SURVEY JENTIK
Disusun Oleh:
Nama : Jauharotul Farida
NIM : J410140112
Shift/Kelas : E / 5C
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui keberadaan serta kepadatan larva nyamuk.
2. Sebagai kegiatan aplikatif di lapangan di mata kuliah pengendalian vector dalam
rangka jumantik (juru pemantau jentik).
Dari hasil yang ada di table, dan berdasarkan 24 rumah masing-masing yang
diteliti ternyata yang positif ada jentiknya ada 7 rumah. Untuk total dari semua
rumah dan berdasarkan tempatnya yaitu yang di luar rumah di kaleng bekas totalnya
28+17+4=49, tempayan total 14 dan lain-lain berjumlah 7+34+23+1=65.
Sedangkan yang di dalam rumah, bak mandi sejumlah 18 jentik, drum 23 jentik,
tempayan 4 jentik dan lain-lain hanya 1 jentik. Untuk total keseluruhan yaitu jumlah
jentiknya ada 174 jentik dari 24 rumah dan berbagai tempat yang diteliti (baik di luar
maupun di dalam rumah).
Jentik adalah tahap larva dari nyamuk. Jentik hidup di air dan memiliki
perilaku mendekat atau “menggantung” pada permukaan air untuk bernafas. Nama
“jentik” berasal dari gerakannya ketika bergerak di air. Ia dikenal pula dalam bahasa
local sebagai uget-uget (Jawa) (Anonim, 2015).
Terdapat 4 tahapan dalam perkembangan larva yang disebut dengan instar.
Perkembangan dari instar I ke instar IV memerlukan waktu selama 5 hari. Setelah
mencapai instar IV, larva berubah menjadi pupa dimana larva memasuki masa
doman (Ryanie, 2007). Menurut Hoedojo, 1993 (dalam Adam, 2005) tingkatan larva
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Larva instar I berukuran paling kecil yaitu 1-2 mm atau berumur 1-2 hari setelah
telur menetas, duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernafasan
pada shipon belum menghitam.
2. Larva instar II berukuran 2,5-3,5 mm atau berumur 2-3 hari setelah telur menetas,
duri-duri dada belum jelas corong pernafasan sudah mulai menghitam.
3. Larva instar III berukuran 4-5 mm atau berumur 2-4 hari hari setelah telur
menetas, duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat
kehitaman.
4. Larva instar IV berukuran paling besar yaitu 5-6 mm atau berumur 4-6 hari
setelah telur menetas, dengan warna kepala gelap.
A. SIMPULAN
Aedes aegypti merupakan vektor demam berdarah Dengue. Nyamuk
termasuk serangga yang mengalami metamorphosis sempurna (holometabola). Larva
Aedes aegypti memiliki shipon (struktur pernafasan) yang berwarna hitam yang
terdapat di segmen abdomen delapan. Tahapan yang dialami oleh nyamuk yaitu
telur, larva, pupa, dan dewasa. Bionomik vektor meliputi kesenangan tempat
perindukan nyamuk, kesenangan nyamuk menggigit, kesenangan nyamuk istirahat,
lama hidup dan jarak terbang.
Kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan angka penyakit DBD adalah
survei jentik salah satu caranya dengan abatisasi bertujuan untuk menekan serendah
mungkin populasi nyamuk/vektor DBD pada kurun waktu terbatas. Pemantauan
jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu (biasanya hari jum’at) pada
waktu pagi hari, apabila ditemukan jentik nyamuk maka jumantik berhak untuk
memberi peringatan kepada pemilik rumah untuk membersihkan atau menguras agar
bersih dari jentik-jentik nyamuk.
B. SARAN
Kegiatan pemberantasan nyamuk aedes aegypti yang dapat dilaksanakan
dengan cara fogging (pengasapan). Tetapi penggunaan insektisida yang berlebihan
tidak dianjurkan, karena sifatnya yang tidak spesifik sehingga akan membunuh
berbagai jenis serangga lain yang bermanfaat secara ekologis.Adapun cara lainnya
yaitu dengan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur).
DAFTAR PUSTAKA
Adam. 2005. Uji Toksisitas Ekstrak Biji Srikaya (Annona squamosal Linn) Terhadap
Larva Aedes aegypti. (Tesis) Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM.
Kadri, A. 1990. Entomologi Perubahan. Kuala Kumpur: Dewam Bahasa dan Pustaka
Kementrian Malaysia.