Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Penyakit atau wabah demam berdarah yang menarik perhatian dunia untuk pertama kali muncul

di Manila pada tahun 1954. Untuk sebagian kasus demam berdarah banyak sekali terjadi di negaranegara yang terletak pada daerah tropis dan subtropis, oleh karena itu tidak mengherankan apabila
nyamuk sebagai perantara virus dari penyakit ini menyukai lingkungan yang hangat untuk hidup.
Pembawa virus dari penyakit Demam Berdarah adalah nyamuk aedes aegypti. Cara penyebaran
virus demam berdarah melalui nyamuk aedes aegypti yang menggigit seseorang yang sudah terinfeksi
terlebih dahulu oleh virus demam berdarah. Virus ini akan terbawa oleh nyamuk melalui kelenjar
ludahnya. Setelah itu nyamuk aedes aegypti yang sudah terinfeksi akan menggigit orang yang sehat,
dan bersamaan dengan terhisapnya darah dari orang yang sehat tadi maka virus demam berdarah
tersebut juga akan berpindah ke orang tersebut dan menyebabkan orang sehat tadi terinfeksi virus
demam berdarah.
Nyamuk aedes aegypti atau yang sering disebut juga nyamuk demam berdarah ini memiliki
siklus hidup yang berbeda dengan nyamuk biasa. Nyamuk demam berdarah ini aktif dari pagi hari
hingga sekitar jam 3 sore untuk menghisap darah korbannya yang berarti juga dapat menyebarkan
virus demam berdarah. Sedangkan pada malam hari nyamuk ini akan tidur, maka berhati-hatilah
terhadap gigitan nyamuk pada siang hari dan sebisa mungkin cegahlah nyamuk ini menggigit anak
yang sedang tidur di siang hari.
Kebiasaan dari nyamuk aedes aegypti ini adalah senang berada di genangan air yang bersih dan
di daerah yang banyak pepohonan seperti di taman atau kebun sekitar rumah. Bahkan mungkin kita
tidak akan menyadari bahwa genangan air pada pot bunga di rumah kita menjadi salah satu tempat
favorit dari nyamuk aedes aegypti atau nyamuk demam berdarah
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud Aedes aegypti
2. Bagaimana cara pengendalian nyamuk Aedes aegypti
1.3. Tujuan
1.
2.
3.

Mengetahui apa itu nyamuk Aedes aegypti


Mengetahui pengendalian nyamuk Aedes aegypti
BAB II
2

PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Nyamuk Aedes aegypti
Aedes

aegypti merupakan

jenis

nyamuk

yang

dapat

membawa

virus dengue penyebab

penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam
kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua
daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa
utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa
dan kota. Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan
mengetahui

cara-cara

mengendalikan

jenis

ini

untuk membantu

mengurangi

persebaran

penyakit demam berdarah.


3.1.1.

Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

Menurut Richard dan Davis (1977) yang dikutip oleh Seogijanto (2006), kedudukan nyamuk
Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut :
Kingdom

Animalia

Filum

Arthropoda

Kelas

Insecta

Bangsa

Diptera

Suku

Culicidae

Marga

Aedes

Jenis

Aedes aegypti L. (Soegijanto, 2006)

2.1.2. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti


Menurut Gillot (2005), nyamuk Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) disebut black-white
mosquito, karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih keperakan di atas dasar hitam.
Panjang badan nyamuk ini sekitar 3-4 mm dengan bintik hitam dan putih pada badan dan kepalanya,
dan juga terdapat ring putih pada bagian kakinya. Di bagian dorsal dari toraks terdapat bentuk
3

bercak yang khas berupa dua garis sejajar di bagian tengah dan dua garis lengkung di tepinya.
Bentuk abdomen nyamuk betinanya lancip pada ujungnya dan memiliki cerci yang lebih panjang
dari cerci pada nyamuk-nyamuk lainnya. Ukuran tubuh nyamuk betinanya lebih besar dibandingkan
nyamuk jantan (Gillot, 2005).
2.1.3. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Menurut Soegijanto (2006), masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes aegypti
dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa, sehingga termasuk
metamorfosis sempurna atau holometabola (Soegijanto, 2006).

1. Stadium Telur
Menurut Herms (2006), telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk ellips atau oval
memanjang, berwarna hitam, berukuran 0,5-0,8 mm, dan tidak memiliki alat pelampung.
Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur-telurnya satu per satu pada permukaan air, biasanya
pada tepi air di tempat-tempat penampungan air bersih dan sedikit di atas permukaan air.
Nyamuk Aedes aegypti betina dapat menghasilkan hingga 100 telur apabila telah menghisap
darah manusia. Telur pada tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur-telur
ini kemudian akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 1-2 hari terendam air (Herms, 2006).

2. Stadium Larva (Jentik)


Menurut Herms (2006), larva nyamuk Aedes aegypti mempunyai ciri khas memiliki
siphon yang pendek, besar dan berwarna hitam. Larva ini tubuhnya langsing, bergerak sangat
lincah, bersifat fototaksis negatif dan pada waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus
dengan permukaan air. Larva menuju ke permukaan air dalam waktu kira-kira setiap -1 menit,
guna mendapatkan oksigen untuk bernapas. Larva nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang
selama 6-8 hari (Herms, 2006).
Berdasarkan data dari Depkes RI (2005), ada empat tingkat (instar) jentik sesuai dengan
pertumbuhan larva tersebut, yaitu:

1. Instar I

: berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm

2. Instar II

: 2,5-3,8 mm

3. Instar III

: lebih besar sedikit dari larva instar II

4. Instar IV

: berukuran paling besar, yaitu 5 mm (Depkes RI, 2005)

3. Stadium Pupa
4

Menurut Achmadi (2011), pupa nyamuk Aedes aegypti mempunyai bentuk tubuh
bengkok, dengan bagian kepala dada (cephalothorax) lebih besar bila dibandingkan dengan
bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca koma. Tahap pupa pada nyamuk Aedes
aegypti umumnya berlangsung selama 2-4 hari. Saat nyamuk dewasa akan melengkapi
perkembangannya dalam cangkang pupa, pupa akan naik ke permukaan dan berbaring sejajar
dengan permukaan air untuk persiapan munculnya nyamuk dewasa (Achmadi, 2011).

4. Nyamuk dewasa
Menurut Achmadi (2011), nyamuk dewasa yang baru muncul akan beristirahat untuk
periode singkat di atas permukaan air agar sayap-sayap dan badan mereka kering dan menguat
sebelum akhirnya dapat terbang. Nyamuk jantan dan betina muncul dengan perbandingan
jumlahnya 1:1. Nyamuk jantan muncul satu hari sebelum nyamuk betina, menetap dekat
tempat perkembangbiakan, makan dari sari buah tumbuhan dan kawin dengan nyamuk betina
yang muncul kemudian. Setelah kemunculan pertama nyamuk betina makan sari buah
tumbuhan untuk mengisi tenaga, kemudian kawin dan menghisap darah manusia. Umur
nyamuk betinanya dapat mencapai 2-3 bulan (Achmadi, 2011).
2.1.4. Bionomik Nyamuk Aedes aegypti

1. Tempat Perindukan atau Berkembang biak


Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 yang
dikutip oleh Supartha (2008), tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypti adalah
tempat-tempat penampungan air bersih di dalam atau di sekitar rumah, berupa genangan air
yang tertampung di suatu tempat atau bejana seperti bak mandi, tempayan, tempat minum
burung, dan barang-barang bekas yang dibuang sembarangan yang pada waktu hujan akan terisi
air. Nyamuk ini tidak dapat berkembang biak di genangan air yang langsung berhubungan
dengan tanah (Supartha, 2008).
Menurut Soegijanto (2006), tempat perindukan utama tersebut dapat dikelompokkan
menjadi: (1) Tempat Penampungan Air (TPA) untuk keperluan sehari-hari seperti drum,
tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan sejenisnya, (2) Tempat Penampungan Air (TPA)
bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minuman hewan, ban bekas, kaleng bekas, vas
bunga, perangkap semut, dan sebagainya, dan (3) Tempat Penampungan Air (TPA) alamiah
yang terdiri dari lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang,
pangkal pohon pisang, dan lain-lain (Soegijanto, 2006).

2. Perilaku Menghisap Darah

Berdasarkan data dari Depkes RI (2004), nyamuk betina membutuhkan protein untuk
memproduksi telurnya. Oleh karena itu, setelah kawin nyamuk betina memerlukan darah untuk
pemenuhan kebutuhan proteinnya. Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2-3 hari
sekali. Nyamuk betina menghisap darah pada pagi dan sore hari dan biasanya pada jam 09.0010.00 dan 16.00-17.00 WIB.Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering
menggigit lebih dari satu orang. Posisi menghisap darah nyamuk Aedes aegypti sejajar dengan
permukaan kulit manusia. Jarak terbang nyamuk Aedes aegypti sekitar 100 meter (Depkes RI,
2004).

3. Perilaku Istirahat
Berdasarkan data dari Depkes RI (2004), setelah selesai menghisap darah, nyamuk
betina akan beristirahat sekitar 2-3 hari untuk mematangkan telurnya. Nyamuk Aedes aegypti
hidup domestik, artinya lebih menyukai tinggal di dalam rumah daripada di luar rumah. Tempat
beristirahat yang disenangi nyamuk ini adalah tempat-tempat yang lembab dan kurang terang
seperti kamar mandi, dapur, dan WC. Di dalam rumah nyamuk ini beristirahat di baju-baju yang
digantung, kelambu, dan tirai. Sedangkan di luar rumah nyamuk ini beristirahat pada tanamantanaman yang ada di luar rumah (Depkes RI, 2004).

4. Penyebaran
Menurut Depkes RI (2005), nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis.
Di Indonesia, nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah maupun tempat-tempat umum.
Nyamuk ini dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah 1.000 m dari
permukaan air laut. Di atas ketinggian
1.000 m nyamuk ini tidak dapat berkembang biak, karena pada ketinggian tersebut suhu udara
terlalu rendah, sehingga tidak memunginkan bagi kehidupan nyamuk tersebut (Depkes RI, 2005).

5. Variasi Musim
Menurut Depkes RI (2005), pada saat musim hujan tiba, tempat perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi air, akan mulai terisi air. Telur-telur yang
tadinya belum sempat menetas akan menetas. Selain itu, pada musim hujan semakin banyak
tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan sebagai tempat
berkembangbiaknya nyamuk ini. Oleh karena itu, pada musim hujan populasi nyamuk Aedes
aegyptiakan meningkat. Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan peningkatan penularan penyakit dengue (Depkes RI, 2005).
2.2. NyamukAedes aegypti Sebagai Vektor DBD

2.2.1. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)

Berdasarkan data dari Depkes RI (2004), penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan
penyakit endemis di Indonesia. Sejak pertama sekali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan
Jakarta, jumlah kasus terus meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit,
dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun. KLB yang terbesar terjadi pada tahun 1998 di
mana dilaporkan dari 16 propinsi diperoleh IR = 35,19 per 100.000 penduduk dengan CFR 2,0%.
Pada tahun 1999, IR menurun menjadi 10,17%. Akan tetapi, pada tahun-tahun berikutnya IR
cenderung meningkat, yaitu 15,99% tahun 2000, 21,66% tahun 2001, 19,24% tahun 2002, dan
23,87% pada tahun 2003. Penyebab meningkatnya jumlah kasus dan semakin bertambahnya
wilayah terjangkit disebabkan oleh peningkatan sarana transportasi penduduk dari satu wilayah ke
wilayah lain sehingga mempermudah mobilisasi dalam waktu singkat, adanya pemukimanpemukiman baru, adanya tempat-tempat
penyimpanan air tradisional yang masih dipertahankan, perilaku masyarakat terhadap
pembersihan sarang nyamuk yang masih kurang, vektor nyamuk yang terdapat di seluruh pelosok
tanah air (kecuali di ketinggian >1000m dari permukaan air laut) dan adanya empat serotipe virus
yang bersirkulasi sepanjang tahun (Depkes RI, 2004).
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2010), penyakitdemam berdarah dengue
(DBD) disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue adalah virus penyebab Demam
Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS), yang
termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis), yang sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den4. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus dengue.
(Kementrian Kesehatan RI, 2010).
Menurut Soedarto (2009), virus penyebab demam berdarah dengue (DBD) yaitu virus
dengue mempunyai ukuran virion virus 40 nm dan terbungkus oleh kapsid. Virus ini dapat
berkembang biak pada berbagai macam kultur jaringan, misalnya sel mamalia dan sel artropoda
seperti Aedes aegypti cell (Soedarto, 2009).
Menurut Sembel (2009), vektor utama penularan DBD adalah nyamuk Aedes aegypti, yang
biasanya aktif pada pagi dan sore hari dan lebih suka menghisap darah manusia daripada darah
hewan. Nyamuk ini berkembang biak dalam air bersih pada tempat-tempat penampungan air yang
tidak beralaskan tanah. Sampai saat ini penyebaran DBD masih terpusat di daerah tropis
disebabkan oleh rata-rata suhu optimum pertumbuhan nyamuk adalah 25-27 0C. Namun, dengan
adanya pemanasan
7

global, DBD diperkirakan akan meluas sampai ke daerah-daerah beriklim dingin (Sembel,
2009).
2.2.2. Gambaran Klinis Demam Berdarah Dengue (DBD)
Berdasarkan data dari Depkes RI (2005), tanda-tanda dan gejala penyakit demam berdarah
dengue (DBD) antara lain:

1. Demam
Penyakit DBD didahului terjadinya demam tinggi mendadak secara terus-menerus
yang berlangsung selama 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik
lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun.

2. Manifestasi Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi pada semua organ tubuh dan umumnya terjadi pada 2-3
hari setelah demam.

3. Hepatomegaly atau Pembesaran Hati


Sifat pembesaran hati antara lain:

ditemukan pada permulaan penyakit

nyeri saat ditekan dan pembesaran hati tidak sejajar beratnya penyakit 4.Shock atau
Renjatan
Shock dapat terjadi pada saat demam tinggi yaitu antara hari ke- 3-7 setelah

terjadinya demam. Shock terjadi karena perdarahan atau kebocoran plasma darah ke daerah
ekstravaskuler melalui pembuluh kapiler yang rusak.
Tanda-tanda terjadinya shock antara lain:

kulit terasa dingin pada ujung hidung, jari, dan kaki

perasaan gelisah

nadi cepat dan lemah

tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang)

tekanan darah menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang) (Depkes RI,
2005)
8

5.Komplikasi
Menurut Sembel (2009), penyakit DBD dapat mengakibatkan komplikasi pada
kesehatan, komplikasi tersebut dapat berupa kerusakan atau perubahan struktur otak
(encephalopathy), kerusakan hati bahkan kematian (Sembel, 2009).
2.2.3. Mekanisme Penularan DBD
Menurut Soedarto (2009), demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia endemis baik di
daerah perkotaan (urban) maupun di daerah pedesaan (rural). Di daerahperkotaan vektor penular
utamanya adalah nyamuk Aedes aegypti sedangkan di daerah pedesaan oleh nyamuk Aedes
albopictus. Namun sering terjadi bahwa kedua spesies nyamuk tersebut terdapat bersama-sama pada
satu daerah, misalnya di daerah yang bersifat semi-urban (Soedarto, 2009).
Menurut Yatim (2007), penularan virus dengue melalui gigitan nyamuk lebih banyak terjadi
di tempat yang padat penduduknya seperti di perkotaan dan pedesaan di pinggir kota. Oleh karena
itu, penyakit demam berdarah dengue (DBD) ini lebih bermasalah di daerah sekitar perkotaan
(Yatim, 2007).
Menurut Achmadi (2008), kota-kota di Indonesia merupakan kota endemis
DBD yang setiap tahunnya berkembang menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Di
Indonesia terdapat dua vektor yang menularkan dengue, yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Akan tetapi, saat ini, Aedes aegypti adalah vektor yang mendapat perhatian terbesar terhadap
penyebaran penyakit DBD karena distribusi dan hubungannya yang erat dengan manusia (Achmadi,
2008).
Menurut Soegijanto (2006), tahap-tahap replikasi dan penularan virus dengue terdiri dari:

1. virus ditularkan ke manusia melalui saliva nyamuk


2. virus bereplikasi dalam organ target
3. virus menginfeksi sel darah putih dan jaringan limfatik
4. virus dilepaskan dan bersirkulasi dalam darah
5. virus yang ada dalam darah terhisap nyamuk yang lain
6. virus bereplikasi atau melipatgandakan diri dalam tubuh nyamuk, lalu menginfeksi kelenjar saliva
7. virus bereplikasi dalam kelenjar saliva nyamuk Aedes aegypti untuk kemudian akan ditularkan
kembali ke manusia (Soegijanto, 2006).

2.2.4. Pencegahan Penularan DBD


Menurut Soedarto (2009), pencegahan terhadap penularan DBD dapat dilakukan dengan
pemberantasan larva dan nyamuk Aedes aegypti dewasa. Pemberantasan nyamukAedes aegypti
dewasa merupakan cara terbaik mencegah penyebaran virus dengue. Selain itu, repellen dapat
digunakan untuk mencegah gigitan nyamuk (Soedarto, 2009).
1.Pemberantasan Nyamuk Dewasa
Berdasarkan data dari Depkes RI (2005), pemberantasan nyamuk dewasa dapat
dilakukan dengan cara penyemprotan (pengasapan atau pengabutan, yang sering disebut dengan
istilah fogging) dengan menggunakan insektisida.
Insektisida yang dapat digunakan antara lain insektisida golongan:

organophospate, misalnya malathion

pyretroid sintetic, misalnya lamda sihalotrin, cypermetrin, dan alfametrin

carbamat
Alat yang digunakan untuk menyemprot adalah mesin Fog atau mesin ULV. Untuk
membatasi penularan virus dengue, penyemprotan dilakukan dua siklus dengan interval 1
minggu. Dalam waktu singkat, tindakan penyemprotan dapat membatasi penularan virus
dengue, akan tetapi tindakan ini harus diikuti denganpemberantasan terhadap jentiknya agar
populasi nyamuk penular dapat ditekan serendah-rendahnya (Depkes RI, 2005).
2.Pemberantasan Larva atau Jentik
Menurut Depkes RI (2005), pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal
dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)
dilakukan dengan cara:
a.Fisik

Pemberantasan jentik secara fisik dikenal dengan kegiatan 3M, yaitu:

1. Menguras (dan menyikat) tempat penampungan air (TPA) seperti bak mandi, bak
WC, dan lain-lain seminggu sekali secara teratur untuk mencegah perkembangbiakan
nyamuk di tempat tersebut. Pengurasan tempat-tempat penampungan air (TPA) perlu
dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak
dapat berkembang biak di tempat tersebut.

10

2. Menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, ember, dan lainlain)

3. Mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas (kaleng, ban,


dan lain-lain) yang dapat menampung air hujan.
Selain itu, ditambah dengan cara lain seperti:

a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang
sejenis seminggu sekali Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau
rusak

b. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu dan pohon dengan tanah


c. Menaburkan bubuk larvasida di tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras
atau dibersihkan dan di daerah yang sulit air

d. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampungan air


e. Memasang kawat kasa
f. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
g. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
h. Menggunakan kelambu
i. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
Keseluruhan cara tersebut di atas dikenal dengan istilah 3M Plus (Depkes RI, 2005).
b.Kimia
Menurut Widyastuti (2007), pengendalian jentik Aedes aegypti secara kimia adalah
dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik. Insektisida pembasmi jentik ini dikenal
dengan istilah larvasida. Larvasida yang biasa digunakan adalah temephos. Formulasi
temephos yang digunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan adalah 1
ppm atau 10 gram (1 sendok makan rata) temephos untuk setiap 100 liter air. Larvasida
dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan (Widyastuti, 2007). c.Biologi
Menurut Gandahusada (2008), pengendalian jentik secara biologi adalah dengan
menggunakan ikan pemangsa sebagai musuh alami bagi jentik.

j. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak
11

k. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu dan pohon dengan tanah


l. Menaburkan bubuk larvasida di tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras
atau dibersihkan dan di daerah yang sulit air

m. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampungan air


n. Memasang kawat kasa
o. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
p. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
q. Menggunakan kelambu
r. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
Keseluruhan cara tersebut di atas dikenal dengan istilah 3M Plus (Depkes RI, 2005).

BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Nyamuk Aedes merupakan ordo Diptera mempunyai 1162 spesies. Aedes Aegypti merupakan
vektor demam berdarah Dengue. Aedes Aegypti selain vektor demam berdarah dengue (Dengue
Hemorrhagic Fever) adalah demam dengue (Dengue Fever) yang dikenal sebahai Cikungunyah
12

(Break Bone Fever). Ciri khas yang membedakan Aedes Aegypti adalah strip putih yang terdapat
pada bagian skutumnya. Skutum Aedes Aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih sejajar di
bagian dorsal tengan yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih. Nyamuk termasuk
serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola). Tahapan yang dialami oleh
nyamuk yaitu telur ,larva, pupa, dan dewasa.
B.Saran
Kegiatan pemberantasan nyamuk aedes aegypti yang dapat dilaksanakan dengan cara
fogging, repelen, dan teknik serangga mandul .
Adapun cara lainnya yaitu dengan 3M , Menguras , Menutup , Mengubur.

DAFTAR PUSTAKA
http://apriliasakari.blogspot.com/2014/01/makalah-nyamuk-aedes-aegypti.html

13

Anda mungkin juga menyukai