Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Nyamuk (Diptera: Culicidae) merupakan vektor beberapa penyakit
baik pada hewan maupun manusia. Banyak penyakit pada hewan dan manusia
dalam penularannya mutlak memerlukan peran nyamuk sebagai vektor dari
agen penyakitnya, seperti filariasis dan malaria. Sebagian spesies nyamuk dari
genus Anopheles dan Culex yang bersifat zoofilik berperan dalam penularan
penyakit pada binatang dan manusia, tetapi ada juga spesies nyamuk
antropofilik yang hanya menularkan penyakit pada manusia. Salah satu
penyakit yang mempunyai vektor nyamuk adalah Demam Berdarah Dengue.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat terhadap jumlah
penderita dan semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Penyakit demam yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti selain demam berdarah dengue
(Dengue Hemorrhagic Fever) adalah demam yang dikenal sebagai
Cikungunyah (Break Bone Fever) di Indonesia (Supartha,2008).
Aedes aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit ini, karena
hidupnya di dalam dan di sekitar rumah, sedangkan Aedes albopictus di
kebun, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia. Menurut WHO tahun
2006, Indonesia pernah mengalami kasus terbesar (53%) DBD pada tahun
2005 di Asia Tenggara yaitu 95.270 kasus dan kematian 1.298 orang (CFR =
1,36 %).
Penyebaran penyakit DBD di suatu kawasan harus dikontrol sehingga
penyakit tersebut mendapat penanganan yang tepat. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk mengontrol penyebaran penyakit yaitu dengan
melakukan pemetaan vektor penyakit tersebut. Belum ditemukannya obat dan

vaksin untuk mengatasi penyakit DBD mengakibatkan cara pencegahan


melalui pemutusan rantai penularan dengan mengendalikan populasi vektor
penyakit menjadi penting (Lestari,2010).

1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6

Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan nyamuk Aedes aegypti?
Bagaimanakah morfologi dari nyamuk Aedes aegypti?
Bagaimanakah morfologi dari telur nyamuk Aedes aegypti?
Bagaimanakah siklus hidup dari nyamuk Aedes aegypti?
Bagaimanakah tempat hidup dari nyamuk Aedes aegypti?
Bagaimanakah cara pencegahan penyakit oleh nyamuk Aedes aegypti?

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6

Tujuan
Untuk mengetahui lebih yang dimaksud dengan nyamuk Aedes aegypti.
Untuk mengetahui morfologi dari nyamuk Aedes aegypti.
Untuk mengetahui morfologi dari telur nyamuk Aedes aegypti.
Untuk mengetahui siklus hidup dari nyamuk Aedes aegypti.
Untuk mengetahui tempat hidup dari nyamuk Aedes aegypti
Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit oleh nyamuk Aedes aegypti.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aedes aegypti
Aedes aegypti merupakan
virus dengue penyebab
aegypti juga

jenis

nyamuk

penyakit demam

merupakan

pembawa

yang

berdarah.

virus demam

dapat

membawa

Selain dengue ,
kuning

(yellow

Aedes
fever)

dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah
tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, Aedes aegypti merupakan
pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan
siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit demam
berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara
mengendalikan

jenis

ini

untuk

membantu

mengurangi

persebaran

penyakit demam berdarah.


Aedes aegypti dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Golongan
Filum
Klas
Ordo
Familly
Genus

: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Diptera
: Culicidae
: Aedes

2.2 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti


Nyamuk memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki panjang dan
merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo
Diptera dan family Culicidae. Nyamuk jantan berukuran lebih kecil daripada
nyamuk betina. Tubuh nyamuk terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan
perut.

Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes aegypti


Nyamuk memiliki sepasang antena berbentuk filiform berbentuk
panjang dan langsing serta terdiri atas 15 segmen. Antena dapat digunakan
sebagai kunci untuk membedakan kelamin pada nyamuk dewasa. Antena
nyamuk jantan lebih lebat daripada nyamuk betina. Bulu lebat pada nyamuk
jantan disebut plumose sedangkan pada nyamuk betina yang jumlahnya lebih
sedikit disebut pilose. Proboscis merupakan bentuk mulut modifikasi untuk
menusuk. Nyamuk betina mempunyai proboscis yang lebih panjang dan
tajam, tubuh membungkuk serta memiliki bagian tepi sayap yang bersisik.
Dada terdiri atas protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Mesotoraks
merupakan bagian dada yang terbesar dan pada bagian atas disebut scutum
yang digunakan untuk menyesuaikan saat terbang. Sepasang sayap terletak
pada mesotoraks.
Nyamuk memiliki sayap yang panjang, transparan dan terdiri atas
percabangan-percabangan (vena) dan dilengkapi dengan sisi. Abdomen
nyamuk tediri atas sepuluh segmen, biasanya yang terlihat segmen pertama
hingga segmen ke delapan, segmen-segmen terakhir biasanya termodifikasi
menjadi alat reproduksi. Nyamuk betina memiliki 8 segmen yang lengkap.
Seluruh segmen abdomen berwarna belang hitam putih, membentuk pola
tertentu dan pada betina ujung abdomen membentuk titik (meruncing).
4

Secara morfologis Aedes aegypti dan Aedes albopictus sangat mirip,


berukuran tubuh kecil. Panjang 3-4 mm dan bintik hitam dan putih pada
badan, kaki dan mempunyai ring putih di kaki. Namun dapat dibedakan dari
strip putih yang terdapat pada bagian skutumnya. Skutum Aedes aegypti
berwarna hitam dengan dua strip putih sejajar di bagian dorsal tengah yang
diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih. Sementara skutum Aedes
albopictus yang juga berwarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal di
bagian dorsalnya.
2.3 Morfologi Telur Aedes aegypti

Gambar 2.3 Telur Aedes aegypti


Telur yang baru dikeluarkan berwarna putih tetapi sesudah 1 2 jam
berubah menjadi hitam. Telur Aedes aegypti berbentuk bulat panjang (oval)
menyerupai

torpedo,

mempunyai

dinding

yang

bergaris-garis

yang

menyerupai sarang lebah. Telur tidak berpelampung dan diletakkan satu


persatu terpisah di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding
tempat perindukannya.

Telur tersebut diletakkan secara terpisah di permukaan air untuk


memudahkannya menyebar dan berkembang menjadi larva di dalam media
air. Media air yang dipilih untuk tempat peneluran itu adalah air bersih yang
stagnan (tidak mengalir) dan tidak berisi spesies lain sebelumnya. Sejauh ini,
informasi mengenai pemilihan air bersih stagnant sebagai habitat bertelur
Aedes aegypti banyak dilaporkan oleh peneliti serangga vektor tersebut dari
berbagai negeri. Laporan terakhir yang disampaikan oleh penelitian IPB
Bogor bahwa ada telur Aedes aegypti yang dapat hidup pada media air kotor
dan berkembang menjadi larva. Sementara Aedes albopictus meletakkan
telurnya dipinggir kontener atau lubang pohon di atas permukaan air.
Percobaan yang hati-hati menunjukkan bahwa cangkang telur memiliki pola
mosaik tertentu. Telur Aedes dapat bertahan pada kondisi kering pada waktu
dan intensitas yang bervariasi hingga beberapa bulan, tetapi tetap hidup. Jika
tergenang air, beberapa telur mungkin menetas dalam beberapa menit,
sedangkan yang lain mugkin membutuhkan waktu lama terbenam dalam air,
kemudian penetasan berlangsung dalam beberapa hari atau minggu.
Seekor nyamuk betina meletakkan telurnya rata-rata sebanyak 100 butir
setiap kali bertelur. Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan dalam suhu 224C, namun akan menetas dalam waktu 1-2 hari pada kelembaban rendah.
Telur diletakkan di air akan menetas dalam waktu 7 hari pada suhu 16C dan
akan menetas sebanyak 80% pada hari pertama. Setelah 2-4 hari telur menetas
menjadi larva yang hidup di dalam air.
2.4 Daur Hidup Aedes aegypti
Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna
(holometabola) karena mengalami empat tahap dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan. Tahapan yanag dialami oleh nyamuk yaitu telur, larva, pupa dan
dewasa. Telur nyamuk akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari pada
suhu 20-40C. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh

suhu, tempat, keadaan air dan kandungan zat makanan yang ada di tempat
perindukan.

Larva Aedes memiliki sifon yang pendek dan hanya ada sepasang sisir
subventral yang jaraknya tidak lebih dari bagian dari pangkal sifon dengan satu
kumpulan rambut. Pada waktu istirahat membentuk sudut dengan permukaan air.
Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Larva
nyamuk semuanya hidup di air yang tahapannya terdiri atas empat instar.
Keempat instar itu dapat diselesaikan dalam waktu 4 hari 2 minggu tergantung
keadaan lingkungan seperti suhu air persediaan makanan. Larva menjadi pupa
membutuhkan waktu 68 hari.
Pada kondisi optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari
dan pada kondisi ini nyamuk tidak makan tapi tetap membutuhkan oksigen yang
diambilnya melalui tabung pernafasan (breathing trumpet).
Pupa adalah fase inaktif yang tidak membutuhkan makan, namun tetap
membutuhkan oksigen untuk bernafas. Untuk keperluan pernafasannya pupa
berada di dekat permukaan air. Lama fase pupa tergantung dengan suhu air dan
spesies nyamuk yang lamanya dapat berkisar antara satu hari sampai beberapa
minggu.

Setelah melelewati waktu itu maka pupa membuka dan melepaskan kulitnya
kemudian imago keluar ke permukaan air yang dalam waktu singkat siap terbang.
Pupa sangat sensitife terhadap pergerakan air dan belum dapat dibedakan antara
jantan dan betina. Bentuk pada stadium pupa ini seperti bentuk terompet panjang
dan ramping. Kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari
sehingga waktu yang dibutuhkan dari telur hingga dewasa yaitu 7-14 hari.
Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi
perkembangan jentik nyamuk Aedes aegypti. Pada umumnya nyamuk akan
meletakkan telurnya pada temperatur sekitar 20 30C. Toleransi terhadap suhu
tergantung pada spesies nyamuk. telur nyamuk tampak telah mengalami
embriosasi lengkap dalam waktu 72 jam dalam temperatur udara 25 - 30C. Ratarata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25 27C dan
pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10C atau
lebih dari 40C.
Kelembaban udara juga merupakan salah satu kondisi lingkungan yang dapat
mempengaruhi perkembangan jentik nyamuk Aedes aegypti. Kelembaban udara
yang berkisar 81,5 - 89,5% merupakan kelembaban yang optimal untuk proses
embriosasi dan ketahanan hidup embrio nyamuk. Sedangkan tempat perindukan
yang paling potensial dalam siklus hidup nyamuk adalah di kontainer atau tempat
perindukan yang digunakan untuk keperluan sehari - hari seperti drum, tempayan,
bak mandi, bak WC, ember, dan sejenisnya.
Nyamuk lebih menyukai tempat perindukan yang berwarna gelap, terlindung
dari sinar matahari, permukaan terbuka lebar, berisi air tawar jernih dan tenang.
Tempat perindukan nyamuk (tempat nyamuk meletakkan telur) terletak di dalam
maupun di luar rumah. Tempat perindukan di dalam rumah yaitu tempat-tempat
penampungan air antara lain bak air mandi, bak air WC, tandon air minum,
tempayan, gentong air, ember, dan lain-lain. Tempat perindukan di luar rumah
antara lain dapat ditemukan di drum, kaleng bekas, botol bekas, pot bekas, pot
tanaman hias yang terisi air hujan dan lain-lain. Tempat perindukan nyamuk juga

dapat ditemukan pada tempat penampungan air alami misalnya pada lubang
pohon dan pelepah-pelepah daun.
Aedes albopictus berkembang biak pada kontainer temporer tetapi lebih suka
pada kontainer alamiah di hutan-hutan, seperti lubang pohon, ketiak daun, lubang
batu dan batok kelapa, serta berkembang biak lebih sering di luar rumah di kebun
dan jarang ditemukan di dalam rumah pada kontainer buatan seperti gentong dan
ban mobil. Spesies ini memiliki telur yang dapat bertahan pada kondisi kering
tetapi tetap hidup.
Nyamuk Aedes betina menghisap darah untuk mematangkan telurnya. Waktu
mencari makan (menghisap darah) adalah pada pagi atau petang hari. Kebanyakan
spesies menggigit dan beristirahat di luar rumah tetapi di kota-kota daerah tropis,
Aedes aegypti berkembang biak, menghisap darah dan beristirahat di dalam dan
sekitar rumah.
2.5 Tempat Hidup Aedes aegypti
Tempat perindukan nyamuk biasanya berupa genangan air yang tertampung
disuatu tempat atau bejana. Nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak
digenangan air yang langsung bersentuhan dengan tanah. Genangannya yang
disukai sebagai tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan air yang
tertampung di suatu wadah yang biasanya disebut kontainer atau tempat
penampungan air bukan genangan air di tanah.
Survei yang telah dilakukan di beberapa kota di Indonesia menunjukkan
bahwa tempat perindukan yang paling potensial adalah TPA yang digunakan
sehari hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember dan sejenisnya.
Tempat perindukan tambahan adalah disebut non-TPA, seperti tempat minuman
hewan, vasbunga, perangkap semut dan lain-lainnya, sedangkan TPA alamiah
seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang,
pangkal pohon pisang, potongan bambu, dan lain-lainnya.
Nyamuk Aedes aegypti lebih tertarik untuk meletakkan telurnya pada TPA
berair yang berwarna gelap, paling menyukai warna hitam, terbuka lebar, dan
terutama

yang

terletak

di

tempat-tempat

terlindungsinar

matahari

langsung.Tempat perindukan nyamuk ini yaitu tempat di mana nyamuk Aedes


aegypti meletakkan telurnya terdapat di dalam rumah (indoor) maupun di luar
rumah (outdoor). Tempat perindukan yang ada di dalam rumah yang paling utama
adalah tempat-tempat penampungan air: bak mandi, bak air WC, tandon air
minum,tempayan, gentong tanah liat, gentong plastik, ember, drum, vas tanaman
hias, perangkap semut, dan lain-lain. Sedangkan tempat perindukan yang ada di
luar rumah (halaman): drum, kaleng bekas, botol bekas, ban bekas, pot bekas, pot
tanaman hias yang terisi oleh air hujan, tandon air minum, dan lain-lain.
2.6 Pencegahan Penyakit oleh Aedes aegypti
Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit demam berdarah dengue
hingga ke tingkat yang bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat lagi.
Kegiatan pemberantasan nyamuk Aedes aegypti yang dapat dilaksanakan dengan
dua cara yaitu:
1. Pemberantasan Nyamuk Dewasa
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara :
a) Pengasapan (Fogging)
Pengasapan atau fogging dengan menggunakan jenis insektisida.
b) Repelen
Repelen yaitu bahan kimia atau non-kimia yang berkhasiat
mengganggu kemampuan insekta untuk mengenal bahan atraktan dari
hewan atau manusia.
c) Teknik Serangga Mandul (TSM)
Radiasi dapat dimanfaatkan untuk pengendalian vektor yaitu untuk
membunuh secara langsung dengan teknik desinfestasi radiasi dan
membunuh secara tidak langsung yang lebih dikenal dengan Teknik
Serangga Mandul (TSM), yaitu suatu teknik pengendalian vektor yang
potensial, ramah lingkungan, efektif, spesies spesifik dan kompatibel.

2. Pemberantasan jentik

10

Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah


Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan cara :
a) Fisik
Cara ini dilakukan dengan menghilangkan atau mengurangi tempattempat perindukkan. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang pada
dasarnya ialah pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk tidak
dapat berkembang biak. PSN ini dapat dilakukan dengan :
1) Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air
sekurangkurangnya seminggu sekali. Ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa perkembangan telur menjadi nyamuk selama
7-10 hari.
2) Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum
dan tempat air lain
3) Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung
sekurangkurangnya seminggu sekali
4) Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang
bekas seperti kaleng bekas dan botol pecah sehingga tidak menjadi
sarang nyamuk.
5) Menutup lubang-lubang pada bambu pagar dan lubang pohon
dengan tanah
6) Membersihkan air yang tergenang diatap rumah
7) Memelihara ikan.
b) Kimia
Dikenal sebagai Larvasidasi atau Larvasiding yakni cara memberantas
jentik nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida
pembasmi jentik (larvasida).
c) Biologi
Pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup, baik
dari golongan mikroorganisme, hewan invertebrata atau hewan
vertebrata. Organisme tersebut dapat berperan sebagai patogen, parasit
atau pemangsa.

11

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Aedes aegypti

merupakan

jenis

nyamuk

yang

dapat

membawa

virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Panjang tubuh nyamuk 3-4
mm dan bintik hitam dan putih pada badan, kaki dan mempunyai ring putih di
kaki. Telur yang baru dikeluarkan berwarna putih tetapi sesudah 1 2 jam
berubah menjadi hitam. Telur Aedes aegypti berbentuk bulat panjang (oval)
menyerupai torpedo, mempunyai dinding yang bergaris-garis yang menyerupai
sarang lebah. Daur hidup nyamuk ini dimulai dari telur, larva, pupa dan nyamuk
dewasa. Pencegahan oleh penyakit yang disebabkan oleh Aedes aegypti yaitu
dengan pemberantasan nyamuk dan pemberantasan jentik nyamuk.
3.2 Saran
Disarankan kepada masyarakat untuk rutin mengadakan tindak pencegahan
untuk pengendalian vektor DBD guna menurunkan angka kesakitan dan
kematian penyakit demam berdarah dengue hingga ke tingkat yang bukan
merupakan masalah kesehatan masyarakat lagi.

12

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti
http://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah_Dengue
http://www.kolomsehat.com/10-tips-mencegah-demam-berdarah-dengue-dbd/
http://wisnutanaya2.blogspot.com/2013/07/aedes-aegypti.html
http://muhammadbaskoro.blogspot.com/2013/03/morfologi-nyamuk.html

13

Anda mungkin juga menyukai