PENDAHULUAN
(a) (b)
(c)
Gambar 3. (a)Larva Instar I; (b) Larva Instar II;
(c)Larva Instar III
(Sumber : Dept.Medical Entomology, 2000)
c. Stadium pupa Aedes aegypyti
Pada stadium pupa tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu
cephalothorax yang lebih besar dan abdomen. Bentuk tubuh
membengkok. Pupa tidak memerlukan makan dan akan berubah
menjadi dewasa dalam 2 hari. Dalam pertumbuhannya terjadi proses
pembentukan sayap, kaki dan alat kelamin (Depkes RI, 2007).
Gambar 9. Pengumpulan daun Mahkota Dewa yang sesuai dengan kriteria dan
pembersihan daun Mahkota Dewa menggunakan lap bersih
Gambar 10. Proses penimbangan daun Mahkota Dewa yang telah dibersihkan
dengan menggunakan neraca analitik kemudian di potong daun Mahkota Dewa
secara kasar
Gambar 11. Proses pengadukkan ekstrak dengan sendok kayu searah jarum jam
dengan kecepatan sedang selama 5 menit kemudian diamkan selama 24 jam
Gambar 12. Penyaringan ekstrak daun mahkota dewa secara kasar dan halus
4.1.4 Pembuatan larutan konsentrasi ekstrak uji dan kontrol
Gambar 16. Pemasukkan larva instar III yang telah disiapkan secara
bersamaan ke dalam larutan esktrak yang telah dibuat dengan berbagai
konsentrasi kemudian ditutup dengan kain kasa.
4.1.6 Pengamatan hasil
Pada Waktu Kontak 24 jam
Pada waktu Kontak 48 jam
Tabel Pengamatan
Tabel 2.
Distribusi Kematian Larva Aedes Aegypti Instar III Dalam Waktu Kontak 24-48
Jam Dengan Ekstrak Daun Mahkota Dewa
Jumlah Larva Waktu Kontak
Konsentrasi
Sebelum Diuji 24 jam 48 jam
Kontrol (+) 10 ekor 10 ekor 10 ekor
Kontrol (-) 10 ekor 0 ekor 0 ekor
10% 10 ekor 2 ekor 2 ekor
25% 10 ekor 7 ekor 8 ekor
50% 10 ekor 10 ekor 10 ekor
75% 10 ekor 10 ekor 10 ekor
100% 10 ekor 10 ekor 10 ekor
25
20 10 10 10 10
15 8
10 10 10 10 10
7
5 2
2
0 0
10% 25% 50% 75% 100% Kontrol + Kontrol -
KONSENTRASI EKSTRAK
24 jam 48 jam
5.2 Pembahasan
Hasil penelitian pada control positif (abate) waktu kontak 24 jam
ditemukan kematian larva 10 ekor atau semuanya. Berdasarkan Depkes
(2010) bahwa pengendalia yang paling sering digunakan saat ini adalah
pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan insektisida karena
memiliki efek kerja yang lebih efektif dan hasilnya cepat terlihat jika
dibandingkan dengan pengendalian biologis. Temephos (abate) merupakan
larvasida standard WHO yang digunakan di seluruh dunia. Mekanisme
kerjanya menembus dinding larva dan menginhibisi cholinesterase
sehingga menghambat impuls saraf larva. Temephos dapat menimbulkan
efek samping terhadap lingkungan dan organisme di sekitarnya. Pada
manusia, temephos juga dapat menginhibisi cholinesterase dan
mengoverstimulasi saraf sehingga menyebabkan mual, pusing,
kebingungan, dan pada konsentrasi yang sangat tinggi, dapat menyebabkan
paralisis dan kematian.. Hasil pengamatan pada konsentrasi 10% ekstrak
daun mahkota dewa waktu kontak 24 jam dan 48 jam didapatkan kematian
larva adalah 2 ekor. Hasil pengamatan pada konsentrasi 25% ekstrak daun
mahkota dewa waktu kontak 24 jam didapatkan kematian larva adalah 7
ekor dan dalam waktu kontak 48 jam didapatkan kematian larva adalah 8
ekor. Hasil pengamatan pada konsentrasi 50%, 75%, serta 100% ekstrak
daun mahkota dewa waktu kontak 24 jam dan 48 jam didapatkan kematian
larva adalah 10 ekor atau mati semua.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, yaitu persentase
kematian larva Aedes aegypti yang meningkat dengan semakin tingginya
konsentrasi ekstrak menunjukkan adanya efek toksik dari ekstrak daun
mahkota dewa terhadap larva Aedes aegypti. Pada kontrol negatif (0 ppm)
tidak terdapat kematian larva. Apabila terdapat kematian pada kontrol
negative dan persentase kematian diatas 10%, maka penelitian harus
diulangi.
Penelitian ini menggunakan larvasida nabati dari ekstrak daun
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Beberapa senyawa aktif dalam daun
mahkota dewa yang diperkirakan memiliki efek larvasida terhadap larva
Ae.aegypti adalah Alkaloid, Saponin , Flavonoid dan Polifenol. Senyawa
alkaloid bekerja dengan cara menganggu sistem kerja saraf (neuromuscular
toxic) larva, menghambat daya makan larva dan bertindak sebagai racun
perut.16 Senyawa ini bersifat basa dan merupakan senyawa pola
Menurut Setyaningrum, senyawa aktif saponin memiliki efek kerja
menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva
sehingga dinding traktus digestivus larva menjadi korosif dan proses
metabolisme mengalami gangguan. Senyawa flavonoid bekerja dengan cara
menghambat makan dan bersifat toksis untuk serangga. Sedangkan senyawa
polifenol memiliki efek kerja sebagai inhibitor pencernaan serangga.
Timbulnya efek larvasida ekstrak daun mahkota dewa yaitu akibat senyawa-
senyawa aktif yang terkandung dalam daun mahkota dewa bekerja secara
resultan terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.
Pada penelitian ini menggunakan pelarut aquadest. Aquadest
mampu menjadi pelarut yang digunakan dalam pembuatan ekstrak daun
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) yaitu pada proses maserasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adhli, Efek Larvasida Ekstrak Etanol Buah Mentah Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa) Terhadap Larva Aedes aegypti.2010.vol. 2, no. 02 166-32
DepkesRI. 2010. Perilaku Hidup Nyamuk Aedes aegypti Sangat Penting Diketahui
Dalam Melakukan Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Termasuk
Pemantauan Jentik Berkala.
Depkes RI. 2007. INSIDE ( Inspirasi dan Ide) Litbangkes P2B2 vol II : Aedes
aegypti Vampir Mini yang Mematikan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Depkes RI. Jakarta.
Harmanto, N. 2001. Mahkota Dewa: Obat Pusaka Para Dewa. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Iskandar A, Winarsih S, Endarto O. Uji Efek Larvasida Ekstrak Daun Mahkota Dewa
( Phaleria macrocarpa) terhadap Larva Culex sp. 2006
Wullur AC, Schaduw J, Wardhani ANK. Identifikasi Alkaloid pada Daun Sirsak (
Annona muricata L.). Manado: Farmasi Poltekes Kemenkes. 2012.