PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi nyamuk Anopheles spp
2. Mengetahui morfologi nyamuk Anopheles spp
3. Mengetahui siklus hidup nyamuk Anopheles spp
4. Mengetahui perilaku hidup nyamuk Anopheles spp
5. Mengetahui faktor lingkungan yang memengaruhi perkembangbiakan
nyamuk Anopheles spp
6. Mengetahui penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Anopheles spp
7. Mengetahui penegndalian yang dapat dilakukan pada nyamuk
Anopheles spp
BAB II
ISI
B. Morfologi
Gambar 2.1
Larva Anopheles sp: (1. a) Thorax, (1.b) Palmate hairs, dan (1.
c) Ventral brush.
C. Siklus Hidup
Nyamuk mempunyai siklus hidup melalui empat stadium yaitu
stadium telur, larva, pupa dan nyamuk dewasa. Sehingga nyamuk
dikelompokan insekta golongan bermetamorfosa sempurna. Stadium telur,
larva dan pupa dari nyamuk ini hidup dan berkembang biak di dalam air.
Stadium telur berukuran dengan panjang 6 mm dan lebar 1,25 mm, dengan
sisi ada pelampung, menetas setelah 12 hari dalam keadaan normal Telur
nyamuk berkisar antara 100 sampai 300 butir (rata-rata 150 butir sekali
bertelur) kemudian menetas jadi larva yang mengalami perkembangan (4
instar) selama 4 sampai 8 hari. Kemudian berkembang menjadi pupa, selama
2-3 hari dan menjadi dewasa. Nyamuk betina Anopheles mempunyai umur
rata-rata 25,6 hari, khusus nyamuk betina An .aconitus dapat mencapai umur
8-41 hari dengan rata-rata 24 hari. Nyamuk jantan maupun betina dapat
bertahan hidup sekitar 25 hari: 50% nyamuk jantan hidup lebih dari 13 hari
dan nyamuk betina lebih dari 12 hari (Stojanovicj, C.J and Scoth, H. 1996).
Tempat perindukan nyamuk Anopheles spp adalah genangan air, baik air
tawar maupun air payau, tergantung pada jenis nyamuknya. Air tidak boleh
tercemar dan harus selalu berhubungan dengan tanah. Tempat perindukan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kadar garam, kejernihan dan flora.
Tempat perindukan di perairan tawar berupa sawah, mata air, terusan, kanal,
genangan di tepi sungai, bekas jejak kaki, roda kenderaan, dan bekas lobang
galian (Ernayanti dkk, 2010).
1. Lingkungan Fisik
a. Suhu
Suhu udara mempengaruhi panjang pendeknya siklus
perkembangbiakan nyamuk. Menurut Thomson dalam Marsaulina
(2002), waktu tetas telur Anopheles sangat dipengaruhi oleh suhu air
pada tempat perindukannya, makin tinggu suhu air maka waktu tetas
akan semakin singkat.
b. Kelembaban
Kelembaban dapat mempengaruhi perkembangan nyamuk Anopheles
karena kelambaban yang rendah dapat memperpendek umur nyamuk.
Di Punjab, India Universitas Sumatera Utarakelembaban paling rendah
63 % untuk memungkinkan terjadinya penularan. Kelembaban
mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit,
istirahat nyamuk. Rata-rata kelembaban minimal adalah 60%, relatif
kelembaban tertinggi bagi hidup nyamuk memungkinkan lebih lama
dalam mentransmisi infeksi pada beberapa orang (Marsaulina, 2002).
c. Hujan
Hujan mempengaruhi terjadinya breeding places. Curah hujan yang
berlebihan dapat mengubah aliran kecil air menjadi aliran deras hingga
banyak larva dan pupa serta telur terbawa oleh arus air. Menurut
Depkes RI dalam Marsaulina (2002) nyamuk Anopheles
berkembangbiak dalam jumlah besar.
d. Sinar Matahari
Menurut penelitian Ompusunggu dkk (1992) larva An.sundaicus dan
An.subpictus hampir selalu ditemukan bersama-sama di lagun yang
berjarak 0-10 meter dari pantai. Kondisi lagun pada saat penemuan
kedua spesies ini adalah sebagai berikut: lebih sering ditemukan di air
bersih daripada air kotor, hampir selalu ada algae, lebih sering dengan
bahan-bahan terapung, hampir selalu ada sinar matahari langsung
(Ompusunggu dkk, 1992).
Menurut Depkes dalam Marsaulina 2002 pengaruh sinar matahari
terhadap larva nyamuk berbeda-beda. An. sundaicus lebih suka tempat
yang sedikit cahaya matahari sebaliknya An. hyrcanus lebih menyukai
tempat terbuka, An. barbirostris dapat hidup baik di tempat teduh
maupun terang. Cahaya matahari langsung akan membuat keadaan
yang tidak meyenangkan bagi aktivitas nyamuk.
e. Arus air
Arus air mempengaruhi perkembangan nyamuk Anopheles karena arus
air yangt deras dapat merusak tempat perindukan nyamuk. Larva
An.maculatus mempunyai habitat khusus yaitu di parit atau sungai
kecil berbatu dengan air mengalir perlahan atau tanpa aliran pada
daerah pegunungan (Marsaulina, 2002).
f. Kedalaman Air
Jentik Anopheles mampu berenang pada permukaan air paling dalam 1
meter, maka tempat-tempat dengan kedalaman lebih 1 meter tidak
ditemukan jentik Anopheles spp (Marsaulina, 2002).
2. Lingkungan Kimia
a. Salinitas
Menurut Takken dalam Marsaulina (2002), berbagai spesies
nyamuk Anopheles spp. Dapat digolongkan menurut kandungan garam
dari air di habitatnya ada tiga, yaitu spesies air asin, air payau, ataupun
air tawar. Salinitas optimum untuk perkembangan Anopheles
sundaicus di Indonesia adalah 12-180/0o. Berdasarkan penelitian
Ompusunggu (1992) di Kabupaten Sikka, Flores menemukan larva
Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus hidup pada kadar garam
yang sangat bervariasi antara 2,2-3 0/0o. Salinitas optimum ini tidak
selalu sama di berbagai tempat untuk perkembangan Anopheles
sundaicus. Larva An. barbirostris lebih sering ditemukan di sungai
yang mengalir dan lagun dengan kadar garam berkisar antara 0,2-
100/0o. Larva An. vagus ditemukan mampu hidup pada lagun dengan
kadar garam 0,4-5,0 0/0o (Ompusunggu, 1992).
Anopheles sundaicus yang dikenal sebagai vektor malaria disana
banyak ditemukan di sawah, kolam-kolam yang tidak terpelihara dan
genangan air di sekitar rumah yang banyak ditumbuhi lumut. Salinitas
0 o.
air sekitar 15-28 /
0 Bone-Webster dan Swellengrebel dalam
Ompusunggu (1992) menyatakan bahwa larva jenis nyamuk An.
sundaicus bisa hidup mulai dari air tawar hingga air payau yang
berkadar garam 8,6 0/0o atau lebih (Blondini dkk, 2003).
b. pH dan Karbondioksida (CO2)
pH air mempengaruhi tempat perindukan nyamuk Anopheles
spp. Menurut Marsaulina (2002) derajat keasaman (pH) air digunakan
dalam pengaturan respirasi dan sistem enzim dalam tubuh larva
nyamuk. pH air sangat bervariasi dengan bertambahnya kedalaman,
pH cenderung menurun (Marsaulina, 2002).
Penurunan pH diduga berhubungan dengan kandungan CO2
karena setiap pertambahan kedalaman air konsentrasi CO2 juga akan
bertambah. Pada perairan yang telah tercemar oleh bahan organik
kandungan CO2. CO2 ini semakin tinggi sehingga meracuni kehidupan
organisme perairan. Karbondioksida di tempat perindukan larva
Anopheles umumnya tidak ada korelasinya secara langsung terhadap
kehidupan larva. Hal ini disebabkan oleh larva Anopheles hidup di
permukaan air dengan spirakelnya selalu berontak dengan udara bebas,
sehingga larva mengambil oksigen untuk pernafasannya langsung dari
udara bebas.
3. Lingkungan Biologi
a. Vegetasi air
Vegetasi air dapat mempengaruhi kehidupan larva seperti pohon
bakau, ganggang. Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai
jenis tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk
karena dapat menghalangi sinar matahari (Irsanya, 2005).
Menurut Rao dalam Marsaulina (2002) tumbuhan air di tempat
perindukan sangat berperan terhadap keberadaan larva nyamuk
Anopheles. Hal ini disebabkan oleh tumbuhan air dapat berfungsi
sebagai tempat penambatan diri bagi larva nyamuk saat beristirahat di
atas permukaan air, tempat berlindung dari arus air dan serangan
predator.
b. Hewan Predator
Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala
timah (panchax sp.), gambusia, nila, mujahir dan lain-lain akan
mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Coelentarata adalah
hidra air tawar yang dapat menghancurkan larva instar pertama dan
instar kedua di tempat perkembangbiakan nyamuk dalam air
tergenang. Serangga pemangsa di air, larva Dyscidae dan
Hydrophilidae (Coleoptera) adalah musuh dari nyamuk (Marsaulina,
2002).
c. Makanan
Lingkungan tempat perindukan nyamuk, khususnya larva
nyamuk Anopheles banyak ditemukan di perairan dangkal karena
berhubungan dengan cara makan dan ketersediaan bahan makanan
yang terdapat di permukaan air (Marsaulina, 2002). Larva nyamuk
bergantung pada mikroorganisme yang menjadi makanannya,
zooplankton dan fitoplankton. Pada stadium pupa tidak memerlukan
makanan, karena pupa merupakan stadium yang inaktif. Meskipun
demikian, proses kehidupan tetap ada karena pupa tetap memerlukan
zat asam (O2) yang masuk ke dalam tubuhnya melalui corong nafas.
Stadium ini memerlukan waktu kira-kira 1-2 hari.
A. Kesimpulan
1. Anopheles spp termasuk ke dalam kelas insectisida
2. Larva nyamuk Anopheles spp terdiri dari thorax, palmate hairs dan
ventral brush.
3. Nyamuk Anopheles spp mempunyai siklus hidup yang melalui empat
stadium, yaitu stadium telur, larva, pupa dan nyamuk dewasa.
4. Perilaku hidup nyamuk Anopheles spp adalah menggigit pada malam
hari.
5. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk
Anopheles spp adalah lingkungan fisik (suhu, kelembaban, hujan, sinar
matahari, arus air, dan kedalaman air), lingkungan kimia (salinitas, ph,
dan CO2) dan lingkungan biologi (vegetasi air, predator, hewan
makanan).
6. Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles spp salah
satunya adalah malaria.
7. Pengendalian yang dapat dilakukan pada nyamuk Anopheles spp adalah
pengendalian yang mungkin dan sudah dilakukan, pengendalinan dengan
cara kimia, dan pemanfaatan ekstrak daun zodiak.
B. Saran
Perlu penanganan yang adekuat terhadap perkembangbiakan nyamuk
Anopheles spp sebagai vektor penyebab penyakit malaria dengan cara
memutuskan mata rantai kehidupan nyamuk melalui pola hidup bersih yang
perlu diterapkan di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anisa Jamil, Sayono SKM, M Kes (Epid), Mifbhakhudin SKM, M Kes. (2010).
Efekifitas Daya Tolak Ekstrak Daun Zodia untuk Nyamuk Anopheles Sp
(Kajian Variasi Dosis Dan Waktu Kontak di Laboratorium). Digital
library universitas muhamadiyah semarang.
Depkes RI. 2001. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pemberantas Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman (DITJEN.PPM dan PLP).
Depkes RI. 2004. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Jakarta: Ditjen
P2MPL.
Suwito, dkk. 2010. Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk Anopheles dan Kejadian
Penyakit Malaria.Jurnalentomol Indonesia.Vol. 7.No. 1.
Vytilingam, I., Chiang, G.L. and Shing, K.I. Bionomic of important mosquito
vector in Malaysia. Southeast Asean. J. Trop.Public. Hlth.