Anda di halaman 1dari 8

Case report

RHINITIS ALERGI

Oleh:
Winda surya ningsih, S.Ked

Preseptor:

dr. Bara Ade Wijaya, Sp.THT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU

PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN

RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2020
BAB I

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. D

Tempat,tanggal lahir : Kisaran,11 Maret 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Suku : Jawa

Alamat : Jl. Wandamen Samofa

Pekerjaan : Pegawai swasta

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama

Bersin – bersin dan hidung gatal

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke Poliklink THT RSPBA dengan keluhan bersin bersin sejak 4
hari yang lalu. Keluhan bersin bersin dirasakan lebih sering pada pagi hari. Keluhan
disertai rasa gatal pada hidung dan keluar cairan encer bening dari hidung. Keluhan
hidung tersumbat juga diakui pasien, sehingga kemampuan menghidunya terasa
berkurang, namun pasien masih dapat bernapas. Keluhan tidak disertai nyeri di dahi
dan pipi pasien, panas badan, batuk pilek, rasa gatal pada tenggorokan, suara menjadi
serak, rasa tersumbat di telinga, dan pendengaran berkurang.

Riwayat nyeri pada daerah sekitar hidung dan pipi terutama bila menunduk, tidak
ada. Riwayat keluar cairan dan nyeri pada telinga tidak ada. Riwayat gatalgatal pada
kulit tidak ada. Riwayat sesak dan napas berbunyi mengi tidak ada. Riwayat gatal-
gatal ketika makan makanan tertentu tidak ada. Riwayat alergi debu diakui pasien.
Riwayat memiliki atau berkontak dengan hewan peliharaan tidak ada.

Pasien sering mengalami keluhan serupa sejak pasien masih kecil. Keluhan
dirasakan hilang timbul, biasanya keluhan muncul pagi-pagi. Keluhan pasien
dirasakan mengganggu pasien bekerja. Pasien mengatakan bahwa ia dapat mengalami
keluhan seperti ini ±2x dalam sebulan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan serupa diakui, dan menurut pasien memang sering kambuh. 
Riwayat alergi debu diakui pasien. Riwayat alergi terhadap makanan dan obat
tertentu tidak ada. Riwayat asma sebelumnya tidak pernah.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu kandung pasien menderita asma

5. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang wiraswasta, Biaya pengobatan ditanggung sendiri. Kesan


ekonomi cukup

C. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

Kesan Sakit : Tampak sakit ringan.

Kesadaran : Compos mentis.

Tanda Vital

Tekanan darah : (tidak dilakukan).

Nadi : 80 x/menit.

Respirasi : 20 x/menit.

Suhu : 37,2oC per aksila.

Status Generalis : dalam batas normal


Status THT

1. Telinga

Keadaan Telinga Kanan Kiri


Canalis aurikularis externa Normal Normal
Sekret Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Membran timpani Intak, pantulan cahaya Intak, pantulan cahaya (+)
(+)
Pre/retro aurikuler Normal Normal

2. Hidung

Keadaan Hidung Kanan Kiri


Deformitas Tidak ada deformitas Tidak ada deformitas
Sekret Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Concha Permukaan licin, Permukaan licin,
pucat Atrofi ringan
Meatus media Normal Normal
Septum nasi Normal Normal
Polip Tidak ditemukan Tidak ditemukan
3. Nasofaring

Pemeriksaan Kanan Kiri


Pallatum molle Normal Normal
Tonsil TI, tidak hiperemis TI, tidak hiperemis
Arcus faring Normal Normal
Dinding dorsal faring Normal Normal

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG : diusulkan


 Hitung Eosinophil
 Skin prick test
E. RESUME
Ny D, 29 tahun, datang dengan keluhan bersin-bersin disertai rasa gatal di hidung dan
mata. Hidung tersumbat (+), watery nose (+), riwayat alergi debu (+). Keluhan
mengganggu pekerjaan pasien. Pasien mengatakan bahwa keluhan dirasakan ±2x
dalam sebulan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya allergic shiner   dan allergic crease. Pada
pemeriksaan rhinoskopi anterior tampak mukosa hidung mengalami edema, berwarna
pucat, disertai adanya sekret bening encer yang banyak. Pada pasien ini belum
dilakukan pemeriksaan penunjang apapun.

F. DIAGNOSIS BANDING
- Rinitis alergi intermiten sedang-berat.
- Rinitis infeksi.
- Rinitis non-alergi dengan sindrom eosinofilia.
- Rinitis vasomotor.
G. DIAGNOSIS KERJA
Rinitis Alergi

H. PENATALAKSANAAN
 Non medikamentosa
- Menghindari kontak dengan alergen, misalnya dengan cara memakai masker
saat akan berkontak dengan debu.
- Mengganti seprai dan sarung bantal/guling 1x sebulan.
- Menjemur kasur tidur 1x sebulan.
 Medikamentosa
Antihistamin : cetirizine 1 x 5-10mg
Dekongestan : pseudoefedrin 4 x 60mg
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
BAB II

PEMBAHASAN

Diagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, sbb:

Dari anamnesis didapatkan:

- Keluhan bersin-bersin (sneezing  ).


- Adanya gatal pada hidung (nasal itching  ) dan mata.
- Keluhan hidung tersumbat (nasal obstruction).
- Keluar sekret encer (nasal discharge), bening, dan banyak.
- Adanya riwayat alergi debu.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan:

- Kulit berwarna kehitaman di bawah kelopak mata bawah (allergic shiner  ).


- Lipatan tranversal pada hidung (transverse nasal crease / allergic crease).
- Pemeriksaan rongga hidung dengan spekulum didapatkan sekret hidung
jernih, membran mukosa hidung edema dan pucat.

Klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO-ARIA (  Allergic


Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2008, yaitu berdasarkan sifat berlangsung-
nya, dibagi menjadi:

 Intermiten/kadang-kadang: bila gejala < 4 hari/minggu atau < 4 minggu.

 Persisten/menetap: bila gejala > 4 hari/minggu dan > 4 minggu.

Sedangkan untuk tingkat berat-ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi:

 Ringan: bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja, dan hal-hal lain yang terganggu.

 Sedang-berat: bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.

Pasien mengaku keluhan timbul ±2 kali dalam sebulan dan pekerjaan pasien
terganggu karena keluhan yang dirasakan, sehingga ditegakkanlah diagnosis rhinitis
alergi intermiten sedang-berat.

Penatalaksanaan

Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan alergen
penyebabnya (avoidance) dan eliminasi.
Berdasarkan Algoritma Penatalaksanaan Rinitis Alergi menurut WHO Initiative
ARIA 2001 untuk dewasa, maka diberikan terapi antihistamin dan dekongestan oral,
yaitu:

Antihistamin : cetirizine 1 x 5-10mg

Dekongestan : pseudoefedrin 4 x 60mg


DAFTAR PUSTAKA

Rusmarjono, Erfiaty AS, Nurbiaty, dkk (Editor). 2007. Sumbatan Hidung, Rinitis
Alergi. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher.
Edisi VI  . Jakarta: FKUI. Hal: 118-122, 128-133

Irawati N, Kasakeyan E, dan Rusmono N. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal:
128-134.

Snow Jr, James B. Ballenger, John Jacob. 2003. Balllenger’s Otorhinolarynology


Head and Neck Surgery Sixteenth Edition. Hamilton: BC Decker Inc. Hal: 708-739.

Hawke, Michael, et all. 2002. Diagnostic Handbook of Otorhinolaryngology  . New


York: Material. Hal: 91-155.

Lalwani, Anil K. 2008. Current Diagnosis and Treatment; Otolaryngology Head and
Neck Surgery Second Edition. New York: McGraw Hill. Hal: 267-272

 AP, Arwin, dkk. 2007. Buku Ajar Alergi imunologi Anak Edisi 2  . Jakarta: IDAI.
Hal: 76-88.

National Library of Medicine. Allergic Rhinitis. Tersedia pada:


http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000813.htm, diakses tanggal 25
April 2014.

Anda mungkin juga menyukai