hari. Jenis nyamuk seperti
Culex pipiens dapat menularkan penyakit filariasis (kaki gajah), ensefalitis, dan virus
chikungunya (Sembel, 2009). Nyamuk Culex sp memiliki siklus hidup sempurna
mulai dari telur, larva, pupa, dan imago (dewasa)

BAB III
KEGIATAN PRAKTIKUM
A. Alat dan bahan
a. Alat
1.) Mikroskop
2.) cawan petri
3.) selang penghisap nyamuk
b. Bahan
1.) Sample nyamuk
2.) chloroform
3.) Kain kasa
B. Prosedur kerja
a. Langkah pertama yaitu dengan mengambil nyamuk menggunakan aspirator
nyamuk
b. Lalu nyamuk dipindahkan kedalam botol
c. Ambil kapas dan basahi menggunakan chloroform
d. Tunggu nyamuk sampai pingsan, lalu pindahkan nyamuk ke cawan petri
e. Amati dengan mikroskop.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Dalam praktikum diberikan 2 sampel jenis nyamuk yaitu anopheles dan culex.
Masing-masing diidentifikasi

Gambar ini diidentifikasi sebagai nyamuk culex karena badannya berwarna coklat,
pada sayap terdapat bulu-bulu, bagian abdomen belang-belang dan bagian paling
bawah berbentuk kotak.

Gambar ini diidentifikasi sebagai nyamuk anopheles karena badannya berwarna


hitam, sayapnya terdapat belang hitam-putih, kakinya lebih kecil, bagian abdomen
paling bawah lonjong.
BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan identifikasi diatas, terdapat dua jenis nyamuk yaitu nyamuk anopheles
dan culex.

DAFTAR PUSTAKA

1. SINULINGGA HEB. PENGARUH SERBUK DAUN CENGKEH (SYZIGIUM


AROMATICUM) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK AEDES SP.
2022;
2. Rahayu DF, Ustiawan A. Taksonomi Aedes. Balaba J Litbang Pengendali Penyakit
Bersumber Binatang Banjarnegara. 2013;9(1):7-10.
3. Shidqon MA. Bionomik Nyamuk Culex sp Sebagai Vektor Penyakit Filariasis
Wuchereria bancrofti (Studi di Kelurahan Banyurip Kecamatan Pekalongan Selatan
Kota Pekalongan Tahun 2015). Vol. 6, Jurnal Pena Medika. 2016. 1-59 p.
4. Putranto NT. KERAGAMAN SPESIES, KEPADATAN VEKTOR, DAN
KEBERADAAN SPOROZOIT PADA Anopheles spp DI DAERAH ENDEMIK
MALARIA (Studi di Desa Jatirejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo). J
Kesehat Masy. 2019;9-25.

Anda mungkin juga menyukai