Parasitologi
FK UNSRI
Classification
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoidea
Ordo : Pseudophyllidae
: Cyclophyllidae
Genus, Spesies :
D. latum, T. saginata, T. solium, H. nana, H.
diminuta, D. caninum.
PSEUDOPHYLLIDEA CYCLOPHYLLIDEA
SKOLEKS 2 lekuk isap 4 lekuk isap, dilengkapi
rostellum dgn atau tanpa kait
LUBANG GENITAL Tengah proglotid Pinggir proglotid
1. Diphyllobothrium latum
- HD : anjing, kucing; HR : manusia, ular, kodok
- Panjang : 10m tdd 3000-4000 proglotid
Epidemiologi
Asia Tenggara, Jepang, Afrika, Eropa,
Australia, Amerika,
Pada manusia :
Embriofor
- Gejala Klinis : dapat nyeri ulu hati, mual, muntah,
diare, pusing, ileus obstruksi, eosinofilia
- Epidemiologi :
- konsumsi
- Pemeliharaan
- Pencegahan :
- penyimpanan daging -10ºC
- iradiasi
- masak sempurna
Taenia solium
2. Taenia solium
- HD : Manusia ; HP : babi
- Panjang 2-4m, proglotid 800-1000
- rostelum dengan 2 baris masing2 25-30 kait
Telur 30.000-50.000 butir
Filamen
kait
Gejala : jumlah besar iritasi mukosa
usus toksemia sisa metabolit cacing
- Gejala : -
- Dx : telur dalam tinja
- Pengobatan : prazikuantel
Dipylidium caninum
5. Dipylidium caninum
- HD : Anjing dan manusia
- Hidup di usus halus
- uk. 25 cm
- Skoleks kecil,
bentuk jajar genjang,
4 batil isap, rostellum dgn
kait.
- Telur dalam kapsul 15-25 butir.
- Gejala : -
- Dx : ditemukan proglotid aktif atau kapsul
telur dalam tinja
- Pengobatan : prazikuantel
- Epidemiologi : << anak
Echinococcus granulosus
6. Echinococcus granulosus
- Proglotid : 2-6
- Kista dapat menyebar ke organ dalam
lain.
Dwi Handayani
Bagian Parasitologi
FK Unsri
1/23/2022 Kuliah Blok 8 1
Curriculum Vitae
Personal Details
Name dr. Dwi Handayani, M. Kes
Phone +62 8127824209
E-mail dwih.dr@gmail.com/ dwihandayani@fk.unsri.ac.id
Education
1999-2005 Medical Doctor (Sriwijaya University)
2010-2013 Biomedical Science Majoring Medical Parasitology
(Sriwijaya University)
Work
2009 – Now Lecture at Parasitology Department
1/23/2022 5
Makhluk Hidup
• Manusia, hewan, tumbuhan telah diciptakan sebagai
makhluk hidup di bumi.
1/23/2022 6
Definisi Parasitologi
• Ilmu yang mempelajari jasad-jasad yang
hidup untuk sementara atau tetap, di dalam
atau pada permukaan jasad lain, dengan
maksud untuk mengambil sebagian atau
seluruh makanannya dari jasad lain tersebut.
1/23/2022 7
• Parasit : organisme yang menumpang
Hospes : organisme yang ditumpangi
Baru kusadari
Kau seperti parasit
Minta ini itu
Kau minta padaku dengan semaumu
1/23/2022 9
Parasit berdasarkan Jasad
1. Zooparasit = Parasit berupa hewan
– Protozoa = Hewan bersel satu
– Metazoa = Hewan bersel banyak
• Helminthes : cacing
• Arthropoda = binatang berkaki beruas, serangga
– Malaria
– Leishmania
– Trypanosoma
– Filaria
d. Hewan piaraan dan hewan liar
ار َ ع َذ
ِ َّاب الن ُ اط ا ًۚل
َ سب ْٰحن ََك فَ ِقنَا َ َربَّنَا َما َخلَ ْق:
ِ َت ٰه َذا ب
Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia;
Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka (QS Ali
Imran: 191)
شيْـًٔا َّو ُه َو ش ٌَّر َ سى ا َ ْن ت ُ ِحب ُّْوا َ شيْـًٔا َّو ُه َو َخي ٌْر لَّ ُك ْم ۚ َو
ٰٓ ٰ ع ٰٓ ٰ ع
َ سى ا َ ْن ت َ ْك َر ُه ْوا َ َو
لَّ ُك ْم ۗ َو ه
ّٰللاُ يَ ْعلَ ُم َوا َ ْنت ُ ْم ََل ت َ ْعلَ ُم ْو َن
Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu
baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu
tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui (QS Al Baqarah: 216)
1/23/2022 Kuliah Blok 8 35
Pustaka
1. Al Quran Al Kariim
2. Garcia. Diagnostic Medical Parasitology, 5th
ed.
3. Beaver PC, Jung RC, Cupp EW. Clinical
Parasitology. 9th ed.
4. Gandahusada et al. Parasitologi Kedokteran,
FKUI, Jakarta
37
PROTOZOA DARAH
(PLASMODIUM)
1
2
Today’s Learning Objectives
Malaria I :
• to know the etiology of malaria
• to know the epidemiology of malaria
• to know the life cycle of Plasmodium
• to know morphology of Plasmodium
• to know the clinical symptoms & complications
3
1. THE ETIOLOGY
4
INTRODUCTION
5
Malaria is an Infectious disease caused by Plasmodium
and transmitted by female Anopheles
P. falciparum
P. malariae
P. vivax
P. ovale
P. knowlesi
Mode of infections:
P. knowlesi
1st report of human infection is in Malaysia
Kalimantan (2010)
Similar as P. falciparum and P. malariae
7
1. THE ETIOLOGY
2. EPIDEMIOLOGY
8
Source: WHO Malaria Report, 2019
9
THE MOST VULNERABLE GROUP
10
Peta Endemisitas Malaria di Indonesia Tahun 2019
Source: Malaria.id 11
* Term related epidemiology
Classification of endemicity:
15
Life cycle
A. Intrinsic phase:
in the vertebrate host
asexual schizogony
B. Extrinsic phase:
in the female anopheles
mosquito
sexual sporogony
16
STAGES OF PLASMODIUM
17
Life cycle Plasmodium
18
THE LIFE CYCLE
19
Life cycle of P. vivax or P.ovale
20
1. THE ETIOLOGY
2. EPIDEMIOLOGY
3. THE LIFE CYCLE
4. MORPHOLOGY
21
Plasmodium in RBC
Trophozoites :ring form and developing trophozoites
Schizonts :immature and mature -- merozoites
Gametocyte : Microgametocytes and macrogametocytes
22
23
TABEL PERBEDAAN SPESIES PLASMODIUM: Trofozoit Muda
24
TABEL PERBEDAAN SPESIES PLASMODIUM: Trofozoit Tua/Mature
25
Trofozoit P. vivax Trofozoit P. ovale
27
TABEL PERBEDAAN SPESIES PLASMODIUM: Skizon Tua/Mature
28
29
TABEL PERBEDAAN SPESIES PLASMODIUM: Mikrogametosit
30
TABEL PERBEDAAN SPESIES PLASMODIUM: Makrogametosit
31
32
33
1. THE ETIOLOGY
2. EPIDEMIOLOGY
3. THE LIFE CYCLE
4. MORPHOLOGY
34
Term- related of clinical malaria
Masa pra-paten:
Waktu antara permulaan infeksi (sporozoit masuk)
sampai parasit malaria ditemukan dalam darah tepi
37
The attack of paroxysm
38
Today’s Learning Objectives
Malaria II :
• to know the pathology & pathogenesis
• to know how to diagnosis
• to know the treatment of malaria&resistency
39
1. THE ETIOLOGY
2. EPIDEMIOLOGY
3. THE LIFE CYCLE
4. MORPHOLOGY
5. CLYNICAL SYMPTOMS & COMPLICATIONS
40
PATHOGENESIS OF FEVER
41
PATHOGENESIS OF ANEMIA
Systemic manifestations
43
CEREBRAL MALARIA
• An acute medical condition that affects the brain and
mental state as a severe complication of Plasmodium
falciparum infection.
• Leading to death
44
Pathogenesis of Cerebral malaria:
It is exactly not known
Proposed hypotheses:
Malaria rosette
1. THE ETIOLOGY
2. EPIDEMIOLOGY
3. THE LIFE CYCLE
4. MORPHOLOGY
5. CLYNICAL SYMPTOMS & COMPLICATIONS
6. PATHOLOGY AND PATHOGENESIS
7. HOW TO DIAGNOSE
48
The steps of diagnosis
Laboratories:
Anamnesis Physical
Gold Standard:
examination Thin and Thick Film
(Apusan darah tipis dan
tebal)
To Assess:
Parasite Plasmodium +/-
Species and stage of
Plasmodium
Density of Parasite
Density of Parasite
1. Semi Kuantitatif
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+) : 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++) : 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : 1-10 parasit dalam 1 LPB
(++++) : >10 parasit dalam 1 LPB
2. Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal
(leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit).
Jumlah leukosit 8000/µL
Jumlah RBC 4.500.000/µL
Apusan darah tebal:
Hitung jumlah parasit per 200 WBC
Misal ada 1500 parasit/200 WBC, maka hitung parasit:
8000/200 X 1500 = 60.000 parasit/µL
Indikator mortalitas
Parasitemia < 100.000/µL, mortalitas < 1%
Parasitemia > 100.000/µL, mortalitas > 1%
Parasitemia > 500.000/µL, mortalitas > 50%
52
1. THE ETIOLOGY
2. EPIDEMIOLOGY
3. THE LIFE CYCLE
4. MORPHOLOGY
5. CLYNICAL SYMPTOMS & COMPLICATIONS
6. PATHOLOGY AND PATHOGENESIS
7. HOW TO DIAGNOSE
8. TREATMENT&RESISTENCY
53
54
Pengobatan
55
JENIS OAM
Relaps pada malaria :
57
58
JENIS RESISTENSI
59
WHO CRITERIA
60
61
62
HELMINTHOLOGI
Suatu organisme: multiseluler, bilateral simetris, tiga lapisan
germinal.
B. Phylum Platyhelminthes:
1. Trematoda (cacing daun)
2. Cestoda (cacing pita)
PERBEDAAN UMUM
A. NEMATODA
1. Nematoda Usus:
1.1 Ascaris lumbricoides*
1.2 Cacing Tambang: Necator americanus*,
Ancylostoma duodenale*
1.3 Trichuris trichiura*
1.4 Strongyloides stercoralis*
1.5 Oxyuris vermicularis
1.6 Trichinella spiralis
1.7 Trychostrongylus species*
* Tergolong cacing “Soil Transmitted Helminths” (STH)
2. Nematoda darah dan Jaringan
2.1 Filaria:
Wuchereria bancrofti
Brugia malayi
Loa loa
Onchocerca volvulus
Acanthocheilonema perstans
Mansonella ozzardi
2.2 Dracunculus medinensis
2.3 Visceral larva migrans: Toxocara cati dan T. cani
2.4 Cutaneus larva migrans:
Ancylostoma braziliense
Ancylostoma caninum
Strongyloides stercoralis
Gnathostoma spinegerum
2.5.Lain-lain:
Capillaria hepatica
Capillaria philippinensis
Angiostrongylus cantonensis
Anisakis
II. KLASIFIKASI SISTEMATIKA (Linnaeus, 1758)
Kingdom ANIMALIA
I. Phylum NEMATHELMINTHES
Class NEMATODA
A. Subclass APHASMIDIA (tidak mempunyai caudal
chemoreceptor)
Superfamili TRICHUROIDEA
Famili TRICHINELLIDAE: - Trichinella spiralis
- Capillaria hepatica
- Capillaria
philippinensis
- Trichuris trichiura
B. Subclass PHASMIDIA (mempunyai caudal chemoreceptor)
1. Ordo RHABTIDIA
Superfamili RHANDITOIDEA
Famili STRONGYLOIDIDAE : - Strongyloides stercoralis
Superfamili STRONGYLOIDEA
Famili STRONGYLIDAE : - Ternidens deminutus
: - Oesophagostomum apiostomum
Famili SYNGAMIDAE : - Syngamus laryngeus
Famili ANCYLOSTOMATIDAE : - Ancylostoma duodenale
- Ancylostoma caninum
- Ancylostoma
ceylanicum
- Ancylostoma braziliense
- Necator americanus
Superfamili TRICHOSTRONGYLOIDEA
Famili TRICHOSTRONGYLIDEA
- Trichostrongylus orientalis
- Trichostrongylus colubriformis
Superfamili METASTRONGYLOIDEA
Famili METASTRONGYLIDAE
- Angiostrongylus cantonensis
- Metasrongylus elongatus
Superfamili OXYUROIDEA
Famili OXYURIDAE
- Enterobius vermicularis
Superfamili ASCARIDOIDEA
Famili ASCARIDIDAE
- Ascaris lumbricoides
- Toxocara canis
- Toxocara cati
Superfamili FILARIOIDEA
Famili DIPETALONEMATIDAE:
- Wu ch er er ia ba n c r o f t i
- Brugia malayi
- Dipetalonema perstans
- Onchocerca volvulus
- Loa loa
- Mansonella ozzardi
Superfamili DRACUNCULOIDEA
Famili DRACUNCULIDAE : - Dracunculus
medinensis
1. Ascaris lumbricoides
Taksonomi :
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Subkelas : Phasmidia
Ordo : Rhabditidia
Superfamili : Ascaridoidea
Famili : Ascarididae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides
Morfologi: cacing bulat panjang seperti benang, putih-abu/
agak kecoklatan muda atau merah muda (segar)
Decorticated
fertile
Telur unfertile: 88-94 X 39-44 mikron
Lap. Albumin tidak rata, tipis
Isi: sel berbentuk granula-granula
Siklus Hidup Ascaris lumbricoides
Embryonated
telur
Laboratorium: hipereosinofilia
menemukan telur di tinja- prep langsung
atau Metode Kato-Katz.
1. Albendazol
2. Mebendazole
3. Pyrantel pamoat
Gmb: Cacing betina Strongyloides
stercoralis
Telur: ukuran 50 x 32 mikron
bentuk ovoid
dinding tipis 1 lapis, jernih
isinya larva matang
Larva filariform:
v panjang 700 mikron, langsing, tanpa
sarung/bungkus
v ruang mulut tertutup
v oesophagus ½ panjang badan
v ekor berujung tumpul bercabang-
cabang
(forked tail)
v
Siklus hidup Strongyloides stercoralis
Gejala klinis:
Akut: Berlangsung cepat: batuk, oleh karena iritasi trakea
kesan mirip bronchitis
Gejala perut: diare, anorexia nyeri perut/crampt muncul pada
minggu : ke dua.
Kronis
Sering tanpa gejala walupun terjadi hiperinfeksi
Mual, muntah, diare, konstipasi dan ada gejala perut
kembung (borborygmus)
Kulit: urtikaria oleh karena larvanya
Ada gejala asthma atau nephrotic syndrome
Komplikasi: Obstruksi ileus, perdarahan usus.
Otak: oleh karena larva meningitis aseptik, epilepsi Jackson
Diagnose:
Diagnose klinis: akut/kronik
Laboratorium : menemukan larva di tinja, sputum,
aspirasi cairan duodenum
Tehnik pemeriksaan larva di tinja: Baermann funnel tehnique.
Siklus Hidup:
Manusia terinfeksi dengan makan daging babi yang
tidak dimasak dengan baik yang mengandung kiste Trichinella
spiralis. Larva yang bebas sampai di duodenum menembus
dan berdiam di mukosa usus
Setelah 22 jam cacing betina dan jantan kopulasi dan cacing
jantan mati. Cacing betina akan masuk ke dalam mukosa lagi
mencapai aliran darah/limfe submukosa melahirkan larva
Larva ikut sirkulasi darah/limfe sampai ke otot seran lintang
dan membentuk kiste. Larviposisi selama: 8-14 hari dengan
jumlah larva 1500 ekor perbetina. Larva dapat: ke jantung,
otot-otot gerak: biceps, triceps, diafragma dll.
Terjadi kiste selama 21 hari dan selesai sampai 3
bulan. Larva dapat hidup (viable) sampai bertahun-tahun.
Infeksi berat apabila terdapat 5 larva/kg BB pada
manusia
25
Siklus Huidup Trichinella spiralis
Gejala Klinik
Demam, sakit perut, diare, muntah dll.
Kiste larva pada otot menimbulkan myositis
Diagnose:
Cacing dewasa jarang diketemukan di feces
Biopsi jaringan otot dan ditaruh diantara 2 objek
gelas yang ditekan rapat kemudian lihat dibawah
mikroskop.
Sentrifuse 15 cc darah+ 3% asam aceton lihat larva
26
Yang lain: Skintest, Prcipitin test, CFT.
Pengobatan:
Thiabendazole: 25-50 mg/kg BB selama 5-10 hari
Mebendazole: 2X100 mgr/hari selama 10 hari
Pencegahan:
Hindari makan daging setengah matang
Pemeliharaan babi harus bebas penyakit
Tikus merupakan habitat yang sama dengan manusia
(pemusnahan rodent).
Kiste T. spiralis: pada otot bergaris,
bentuk elongated (ellips): 0,3-
0,6X0,2-0,4
LYMPHATIC FILARIASIS
• Wuchereria bancrofi
• Brugia malayi
• Brugia timor
37
Morfologi umum:
1. Cacing dewasa: warna putih ke kuning-kuningan
Jantan : ukuran 40X0,1 mm
Betina: 65-100X0,25 mm, vivipar
Hidup di darah/limfe jaringan tubuh/ di bawah kulit
2. Larva= disebut mikrofilaria ukuran 250-300 mikron
Hidup di aliran darah/jaringan
38 Wuchereria bancrofti (Filariasis bancrofti)
Lengkungan badan
graceful
Inti ekor
absent
Penderita di obati
Kontrol vektor nyamuk, meniadakan perindukkan
nyamuk : menimbun air tergenang, semprot
serangga, menghindari gigitan nyamuk, dll.
Eradikasi vektor
Pengobatan secara umum filariasis
: DEC(Dietil Carbamazin) 10-12 mg/kg BB (10-12 hari )
Pencegahan dosis tunggal tiap 6 bulan (diberikan secara
massal di daerah endemis yang tinggi : ≥1 %)
( Albendazole + DEC)
43
Badan kink-kink
Inti badan
overlapping
Inti ekor : 2
44
Morfologi
Secara umum mikrofilaria Brugia timori
lebih mirip dengan mikrofilaria malayi ukuran:
310µ dan badan lebih lebar
Cephalic space: a length-towidth of about 3:1
Nukleus atau inti pada ekor sebaris dan lebih
banyak jumlahnya dibandingkan dengan B. malayi.
Ada 2 inti ekor jelas
Habitat: pada kelenjar limfe daerah kelamin
Di daerah Sulawesi Selatan banyak terdapat di
daerah Desa Mangkuna, Kabupaten Luwu Timur.
Cephalic-space
sarung
Inti badan
43
Habitat: bawah kulit sampai mati
Cacing betina mengeluarkan toksin dan enzim papula vasikula
pecah– ulkus/luka keluar larva keluar kedalam air.
Patologi: timbul luka, reaksi allergi o.k migrasi cacing dan hiper eosinofil.
Diagnose: gejala vesikula, kalsifikasi cacing dewasa yang mati, Rontgen.
Pengobatan: mengeluarkan cacing dari kulit: dengan cara menggulung
cacing dewasa dan operasi bila ca cing banyak. Kematian mungkin kalau
ada infeksi berat/sekunder.
44
70
Common roundworm of dogs
Cervical alae
59
71
Habitat: pada usus halus anjing
Pada manusia menyebabkan:Visceral Larva Migrans
Tertelan telur embryonated menetas/pecah di usus halus larva
sirkulasi darah/limfe mengembara di alat-alat dalam.
Telur embryonated
Gejala klinis: demam, malaise, myalgia, hipereosinofilia, hepatosplenomegali, batuk 73
dan myocarditis, encephalitis , pneumonia
Pada mata:posterior retinal granuloma dan uveitis
Diagnose; ELISA
Western Blot Analysis
3
- Dua batil isap berotot seperti cangkir.
Genus Heterophyes terdapat tiga batil isap (batil
isap genital).
- Batil isap kepala (oral sucker) di anterior.
- Batil isap perut = acetabulum (ventral sucker)
- Karena struktur luar yang khas yaitu acetabula
(suckers),
dinamakan Trematoda (badan yang berlubang-
lubang).
4
Integument & Suckers
5
SISTEM PENCERNAAN
- (p) Pharynx berotot dan berbentuk
globular,
- (e) Esophagus sempit dan pendek
- (c) Usus bercabang dua sebagai
caeca yang
berbentuk lurus atau bercabang-
cabang
dengan berbagai ukuran dan
biasanya
berakhir buntu.
- Kelenjar liur 6
SISTEM REPRODUKSI
Semua spesies dari kelas Trematoda hermaphrodit,
kecuali genus Schistosoma yang mempunyai
kelamin
terpisah.
Organ
caecum.ini terletak diantara dua percabangan
7
Sistem Reproduksi Jantan
(g.o) : genital opening
(s.v) : Seminal vesicle
(v.d) : Vas defferent
(v.e) : Vas efferent
(t) : Testis, biasanya dua
(Schistosoma 4-9)
Bentuk : bisa globular,
lobus, tubular,
dendritik
8
Sistem Reproduksi Betina
(vt) : Vitellaria
(oot) : Ootype
(vt.d) : Vitelline duck
(ov) : Ovary
(g.a) : Genital opening
(u) : Uterus
(m.g) : Mehlis gland
(l.c) : Laurer’s canal
(s.r) : Seminal receptacle
9
10
nTELUR
11
12
nFISIOLOGI
14
DAUR
HIDUP
TREMATOD
A
15
Fasciolopsis buski
Penyakit :
Fasciolopsiasis
16
Klasifikasi
• Phylum : Platyhelminthes
• Class : Trematoda
• Subclass : Digenea
• Ordo : Prosostomata
• Subordo : Distomata
• Superfamili : Fascioloidea
• Famili : Fasciolodae
• Genus : Fasciolopsis
• Spesies : Fasciolopsis buski
17
Morfologi Cacing dewasa
- F.buski adalah Trematoda terbesar pada manusia.
- Bentuk : bujur telur, warna seperti daging.
- Ukuran : 2 – 7,5cm X 2 – 20mm X 0,5– 3mm
- Kutikulum : diliputi baris-baris duri kecil melintang.
-Batil isap kepala besarnya ¼ batil isap perut &
berdekatan.
- Testis : bercabang banyak, formasi cranio
caudal.
-Ovarium : di pertengahan badan sebelah kanan
garis tengah.
- Kelenjar vitellaria di sisi lateral mulai dari batil
isap perut sampai
18
ujung posterior badan.
Gbr. F.buski
19
nTELUR
Bentuk : Ellips
Warna : Kekuning-
kuningan
Kulit : tipis, jernih, operculum
kecil. Gbr. Telur F.buski
21
•HP II : Tumbuh-tumbuhan air seperti
- Trapa (lengkak air), Eichornia (eceng gondok)
- Eliocharis (“water chestnut”) dan Zizaniz
(bambu air).
•Cercaria setelah berenang dalam air dalam1–3
minggu
melekat dan menjadi Metacercaria pada
tumbuhan air.
22
Segmentina hemisphaerula Lengkak Air, Trapa
(HPI F.buski) natans
(HP II F.buski)
23
24
nCARA INFEKSI
- Makan tumbuh-tumbuhan air mentah yang
mengandung
Metacercaria.
nPATOLOGI DAN GEJALA KLINIK
Cacing melekat dengan batil isapnya pada
mukosa usus, serta mengambil makanan dari isi
usus, bahkan makanan di mukosa superficial,
menimbulkan peradangan, ulkus& abses.
nGEJALA
25
nDIAGNOSIS
- Daerah endemic cukup dengan gejala klinis
- Menemukan telur F.buski di dalam feses.
- Kadang-kadang cacing dewasa ditemukan bila
dimuntahkan.
Telur F. buski tidak dapat dibedakan dengan telur
F. hepatica.
nPENGOBATAN
- Tetrakloretilen
- Heksilresorsinol
26
nEPIDEMIOLOGI
27
nPENCEGAHAN
28
TREMATODA PARU-PARU
Paragonimus westermani
= Oriental lungs fluke
= Distoma westermani
Penyakit : Paragonimiasis, Distomiasis paru-
paru
29
Klasifikasi Paragonimus westermani
• Phylum : Platyhelminthes
• Class : Trematoda
• Subclass : Digenea
• Ordo : Prosostomata
• Subordo : Distomata
• Superfamili : Troglotrematoidea
• Famili : Troglotrematodae
• Genus : Paragonimus
• Spesies : Paragonimus westermani
30
MORFOLOGI Cacing dewasa :
- Warna : merah coklat, ujung anterior sedikit
lebar daripada
ujung posterior.
- Ukuran : panjang 8 – 12 mm, lebar 4 – 6 mm, tebal 3
– 5 mm.
- Bentuk aktif menyerupai sendok dengan ujung yang
satu
berkontraksi dan lainnya memanjang.
- Bila berkontraksi atau diawetkan bentuknya
menyerupai biji kopi
yang bujur, pipih.
- Kutikulum berduri.
31
32
Cacing dewasa
• Mempunyai 2 batil isap yang sama besar.
• Batil isap perut terletak di tengah-tengah badan (anterior
dari garis ekuator).
• Testis berlobus tidak teratur, yang satu miring terhadap
lainnya, di bagian 1/3 posterior.
• Ovarium berlobus, sebelah anterior testis, sebelah kanan
berhadapan dengan uterus berkelok- kelok.
• Kelenjar vitellaria : di bagian lateral sekali, sepanjang
seluruh badan cacing.
33
TELUR
- Bentuk : bujur,
- Warna : kuning coklat, berdinding tebal.
- Ukuran : 85 x 55 mikron.
- Mempunyai operculum datar dengan pinggir menebal
dan pada waktu dikeluarkan dari cacing dewasa belum
berisi embrio.
34
Daur Hidup
Hospes definitive : Manusia, mamalia peliharaan dan
liar.
HP I : Keong beroperculum dari genus Hua, Semisulcospira,
Syncera, Thiara, Pomatiopis, Pomacea.
HP II : Ketam air tawar genus Eriocheir, Potamon dan
Cambaroides, Sesarma, Pseudothelpusa dan Astacus.
Habitat : Paru-paru
35
Daur hidup
- Telur yang pecah --- dari paru-paru
meninggalkan hospes
dengan sputum atau dengan tinja, bila tertelan.
- Dalam keong : M – S – R1 – R2 – C (13 minggu).
- Cercaria dari tubuh keong --- berenang dalam
air --- mati
jika tidak bertemu HP II dalam 24 jam – 48 jam.
- Bila ketam dimakan hospes definitive, dalam
duodenum
larva keluar dari kista dan menembus dinding
duodenum 36
Daur hidup
- Cacing dewasa muda diafragma rongga pleura
paru-paru
(dalam 20 hr) yaitu di dalam lubang-lubang seperti kista
dekat
bronchus -- dewasa dalam 5 – 6 minggu.
- Cacing muda mungkin tinggal lama di peritoneum, hati
dan alat-alat
lain (ektopik).
37
Daur hidup P. westermani
38
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK
Lesi di paru-paru :
• Batuk kering/kronis disusul sputum bergaris darah,
berwarna coklat karat & biasanya waktu bangun pagi.
• Nyeri dada, hemoptysis (mirip TBC / bronkiektasis).
• Demam ringan.
Bila cacing membentuk kista di abdomen gejalanya a.l:
• Sakit perut, tegang dan nyeri.
• Diare bila cacing di dinding usus
Lesi di otak : - Epilepsi tipe Jackson
- Monoplegia
- Paresis
Kulit : tumor yang bergerak
39
DIAGNOSIS
Di daerah endemic gejala klinik
Radiologik: Kavitas kecil yang berdekatan seperti tangkai
anggur kecil-kecil.
Diagnosa pasti: Menemukan telur dalam sputum atau tinja.
Diagnosis infeksi ektopik:
- Menemukan cacing pada pembedahan percobaan
- Tes ikat komplemen
- Tes intradermal dengan antigen Paragonimus
PENGOBATAN
- Bithionol
40
TREMATODA DARAH
Schistosoma japonicum
Penyakit : Schistosomiasis
Orientalis
= Penyakit Katayama
= Schistosomiasis
Japonica
41
Morfologi
Telur
• Bulat, berwarna coklat
• Memiliki tonjolan disebelah lateral
• Ukuran telur 89x67 mikron
• Dalam sehari cacing betina dapat
menghasilkan telur 1.500 butir
• Berisi miracidium
Miracidium
• Miracidium genus Schistosoma waktu hidup
yang pendek (24 -48 jam), tidak mecari
makanan, dan mencari hospes perantara jenis
keong dari genus Biomphalaria spp. Bagian
anteriornya bersilia serta terdapat kelenjar
yang menghasilkan enzim yang berfungsi
untuk penetrasi kedalam hospes perantara.
47
DAUR HIDUP
Hospes definitive : Manusia dan hewan peliharaan
Habitat : Vena mesenterica superior & cabang-
cabangnya
Hospes perantara : Keong dari spesies Oncomelania
48
Daur Hidup
49
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK
1. Gejala-gejala awal toksik dan alergi nyata.
2. Usus besar dan rectum yang terserang mengalami:
a. Papula - abses – ulkus – papillomata – fistula& telur
dalam tinja.
b. Gejala yang timbul adalah serangan disentri.
Vesica urinaria kadang-kadang terkena.
3. Lesi-lesi ektopik:
a. Hati : sering terkena (telur melalui vena porta) disertai
- reaksi peradangan
- fibrosis yang mengakibatkan cirrhosis disertai
hipertensi portal, splenomegali, ascites,
corpulmonale, myelitis.
b. Alat-alat lain : otak dsb.
50
DIAGNOSIS
• Menemukan telur dalam tinja
• Biopsi dapat dilakukan yaitu dengan biopsi rektal, liver dan kantong
kencing
• Penelitian telah dilakukan dengan metoda imuno-diagnostik, yaitu
dengan tes intradermal. Tes intradermal akan terlihat positif
setelah 4-8 minggu setelah infeksi, walaupun pasien mungkin telah
sembuh. Hasilnya 97% akurat dan lebih efisien.
EPIDEMIOLOGI
- Timur Jauh (RRC, Jepang, Korea, Taiwan, Filipina).
- Di Indonesia endemik di daerah Danau Lindu dan
Lembah Napu (Sulawesi Tengah).
52
PENCEGAHAN
Untuk ketiga spesies:
1. Eradikasi penyakit pada manusia
Mencegah polusi air oleh feses dan urin
2.
penderita.
Destruksi keong di daerah-daerah endemic
3.
dengan molukisida (mahal, toksik bagi
organisme lain, sangat lambat memutuskan
rantai).
Kontrol biologi dengan ikan atau burung
4.
pemakan keong
5. Pengobatan masal (tidak praktis dan mahal)
6. Hindari kontak dengan air yang 53
TREMATODA HATI
Fasciola hepatica
Penyakit : Fascioliasis
55
Klasifikasi Fasciola hepatica
l Phylum : Platyhelminthes
l Class : Trematoda
l Subclass : Digenea
l Ordo : Prosostomata
l Subordo : Distomata
l Superfamili : Fascioloidea
l Famili : Fasciolodae
l Genus : Fasciola
l Spesies : Fasciola hepatica
56
MORFOLOGI
Merupakan Trematoda hati yang besar dengan ciri-ciri
sbb:
Ukuran : 20 – 30 x 8 – 13 mm.
Bentuk : pipih seperti daun dengan bahu yang jelas,
kepalanya bentuk kerucut (cephalic cone)
Warna : coklat sampai abu-abu.
Batil isap kepala dan batil isap perut sama besar dan
keduanya terletak dalam kerucut kepala.
Caecum : bercabang-cabang.
Testis : bercabang-cabang banyak dan tersusun seperti
tandem cranio-caudal.
Kelenjar vitellaria yang bercabang-cabang banyak dan
merata di bagian lateral dan posterior badan.
Uterus : pendek dan berkelok-kelok.
57
58
TELUR
1. Besarnya 130 – 150 x 63 – 90 mikron, bentuk oval,
warna kuning coklat.
2. Mengandung satu ovum yang besar tanpa segmen di
dalam kuning telur.
3. Dikeluarkan bersama-sama empedu ke dalam
duodenum dan akhirnya keluar bersama-sama
dengan feses.
4. Tidak timbul dalam larutan NaCl jenuh.
Hanya bisa berkembang dalam air.
59
DAUR HIDUP
Hospes definitive : Biri-biri, kambing, sapi dan Manusia.
Habitat : Saluran biliary hepar (saluran empedu
bagian proksimal), kantung empedu, dan kadang-kadang di
tempat-tempat ektopik.
HP I : Keong dari spesies Lymnea.
HP II : Salada air, rumput-rumputan dan kulit pohon.
60
- Telur keluar melaui feses hospes definitive & matang
dalam air.
- Dalam telur, miracidium berkembang (2 – 3 minggu)
miracidium mencari HP I (keong Lymnea spp), dalam
lymphe keong miracidium berubah menjadi S – RI – RII – C
(30 – 60 hari) lalu – melekat pada tumbuhan air &
menjadi metaceraria.
- Bila metacercaria ditelan hospes definitive, dalam
duodenum larva
keluar dari kista dan menembus dinding usus masuk
rongga abdomen – menembus kapsul hepar – melalui
parenkim hepar – saluran empedu dan menjadi dewasa.
- Tiga bulan sesudah infeksi, telur keluar melalui empedu --
ke usus
dan keluar bersama feses.
61
62
Tahap perkembangan larva Fasciola hepatica
63
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK
Luas kerusakan dan gejala yang ditimbulkan
tergantung dari hebatnya infeksi dan lamanya penyakit.
Karena tekanan, hasil metabolisme yang toksik dan cara
makannya, maka infeksi cacing ini menyebabkan:
- Peradangan
- Perubahan adenomatous dan fibrotik di saluran
empedu.
- Atrofi parenchyma
- Cirrhosis periportal
64
Gejala Fascioliasis meliputi:
- Kolik saluran empedu dengan muntah-muntah.
- Diare yang persisten
DIAGNOSIS
- Menemukan telur dalam tinja atau empedu dengan
inkubasi duodenum.
PENGOBATAN
1.Bithionol
2.Emetin
65
EPIDEMIOLOGI
• Infeksi cacing F.hepatica kosmopolit di negeri-negeri yang
memelihara kambing dan ternak lain secara besar-besaran.
• Infeksi dimungkinkan bilamana makan tumbuh-tumbuhan
seperti salada air (water cress) atau mungkin minum air yang
mengandung Metacercaria dalam bentuk kista.
• Hewan herbivora dan omnivora mendapat infeksi di rumput-
rumputan rendah yang lembab yang terkontaminasi dengan
Metacercaria.
PENCEGAHAN
1. Pengobatan terhadap hewan yang terinfeksi.
2. Memusnahkan hospes keong.
66
67
INTESTINAL, ORAL AND GENITAL
FLAGELLATES
dr. Susilawati, M.Kes
Bagian Parasitologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
FLAGELLATES
Phylum: Sarcomastigophora
Subphylum: Mastigophora
Class: Zoomastigophora
Most luminal flagellates are nonpathogenic commensals. Two of them caused clinical disease:
1. Giardia lamblia (diarrhea)
2. Trichomonas vaginalis (vaginitis and urethritis)
FLAGELLATES
Ø Infective form
Ø Small and oval, measuring 12x8 µm and is surrounded by a hyaline cyst wall
Ø Its intestinal structure includes 2 pairs of nuclei grouped at one and. A young cyst contains 1 pair
of nuclei
Ø Axostyle lies diagonally, forming a dividing line within cyst wall
Ø Remnants of the flagella and the sucking disc may be seen in the young cyst
A B C
Ø Cause abnormalities of villous architecture by cell apoptosis and increase lymphatic infiltration of
lamina propria
Ø Often asymptomatic, but in some cases, may lead to mucous diarrhea. Fat malabsorption, dull
epigastric pain and flatulence. Stool contains excess mucus and fat but no blood
Ø In children may develop chronic diarrhea, malabsorption of fat, vit A, protein. Sugar, weigh loss
Ø Incubation periode is variable, but it usually 2 weeks
LABORATORY DIAGNOSIS
Ø Metronidazole (250 mg, 3x/day, for 5-7 days and tinidazole (2 g single dose) are the drug of
choice
Prophylaxis:
Ø Proper disposal of waste water and feces
Ø Practice personal hygine like hand washing before eating
Ø Prevention of food and water contamination
TRICHOMONAS
Ø Differs from other flagellates, as they only in trophozoite stage. Cystic stages is not seen
Ø Has 3 species, which occur in human:
1. T. vaginalis
2. T. hominis
3. T. tenax
TRICHOMONAS VAGINALIS
Ø Asymptomatic, particularly in males, although some may develop urethritis, epididymitis and
prostatitis
Ø In female: severe pruritic vaginitis with an offensive, yellowish green, often frothy discharge,
dysuria, and dyspareunia
Ø Rarely, neonatal pneumonia and conjunctivitis have been reported in infants born to infected
mother
Ø Incubation period is 4 days to 4 weeks
LABORATORY DIAGNOSIS
Microscope Examination
Culture: gold standard
Serology (ELISA)
Molecular method (DNA Hybrid and PCR)
TREATMENT
ü Metronidazole 2 gr orally as a single dose or 500 mg orally twice a day for 7 days is the drug
of choice
ü In patiens not responding, the dose of metronidazole may be increase or it may be administrated
parentally
ü In pregnancy, metronidazole is safe in second and third trimesters
PROPHYLAXIS
ü Avoidance of sexual contact with infected partners and use barriers method during intercourse
prevent the disease
ü Patient’s sexual partner should be tested fo T. vaginalis when necessary
TRICHOMONAS TENAX
Ø Also known as T. buccalis, harmless commensial whish lives in mouth-in the periodontal pockets,
carious tooth cavities and less often in tonsillar crypts
Ø Smaller (5-10µm) than T. vaginalis
Ø Transmitted by kissing, through salivary droplets and fomites
Ø Better oral hygine rapidly eliminates the infection and no therapy is indicated
TRICHOMONAS HOMINIS
Ø 8-12 µm, piriform-shaped, and carries 5 anterior flagella and an undulating membrane the
extends the full length of the body
Ø Very harmless commensal of the caecum
Ø Microscopic examination os stool will reveal motile trophozoite
Ø Transmission occur in tropic form by fecal-oral route
A. T. VAGINALIS, B. T. HOMINIS, C. T. TENAX
A B C
TERIMAKASIH
GOODLUCK