Anda di halaman 1dari 65

PENGENDALIAN VEKTOR

PENYAKIT

SUGENG JUWONO MARDIHUSODO


PROF DR DAP&E MSC (TROP MED)
PROGRAM STUDI S2 KESMAS UNMAL BANDAR LAMPUNG
H. Sugeng Juwono Mardihusodo
Prof., dr., DAP&E, MSc (Trop Med)
PROGRAM STUDI S2 KesMas UNMAL Bandar Lampung
E-mail: sugengjuwono1142@gmail.com
Kuliah
PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT

I. VEKTOR DAN PATOGEN


II. PENYAKIT TULAR ARTHROPODA
III. PENGENDALIAN VEKTOR
IV. PENGENDALIAN VEKTOR TERPADU
Kuliah
PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT (I)

VEKTOR DAN PATOGEN


1. APA ITU VEKTOR ? (1)
1. APA ITU VEKTOR ? (2)
2. MACAM-MACAM VEKTOR (1)

1. VEKTOR MEKANIS – adalah vektor (umumnya Kehidupannya di vektor tidak penting sebagai
insekta yang bukan pengisap darah manusia, yang kelangsungan hidupnya, reproduksi, dll dari waktu ke
menjadi transporter dari sejumlah patogen pada bagian waktu, dari generasi ke generasi di ekosistemnya.
tubuh luarnya: kaki dan mulut luarnya.
Patogen yang ditularkan lalat rumah, misalnya kista
Misalnya: lalat rumah (Musca domestica) dan kecoa Amoeba parasit, tidak multiplikasi, dan tidak bisa
(Periplaneta americana, dll) yang menularkan hidup lama di lingkungan luar.
bakteria penyebab dysentri, typhus, dll. Lalat
rumah juga menularkan amebiasis dan trachoma.
2. MACAM-MACAM VEKTOR (2)

2. VEKTOR BIOLOGIS – adalah vektor yang Patogen, dalam konteks ini, adalah endoparasit bagi
menjadi host bagi pathogen yang menginfeksinya vektor yang menjadi hostnya:
sebagi tempat keberlangsungan siklus hdupnya agar
a) amplifying host (DENV pada nyamuk Aedes,
persisten, tetap survive, bereproduksi, dan
berkembang dari stadium satu ke stadium berikutnya b) intermediate host (mf bancrofti pada nyamuk
yang bersifat infektit. Culex), ataupun sebagai
c) definitive host (Plasmodium pada nyamuk
Anopheles).
SIKLUS DAN PERKEMBANGAN PATOGEN DALAM
VEKTOR

1. SIKLUS PROPAGATIF: A  B  E  H,
misalnya DENV dalam nyamuk Aedes
2. SIKLUS SIKLODEVELOPMENTAL:
a) A  C  E  G  A,
misalnya cacing Filaria dalam nyamuk Culex
b) A  F, misalnya cacing Dirofilaria
3. SIKLUS SIKLOPROPAGATIF: A  B  D  E  H,
misalnya Plasmodium dalam nyamuk
Anopheles
SIKLUS PROPAGATIF

1. SIKLUS PROPAGATIF -- patogen yang HANYA,


multiplikasi di dalam tubuh vektornya.
Misalnya: Virus Dengue (DENV) dalam sel-sel epitelium
midgut nyamuk Aedes aegypti. Setelah 8-12 hari isapan
darah (masa inkubasi ekstrinsik), DENV sudah melimpah
siap di kelenjar liur nyamuk Ae. aegypti, untuk ditularkan
ke manusia sewaktu nyamuk infeksius itu
mengisap/mengisap darah.
SIKLUS SIKLODEVELOPMENTAL

2. SIKLUS SIKLODEVELOPMENTAL -- patogen


HANYA mengalami perubahan bentuk di dalam tubuh
vektornya.
Misalnya: Mikrofilaria (mf) Wuchereria bancrofti
dalam sel-sel otot dada nyamuk Culex yang telah
berubah bentuk menjadi larva (L1-L2-L3 infektif),
yang kemudian menuju ke proboscis nyamuk  siap
ditularkan ke manusia sewaktu mengisap darah.
SIKLUS SIKLOPROPAGATIF

3. SIKLUS SIKLOPROPAGATIF – patogen selain


mengalami multiplikasi juga mengalami perubahan
bentuk sebelum menjadi infektif dalam kelenjar liur
nyamuk, dan siap ditularkan ke manusia lewat
gigitannya.
Misalnya: Plasmodium falciparum (Pf) dalam tubuh
nyamuk Anopheles. Awalnya Pf gametosit jantan dan
betina mengalami proses gametogenesis  gametogoni
 sporogoni  sporozoit
Kuliah
PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT (II)

PENYAKIT TULAR VEKTOR


VEKTOR DAN PENYAKIT: ARTHROPODA
PENYAKIT TULAR NYAMUK VEKTOR (1)

Vektor berbahaya tersebut paling banyak


adalah nyamuk (Insekta: Diptera:
Culicidae), utamanya sejumlah spesies
yang termasuk genus Anopheles, Aedes,
Culex, dan Mansonia. Kelompok penyakit
tsb disebut Mosquito-borne Disease
(MBD)
PENYAKIT TULAR NYAMUK VEKTOR (2)

Patogen berbahaya yang mematikan dan


ditularkan nyamuk antara lain (di Indonesia)
adalah:
1). Virus Dengue (DENV), vektornya
nyamuk Aedes;
2) Virus JE, vektornya nyamuk Culex;
3) Plasmodium falciparum vektornya
nyamuk Anopheles.
VEKTOR DAN PENYAKIT

PATOGEN menimbulkan masalah serius di bidang


kesehatan masyarakat adalah patogen yag ditularkan
vektor pengisap darah (blood sucking) manusia dan
binatang.
Penyakit-penyakit yang tertular vektor disebut Vector-
borne disease (VBD).
VBD itu ada yang berkomplikkasi berat dan
mematikan (misalnya: malaria, dengue).
Ada VBD yang kalaupun sembuh menimbulkan
kecacatan seumur hidup (misalnya Elefantiasis atau
penyakit Kaki Gajah).
Penyakit lainnya: Scrub typhus yang ditularkan tungau
semak, Lyme disease yang ditularkan caplak dan
nyamuk Culex. bisa juga fatal.
VEKTOR DAN PENYAKIT: ARTHROPODA (1)
PENYAKIT TULAR VEKTOR: PERMASALAHAN GLOBAL (1)
PENYAKIT TULAR VEKTOR: PERMASALAHAN GLOBAL (2)
PENYAKIT TULAR VEKTOR: FAKTOR LINGKUNGAN
PENYAKIT TULAR VEKTOR: FAKTOR-FAKTOR PENULARAN
(DENGUE)
PENYAKIT TULAR VEKTOR : FAKTOR LINGKUNGAN
(DENGUE)
Kuliah
PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT (III)

1. PENTINGNYA PENGENDALIAN VEKTOR


2. DASAR-DASAR RASIONAL DAN INTERVENSI
3. METODE PENGENDALIAN VEKTOR
4. PARAMETER PENGENDALIAN VEKTOR:
1) DENGUE
2) MALARIA
PENTINGNYA PENGENDALIAN VEKTOR

Pada penyakit tular vektor, intervensi pada vektor bertujuan untuk memutus
rantai penularan penyakit, mengekang laju penularan supaya insidensi dan
prevalensi penyakit di suaru wilayah endemik atau epidemic tidak bertambah,
bahkan bias menurun drastis.
Pengendalian vekktor jadi penting, bahkan jadi opsi utama, khususnya untuk
penyakit viral, misalnya: Zika, West Nile Virus dan Dengue yang obat khusus
dan vaksinnya belum ada atau belum komersial dan efektif.
Pengendalian vektor juga masih dilakukan untyuk penyakit Malaria, meskipun
untuk penyakit itu sudah ada obatnya (ACT), karena terbukti di Afrika,
penggunaan insektisida untyk pengendalian vektor masih efektif 50%
menurunkan insidensi malaria di benua itu.
Pengendalian vektor, memang kurang dipentingkan untuk eliminasi penyakit
elefantiasis (kaki gajah) karena untuk penyakit itu sudah ada obatnya yang efektif
untuk membunuh caccing filarial penyebabnya (DEC + albendazol +
paracetamol).
PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT

Kejadian penyakkit yang dialami manusia secara individual


ataupun kelompok penduduk dalam satu ekosistem
merupakan dampak interaksi nyata antara manusia (host),
patogen (agent), dan lingkungan (environment) termasuk
vektor (vector).
Ketiga komponen tsb digambarkan dalam satu Segitiga
Epidemiologik (Epidemiologic Triad).
Pengendalian penyakit tular vektor pada dasarnya adalah
meniadakan atau meminimalkan contact rate antara vektor-
agent-human host, baik untuk pencegahan atau mengurangi
penularan penyakit oleh vektor.
DASAR RASIONAL PENGENDALIAN (NYAMUK) VEKTOR

Pada dasarnya, aksi PV berbasis pada cara-cara mereduksi


kapasitas vektorial dari nyamuk penular penyakit, seperti
yang dirumuskan oleh Dr. Ronald Ross (untuk malaria)
sbb:
h = m.a.s.
Keterangan:
m = MHD (man hour density = kepadatan nyamuk /orang
/ jam).
a = MBR (man biting rate = jumlah orang digigit seekor
nyamuk perhari atau permalam).
DASAR-DASAR RASIONAL DAN INTERVENSI VEKTOR (1)

1. BIOLOGI VEKTOR INTERVENSI


1). Identitas taksonomis: genus, spesies, 1) Penggangtian spesies (species replacement) dengan
metode genetik.
subspecies, strain.
2) Stadium dewasa, stadium telur, stadium akuatik dengan
insektisida, predator, biolarvasida, dll.
2). Daur hidup dan perkembangannya
3) Saat perkawinan jantan dan betina dengan metode
(metamorfosis) genetik sterile male technique.
3) Reproduksi vektor.
DASAR-DASAR RASIONAL DAN INTERVENSI VEKTOR (2)

2. EKOLOGI (BIONOMIK) DAN SEBARAN INTERVENSI


1) Pemilihan habitat larva, dewasa, dan tempat bertelur
1) Source reduction dan proteksi diri: pelaksanaan 3M
(breeding), 2) pemilihan sumber darah untuk nyamuk
dan sanitasi lingkungan (DBD), pengaturan irigasi,
berina, 3) tempat resting nyamuk betina dan nyamuk modifikasi atau manipulasi lingkungan habitat,
jantan, 4) perilaku mating, peri;aku setelah menggigit zooprofilaksis, pemasangan kasa jendela dan pintu,
penggunaan bednet, penggunaan repellent, dll.
dan mengisap darah manusia, 5) arak terbang
nyamuk dari tempat breeding ke sumber darah
2) Pengendalian vektor sesuai dinamika vektor, dan
penularan penyakit berbasis wilayah.
manusia di pemukiman, dll.
2) Sebaran vektor menurut zona geografis, dinamika
perubahan kepadatan vektor menurut musim dan
perubahan populasi manusia.
DASAR-DASAR RASIONAL DAN INTERVENSI VEKTOR (3)

3. CARA PENULARAN PENYAKIT INTERVENSI


1. Lewat gigitan / isapan darah waktu 1. Lakukan cegahan kontak nyamuk
siang hari (Aedes) atau malam hari vektor – manusia dengan repellent,
(Anopheles, bednet, pakaian rapat tubuh: baju
Mansonia, Culex). lengan panjang, celana panjang, jaket,
headnet, dll.
PENYAKIT-PENYAKIT TULAR NYAMUK dan INTERVENSI

PENYAKIT TULAR NYAMUK INTERVENSI


1. Zika 1. Obat (-), Vaksin (-), PV (+)
2. WNV 2. Obat (-), Vaksin (-), PV (+)
3. Dengue 3. Obat (-), Vaksin (-), PV (+)
4. Ebola 4. Obat (-), Vaksin (+), PV (+)
5. Chikungunnya 5. Obat (-), Vaksin (-), PV (+)
6. Malaria 6. Obat (-), Vaksin (+), PV (+)
7. Filariasis limfatik 7. Obat (+). Vaksin (-), PV (+)
PENGENDALIAN (NYAMUK) VEKTOR PENYAKIT

Tahun 1940an adalah peristiwa bersejarah dengan


keberhasilan pemberantasan malaria di dunia.
Dengan melakukan semprotan DDT pada dinding rumah
(IRS) densitas nyamuk vektor malaria dapat ditekan
rendah sehingga prevalensi dan insidensi malaria
menurun sangat signifikan di Afrika, dan di Indonesia.
Untuk mencapai keberhasilan program pengendalian
VBD, PV dikombinasikan dengan strategi lainnya dengan
intervensi pada faktor manusia, agent, dan lingkungan
(fisik, ekologis), yang disebut: integrated vector
control/IVC).
PENGENDALIAN NYAMUK VEKTOR: STRATEGI

Pengendalian vektor (PV) dilakukan dengan strategi:


1). Mencegah nyamuk vektor breeding dan mereduksi
breeding places di zona akuatik alami atau buatan
manusia (man-made breeding places), jangan sampai
tempat-tempat tsb menjadi sumber nyamuk (dengan 3M,
dengan modifikasi dan manipulasi lingkungan).
2). Mereduksi kepadatan nyamuk vektor yang
infeksius (MHD dan MBR) dengan insektisida
(adultisida)
3). Mereduksi frekuensi / intensitas kontak manusia –
vektor (dengan bednet, window screen)
4). Mereduksi umur nyamuk jadi sependek-pendeknya.
(dengan IRS).
PENGENDALIAN NYAMUK VEKTOR: OPSI TINDAKAN OPERASIONAL
METODE PENGENDALIAN NYAMUK VEKTOR
PENGENDALIAN NYAMUK VEKTOR:
MANAJEMEN LINGKUNGAN
PENGENDALIAN NYAMUK VEKTOR: PARAMETER

1. MHD (Man Hour Density) =


m = kepadatan nyamuk per
orang per jam.
2. MBR (Man Biting Rate) =
a = jumlah orang digigit
nyamuk per hari atau
per malam.
KRITERIA METODE PENGENDALIAN VEKTOR

1. Rational 6. Acceptable to the people


2. Effective 7. Affordable, inexpensive
3. Efficient 8. Easy to formulate and apply
4. Sustainable 9. Income generating
5. Safe
PENGENDALIAN NYAMUK VEKTOR: DENGUE

Pengendalian penyakit Dengue dengan sasaran nyamuk vektornya:


Aedes aegypti (dan Ae. albopictus), bertujuan untuk mencegah dan
memutus rantai penularan DENV dari manusia terinfeksi DENV
(asimptomatik/simptomatik) ke manusia lain yang sehat.
Pengendalian vektor DENV menjadi prioritas karena belum adanya
obat antiviral DENV dan vaksin untuk Dengue yang efektif.
Pengendalian vektor sebaiknya dikombinasikan dengan
pengendalian perilaku dan mobilitas manusia, serta manajemen
faktor lingkungan yang berpengaruh.
PENGENDALIAN NYAMUK VEKTOR : DENGUE

Pengendalian vektor Dengue/DBD ditujukan untuk


memutus daur hidup nyamuk vektor Aedes aegypti
(nyamuk rumah) ataupun Ae. Albopictus (nyamuk
kebun).
Strategi PV Dengue dapat berupa tindakan (measures):
1. Antilarval measures
2. Antiadult measures
3. Proteksi terhadap gigitan nyamuk
4. Legal control.
5. Health education, dan
6. Public campaign
PENGENDALIAN NYAMUK VEKTOR: DENGUE

1. ANTILARVAL MEASURES.
1) Environmental control: a) melakukan program 3M
plus secara rutin dan berkesinambungan; b) dengan
lethal ovitrap.
2) Penggunaan insektisida - larvisida: Temefos (Abate)
SG 1% setiap 3-4 bln.;
3) Penggunaan IGR: Pyriproxyfen (Sumilar) setiap 2
bln, atau Methoprene.
4) Penggunaan biocontrol agent: a) ikan pemakan jentik;
b) Mesocyclops; c) Bacillus thuringiensis israelensis
(Bti) atau B. sphaericus.
PENGENDALIAN NYAMUK VEKTOR:
TARGET NYAMUK DEWASA

2. ANTIADULT MEASURES.
Dengan penggunaan insektsida - adultisida yang diaplikasikan
dengan cara:
a) aerosol space spraying;
b) IRS (indoor residual spraying) dengan malathion, atau lainnya.
c) ODS (outdoor spraying) dengan cold aerosol spraying (ULV),
atau thermal fogging dengan malathion, atau lainnya.
d) Genetik – intervensi pada proses mating (sterile male
technique).
PENGENDALIAN NYAMUK VEKTOR: PROTEKSI DIRI

3. PROTEKSI DIRI DARI GIGITAN NYAMUK:


a) Memakai bednet, bednet yang diolesi insektisida
(Insecticide Teated Net/ITN), atau LLIN (long lasting
Insecticidal Net).
b) Pemasangan screen pada pintu, jendela dan lubang-
lubang ventilasi bangunan/rumah.
c) Penggunaan repellent: DEET (diethyl toluamide),
dll.
d) Pemakaian pakaian rapat tubuh dan anggota badan:
jaket, celana panjang, baju lengan panjang sewaktu di
luar rumah waktu malam hari.
4. LEGAL CONTROL b) Penerapan UU / DPR / Presiden
a). Penerapan Perda / bupati atau kepada semua warganegara untuk
gubernur kepada penduduk untuk melaksanakan 3M atau 3 M plus,
melaksanakan source reduction 3M sanitasi lingkungan di lingkungan
plus, sanitasi lingkungan di rumahnya rumahnya masing-masing yang diberi
masing-masing, yang diberi sanksi sanksi hukum jika tidak
hokum jika tidak melaksanakan. mematuhinya.
5. HEALTH EDUCATION dan PUBLIC CAMPAIGN
Materi: Epidemiologi DBD, pengendalian
vektor, 3M plus, dll.
METODE:
a) Formal  Masuk kurikulum sekolah. Gerakan
Lingkungan Sehat Sekolah Sehat, Germas Sekolah.
b) Informal  lewat siaran radio, TV, poster, koran, majalah,
Dasa Wisma, penyuluhan, medsos, dll.
PENGENDALIAN VEKTOR DENGUE: PARAMETER

1.Container Index (CI): % jumlah TPA 4. Pupal per person (PPP): jumlah
yang diperiksa positif untuk larva nyamuk pupae Aedes per orang di lokasi
Aedes. survey.
2. House Index (HI): % jumlah rumah 5. Pupal per house (PPH): jumlah
positif untuk larva nyamuk Aedes. pupae Aedes per rumah di lokasi
3. Breteau Index (BI): jumlah CI positif survey.
larva Aedes per 100 rumah yang
diperiksa.
PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA: TUJUAN

TUJUAN EPIDEMIOLOGIS: TUJUAN ENTOMOLOGIS-EPIDEMIOLOGIS:


1. Mencegah munculnya kejadian kasus malaria dalam
1. Menekan / menekan populasi
jangka pendek – panjang.
2. Mengekang dan menekan insidensi dan perluasan
vektor  mereduksi kapasitas
sebaran kasus malaria. vektorial sampai di bawah
3. Untuk eliminasi malaria minimal sampai batas nilai ambang epidemiologis.
masalah malaria tidak lagi menjadi prioritas 2. Menekan / mereduksi populasi
dalam target program kesehatan local vektor sehingga indeks
maupun nasional. transmisi penyakit nol.
PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA: TARGET

TARGET (dari rumus Dr Ronald Ross, Kapasitas


Vektorial: h = m.a.s)
1) Penurunan kapasitas vektorial:
a) komponen m = MHD (man hour density),
dan
b) komponen a = MBR (man biting rate).
2) Penurunan indeks transmisi.
PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA: METODE (1)

1. ENVIRONMENTAL / SOURCE REDUCTION


Target: Tempat breeding/ bertelur dan habitat
stadium akuatik larvae / pupa
a) Modifikasi lingkungan fisik, sifatnya permanen,
berdampak jangka panjang.
b) Manipulasi lingkungan fisik, sifatnya temporer,
berdampak jangka pendek.
c) Modifikasi atau manipulasi perilaku manusia:
perubahan mindset, perilaku sehat
lingkungan, sebagai bagian ibadah, dll.
PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA: METODE (2)

2. CHEMICAL CONTROL
Target: larvae nyamuk.
Dengan aplikasi:
a) Larvisida

b) IGR (insect growth regulator)

c) Biolarvisida
PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA: METODE (3)

3. BIOLOGICAL CONTROL. Dengan ikan PREDATOR


pemakan jentik (larvivorous fish): praktis, murah, dipilih yang
kecil, yang tidak layak dimakan.
Ikan pemakan jentik yang digunakan harus memenuhi syarat:
a) hanya selera pada larva nyamuk; b) ukurannya kecil; c)
sangat reproduktif; d) sangat toleran terhadap polutan,
perubahan temperature, pH dan salinitas air.
Yang paling diminati:
a) Gambusia affinis di air jernih, sangat toleran thd perubahan
temperature, pH dan salinitas air.
b) Ikan gendol atau ikan gupi (Poecilia reticulata) bisa di air
kotor, tidak mampu hidup jika t < 10 derajad C.
PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA: METODE (4)

4. INDOOR RESIDUAL SPRAYING


(IRS)
PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA: METODE (5)

5. OUTDOOR INSECTICIDE
SPRAYING (OIS)
PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA: PROTEKSI
DIRI

6. HUMAN VECTOR CONTACT


PREVENTION
Penggunaan:
Bednet, ITN, atau LLIN
a) Screening pintu, jendela, lubang ventilasi.
b) Headnet, jaket, celana panjang, baju
lengan panjang.
c) Repellent
d) Obat nyamuk bakar

PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA
PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA: INSEKTISIDA
PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA: PARAMETER
ENTOMOLOGIS

1. MHD (m) = man hour Angka m, a, s untuk


density penghitungan:
2. MBR (a) = man biting rate Kapasitas Vektorial (h) = m.a.s.
3. Sporozoite Index ( s ).
Kuliah
PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT (IV)

PENGENDALIAN VEKTOR
TERPADU
PENGENDALIAN VEKTOR TERPADU: DEFINISI

PVT adalah aktivitas terpadu, sistematis dan terorganisasi


:: oleh suatu tim pengendalian
vektor dari dinas kesehatan, yang dengan menggabungkan penerapan strategi
pengendalian vektor: satu cara dengan 2-4 cara lain berhasil dicapai tujuan VC yaitu
penurunan parameter entomolologis (kapasitas vektorial) yang berkontribusi nyata dalam
penurunan insidensi, prevalensi, morbiditas dan mortalitas VBD pada penduduk di suatu
wilayah endemik/epidemik.
KOMPONEN PENGENDALIAN VEKTOR TERPADU (1)

PVT adalah kombinasi dari cara-cara:


1. Source reduction
2. Chemical control
3. Biological control
4. Personal protection from mosquito bites.
5. Health education
KOMPONEN PENGENDALIAN VEKTOR TERPADU (2)
KONSEP WHO TENTANG PVT
The End
Wassalamamu’alaikum wr wb
Terima kasih
Wassalamu’alaikum wa
rohmatullahi wa barakatuh

Anda mungkin juga menyukai