Anda di halaman 1dari 19

PENCEMARAN LINGKUNGAN

“VEKTOR”

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Maudina Aliffia Afifah (P21345119043)


2. Muhammad Egi Kurniawan (P21345119050)
3. Nurul Wahyu Widianti (P21345119056)
4. Siti Risqa Sa’adah (P21345119083)
5. Zahrah Nanda Elvira (P21345119089)

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

TAHUN 2020
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan untuk menekan angka kematian yang
disebabkan oleh berbagai penyakit yang jumlahnya semakin meningkat. Masalah umum yang
dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah penduduk yang besar dengan angka
pertumbuhan yang cukup tinggi dan penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat
pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan
lingkungan fisik dan biologis yang tidak memadai sehingga memungkinkan berkembang
biaknya vektor penyakit (Menkes, 2010).
Adapun dari penggolongan binatang yang dapat dikenal dengan 10 golongan yang
dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan
manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara
penularan penyakit malaria, demam berdarah, dan phylum chodata yaitu tikus sebagai
pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis
yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus
binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang berfungsi sebagai vektor dan binatang
pengganggu (Nurmaini,2001).
Namun kedua phylum tersebut sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia, untuk itu
keberadaan vektor dan binatang penggangu tersebut harus ditanggulangi, sekalipun demikian
tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha
mengurangi atau menurunkan populasinya kesatu tingkat tertentu yang tidak mengganggu
ataupun membahayakan kehidupan manusia. Dalam hal ini untuk mencapai harapan tersebut
perlu adanya suatu managemen pengendalian dengan arti kegiatan-kegiatan/proses
pelaksanaan yang bertujuan untuk menurunkan densitas populasi vektor pada tingkat yang
tidak membahayakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan vektor?
2. Apa saja standar indeks vektor?
3. Apa saja dampak dari vektor serta cara pengendaliannya?
1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan vektor


2. Untuk mengetahui apa saja standar indeks vektor
3. Untuk mengetahui dampak dari vektor dan cara pengendaliannya
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Vektor

Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkannya


dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lain. Berbagai jenis nyamuk, sebagai
contoh, berperan sebagai vektor penyakit malaria yang mematikan. Pengertian tradisional
dalam kedokteran ini sering disebut "vektor biologi" dalam epidemiologi dan pembicaraan
umum.Vektor adalah arthtopoda yang dapat memindahkan atau menularkan sesuatu.

Infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan(suspectible host).
Vektor dapat menyebarkan agen dari manusia atau hewan yang terinfeksi ke manusia atau
hewan lain yang rentan melalui kotoran, gigitan, dancairan tubuhnya, atau secara tidak
langsung melalui kontaminasi pada makanan.Vektor dapat memindahkan atau menularkan
agent penyakit yang berada didalam atau pun yang menempel dan terdapat di bagian luar
tubuh vektor tersebut. Suatu makhluk hidup terutama manusia dapat tertular penyakit
melalui vector yang membawa agent penyakit, misalnya dengan menggigit dan menghisap
darahdari orang yang sakit lalu kepada orang yang rentan, sehingga ia pun dapat tertulardan
menjadi sakit.

Mekanisme penularan penyakit oleh vektor terbagi menjadi dua macam, yaitu penularan
penyakit melalui vektor secara mekanik dan penularan penyakit melaluivektor secara
biologis.

1) Penularan Mekanik

Penularan mekanik berlangsung karena kuman penyakit terbawa dengan perantaraan


alat-alat tubuh vektor. Kuman penyakit dalam tubuh serangga tidak bertambah banyak
ataupun berubah bentuk. Pada penularan penyakit melalui vektor secara mekanik, maka
agen dapat berasal dari tinja, urine maupun sputum penderita hanya melekat pada bagian
tubuh vektor dan kemudian dapat dipindahkan pada makanan atau minuman pada waktu
hinggap/menyerap makanan tersebut. Contoh :
a. Lalat Tabanus melalui probosisnya menularkan basil Anthrax danTrypanosoma evansi
b. Lalat rumah (Musca domestica) dengan perantara kaki dan badannya,mularkan telur
cacing dan bakteri

2) Penularan Biologis

Penularan biologis berlangsung dengan bertindak sebagai tuan rumah(host), berarti


adanya kelanjutan hidup kuman penyakit yang dipindahkan.Penularan penyakit melalui
vektor secara biologis, agen harus masuk kedalam tubuh vektor melalui gigitan ataupun
melalui keturunannya. Selamadalam tubuh vektor, agen berkembang biak atau hanya
mengalamiperubahan morfologis saja, sampai pada akhirnya menjadi bentuk yanginfektif
melalui gigitan, tinja atau cara lain untuk berpindah ke pejamupotensial. Pada penularan
penyakit melalui vektor secara biologis,perubahan bentuk atau perkembangbiakan agen
dibedakan sebagai berikut:

a. Propagative transmission : Agen berkembang biak di dalam tubuh vektor tanpa


mengalami perubahan stadium. Contoh :

- Yersinia pestis (agen pes) di dalam tubuh pinjal (flea) Xenopsyllacheopis. Pinjal
sebagai vektor bisa mati oleh Yersinia pestis.

b. Cyclo propagative transmission : Agen mengalami perubahan stadium dan


perkembangbiakan didalam tubuh vector. Contoh :

- Plasmodium (agen malaria) di dalam tubuh nyamuk Anopheles.

c. Cyclo developmental transmission : Agen mengalami perubahan stadium hingga


mencapai stadiuminfektif di dalam tubuh vektor tetapi tidak mengalami perkembangbiakan.
Contoh :

- Cacing filaria di dalam tubuh nyamuk dengan genus Mansonia danAnopheles, serta
spesies nyamuk Culex quinquefasciatus.
d. Transovarian/Hereditary (keturunan) : Generasi yang terkena infeksi tidak menularkan
penyakit padamanusia, tetapi menularkan pada anaknya.Penularan terjadi melaluigenerasi
berikutnya. Contoh:

- Penyakit Scrub thypus yang disebabkan oleh Ricketsiatsutsugamushi dari tikus


Trombicula akamushi (sejenis tungau ataumites)

2.2 Standar Indeks Vektor

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2017


Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Untuk
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya.

Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Vektor adalah :


Nilai Baku
No Vektor Parameter Satuan Ukur
Mutu

MBR (Man bitting Angka gigitan nyamuk per


1 Nyamuk Anophelessp. <0,025
rate) orang per malam

Persentase habitat
2 Larva Anopheles  sp. Indeks habitat perkembangbiakan yang positif <1
larva

Nyamuk Aedes
Angka Istirahat Angka kepadatan nyamuk
3 aegypti  dan/atau Aedes <0,025
(Resting rate) istirahat (resting) per jam
albopictus

Larva Aedes
ABJ (Angka Bebas Persentase rumah/ bangunan
4 aegypti  dan/ atau Aedes ≥95
Jentik) yang negatif larva
albopictus

MHD(Man Hour Angka  nyamuk yang hinggap


5 Nyamuk Culex sp. <1
Density) per orang per jam

6 Larva Culexsp. Indeks habitat Persentase habitat <5


perkembangbiakan yang positif
larva

MHD(Man Hour Angka nyamuk yang hinggap


7 Mansonia sp. <5
Density) per orang per jam

Indeks Jumlah pinjal Xenopsylla


Pinjal Xenopsylla cheopisdibagi dengan jumlah <1
cheopis tikus yang diperiksa
8 Pinjal
Jumlah pinjal yang tertangkap
Indeks Pinjal Umum dibagi dengan jumlah tikus <2
yang diperiksa

Indeks Populasi
9 Lalat Angka rata-rata populasi lalat <2
Lalat

Indeks Populasi
10 Kecoa Angka rata-rata populasi kecoa <2
Kecoa

Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Binatang Pembawa Penyakit adalah :

Binatang Pembawa Nilai Baku


No Parameter Satuan Ukur
Penyakit Mutu

Persentase tikus yang


1 Tikus Succes Trap <1
tertangkap oleh perangkap

Oncomelania  hupensis Jumlah keong dalam 10 meter


2 Indeks habitat 0
lindoensis persegi habitat

2.3 Dampak dan Pengendalian Vektor

2.3.1 Pengendalian Vektor


Berdasarkan program yang dirilis WHO tentang pengendalian vector dengan system
managemen vector terpadu. Strategi system managemen vector terpadu dirancang untuk
mencapai manfaat pengendalian penyakit terbesar dengan cara yang paling hemat biaya, dan
meminimalkan dampak negative terhadap ekosistem dan merugikan efek samping pada
kesehatan masyarakat dari penggunaan berlebihan bahan kimia alam pengendalian vector.
Pengendalian vektor berfokus pada penggunaan metode pencegahan untuk mengendalikan
atau menghilangkan populasi vektor. Langkah-langkah pencegahan yang umum adalah :

1. Habitat Pengendalian

Menghapus atau mengurangi daerah di mana vektor dapat dengan mudah berkembang
biak dapat membantu membatasi pertumbuhan penduduk. Sebagai contoh, penghapusan
tergenang air, kerusakan ban bekas dan kaleng yang berfungsi sebagai lingkungan
perkembangbiakan nyamuk dan manajemen yang baik dari air yang digunakan dapat
mengurangi daerah kejadian vektor yang berlebihan.

2. Mengurangi Kontak

Membatasi paparan serangga atau hewan yang diketahui vektor penyakit dapat
mengurangi risiko infeksi secara signifikan. Sebagai contoh, kelambu, jendela layar pada
rumah, atau pakaian pelindung dapat membantu mengurangi kemungkinan kontak dengan
vektor. Agar efektif ini membutuhkan pendidikan dan promosi metode antara penduduk
untuk meningkatkan kesadaran ancaman vektor.

3. Kontrol Kimia

Insektisida, larvasida, rodentisida dan penolak dapat digunakan untuk mengendalikan


vektor. Sebagai contoh, larvasida dapat digunakan dalam zona perkembangbiakan nyamuk;
insektisida dapat diterapkan pada dinding rumah atau kelambu, dan penggunaan penolak
pribadi dapat mengurangi kejadian gigitan serangga dan dengan demikian infeksi.
Penggunaan pestisida untuk pengendalian vektor dipromosikan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) dan telah terbukti sangat efektif.
4. Pengendalian biologis

Penggunaan predator vektor alami, seperti bakteri atau racun botani senyawa, dapat
membantu mengendalikan populasi vektor. Menggunakan ikan yang memakan nyamuk
larva atau mengurangi tingkat breeding dengan memperkenalkan disterilkan lalat tsetse
jantan telah ditunjukkan untuk mengendalikan populasi vektor dan mengurangi risiko
infeksi.

Pada saat yang sama, ketika langkah-langkah lain tidak efektif atau mahal, system
managemen vektor terpadu membuat bijaksana penggunaan metode kimia pengendalian
vektor, seperti :

1. Semprotan ruangan sisa


2. Ruang penyemprotan
3. Penggunaan larvasida kimia dan adulticides

Mengurangi penularan penyakit dengan memperpendek atau mengganggu umur vektor.


system managemen vektor terpadu menyediakan kerangka kerja untuk perlindungan dan
strategi perbaikan/pencegahan yang menggabungkan pengelolaan lingkungan dan alat-alat
kimia secara terpadu, misalnya kelambu berinsektisida. System managemen vektor terpadu
membutuhkan pendekatan multi-sektoral untuk pengendalian vektor untuk pengendalian
penyakit. Misalnya dampak kesehatan atas pembangunan infrastruktur baru, misalnya
sumber daya air, irigasi dan pertanian, dapat membantu mengidentifikasi dampak potensial
pada penyakit tular vektor sehingga keputusan kebijakan efektif dapat diambil.

Pada kegiatan system managemen vektor terpadu peran serta beberapa sector dalam
pemerintahan berperan disesuaikan dengan keadaan daerah selain itu peran serta
masyarakat sangat begitu besar dimana untuk merencanakan dan pelaksanaan suatu kegiatan
pengendalian yang akan dilakukan disesuaikan dengan keadaan lingkungan dan sumber daya
yang ada (tenaga, biaya dan lain lain)

2.3.2 Dampak dari banyaknya vector pada lingkungan


Penyakit yang disebabkan oleh vektor

1. Nyamuk (Mosquito)

Nyamuk adalah vektor mekanis atau vektor siklik penyakit pada manusia dan hewan
yang disebabkan oleh parasit dan virus, nyamuk dari genus Psorophora dan Janthinosoma
yang terbang dan menggigit pada siang hari, membawa telur dari lalat Dermatobia hominis
dan menyebabkan myiasis pada kulit manusia atau ke mamalia lain. Species yang merupakan
vektor penting penyebab penyakit pada manusia antara lain penyakit :

a) Malaria

Vektor siklik satu-satunya dari malaria pada manusia dan malaria kera adalah
nyamuk Anopheles, sedangkan nyamuk Anopheles dan Culex keduaduanya dapat
menyebabkan malaria pada burung.

Secara praktis tiap species Anopheles dapat diinfeksi secara eksperimen, tetapi
banyak species bukan vektor alami.Sekitar 110 species pernah dihubungkan dengan
penularan malaria, diantaranya 50 species penting terdapat dimana-mana atau setempat
yang dapat menularkan penyakit malaria.

Sifat suatu species yang dapat menularkan penyakit ditentukan oleh :

a. Adanya di dalam atau di dekat tempat hidup manusia.

b. Lebih menyukai darah manusia dari pada darah hewan, walaupun bila hewan hanya
sedikit.

c. Lingkungan yang menguntungkan perkembangan dan memberikan jangka hidup cukup


lama pada Plasmodium untuk menyelesaikan siklus hidupnya.

d. Kerentanan fisiologi nyamuk terhadap parasit .

Untuk menentukan apakah suatu species adalah suatu vektor yang sesuai, maka dapat
dicatat persentase nyamuk yang kena infeksi setelah menghisap darah penderita malaria,
prnentuan suatu species nyamuk sebagai vektor dapat dipastikan dengan melihat daftar
index infeksi alami, biasanya sekitar 1-5%, pada nyamuk betina yang dikumpulkan dari
rumah-rumah di daerah yang diserang malaria.

b) Filariasis

Nyamuk Culex adalah vektor dari penyakit filariasis Wuchereria bancrofti dan Brugia
malayi.Banyak species Anopheles, Aedes, Culex dan Mansonia, tetapi kebanyakan dari
species ini tidak penting sebagai vektor alami. Di daerah tropis dan subtropis, Culex
quinquefasciatus (fatigans), nyamuk penggigit di lingkungan rumah dan kota, yang
berkembang biak dalam air setengah kotor sekitar tempat tinggal manusia, adalah vektor
umum dari filariasis bancrofti yang mempunyai periodisitas nokturnal. Aedes
polynesiensis adalah vektor umum filariasis bancrofti yang non periodisitas di beberapa
kepulauan Pasifik Selatan . Nyamuk ini hidup diluar kota di semak-semak (tidak pernah
dalam rumah) dan berkembang biak di dalam tempurung kelapa dan lubang pohon,
mengisap darah dari binatang peliharaan mamalia dan unggas, tetapi lebih menyukai
darah manusia.
c) Demam Kuning

Demam kuning (Yellow Fever) penyakit virus yang mempunyai angka kematian
tinggi, telah menyebar dari tempat asalnya dari Afrika Barat ke daerah tropis dan
subtropis lainnya di dunia, Nyamuk yang menggigit pada penderita dalam waktu tiga hari
pertama masa sakitnya akan menjadi infektif selama hidupnya setelah virusnya menjalani
masa multifikasi selama 12 hari.

Vektor penyakit ini adalah species nyamuk dari genus Aedes dan Haemagogus,
Aedes aegypti adalah vektor utama demam kuning epidemik, hidup disekitar daerah
perumahan, berkembang biak dalam berbagai macam tempat penampungan air sekitar
rumah, larva tumbuh subur sebagai pemakan zat organik yang terdapat didasar
penampungan air bersih (bottom feeders) atau air kotor yang mengandung zat organik.

d) Dengue Hemorrhagic Fever


Adalah penykit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan subtropis
yang kadang-kadang menjadi epidemik.Virus membutuhkan masa multifikasi selama 8-
10 hari sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya ditularkan oleh species Aedes,
terutama A. aegypti.Penyakit ini merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi
sepanjang tahun terutama pada saat musim penghujan.

2. Lalat
a) Lalat Rumah (Housefly)

Lalat rumah, Musca domestica, hidup disekitar tempat kediaman manusia di seluruh
dunia.Seluruh lingkaran hidup berlangsung 10 sampai 14 hari, dan lalat dewasa hidup
kira-kira satu bulan.Larvanya kadang-kadang menyebabkan myasis usus dan saluran
kencing serta saluran kelamin.

Lalat adalah vektor mekanik dari bakteri patogen, protozoa serta telur dan larva
cacing, Luasnya penularan penyakit oleh lalat di alam sukar ditentukan.Dianggap sebagai
vektor penyakit typhus abdominalis, salmonellosis, cholera, dysentery bacillary dan
amoeba, tuberculosis, penyakit sampar, tularemia, anthrax, frambusia, conjunctivitis,
demam undulans, trypanosomiasis dan penyakit spirochaeta.
b) Lalat Pasir (Sandfly)

Lalat pasir ialah vektor penyakit leishmaniasis, demam papataci dan


bartonellosisi.Leishmania donovani, penyebab Kala azar; L. tropica, penyebab oriental sore;
dan L. braziliensis, penyebab leishmaniasis Amerika, ditularkan oleh Phlebotomus. Demam
papataci atau demam phlebotomus, penyakit yang disebabkan oleh virus banyak terdapat di
daerah Mediterania dan Asia Selatan, terutama ditularkan oleh P. papatsii, yang menjadi
infektif setelah masa perkembangan virus selama 7-10 hari. Bartonellosis juga terdapat di
Amerika Selatan bagian Barat Laut sebagai demam akut penyakit Carrion dan sebagai
keadaan kronis berupa granulema verrucosa.Basil penyebab adalah Bartonella bacilliformis,
ditularkan oleh lalat pasir yang hidup di daerah pegunungan Andes.

c) Lalat Tsetse (Tsetse Flies)

Lalat tsetse adalah vektor penting penyakit trypanosomiasis pada manusia dan hewan
peliharaan.Paling sedikit ada tujuh species sebagai vektor infeksi trypanosoma pada hewan
peliharaan, species Trypanosoma rhodesiense yang menjadi, penyebab trypanosomiasis,
adalah Glossina morsitans, G. swynnertoni, dan G. Pallidipes.Vektor utama .pada Penyakit
Tidur (Sleeping Sickness) di Gambia adalah species G. palpalis fuscipes dan pada daerah -
daerah tertentu adalah species G. tachhinoides.
d) Lalat Hitam (Blackflies)

Adalah vektor penyakit Oncheocerciasis Di Afrika adalah species Simulium


damnosum dan S. neavei dan di Amerika adalah S. metallicum, S. ochraceum dan S.
callidum. Species lain mungkin adalah vektor yang tidak penting dan menularkan
onchocerciasis pada ternak dan penyakit protozoa pada burung.

3. Tuma Kepala, Tuma badan, dan Tuma Kemaluan (Head Lice, Body Lice, and Crab Lice)

Tuma badan adalah vektor epidemic typhus, epidemic relapsing fever di Eropa dan
Amerika Latin,.Tuma mendapat infeksi dari Reckettsia prowazeki, bila menghisap darah
penderita. Rickettsia berkembang biak dalam epitel lambung tengah tuma dan dikeluarkan
bersama tinja. Tuma tetap infektif selama hidupnya;. Manusia biasanya mendapat infeksi
karena kontaminasi pada luka gigitan, kulit yang lecet atau mukosa dengan tinja atau badan
tuma yang terkoyak Bila oleh spirochaeta Borrelia recurrentis, penyebab epidemic relapsing
fever di Eropa, spirochaeta akan berkembang biak di seluruh tubuh tuma, yang tetap infektif
selama hidupnya,. Demam parit, suatu penyakit yang disebabkan oleh Rickettsia juga
ditularkan oleh tuma tetapi tidak fatal, pernah berjangkit sebagai penyakit epidemik selama
Peran Dunia pertama dan kemudian menjadi endemik di Eropa dan Mexico.

4. Pinjal (Fleas)

Pinjal adalah serangga yang termasuk ordo siphonatera. Pinjal merupakan serangga
parasit yang umumnya ditemukan pada hewan namun terkadang juga pada manusia. Pinjal
menghisap darah dari inang yang ditumpanginya. Saat pinjal menggigit kulit inangnya, air
ludah pinjal akan ikut masuk ke dalam jaringan kulit dan menyebabkan radang serta alergi.
Selain itu, kotoran pinjal juga dapat menyebabkan penyakit Rickettsia jika masuk kedalam
luka gigitannya. Pinjal hanya penting dalam dunia kedokteran terutama yang berhubungan
dengan penularan penyakit sampar dan endemic typhus. Pinjal dapat juga bertindak sebagai
hospes perantara parasit.
5. Tungau (Mites)

Adalah vektor pada penyakit tsutsugamushi atau scrub typhus yang disebabkan oleh
Rickettsia tsutsugamushi, tungau mengigit manusia menyebabkan luka bernanah disertai
demam yang remiten, lymphadenitis, splenomegaly dan suatu eritema yang merah sekali.

Vektor utamanya adalah Trombicula akamushi dan T. deliensis, tungau menularkan


penyakit pada stadium larva sedangkan larvanya adalah parasit pada tikus ladang di Jepang
dan beberapa tikus rumah dan tikus lading di Taiwan dan di Indonesia.Manusia merupakan
hospes secara kebetulan, larvanya melekatkan diri pada pekerja di ladang.Penyakit ini dapat
ditularkan dari generasi ke generasi, sehingga larva generasi kedua mampu menginfeksi
manusia.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkannya


dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lain.
2. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2017
Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Untuk
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya.
3. Dampak yang ditimbulkan oleh binatang vektor sangat banyak sekali dan menyebabkan
berbagai macam jenis penyakit yang berbahaya untuk itu kita perlu menjaga baik
kebersihan lingkungan maupun kebersihan diri untuk mencegah penyakit yang
disebabkan oleh vektor.
4. Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu seperti : habitat
pengendalian, mengurangi kontak, kontrol kimia, dan pengendalian biologis.
Daftar Pustaka

https://www.entomologikesehatan.com/2018/08/standar-baku-mutu-kesehatan-lingkungan.html

https://www.academia.edu/6887920/Metode_Pengendalian_Vektor

https://id.wikipedia.org/wiki/Vektor_(biologi)

https://peujrohnagan.blogspot.co.id/2010/12/makalah-pengendalian-vektor-penyakit.html

http://juanna-kesling.blogspot.co.id/2011/05/vektor-binatang-pengganggu.html

Anda mungkin juga menyukai