Anda di halaman 1dari 362

CESTODA

Gita Dwi Prasasty

Parasitologi
FK UNSRI
Classification
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoidea
Ordo : Pseudophyllidae
: Cyclophyllidae
Genus, Spesies :
D. latum, T. saginata, T. solium, H. nana, H.
diminuta, D. caninum.
  PSEUDOPHYLLIDEA CYCLOPHYLLIDEA
SKOLEKS 2 lekuk isap 4 lekuk isap, dilengkapi
rostellum dgn atau tanpa kait
LUBANG GENITAL Tengah proglotid Pinggir proglotid

LUBANG UTERUS Tengah proglotid Tidak ada

 Spesies Diphyllobothrium latum, Taenia saginata,


Diphyllobothrium mansoni Taenia solium,
Diphyllobothrium latum
PSEUDOPHYLLIDEA

1. Diphyllobothrium latum
- HD : anjing, kucing; HR : manusia, ular, kodok
- Panjang : 10m tdd 3000-4000 proglotid

Scolex gravid mature


- Telur : operkulum (+), 70x45 µ

- Gejala klinis : diare, anemia, obstruksi.

- Epidemiologi : negara konsumsi ikan yang tidak


dimasak dgn sempurna/mentah
PSEUDOPHYLLIDEA
Sparganosis

 Penyakit akibat larva pleroserkoid 


sparganum  sparganosis
(Diphyllobothrium spp)
 HD : anjing, kucing
 HP 1 : Cyclops
 HP 2 : manusia, hewan pengerat kecil,
ular, kodok  larva tidak menjadi dewasa
 Gejala klinis
- Peradangan, edema, dan nyeri
- Larva rusak  nekrosis
- nyeri lokal, urtikaria raksasa, edema,
kemerahan, menggigil, demam,
hipereosinofilia, konjungtivitis, bengkak,
lakrimasi, ptosis
 Diagnosis
Ditemukan larva
 Terapi
Pembedahan dan pengngkatan larva

 Epidemiologi
Asia Tenggara, Jepang, Afrika, Eropa,
Australia, Amerika,
 Pada manusia :

1. minum air mengandung Cyclops infektif


2. makan kodok, ular, binatang pengerat
yang mengandung pleroserkoid
3. menggunakan daging kodok infektif
untuk obat
Taenia saginata
Cyclophyllidea

- HD : manusia; HP : hewan mamahbiak


- Proglotid 1000-2000 buah (panjang: 4-
12m)
- Proglotid gravid, dikeluarkan 9 buah/hari.
 Telur : uk. 30-40 x 20-30 µ

Embriofor
- Gejala Klinis : dapat nyeri ulu hati, mual, muntah,
diare, pusing, ileus obstruksi, eosinofilia

- Diagnosis : proglotid atau telur  cairan laktofenol

- Epidemiologi :
- konsumsi
- Pemeliharaan

- Pencegahan :
- penyimpanan daging -10ºC
- iradiasi
- masak sempurna
Taenia solium
2. Taenia solium

- HD : Manusia ; HP : babi
- Panjang 2-4m, proglotid 800-1000
- rostelum dengan 2 baris masing2 25-30 kait
 Telur 30.000-50.000 butir

Taenia solium Life Cycle


 Gejalaklinis : dapat nyeri ulu hati,
mencret, mual, obstipasi, sakit kepala,
eotsinofilia.

 Gejala berat dapat pseudohipertrofi otot,


miositis, demam tinggi, ayan,
meningoensefalitis, tik meningkat,
hidrosefalus internus bahkan kematian.
Cysticercosis
 Diagnosis :
- Histopatologi ekstirpasi benjolan
- CT Scan / MRI,
- ELISA, western blot, uji hemaglutinasi, CIE
- Coproantigen tinja
- DNA dgn PCR

 Pengobatan : prazikuantel. Sistiserkosis dgn


prazikuantel, albendazol, pebedahan

 Epidemiologi : konsumsi, cara ternak


  Taenia saginata Taenia solium

Scolex Uk. 2mm Uk. 1mm


Globuler Globuler
4 batil isap 4 batil isap
Tidak ada Rostellum + kait

Cysticercus Bovis Cellulose


H.Intermediate Sapi Babi

Ovarium 2 lobus 3 lobus


Testis 200-300 100-190
Cabang uterus Lebih dari 18 cabang Kurang dari 12
cabang
Scolex
Uterus
Cysticercus Cellulosa
 Sistiserkosis
akibat stadium larva cacing
pita Taenia solium, dapat menjadi
neurosistiserkosis (SSP)
Patogenesis dan Patofisiologi
Sakit kepala, mual,
muntah, psikosis, kejang
(70-90%)
 Manifestasi Klinis
- Infeksi inaktif  kalsifikasi
Gejala : sakit kepala, kejang, psikosis
- Infeksi aktif  neurosistiserkosis
parenkimal aktif, ensefalitis sistiserkal
- Neurosistiserkosis ekstraparenkimal
- Sistiserkosis spinal, oftalmika,
serebrovaskuler, defek neurokognitif,
sistiserkosis ekstraneural
 Terapi

- Tergantung lokasi, gejala, viabilitas kista,


respon penjamu
- Pencegahan : sanitasi lingkungan, cara
memasak daging dan air, menekan
jumlah ekskresi telur, edukasi. Vaksinasi
babi.
- Infeksi inaktif : sesuai gejala
- Infeksi aktif : Praziquantel, albendazol,
steroid, antikonvulsan
Hymenolepis nana
3. Hymenolepis nana
- HD : manusia dan tikus; HP : -
- Kosmopolit, iklim panas
- Uk. Terkecil 24-40mm, lebar 1mm
 Scolexbulat kecil, rostellum pendek, berkait,
leher panjang dan halus
- Telur 30-47 µ, penebalan kedua kutub,
masing-masing 4-8 filamen. Tdp 3 pasang kait.

Filamen

kait
 Gejala : jumlah besar  iritasi mukosa
usus toksemia sisa metabolit cacing

 Pada anak : keluhan neurologi gawat,


sakit perut, diare, kejang, susah tidur,
eosinofilia
 Dx : ditemukan telur dalam tinja

 Pengobatan : prazikuantel, niklosamid,


amodiakuin

 Penularan : autoinfeksi, kontaminasi tinja


tikus.
Hymenolepis diminuta
4. Hymenolepis diminuta
- HD : Tikus dan manusia; HP : Ctenocephalides
canis, Pulex irritans, Nosopsyllus fasciatus,
Xenopsylla cheopis dan kumbang tepung
Tenebrio molitor.
- Hidup di rongga usus halus
- Uk. 20-60cm
- Skoleks dgn 4 batil isap
- rostellum tanpa kait
- Telur bulat 60-79 µ,
penebalan 2 kutub,
filamen (-).
Onkosfer dgn 6 kait.

- Gejala : -
- Dx : telur dalam tinja
- Pengobatan : prazikuantel
Dipylidium caninum
5. Dipylidium caninum
- HD : Anjing dan manusia
- Hidup di usus halus
- uk. 25 cm

- Skoleks kecil,
bentuk jajar genjang,
4 batil isap, rostellum dgn
kait.
- Telur dalam kapsul 15-25 butir.
- Gejala : -
- Dx : ditemukan proglotid aktif atau kapsul
telur dalam tinja
- Pengobatan : prazikuantel
- Epidemiologi : << anak
Echinococcus granulosus
6. Echinococcus granulosus

- HD : rubah, serigala, anjing, kucing; HP :


manusia
- Uk. 3-6mm
- Skoleks bulat, 4 batil isap, rostellum dgn kait
- Proglotid :1 imatur, 1 matur, 1 gravid. Proglotid
terminal plg lebar dan panjang.
- Telur : bertahan 7 bln
pd kondisi basah/lembab
- Gejala : timbul bila terjadi 1. desakan kista
hidatid, 2. alergi dan atau syok anafilaktik
akibat cairan dari kista yang pecah
- Diagnosis :
Radiologi : usg, CT Scan, MRI
Serologi : ELISA, imunofloresensi indirek,
imunoelektrroforesis dan imunoblot

- Pengobatan : drainase perkutaneus


Ukuran bisa mencapai 1 kista: sebesar buah
kelapa setelah 10-20 tahun
 Gejala klinis
timbul apabila :
1. desakan kista
2. cairan kista  alergi
3. kista pecah  cairan masuk
peredaran darah  syok anafilaktik 
kematian
 Diagnosis
Pencitraan : Radiologi, CT Scan, MRI
Serologis : ELISA, immunofluoresensi
indirek, imunoelektroforesis, imunoblot
 Terapi
1. Bedah
2. Nonbedah : drainase kista, kemoterapi
Echinococcus alveolaris
7. Echinococcus alveolaris

- HD : rubah, serigala, anjing, kucing

- Morfologi : ~ E. granulosus tp uk lebih kecil 1,2


– 4,5 mm.

- Proglotid : 2-6
- Kista dapat menyebar ke organ dalam
lain.

- Gejala : ~ E. granulosus tp lebih berat


karena skoleks tersebar ke seluruh tubuh.

- Dx : ELISA, PCR. Klasifikasi klinis WHO PNM


(P = massa parasit, N = keterlibatan organ,
M = metastasis)

- Pengobatan : albendazol, mebendazol,


prazikuantel.
Introduction in Human Parasitology
and Parasitic Disease

Dwi Handayani
Bagian Parasitologi
FK Unsri
1/23/2022 Kuliah Blok 8 1
Curriculum Vitae
Personal Details
Name dr. Dwi Handayani, M. Kes
Phone +62 8127824209
E-mail dwih.dr@gmail.com/ dwihandayani@fk.unsri.ac.id

Education
1999-2005 Medical Doctor (Sriwijaya University)
2010-2013 Biomedical Science Majoring Medical Parasitology
(Sriwijaya University)

Work
2009 – Now Lecture at Parasitology Department

1/23/2022 Kuliah Blok 8 2


1/23/2022 Kuliah Blok 8 3
Today’s Learning Objectives

• to know the definition of parasitology


• to know the term that use in parasitology
• to know how to write species properly
• to know the characteristics of parasites

1/23/2022 5
Makhluk Hidup
• Manusia, hewan, tumbuhan telah diciptakan sebagai
makhluk hidup di bumi.

• Semua rezeki makhluk hidup telah diatur sedemikian


rupa oleh Sang Pencipta.

• Termasuk diantaranya ada yang menggantungkan


hidupnya dengan makhluk hidup lain untuk mencari
makanan dan perlindungan.

1/23/2022 6
Definisi Parasitologi
• Ilmu yang mempelajari jasad-jasad yang
hidup untuk sementara atau tetap, di dalam
atau pada permukaan jasad lain, dengan
maksud untuk mengambil sebagian atau
seluruh makanannya dari jasad lain tersebut.

• Berasal dari kata:


Parasitos = seseorang yang ikut makan
Logos = ilmu

1/23/2022 7
• Parasit : organisme yang menumpang
Hospes : organisme yang ditumpangi

• Parasit hidup dengan cara menumpang pada


makhluk lain, biasanya makhluk yang ditumpangi
memiliki ukuran yang lebih besar dan menimbulkan
kerugian pada hospes.

• Predator: organisme yang menyerang dan


membunuh organisme lain untuk mendapatkan
makanan. Organisme yang dibunuh dan dimakan
disebut mangsa.

1/23/2022 Kuliah Blok 8 8


Hookworm di dalam usus Pthirus pubis (kutu kelamin)

Baru kusadari
Kau seperti parasit
Minta ini itu
Kau minta padaku dengan semaumu

1/23/2022 9
Parasit berdasarkan Jasad
1. Zooparasit = Parasit berupa hewan
– Protozoa = Hewan bersel satu
– Metazoa = Hewan bersel banyak
• Helminthes : cacing
• Arthropoda = binatang berkaki beruas, serangga

2. Fitoparasit = parasit berupa tumbuhan


• Bakteri
• Fungus (jamur)

3. Spirochaeta dan Virus

1/23/2022 Kuliah Blok 8 10


Parasit berdasarkan Hospes
1. Animal Parasite: Parasit yang menyerang
hewan

2. Plant Parasite: Parasit yang menyerang


tumbuhan

3. Medical Parasite: Parasit yang menyerang


manusia

1/23/2022 Kuliah Blok 8 11


Jenis Hospes
1. Hospes Definitif : Hospes yang mengandung parasit
stadium seksual (Perkembangan seksual parasit +)

Contoh: A. lumbricoides  H.D : Manusia


Plasmodium (malaria)  H. D : Nyamuk

2. Hospes Perantara : Hospes yang mengandung parasit


stadium aseksual (Perkembangan Seksual Parasit )

Contoh : Plasmodium  H.P : Manusia


Filaria (Peny.Kaki Gajah)  H.P : Nyamuk

1/23/2022 Kuliah Blok 8 12


Jenis Hospes
3. Hospes Reservoir / Cadangan :
Hospes yang mengandung parasit, yang dapat menjadi
sumber infeksi bagi manusia.
Contoh: Trichinella spiralis  H.R : Babi, Tikus, Beruang
Brugia malayi  H.R : Kera, Kucing, Anjing

4. Hospes Aksidental : Hospes yang tidak biasanya mendapat


parasit tersebut, kemudian secara kebetulan mendapat
parasit tersebut, yang kadang-kadang dapat menjadi
dewasa.
Contoh: Toxocara cati  Parasit anjing/kucing  kadang-
kadang dapat menghinggapi manusia
 Manusia = Hospes Aksidental
1/23/2022 Kuliah Blok 8 13
Jenis Hospes
5. Vektor: Suatu jasad (biasanya serangga) yang dapat
menularkan penyakit / memindahkan parasit pada
manusia atau binatang.
Contoh: Nyamuk  Malaria, Filaria
Lalat Glossina  Penyakit Tidur Afrika
6. Zoonosis: Penyakit yang dapat ditularkan dari
hewan ke manusia
Umumnya berupa infeksi langsung seperti
Trichinosis, cysticercosis, atau sebagian besar
penyakit yang ditularkan oleh hospes perantara
serangga dan mollusca
1/23/2022 Kuliah Blok 8 14
Hubungan Hospes-Parasit

1. Ekto parasit: parasit yang hidup pada permukaan tubuh


hospes (infestasi)

Contoh: Pediculus humanus capitis (kutu kepala)

Endo parasit: parasit yang hidup di dalam tubuh hospes


(infeksi)

Contoh: Ascaris lumbricoides (cacing gelang)


Hubungan Hospes-Parasit

2. Obligat: Parasit yang seluruh hidupnya tergantung pada


hospes tersebut.

Contoh: Ascaris lumbricoides

Fakultatif: Parasit yang bisa tetap hidup walaupun di luar


tubuh hospes

Contoh: cacing Strongyloides stercoralis (stadium bebas)


Nyamuk
Sengkenit
Hubungan Hospes-Parasit

3. Monoksen: Parasit yang hanya dapat hidup pada


satu jenis hospes

Contoh: cacing Ascaris lumbricoides

Poliksen: Parasit yang dapat menghinggapi


beberapa jenis hospes

Contoh: cacing Trichinella spiralis Babi, Tikus, Manusia


Hubungan Hospes-Parasit

4. Permanen: Parasit yang seluruh hidupnya berada


menetap pada satu hospes saja

Contoh: cacing Ascaris lumbricoides

Sementara: Parasit yang berada pada hospes hanya


untuk sementara

Contoh: Nyamuk Aedes aegypti


Kutu busuk (Cimex hemipterus)
Nama dan Penulisan Parasit
• Nama Lokal, nama umum, nama ilmiah.
• “Cacing benang” di AS adalah Strongyloides
stercoralis, sedangkan “cacing benang” di
Inggris adalah Enterobius vermicularis.
• Untuk mengatasi hambatan bahasa, maka
diperlukan nama ilmiah yang dimengerti secara
universal.
Nama dan Penulisan Parasit
• Binomial scientific name, menggunakan bahasa
Latin atau Yunani
• Umumnya terdiri dari dua patah kata. Kata
pertama adalah nama genus, dan kata kedua
adalah nama spesies (binomial nomenclature)
• Nama genus dimulai dengan huruf besar, nama
spesies dimulai dengan huruf kecil
Nama dan Penulisan Parasit
• Nama genus dan nama spesies tidak boleh
salah tulis
• Nama genus dan nama spesies harus tampil
beda dengan sekelilingnya, dengan cara
dicetak miring atau digarisbawahi
• Contoh:
Ascaris lumbricoides
boleh disingkat A. lumbricoides
Klasifikasi Parasit
• Organisme Parasit dikelompokkan ke
dalam Kingdom, Subkingdom, Phylum,
Class, Subclass, Order, Suborder,
Family, Genus, Spesies

• Pengelompokan berdasarkan ciri


morfologi atau karakter biokimiawi
/molekuler
Contoh
• Kingdom Protista
• Subkingdom Protozoa
• Phylum Apicomplexa
• Class Sporozoa
• Subclass Coccidia
• Order Eucoccidia
• Suborder Haemosporina
• Family Plasmodiidae
• Genus Plasmodium
• Spesies Plasmodium vivax
Cabang-cabang Parasitologi:
• Protozoologi (Protozoa)
– Darah dan jaringan
– Usus
– Genital
• Helmintologi (Cacing)
– Nematoda usus dan darah
– Cestoda usus
– Trematoda (usus, paru, darah, dan hati)
• Entomologi (Serangga)
– Nondiptera
– Diptera
SUMBER INFEKSI PARASIT
a. Air dan tanah yang terkontaminasi
b. Makanan yang mengandung larva infektif
c. Serangga penghisap darah
d. Hewan piaraan atau hewan liar yang
mengandung parasit
e. Orang lain dan diri sendiri
a. Air dan Tanah yang Terkontaminasi

• Tanah merupakan sumber penularan bagi


Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, cacing
tambang, Strongyloides stercoralis

• Air dapat menjadi sumber penularan Amoeba,


Giardia lamblia, telur Taenia solium, serkaria
infektif Trematoda Darah
b. Makanan yang mengandung larva infektif

• Ikan air tawar menjadi sumber penularan


Diphyllobothrium latum dan Clonorchis sinensis
• Ketam dan udang sumber penularan
Paragonimus westermani
• Daging babi sumber penularan Taenia solium
• Daging sapi sumber penularan Taenia saginata
c. Serangga penghisap darah

• Nyamuk, Lalat dapat menularkan:

– Malaria
– Leishmania
– Trypanosoma
– Filaria
d. Hewan piaraan dan hewan liar

• Anjing sumber penularan kista hydatid


Echinococcus granulosus, visceral larva migrans
Toxocara canis

• Hewan Herbivora sumber penularan


Trichostrongylus spp
e. Orang lain dan diri sendiri

• Sumber penularan Entamoeba


histolytica, Enterobius vermicularis,
Hymenolepis nana, Pediculus humanus
capitis
• Infeksi yang berasal dari diri sendiri
disebut autoinfeksi misalnya pada
infeksi Enterobius vermicularis dan
Strongyloides stercoralis
Parasitic Transmission
1. Oral ingestion: kista matang Ameba, telur
matang Ascaris lumbricoides, Trichuris
trichiura, Enterobius vermicularis
2. Skin penetration: Hookworm larva, insect bite
3. Inhalation: telur E. vermicularis
4. Transplasental (congenital): infeksi
Toxoplasma gondii
5. Hubungan seksual: infeksi Trichomonas
vaginalis
Diagnosis Laboratorium Penyakit Parasit

1. Pemeriksaan mikroskopik (sediaan basah,


pewarnaan permanen, konsentrasi tinja)
2. Pemeriksaan serologi (deteksi antigen &
antibody)
3. Hibridisasi asam nukleat (pelacak & tehnik
amplifikasi)
4. Kultur
5. Inokulasi hewan coba
Morfologi parasit
Gambaran Klinis Infeksi
Kalau parasit itu merugikan hospes, lalu kenapa
Allah swt menciptakan?

‫ار‬ َ ‫ع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬ ُ ‫اط ا ًۚل‬
َ ‫سب ْٰحن ََك فَ ِقنَا‬ َ ‫ َربَّنَا َما َخلَ ْق‬:
ِ َ‫ت ٰه َذا ب‬
Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia;
Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka (QS Ali
Imran: 191)

‫شيْـًٔا َّو ُه َو ش ٌَّر‬ َ ‫سى ا َ ْن ت ُ ِحب ُّْوا‬ َ ‫شيْـًٔا َّو ُه َو َخي ٌْر لَّ ُك ْم ۚ َو‬
ٰٓ ٰ ‫ع‬ ٰٓ ٰ ‫ع‬
َ ‫سى ا َ ْن ت َ ْك َر ُه ْوا‬ َ ‫َو‬
‫لَّ ُك ْم ۗ َو ه‬
‫ّٰللاُ يَ ْعلَ ُم َوا َ ْنت ُ ْم ََل ت َ ْعلَ ُم ْو َن‬
Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu
baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu
tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui (QS Al Baqarah: 216)
1/23/2022 Kuliah Blok 8 35
Pustaka
1. Al Quran Al Kariim
2. Garcia. Diagnostic Medical Parasitology, 5th
ed.
3. Beaver PC, Jung RC, Cupp EW. Clinical
Parasitology. 9th ed.
4. Gandahusada et al. Parasitologi Kedokteran,
FKUI, Jakarta
37
PROTOZOA DARAH
(PLASMODIUM)

dr. DWI HANDAYANI, MKes


Staf Bagian Parasitologi
Fakultas Kedokteran Unsri

1
2
Today’s Learning Objectives
Malaria I :
• to know the etiology of malaria
• to know the epidemiology of malaria
• to know the life cycle of Plasmodium
• to know morphology of Plasmodium
• to know the clinical symptoms & complications

3
1. THE ETIOLOGY

4
INTRODUCTION

5
Malaria is an Infectious disease caused by Plasmodium
and transmitted by female Anopheles
P. falciparum
P. malariae
P. vivax
P. ovale
P. knowlesi

Mode of infections:

1. Bitten by female anopheles


2. Congenital
3. Transfusion
4. Organ transplantation
6
Monkey plasmodium

 P. knowlesi
 1st report of human infection is in Malaysia
 Kalimantan (2010)
 Similar as P. falciparum and P. malariae

7
1. THE ETIOLOGY

2. EPIDEMIOLOGY

8
Source: WHO Malaria Report, 2019
9
THE MOST VULNERABLE GROUP

10
Peta Endemisitas Malaria di Indonesia Tahun 2019

Source: Malaria.id 11
* Term related epidemiology

*Endemic : connotes natural transmission in an area so that there


are autochthonous, locally contracted cases

*Imported malaria: is acquired outside the area

*Introduced malaria : cases derived from Imported malaria

*Sporadic : cases are few and scattered


12
Malaria endemicity:

The prevailing frequency and intensity of endemic


malaria.

Classification of endemicity:

Based on spleen index (%) of children in age group 2-9, and


the spleen rate of adult
Parasitic rate
Sporozoite rate
13
14
1. THE ETIOLOGY
2. EPIDEMIOLOGY

3. THE LIFE CYCLE

15
Life cycle
A. Intrinsic phase:
 in the vertebrate host
 asexual  schizogony

B. Extrinsic phase:
 in the female anopheles
mosquito
 sexual  sporogony

16
STAGES OF PLASMODIUM

IN HUMAN IN FEMALE ANOPHELES

 Schizont: in liver and blood  Gamet: female and male


 Merozoite  Ookinet
 Trophozoite /Ring Form  Oocyst
 Gametocyte: female and male  Sporozoite

17
Life cycle Plasmodium

18
THE LIFE CYCLE

19
Life cycle of P. vivax or P.ovale

20
1. THE ETIOLOGY
2. EPIDEMIOLOGY
3. THE LIFE CYCLE

4. MORPHOLOGY

21
Plasmodium in RBC
Trophozoites :ring form and developing trophozoites
Schizonts :immature and mature -- merozoites
Gametocyte : Microgametocytes and macrogametocytes

22
23
TABEL PERBEDAAN SPESIES PLASMODIUM: Trofozoit Muda

24
TABEL PERBEDAAN SPESIES PLASMODIUM: Trofozoit Tua/Mature

25
Trofozoit P. vivax Trofozoit P. ovale

Trofozoit P. malariae Trofozoit P. falciparum 26


TABEL PERBEDAAN SPESIES PLASMODIUM: Skizon Muda

27
TABEL PERBEDAAN SPESIES PLASMODIUM: Skizon Tua/Mature

28
29
TABEL PERBEDAAN SPESIES PLASMODIUM: Mikrogametosit

30
TABEL PERBEDAAN SPESIES PLASMODIUM: Makrogametosit

31
32
33
1. THE ETIOLOGY
2. EPIDEMIOLOGY
3. THE LIFE CYCLE
4. MORPHOLOGY

5. CLYNICAL SYMPTOMS &


COMPLICATIONS

34
Term- related of clinical malaria
 Masa pra-paten:
Waktu antara permulaan infeksi (sporozoit masuk)
sampai parasit malaria ditemukan dalam darah tepi

 Masa inkubasi/tunas instrinsik:


Waktu antara permulaan infeksi sampai timbul gejala
klinis/demam

 Masa tunas ekstrinsik:


Waktu antara gametosit masuk ke dalam tubuh
nyamuk sampai terbentuknya sporozoit dalam
kelenjar ludah nyamuk
35
36
Symptoms
1. Paroxysmal febris, divided into 3 clinical stages:
- cold stage (15-16 minutes)
- host stage (about 2 hours: 39-40o C)
- sweating stage (about 1 hour)
 Trias Malaria
2. Secondary anemia
3. Splenomegaly

37
The attack of paroxysm

38
Today’s Learning Objectives
Malaria II :
• to know the pathology & pathogenesis
• to know how to diagnosis
• to know the treatment of malaria&resistency

39
1. THE ETIOLOGY
2. EPIDEMIOLOGY
3. THE LIFE CYCLE
4. MORPHOLOGY
5. CLYNICAL SYMPTOMS & COMPLICATIONS

6. PATHOLOGY & PATHOGENESIS

40
PATHOGENESIS OF FEVER

41
PATHOGENESIS OF ANEMIA

1. Hancurnya eritrosit yang mengandung parasit


 Red cell rigidity and deformability increase splenic clearance

2. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama


3. Depresi sumsum tulang (diseritropoesis) oleh sitokin
4. Hemozoin-induced apoptosis in developing erytroid
cells

*Pada P.falciparum terjadi secara akut


pada P. vivax terjadi secara kronis
42
COMMON PATHOGENESIS

Ruptured schizont released merozoit and waste substances


(RBC products, hemozoin, GPI and others)

Activate macrophages and endothelial cells

Secrete cytokines and inflammatory mediators


(TNF, interferon, IL-1, IL-6, IL-8, limfotoxin, superoxide, NO)

Systemic manifestations
43
CEREBRAL MALARIA
• An acute medical condition that affects the brain and
mental state as a severe complication of Plasmodium
falciparum infection.

• GCS < 11 in adult and Blantyre Scale < 3 in children

• Leading to death

44
Pathogenesis of Cerebral malaria:

 It is exactly not known

Proposed hypotheses:

1. Permeability hypothesis (Maegraith and fletcher)


2. Toxic/cytokine hypothesis
3. Mechanical hypothesis: Sitoadheren, rosetting, aglutinasi
Mechanical Hypotesis
Mechanical Hypotesis

Malaria rosette
1. THE ETIOLOGY
2. EPIDEMIOLOGY
3. THE LIFE CYCLE
4. MORPHOLOGY
5. CLYNICAL SYMPTOMS & COMPLICATIONS
6. PATHOLOGY AND PATHOGENESIS

7. HOW TO DIAGNOSE

48
The steps of diagnosis

Laboratories:
Anamnesis Physical
Gold Standard:
examination Thin and Thick Film
(Apusan darah tipis dan
tebal)

To Assess:
Parasite Plasmodium +/-
Species and stage of
Plasmodium
Density of Parasite
Density of Parasite
1. Semi Kuantitatif
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+) : 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++) : 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : 1-10 parasit dalam 1 LPB
(++++) : >10 parasit dalam 1 LPB

2. Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal
(leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit).
Jumlah leukosit 8000/µL
Jumlah RBC 4.500.000/µL
Apusan darah tebal:
Hitung jumlah parasit per 200 WBC
Misal ada 1500 parasit/200 WBC, maka hitung parasit:
8000/200 X 1500 = 60.000 parasit/µL

Apusan darah tipis:


Hitung jumlah parasit per 1000 RBC
Misal ada 50 parasit/1000 RBC, maka hitung parasit:
4.500.000/1000 X 50 = 225.000 parasit/µL

Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit/µL


darah di daerah endemis rendah atau >5% eritrosit atau > 250.000
parasit//µL darah di daerah endemis tinggi

Indikator mortalitas
Parasitemia < 100.000/µL, mortalitas < 1%
Parasitemia > 100.000/µL, mortalitas > 1%
Parasitemia > 500.000/µL, mortalitas > 50%
52
1. THE ETIOLOGY
2. EPIDEMIOLOGY
3. THE LIFE CYCLE
4. MORPHOLOGY
5. CLYNICAL SYMPTOMS & COMPLICATIONS
6. PATHOLOGY AND PATHOGENESIS
7. HOW TO DIAGNOSE

8. TREATMENT&RESISTENCY

53
54

Pengobatan
55
JENIS OAM
Relaps pada malaria :

57

 Penyakit dapat bersifat menahun dan menimbulkan


relaps
 Relaps ada :

- rekurens (long term relaps) P. vivax


- rekrudesensi (short term relaps)
P. falciparum & P. malariae
RESISTENCY

The ability of a parasite strain to


survive and /or to multiply despite
the administration and absorption of
a drug given in doses equal to or
higher than those usually
recommended but within the limits of
tolerance of the subject.

58
JENIS RESISTENSI

Early treatment Failure (ETF) Late treatment failure (LTF)


• One or two condition occur as bellow within if the following conditions
the first 3 days of treatment occur on day 4 – 28, divided
into 2 sub group:
- Parasitemia with complication of severe
malaria on day 1, 2 and 3. 1. Late Clinical (and parasitological) Failure
(LCF)
- Parasitemia on day 2 > that on day 0 • Parasitemia (the same species with that of day
- Parasit count on day 3 > 25% of day 0 0) complicated with severe malaria after day 3.
- Or asexual parasite on day 3 and the axial • The axial temperature > 37° C with
parasitemia between day 4 - 28.
temperature: > 37.5°
2. Late Parasitological Failure (LPF)
• Parasitemia (the same species with day 0) on
day 7, 14 or 28 without rising of the axial
temperature (< 37° C)

59
WHO CRITERIA

60
61
62
HELMINTHOLOGI
Suatu organisme: multiseluler, bilateral simetris, tiga lapisan
germinal.

A. Phylum Nemathelminthes atau Nematoda (cacing bulat)

B. Phylum Platyhelminthes:
1. Trematoda (cacing daun)
2. Cestoda (cacing pita)
PERBEDAAN UMUM

Nematoda Trematoda Cestoda

Bentuk Silindris, tidak Pipih seperti Pipih seperti


bersegmen daun, tidak pita,
bersegmen bersegmen
Kelamin Terpisah Hermafrodit, Hermafrodit
(diecious) kecuali
Schistosoma

Kepala Tanpa batil Batil isap, Batil-isap+


isap atau kait. tanpa kait kait-kait
Mempunyai
buccal capsule
pada beberapa
spesies
Saluran Ada, lengkap, Ada, tidak Tidak ada
pencernaan anus ada lengkap, anus
buntu
Rongga badan ada Tidak ada Tidak ada
KLASIFIKASI HELMINTHOLOGI

A. NEMATODA
1.      Nematoda Usus:
1.1   Ascaris lumbricoides*
1.2   Cacing Tambang: Necator americanus*,
Ancylostoma duodenale*
1.3   Trichuris trichiura*
1.4   Strongyloides stercoralis*
1.5   Oxyuris vermicularis
1.6   Trichinella spiralis
1.7   Trychostrongylus species*
* Tergolong cacing “Soil Transmitted Helminths” (STH)
2.   Nematoda darah dan Jaringan
2.1   Filaria:
Wuchereria bancrofti
Brugia malayi
Loa loa
Onchocerca volvulus
Acanthocheilonema perstans
Mansonella ozzardi
2.2 Dracunculus medinensis
2.3 Visceral larva migrans: Toxocara cati dan T. cani
2.4 Cutaneus larva migrans:
Ancylostoma braziliense
Ancylostoma caninum
Strongyloides stercoralis
Gnathostoma spinegerum
2.5.Lain-lain:
Capillaria hepatica
Capillaria philippinensis
Angiostrongylus cantonensis
Anisakis
 II. KLASIFIKASI SISTEMATIKA (Linnaeus, 1758)
  
 Kingdom ANIMALIA
  
 I. Phylum NEMATHELMINTHES
 Class NEMATODA
A. Subclass APHASMIDIA (tidak mempunyai caudal
chemoreceptor)
 Superfamili TRICHUROIDEA
 Famili TRICHINELLIDAE: - Trichinella spiralis
 - Capillaria hepatica
 - Capillaria
philippinensis
 - Trichuris trichiura
 B. Subclass PHASMIDIA (mempunyai caudal chemoreceptor)
 1.     Ordo RHABTIDIA
 Superfamili RHANDITOIDEA
 Famili STRONGYLOIDIDAE : - Strongyloides stercoralis
 Superfamili STRONGYLOIDEA
 Famili STRONGYLIDAE : - Ternidens deminutus
 : - Oesophagostomum apiostomum
 Famili SYNGAMIDAE : - Syngamus laryngeus
 Famili ANCYLOSTOMATIDAE : - Ancylostoma duodenale
 - Ancylostoma caninum
 - Ancylostoma
ceylanicum
 - Ancylostoma braziliense
 - Necator americanus
 Superfamili TRICHOSTRONGYLOIDEA
 Famili TRICHOSTRONGYLIDEA
 - Trichostrongylus orientalis
- Trichostrongylus colubriformis
  
 Superfamili METASTRONGYLOIDEA
 Famili METASTRONGYLIDAE
 - Angiostrongylus cantonensis
 - Metasrongylus elongatus
 Superfamili OXYUROIDEA
 Famili OXYURIDAE
 - Enterobius vermicularis
  
 Superfamili ASCARIDOIDEA
 Famili ASCARIDIDAE
 - Ascaris lumbricoides
 - Toxocara canis
 - Toxocara cati
 Superfamili FILARIOIDEA
 Famili DIPETALONEMATIDAE:
 - Wu ch er er ia ba n c r o f t i

 - Brugia malayi
 - Dipetalonema perstans
 - Onchocerca volvulus
 - Loa loa
 - Mansonella ozzardi
  
 Superfamili DRACUNCULOIDEA
 Famili DRACUNCULIDAE : - Dracunculus
medinensis
  
 1. Ascaris lumbricoides
Taksonomi :
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Subkelas : Phasmidia
Ordo : Rhabditidia
Superfamili : Ascaridoidea
Famili : Ascarididae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides
Morfologi: cacing bulat panjang seperti benang, putih-abu/
agak kecoklatan muda atau merah muda (segar)

Jantan: 15-31 X 0,3-0,8 Betina: 20-35 X 0,4-0,6


CM cm
Ekor berlekuk ke arah 1/3 anterior badan ada
ventral cincin
(curved tail) komissuura (ring
comissura)
Kloaka dengan 2 spikula
Terletak vulva.
Ekor lurus
Telur: 200.000/hari
26 juta seumur hidupnya.
Ring
komissura
Bibir Ascaris lumbricoides

Bibir: 3 bibir; 1 dibagian median dorsal, sepasang di


bagian ventro-lateral dengan dentikel. Setiap bibir
mempunyai sepasang papillae yang kecil
Telur:
1. Dibuahi (fertile) Corticated fertile (3 lapis dinding)
Decorticated fertile ( 2 lapis dinding)
2. Tidak dibuahi (unfertile)

3. Matang (Mature= bentuk infektif) dan


Tidak matang (immature)

Telur: bentuk: oval, kuning kecoklatan


Telur ; fertil(dibuahi): 45-70 X 35-50 (60) mikron
Dinding: 3 lapis, albuminoid, hyalin, lipoid.
Isi: sel-ovum.(Corticated fertile)
Telur decorticated fertile (hilang lapisan albuminoid)
Telur:
1. Dibuahi (fertile) Corticated fertile (3 lapis dinding)
Decorticated fertile ( 2 lapis dinding)
2. Tidak dibuahi (unfertile)

3. Matang (Mature= bentuk infektif) dan


Tidak matang (immature)

Telur: bentuk: oval, kuning kecoklatan


Telur ; fertil(dibuahi): 45-70 X 35-50 (60) mikron
Dinding: 3 lapis, albuminoid, hyalin, lipoid.
Isi: sel-ovum.(Corticated fertile)
Telur decorticated fertile (hilang lapisan albuminoid)
Telur corticated
fertile

Decorticated
fertile
Telur unfertile: 88-94 X 39-44 mikron
Lap. Albumin tidak rata, tipis
Isi: sel berbentuk granula-granula
Siklus Hidup Ascaris lumbricoides

Siklus melalui paru-paru

Embryonated
telur

Lama siklus: 2 bulan Telur fertil matang di


Life span: 8-12 tanah
bulan 1-3 minggu
Siklus Hidup: telur keluar bersama tinja, ditanah liat berpasir
(sandy clay). Dan keadaan yang cuaca rindang (shadow), telur
berkembang menjadi infektif dalam 1-3 minggu. Telur infektif
( berembryo) termakan oleh manusia melalui makanan, jari
tangan yang terkontaminasi oleh telur atau melalui vektor
serangga (lalat), dalam usus halus telur dirusak oleh enzim
keluar larva rhabdityform L1 menembus dinding usus ikut
aliran darah atau limfe ke sirkulasi besar (porta) ke jantung
kanan ke-paru-paru menembus alveoli (L2->L3) ke
bronciole bronchus ke trachea ( dalam paru-paru lebih
kurang 10 hari tertelan melalui esofagus  L4 menjadi
dewasa di usus halus kemudian kopulasi. Lama siklus; 2 bulan.
Umur cacing dewasa (life span) : 8-12 bulan
Gejala Klinis:
Akibat larva di paru-paru: Loeffler syndrome
Sesak nafas, batuk dan hypereosinofilia( minggu 1-3)
epilepsi, meningitis.

Akibat cacing dewasa: jumlah sedikit asimptomatis


1/6 kasus ditandai: perut diskomfort, abdominal
pain/kembung, mual, muntah , diare, appendicitis,
pancreatitis, peritonitis.
Diagnose: menemukan cacing dewasa di tinja atau
muntah

Laboratorium: hipereosinofilia
menemukan telur di tinja- prep langsung
atau Metode Kato-Katz.

Pengobatan: Albendazole, Pirantel-pamoate (Combantrin),


Mebendazole.

Epidemiologi: higiene lingkungan dan personal hygiene, bab


di jamban, cuci tangan sebelum makan.
Pada manusia: Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale
Mungkin Ancylostoma ceylanicum
Pada kucing: Ancylostoma braziliense
Pada anjing: Ancylostoma caninum
Morfologi: hidup di usus halus, melekat dengan gigi
menghisap darah dan menimbulkan a
pendarahan usus, warna: merah muda/pink
atau abu-abu.

Necator americanus Ancylostoma duodenale


J: 5-9 x 0,30 mm J: 8-11X 0,45 mm
Bursa copulatrix Bursa. copulatrix
B: 9-11 x 0,35 mm B: 10-13 x 0,60 mm
Buccal-caps: sepasang Buc-caps.: dua pasang
gigi chitine-plate Gigi
Necator americanus. B,
Posterior end jantan,
menunjukkan ray-ray
bursa dan spikula; di
k a n a n , t a m p a k
perbesaran lateral
terminasi fusi dua
spikula; yang berakhir
sebagai kait; d, ray
dorsal; ed, ray dorsal
luar; f, terminasi fusi
spikula; lv, ray
lateroventral; ml, ray
mediolateral; pb, ray
prebursa; pl, ray
post e r o l a t e r a l ; vv, r a y
ventroventral (Setelah
Faust)
Appearance: huruf S

Necator americanus dewasa,


tampak lateral. A, jantan; B, betina.
a, anal pore; bc, kapsul buccal; cgl,
sepasang cephalic gland; csp,
spikula kopulatrix; e, esophagus;
exgl, kelenjar ekskresi; exp,
excretory pore; m, midgut; ov,
ovarium; ovj, ovejector; pr, kelenjar
prostat; sv, vesikula seminalis; t,
testis; vu, vulva (Diadaptasi oleh
Faust dari Lane)
Telur: jernih (tinja segar)
Bentuk ovoid lonjong
Ukuran:56-76x 36-40 (60) mikron
Dinding telur: tipis, transparant, 1 lapis
Isi: 4 sel ( tinja segar)
Telur: 70.000/hari 20.000/hr/cacing
Blood meals:
0,03 ml/ hr/cacing 0,15 ml/hr/cacing
Life spans: 6-8 tahun 2-5 tahun
Siklus Hidup Cacing tambang
Gejala klinis:
Ringan: 50 ekor cacing, tidak ada tanda anemia
Sedang: kehilangan darah ringan. Ada gejala, mual
lesu, nyeri perut/ cramp, anemia muncul 10-20
minggu dari infeksi larva
51-150 cacing
Berat: Banyak kehilangan darah: cardiac failure, malaise
Warna kulit seperti rumput di bawah tong kuning pucat,
moon-face
sampai 500 ekor atau lebih cacing.
Diagnose: gejala klinis kaki: ground itch
gejala anemia (hipokrom-mikrositer)
Lab: menemukan telur dan kultur larva: Modikikasi
Harada-Mori.
Epidemiologi: kebiasaan defekasi, bersandal,
environment and personel hygiene.
Pengobatan: Mebendazole, Alcopar, vitamin Fe dan
support
Habitat mukosa usus: cecum dan colon
Cacing mirip cambuk:
3/5 anterior bulat,halus berisi esofagus mirip merjan
atau tasbeh dan organ reproduktif

Jantan: 3-4,5 cm Betina: 3,5-4,5 cm


Ekor 2/5 badan 2/5 ekor lurus ada
curved 1,5 kali ovarium.
Ada kloaka dengan Vulva di pertengah
1 spikula an badan
Bertelur:5000-
7000/hr
Telur: bentuk tong =barrel-
shaped
Ke 2 ujung tutup mucoid-plug
menonjol
(bipolar prominence)
Warna: kuning kecoklatan
Ukuran: 50-54x 22-23 mikron
(50)
Dinding 2 lapis: luar kuning
dalam transparant
Embryonated
telur
Siklus Hidup

Tertelan telur matang:2-


4 minggu
Menetas di usus halus
Dewasa—Ke
coloncecum
Lama siklus: 3 bulan
Life span: 9-30 tahun
Diagnose: gejala klinis , prolaps rectum, anemia.
Lab: menemukan telur di tinja

Terapi: mebendazole (vermox): 2x 100mg/hr sealam 3 hari


pirantel pamoate: 10mg/kgBB dosis tunggal (combantrin),
thiabendazole 50 mg/hr/ kg. BB selama 2 hari

Preventif: sanitasi, cuci tangan sebelum makan, terapi kalau ada


penderita.
Pinworm= Oxyuris
vermicularis

Habitat:cecum, appendix, kolon, ileum bagian bawah


Ujung badan runcing (Oxy)

Morfologi: mulut dgn 3 bibir, esofagus ada bulbus


Kepala ada pelebaran kulit (cephalic alae). Ekor
warna transparat.
Jantan: 2,5 x 0,1- Betina: lurus 8-13x0,3-
0,2 mm 0,5mm
Bentuk ekor koma Vulva 1/3 anterior
Ada 1 spikula dan Vulva vagina posterior, 1
kloaka pasang uterus
Bentuk: seperti padi atau planokonveks
Ukuran 50-60X 20-30 mikron
Dinding: dua lapis dan bening (translucent)
• dinding luar: albuminoid (mechanical
Protection)
• dinding dalam membran lemak
(chemical protection)
Isi: larva
Kepala Enterobius vermicularis
Kumpulan E.
vermicularis betina
Siklus hidup Enterobius vermicularis
Cacing Hidup: didaerah cecum, life span 3 bulan
Cacing betina malam hari didaerah anus mengeluarkan
sekret
Dan kotoran  gatal di daearah anus pruritus ani
Pada malam hari anak cengeng kurang tidur sekitar ke
dua kelopak mata berwarna gelap dan cekung disebut
Dark shadow super eye lids
Diagnose: menemukan telur, dengan cara
Anal swab
NIH= National Institute Health
Metode Scotch Cellulose Tape
Pestel Metode
Penularan
Hand to mouth
Toilet seat
Debu (inhalasi)
Dari pakaian, handuk ,dll.
Diagnose: menemukan telur, dengan cara
Anal swab
NIH= National Institute Health
Metode Scotch Cellulose Tape
Pestel Metode
Penularan
Hand to mouth
Toilet seat
Debu (inhalasi)
Dari pakaian, handuk ,dll.
Morfologi cacing betina type parasitik
Tak berwarna, tembus sinar, dan mememiliki kutikel bergaris
halus
Panjang: 2,2 mm X 0,4 mm, vivipar
Rongga mulut pendek, esofagus panjang dan silendrik: 1/3—
2/5 panjang tubuh
Sepasang uterus mirip tanduk berisi telur (bifurcatio uterus)

Cacing jantan: ukuran: 0,7 mm x 40-50 mikron


bentuk fusiform tanpa caudal alae
type esofagus rhabditoid (bulbus)
ada 2 spikula dan satu gubernakulum
Ujung ekor runcing dan berlekuk ke arah ventral.
 Kecacingan Nematoda usus , dapat diobat
dengan pengobatan sebagai berikut :

 1. Albendazol
 2. Mebendazole
 3. Pyrantel pamoat
Gmb: Cacing betina Strongyloides
stercoralis
Telur: ukuran 50 x 32 mikron
bentuk ovoid
dinding tipis 1 lapis, jernih
isinya larva matang

Larva filariform:
v     panjang 700 mikron, langsing, tanpa
sarung/bungkus
v     ruang mulut tertutup
v     oesophagus ½ panjang badan
v     ekor berujung tumpul bercabang-
cabang
(forked tail)
v    
Siklus hidup Strongyloides stercoralis
Gejala klinis:
Akut: Berlangsung cepat: batuk, oleh karena iritasi trakea
kesan mirip bronchitis
Gejala perut: diare, anorexia nyeri perut/crampt muncul pada
minggu : ke dua.
Kronis
Sering tanpa gejala walupun terjadi hiperinfeksi
Mual, muntah, diare, konstipasi dan ada gejala perut
kembung (borborygmus)
Kulit: urtikaria oleh karena larvanya
Ada gejala asthma atau nephrotic syndrome
Komplikasi: Obstruksi ileus, perdarahan usus.
Otak: oleh karena larva meningitis aseptik, epilepsi Jackson

Diagnose:
Diagnose klinis: akut/kronik
Laboratorium : menemukan larva di tinja, sputum,
aspirasi cairan duodenum
Tehnik pemeriksaan larva di tinja: Baermann funnel tehnique.

Pengobatan: Albendazole: dewasa: 400 mg 3-10 hari


Thiabendazole: 25mg/KgBB selama 2-3 hari
tidak melebihi 3 gr per hari
Epidemiologi
Dapat terjadi infeksi nosokomial dari tanah
Pencegahan
Penderita diobati
Biasakan defekasi di jamban
Penyuluhan bahaya penyakit terutama bentuk
hiperinfeksi: personal dan sanatasi hygiene
Penyebaran: kosmopolit di Asia Pasifik Selatan dan
Australia.
Hospes def. Dan Perantara: Manusia, Babi dan Tikus
Habitat: Usus halus  cacing derwasa
Larva: di otot bergaris dan di organ-organ
Morfologi:
J; 1,4-1,5x 3-4x0,06 mm
0,04mm 1/5 anterior vulva
Bag. Ant. langsing Ovarium diujung
Pada ekor: ada 2 Posterior
conspicous Viviparous
conical papillae
24
Larva: dalam kiste:800-1300X35-40 mikron
Mempunyai pencernakan sama dengan cacing dewasa
Larviposisi: selama 4-16 minggu sebanyak 1500 larva
Cacing betina: partenogenesis: sekali dibuahi dapat
berkembang biak terus.

Siklus Hidup:
Manusia terinfeksi dengan makan daging babi yang
tidak dimasak dengan baik yang mengandung kiste Trichinella
spiralis. Larva yang bebas sampai di duodenum menembus
dan berdiam di mukosa usus
Setelah 22 jam cacing betina dan jantan kopulasi dan cacing
jantan mati. Cacing betina akan masuk ke dalam mukosa lagi
mencapai aliran darah/limfe submukosa melahirkan larva
Larva ikut sirkulasi darah/limfe sampai ke otot seran lintang
dan membentuk kiste. Larviposisi selama: 8-14 hari dengan
jumlah larva 1500 ekor perbetina. Larva dapat: ke jantung,
otot-otot gerak: biceps, triceps, diafragma dll.
Terjadi kiste selama 21 hari dan selesai sampai 3
bulan. Larva dapat hidup (viable) sampai bertahun-tahun.
Infeksi berat apabila terdapat 5 larva/kg BB pada
manusia

25
Siklus Huidup Trichinella spiralis
Gejala Klinik
Demam, sakit perut, diare, muntah dll.
Kiste larva pada otot menimbulkan myositis
Diagnose:
Cacing dewasa jarang diketemukan di feces
Biopsi jaringan otot dan ditaruh diantara 2 objek
gelas yang ditekan rapat kemudian lihat dibawah
mikroskop.
Sentrifuse 15 cc darah+ 3% asam aceton lihat larva

26
Yang lain: Skintest, Prcipitin test, CFT.
Pengobatan:
Thiabendazole: 25-50 mg/kg BB selama 5-10 hari
Mebendazole: 2X100 mgr/hari selama 10 hari
Pencegahan:
Hindari makan daging setengah matang
Pemeliharaan babi harus bebas penyakit
Tikus merupakan habitat yang sama dengan manusia
(pemusnahan rodent).
Kiste T. spiralis: pada otot bergaris,
bentuk elongated (ellips): 0,3-
0,6X0,2-0,4

Kiste T. spiralis: terdiri


dari
jar. fibrous, infiltrasi sel-
27
eosino
fil, larva berbtk.coiled
(koil)
Picture 1 Picture 2 Picture 3

TSLarvwandSK-ic TSLarvcapsSK-ic TSLarvcaps1SK-ic


Migrated larvae Encapsulated larvae Calcified larvae
Trichostrongylus
species
Hospes pada: usus jejenum dan ileum hewan
atau
manusia

Morf: Cacing dewasa; kecil ukuran: 4-7 mm.


Tidak
mempunyai buccal capsul. Betina
saluran
kelamin dan vulva terbuka di belakang
pertengah
Telur
Oval elongated ( memanjang)
Ukuran: 90-100x 35-40 mikron
Dinding 1 lapis hyalin, transparant
Isi: morula
Telur dapat menetas di lingkungan
dalam 24
jam
Larva rhabdityform: pseudorhabditoid
esofagus bulbus, ada premordium
genital
Tumbuh di lingkungan tanah menjadi larva
pseu
dofilariform dalam 3-4 hari
Terinfeksi pada manusia tertelan secara tak
senga
ja berupa telur berembryo (infektif)
atau
larva pseudofilariform menembus kulit
Gejala klinis
Pada infeksi berat lebih dari
100 ca
cing menimbulkan perdarahan
kecil
timbul anemia sekunder atau
terjadi
cholecystitis
Diagnose:
menemukan telur di tinja atau
cairan
Species-species:
T. brevis
T. skrjabini
T. orientalis
T. axei
T. Instabilis
T. vitrinus
T. probolurus
T. colubriformis
35
1. Filaria (3 species)
2. Toxocara cara & cani (visceral larva migrans
3. Ancylostoma braziliense & caninum (Cutaneus larva
migrans)]
36

LYMPHATIC FILARIASIS
• Wuchereria bancrofi
• Brugia malayi
• Brugia timor
37

Morfologi umum:
1. Cacing dewasa: warna putih ke kuning-kuningan
Jantan : ukuran 40X0,1 mm
Betina: 65-100X0,25 mm, vivipar
Hidup di darah/limfe jaringan tubuh/ di bawah kulit
2. Larva= disebut mikrofilaria ukuran 250-300 mikron
Hidup di aliran darah/jaringan
38 Wuchereria bancrofti (Filariasis bancrofti)

Endemis: Indonesia: Jakarta, Semarang, jambi, kalimantan dan


Sumatera Selatan.
Hospes definitif: manusia (Cacing dewasa hidup di sistem-
kelenjar/aliran limfe).
Hospes perantara: Culex (Cx. quinquefasciatus), Anopheles
punctulatus, Aedes polynensis, Mansonia spp.
Siklus hidup: di nyamuk 10-14 hari

Periodisitas: nokturna, subperiodik nokturna


39

Lengkungan badan
graceful

Inti ekor
absent

Rongga kepala: 1:1 Mikrofilaria W. bancrofti


Patologi/Gejala klinis 40
1. 60% biasanya infeksi ringan: asimptomatik
2. Simptomatik: Inkubasi penyakit: 8-12 bulan, gejala muncul
3 bulan setelah infeksi.
a. Fase inflamatory (radang): limfangitis dan limfadenitis
b. Fase obstruksi (sumbatan sistem limfe)
Varicose nodus limfa di ketiak/lipatanpaha
Daerah scrotum terjadi: hidrocele (kantung air)
Chyluria
Akibat akhir kaki bengkak seperti kaki gajah
atau disebut elephantiasis (berat dan kronik)
Mikrofilaria di darah sampai 2 tahun
41

Dari gejala dan Laboratorium


1. Venapuncture dari cairan hidrocele atau dari urine
2. Metode Knott: pemeriksaan darah tepi
3. Radiologi
4. Immunolog
Pengobatan: Diethylcarbamazine, infeksi sekunder:
antibiotik, steroid
Kaki gajah: operasi
Epidemiologi: 42

Penderita di obati
Kontrol vektor nyamuk, meniadakan perindukkan
nyamuk : menimbun air tergenang, semprot
serangga, menghindari gigitan nyamuk, dll.
Eradikasi vektor
Pengobatan secara umum filariasis
: DEC(Dietil Carbamazin) 10-12 mg/kg BB (10-12 hari )
Pencegahan dosis tunggal tiap 6 bulan (diberikan secara
massal di daerah endemis yang tinggi : ≥1 %)
( Albendazole + DEC)
43

Penyakit: Brugiais malayi


Hospes definitif: manusia, kera, lutung, kucing dan
anjing
Habitat: di sistem limfe.
Hospes perantara: Anopheles dan Mansonia
Gejala hampir sama dengan W. bancrofti
Hanya terjadi bengkak kaki biasanya di bawah lutut
atau dibawah siku.
Genetalia tidak terlibat.
Cephalis space= 2:1

Badan kink-kink

Inti badan

overlapping

Inti ekor : 2
44

M.f. Brugia malayi


1. Cs= 2:1
2. Ekor inti 2
3. Inti badan bertumpuk,
batas tak jelas
4. Lekuk badan kink-kink
Brugia timori
Pendahuluan
Geografis ditribusi di Indonesia: (dr. Taniawati Supali,
Dep Par. FK. UI) Lymphatic filariasis
Sumatera dan kalimantan: jenis Brugia malayi.
Jawa, Papua dan Irjabar: jenis W. bancrofti
Maluku Utara, dan Sulawesi: campuran
B. malayi dan W. bancrofti.
Nusa Tenggara Timur diketemukan jenis :
Brugia timori dan W. bancrofti.
Sinar harapan: Kepulauan Sunda Kecil di timur Bali.
Penemuan
Mikrofilaria Brugia timori diketemukan pertama kali oleh
David dan Edeson th 1964 thn 1965 baru di
deskripsikan di ketemukan di Portugis Timor
Crus Ferreira: 1965
Pinhao: 1969
Sri Oemijati dan Partono 1971
Kanda et al: 1975
Kurihara dan Sri Oemijati : 1976
Cacing dewasa oleh Partono, Davit T Dennis
dan Felix Partono: 1977
Hospes Perantara: Anopheles barbirostris
Di Flores: A. barbirostris (Soeroto)
Periodisitas: nokturnal

Morfologi
Secara umum mikrofilaria Brugia timori
lebih mirip dengan mikrofilaria malayi ukuran:
310µ dan badan lebih lebar
Cephalic space: a length-towidth of about 3:1
Nukleus atau inti pada ekor sebaris dan lebih
banyak jumlahnya dibandingkan dengan B. malayi.
Ada 2 inti ekor jelas
Habitat: pada kelenjar limfe daerah kelamin
Di daerah Sulawesi Selatan banyak terdapat di
daerah Desa Mangkuna, Kabupaten Luwu Timur.
Cephalic-space

sarung

Microfilaria Brugia timori


Cephalic space=3;1

Ekor inti dua (2)

Microfikaria Brugia timori


Rongga kepala Kepala dan ekor Brugia timori
Gambar h:
3:1
Inti badan batas kabur dan overlapping
Rongga kepala panjang:lebar= 3:1

Inti badan

Gambar i: Inti ekor


Inti terminal
Inti subterminal ada 2
Pathofisiology: sama dengan Brugia
malayi.

Gejala klinis: Terjadi pembengkakan


terutama di daerah lipat paha.

Diagnosis dan pengobatan: sama dengan


Brugia malayi dan Wicheheria bancrofti)
Penyakit: Dracunculiasis, dracontiasis= dracunculosis=guinea worm
infection=medina worm=serpent worm, dragon worm

Morfologi: jantan 12-29x0,4 mm, betina 300-1200x1,7 mm


Larva berenang dalam air: 500-700x15-25 mikron,
rhabdidiform– dalam 21 hari sampai dengan 107 hari larva
stad 3  dimakan cyclops body cavity larva infektif atau
larva filariform
Bila orang minum air tidak dimasak akan tertelan cyclops yang
infektif menembus dinding usus saluran darah atau limfe
 migrasi ke kulit selama 33 hari 3-4 bulan menjadi cacnig
dewasa.

43
Habitat: bawah kulit sampai mati
Cacing betina mengeluarkan toksin dan enzim papula  vasikula
pecah– ulkus/luka keluar larva keluar kedalam air.
Patologi: timbul luka, reaksi allergi o.k migrasi cacing dan hiper eosinofil.
Diagnose: gejala vesikula, kalsifikasi cacing dewasa yang mati, Rontgen.
Pengobatan: mengeluarkan cacing dari kulit: dengan cara menggulung
cacing dewasa dan operasi bila ca cing banyak. Kematian mungkin kalau
ada infeksi berat/sekunder.

44
70
Common roundworm of dogs

Cervical alae
59

71
Habitat: pada usus halus anjing
Pada manusia menyebabkan:Visceral Larva Migrans
Tertelan telur embryonated menetas/pecah di usus halus larva
sirkulasi darah/limfe mengembara di alat-alat dalam.

Cacing jantan: 4-6 cm, betina: 7-10 cm


Lebih kecil dari A. lumbricoides mempunyai 2 cervival-alae
72
Telur: nampak lubang-lubang
(pitted)
Dinding: 3 lapis
Bentuk oval, 85x75 mikron

Telur embryonated
Gejala klinis: demam, malaise, myalgia, hipereosinofilia, hepatosplenomegali, batuk 73
dan myocarditis, encephalitis , pneumonia
Pada mata:posterior retinal granuloma dan uveitis

Diagnose; ELISA
Western Blot Analysis

Larva stad 2 migrasi di visceral


TREMATODA

Dr. Gita Dwi Prasasty, M.Biomed


Morfologi Cacing dewasa
a. Bentuk : Pipih seperti daun, atau telur, kerucut,
silindris, tergantung keadaan
kontraksinya.
b. Ukuran : kurang dari 1 mm s/d beberapa cm.
c. Tidak punya rongga badan,
Badan tdd :
- lapisan cuticula homogen &non-cellular,
- duri, tuberkel atau ridges (geligi),
- lapisan otot-otot melingkar, otot-otot miring,
- otot-otot longitudinal dan serabut-serabut
transversal dengan arah dorsoventral.

3
- Dua batil isap berotot seperti cangkir.
Genus Heterophyes terdapat tiga batil isap (batil
isap genital).
- Batil isap kepala (oral sucker) di anterior.
- Batil isap perut = acetabulum (ventral sucker)
- Karena struktur luar yang khas yaitu acetabula
(suckers),
dinamakan Trematoda (badan yang berlubang-
lubang).

4
Integument & Suckers

(o.s) : oral sucker


(v.n) : ventral sucker
(s.) : spines

5
SISTEM PENCERNAAN
- (p) Pharynx berotot dan berbentuk
globular,
- (e) Esophagus sempit dan pendek
- (c) Usus bercabang dua sebagai
caeca yang
berbentuk lurus atau bercabang-
cabang
dengan berbagai ukuran dan
biasanya
berakhir buntu.
- Kelenjar liur 6
SISTEM REPRODUKSI
Semua spesies dari kelas Trematoda hermaphrodit,
kecuali genus Schistosoma yang mempunyai
kelamin
terpisah.

Organ
caecum.ini terletak diantara dua percabangan

7
Sistem Reproduksi Jantan
(g.o) : genital opening
(s.v) : Seminal vesicle
(v.d) : Vas defferent
(v.e) : Vas efferent
(t) : Testis, biasanya dua
(Schistosoma 4-9)
Bentuk : bisa globular,
lobus, tubular,
dendritik

8
Sistem Reproduksi Betina

(vt) : Vitellaria
(oot) : Ootype
(vt.d) : Vitelline duck
(ov) : Ovary
(g.a) : Genital opening
(u) : Uterus
(m.g) : Mehlis gland
(l.c) : Laurer’s canal
(s.r) : Seminal receptacle

9
10
nTELUR

Telur yang belum matang tdd:


- ovum yang telah dibuahi,
- sel vitellin,
- membran vitellin
- kulit telur.
- Sebagian telur Trematoda
mempunyai
operculum, kecuali telur Schistosoma.

11
12
nFISIOLOGI

•Bergerak dengan kontraksi, memanjangkan diri,


dan fleksi
dibantu struktur kutikulanya.
• Mempertahankan posisi pada hospes dengan batil
isap.
•Umur tergantung spesies (Schistosoma sampai 30
tahun).
•Makanan diperoleh dari jaringan, sekresi atau isi
usus
hospes, tergantung habitat dan spesies.
• Pernapasan anaerob, tapi larva membutuhkan O2. 13
Fisiologi
•Hermaphrodit, fertilisasi terjadi dengan
sendirinya.
•Cirrus sebagai alat kopulasi dan spermatozoa
disimpan
dalam receptaculum seminalis.
•Ovum dibuahi bila sperma turun melalui
oviduct (terjadi
di ootype).

14
DAUR
HIDUP
TREMATOD
A

15
Fasciolopsis buski

Penyakit :
Fasciolopsiasis
16
Klasifikasi

• Phylum : Platyhelminthes
• Class : Trematoda
• Subclass : Digenea
• Ordo : Prosostomata
• Subordo : Distomata
• Superfamili : Fascioloidea
• Famili : Fasciolodae
• Genus : Fasciolopsis
• Spesies : Fasciolopsis buski

17
Morfologi Cacing dewasa
- F.buski adalah Trematoda terbesar pada manusia.
- Bentuk : bujur telur, warna seperti daging.
- Ukuran : 2 – 7,5cm X 2 – 20mm X 0,5– 3mm
- Kutikulum : diliputi baris-baris duri kecil melintang.
-Batil isap kepala besarnya ¼ batil isap perut &
berdekatan.
- Testis : bercabang banyak, formasi cranio
caudal.
-Ovarium : di pertengahan badan sebelah kanan
garis tengah.
- Kelenjar vitellaria di sisi lateral mulai dari batil
isap perut sampai
18
ujung posterior badan.
Gbr. F.buski

19
nTELUR

Bentuk : Ellips

Warna : Kekuning-
kuningan
Kulit : tipis, jernih, operculum
kecil. Gbr. Telur F.buski

Ukuran : 130 – 140 u x 80 – 85


u.
Belum berkembang bila ditemukan
di feses. 20
nDAUR HIDUP
•Hospes definitive: Manusia, babi & kadang - kadang
anjing.
•Habitat : Usus halus (duodenum dan jejunum),
kadang
ditemukan di lambung& colon.
Umurnya singkat (kurang dari 6 bulan).
•HP I : Keong air dari genus Segmentina, Hippeutis,
dan Gyraulus.
•Perkembangan dalam keong : S-R1-R2-C.

21
•HP II : Tumbuh-tumbuhan air seperti
- Trapa (lengkak air), Eichornia (eceng gondok)
- Eliocharis (“water chestnut”) dan Zizaniz
(bambu air).
•Cercaria setelah berenang dalam air dalam1–3
minggu
melekat dan menjadi Metacercaria pada
tumbuhan air.

22
Segmentina hemisphaerula Lengkak Air, Trapa
(HPI F.buski) natans
(HP II F.buski)

23
24
nCARA INFEKSI
- Makan tumbuh-tumbuhan air mentah yang
mengandung
Metacercaria.
nPATOLOGI DAN GEJALA KLINIK
Cacing melekat dengan batil isapnya pada
mukosa usus, serta mengambil makanan dari isi
usus, bahkan makanan di mukosa superficial,
menimbulkan peradangan, ulkus& abses.
nGEJALA

- Sakit di epigastrium, mual, diare ringan.


- Infeksi berat terdapat oedem, ascites& anasarca.

25
nDIAGNOSIS
- Daerah endemic cukup dengan gejala klinis
- Menemukan telur F.buski di dalam feses.
- Kadang-kadang cacing dewasa ditemukan bila
dimuntahkan.
Telur F. buski tidak dapat dibedakan dengan telur
F. hepatica.

nPENGOBATAN
- Tetrakloretilen
- Heksilresorsinol

26
nEPIDEMIOLOGI

- Daerah endemic utama: Kwantung, Chekiang (RRC).


- Frekuensi tinggi terdapat pada manusia.
- Kebiasaan makan tumbuh-tumbuhan air yang segar
serta
pemakaian pupuk tinja dalam kolam untuk makanan
water chestnut, mempermudah perluasan infeksi.

27
nPENCEGAHAN

- Mengobati penderita terinfeksi


- Mengurangi infeksi tumbuh-tumbuhan air
- Mengurangi populasi (membunuh telur, miracidium
& cercaria
di dalam air dengan kapur mentah atau tembaga
sulfat).
- Memusnahkan keong sebagai HP dgn molluscide
- Pendidikan kepada masyarakat tentang hidup
sehat.

28
TREMATODA PARU-PARU

Paragonimus westermani
= Oriental lungs fluke
= Distoma westermani
Penyakit : Paragonimiasis, Distomiasis paru-
paru

29
Klasifikasi Paragonimus westermani
• Phylum : Platyhelminthes
• Class : Trematoda
• Subclass : Digenea
• Ordo : Prosostomata
• Subordo : Distomata
• Superfamili : Troglotrematoidea
• Famili : Troglotrematodae
• Genus : Paragonimus
• Spesies : Paragonimus westermani

30
MORFOLOGI Cacing dewasa :
- Warna : merah coklat, ujung anterior sedikit
lebar daripada
ujung posterior.
- Ukuran : panjang 8 – 12 mm, lebar 4 – 6 mm, tebal 3
– 5 mm.
- Bentuk aktif menyerupai sendok dengan ujung yang
satu
berkontraksi dan lainnya memanjang.
- Bila berkontraksi atau diawetkan bentuknya
menyerupai biji kopi
yang bujur, pipih.
- Kutikulum berduri.

31
32
Cacing dewasa
• Mempunyai 2 batil isap yang sama besar.
• Batil isap perut terletak di tengah-tengah badan (anterior
dari garis ekuator).
• Testis berlobus tidak teratur, yang satu miring terhadap
lainnya, di bagian 1/3 posterior.
• Ovarium berlobus, sebelah anterior testis, sebelah kanan
berhadapan dengan uterus berkelok- kelok.
• Kelenjar vitellaria : di bagian lateral sekali, sepanjang
seluruh badan cacing.

33
TELUR
- Bentuk : bujur,
- Warna : kuning coklat, berdinding tebal.
- Ukuran : 85 x 55 mikron.
- Mempunyai operculum datar dengan pinggir menebal
dan pada waktu dikeluarkan dari cacing dewasa belum
berisi embrio.

34
Daur Hidup
Hospes definitive : Manusia, mamalia peliharaan dan
liar.
HP I : Keong beroperculum dari genus Hua, Semisulcospira,
Syncera, Thiara, Pomatiopis, Pomacea.
HP II : Ketam air tawar genus Eriocheir, Potamon dan
Cambaroides, Sesarma, Pseudothelpusa dan Astacus.
Habitat : Paru-paru

35
Daur hidup
- Telur yang pecah --- dari paru-paru
meninggalkan hospes
dengan sputum atau dengan tinja, bila tertelan.
- Dalam keong : M – S – R1 – R2 – C (13 minggu).
- Cercaria dari tubuh keong --- berenang dalam
air --- mati
jika tidak bertemu HP II dalam 24 jam – 48 jam.
- Bila ketam dimakan hospes definitive, dalam
duodenum
larva keluar dari kista dan menembus dinding
duodenum 36
Daur hidup
- Cacing dewasa muda  diafragma  rongga pleura 
paru-paru
(dalam 20 hr) yaitu di dalam lubang-lubang seperti kista
dekat
bronchus -- dewasa dalam 5 – 6 minggu.
- Cacing muda mungkin tinggal lama di peritoneum, hati
dan alat-alat
lain (ektopik).

37
Daur hidup P. westermani

38
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK
Lesi di paru-paru :
• Batuk kering/kronis disusul sputum bergaris darah,
berwarna coklat karat & biasanya waktu bangun pagi.
• Nyeri dada, hemoptysis (mirip TBC / bronkiektasis).
• Demam ringan.
Bila cacing membentuk kista di abdomen gejalanya a.l:
• Sakit perut, tegang dan nyeri.
• Diare bila cacing di dinding usus
Lesi di otak : - Epilepsi tipe Jackson
- Monoplegia
- Paresis
Kulit : tumor yang bergerak

39
DIAGNOSIS
Di daerah endemic  gejala klinik
Radiologik: Kavitas kecil yang berdekatan seperti tangkai
anggur kecil-kecil.
Diagnosa pasti: Menemukan telur dalam sputum atau tinja.
Diagnosis infeksi ektopik:
- Menemukan cacing pada pembedahan percobaan
- Tes ikat komplemen
- Tes intradermal dengan antigen Paragonimus

PENGOBATAN
- Bithionol

40
TREMATODA DARAH
Schistosoma japonicum
Penyakit : Schistosomiasis
Orientalis
= Penyakit Katayama
= Schistosomiasis
Japonica

41
Morfologi
Telur
• Bulat, berwarna coklat
• Memiliki tonjolan disebelah lateral
• Ukuran telur 89x67 mikron
• Dalam sehari cacing betina dapat
menghasilkan telur 1.500 butir
• Berisi miracidium
Miracidium
• Miracidium genus Schistosoma waktu hidup
yang pendek (24 -48 jam), tidak mecari
makanan, dan mencari hospes perantara jenis
keong dari genus Biomphalaria spp. Bagian
anteriornya bersilia serta terdapat kelenjar
yang menghasilkan enzim yang berfungsi
untuk penetrasi kedalam hospes perantara.

3/12/2022 Free template from www.brainybetty.com


3/12/2022 Free template from www.brainybetty.com
Serkaria
• Ukuran : badan 100µm , ekor 125 µm
• Dengan ekornya serkaria berenang
• Bila kontak dengan kulit manusia, maka akan
berpenetrasi masuk, kemudian menanggalkan
ekornya menjadi bentuk yang lebih kecil
“Schistosomula”

3/12/2022 Free template from www.brainybetty.com


3/12/2022 Free template from www.brainybetty.com
MORFOLOGI Cacing dewasa

o.s. : oral sucker


v.s. : ventral sucker
g.c. : gynecophoric
Tubuh tidak berduri (tuberkel)
Jantan memiliki 6-7 buah testis berderet
Betina memiliki ovarium yang
terletak dipertengahan badan

47
DAUR HIDUP
Hospes definitive : Manusia dan hewan peliharaan
Habitat : Vena mesenterica superior & cabang-
cabangnya
Hospes perantara : Keong dari spesies Oncomelania

48
Daur Hidup

49
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK
1. Gejala-gejala awal toksik dan alergi nyata.
2. Usus besar dan rectum yang terserang mengalami:
a. Papula - abses – ulkus – papillomata – fistula& telur
dalam tinja.
b. Gejala yang timbul adalah serangan disentri.
Vesica urinaria kadang-kadang terkena.
3. Lesi-lesi ektopik:
a. Hati : sering terkena (telur melalui vena porta) disertai
- reaksi peradangan
- fibrosis yang mengakibatkan cirrhosis disertai
hipertensi portal, splenomegali, ascites,
corpulmonale, myelitis.
b. Alat-alat lain : otak dsb.

50
DIAGNOSIS
• Menemukan telur dalam tinja
• Biopsi dapat dilakukan yaitu dengan biopsi rektal, liver dan kantong
kencing
• Penelitian telah dilakukan dengan metoda imuno-diagnostik, yaitu
dengan tes intradermal. Tes intradermal akan terlihat positif
setelah 4-8 minggu setelah infeksi, walaupun pasien mungkin telah
sembuh. Hasilnya 97% akurat dan lebih efisien.

EPIDEMIOLOGI
- Timur Jauh (RRC, Jepang, Korea, Taiwan, Filipina).
- Di Indonesia endemik di daerah Danau Lindu dan
Lembah Napu (Sulawesi Tengah).

3/12/2022 Free template from www.brainybetty.com


PENGOBATAN
Infeksi untuk ketiga spesies dapat diobati dengan :
1. Dehydroemetin
2. Senyawa antimon trivalent
3. Niridazole.

52
PENCEGAHAN
Untuk ketiga spesies:
1. Eradikasi penyakit pada manusia
Mencegah polusi air oleh feses dan urin
2.
penderita.
Destruksi keong di daerah-daerah endemic
3.
dengan molukisida (mahal, toksik bagi
organisme lain, sangat lambat memutuskan
rantai).
Kontrol biologi dengan ikan atau burung
4.
pemakan keong
5. Pengobatan masal (tidak praktis dan mahal)
6. Hindari kontak dengan air yang 53
TREMATODA HATI
Fasciola hepatica
Penyakit : Fascioliasis

55
Klasifikasi Fasciola hepatica
l Phylum : Platyhelminthes
l Class : Trematoda
l Subclass : Digenea
l Ordo : Prosostomata
l Subordo : Distomata
l Superfamili : Fascioloidea
l Famili : Fasciolodae
l Genus : Fasciola
l Spesies : Fasciola hepatica

56
MORFOLOGI
Merupakan Trematoda hati yang besar dengan ciri-ciri
sbb:
Ukuran : 20 – 30 x 8 – 13 mm.
Bentuk : pipih seperti daun dengan bahu yang jelas,
kepalanya bentuk kerucut (cephalic cone)
Warna : coklat sampai abu-abu.
Batil isap kepala dan batil isap perut sama besar dan
keduanya terletak dalam kerucut kepala.
Caecum : bercabang-cabang.
Testis : bercabang-cabang banyak dan tersusun seperti
tandem cranio-caudal.
Kelenjar vitellaria yang bercabang-cabang banyak dan
merata di bagian lateral dan posterior badan.
Uterus : pendek dan berkelok-kelok.
57
58
TELUR
1. Besarnya 130 – 150 x 63 – 90 mikron, bentuk oval,
warna kuning coklat.
2. Mengandung satu ovum yang besar tanpa segmen di
dalam kuning telur.
3. Dikeluarkan bersama-sama empedu ke dalam
duodenum dan akhirnya keluar bersama-sama
dengan feses.
4. Tidak timbul dalam larutan NaCl jenuh.
Hanya bisa berkembang dalam air.

59
DAUR HIDUP
Hospes definitive : Biri-biri, kambing, sapi dan Manusia.
Habitat : Saluran biliary hepar (saluran empedu
bagian proksimal), kantung empedu, dan kadang-kadang di
tempat-tempat ektopik.
HP I : Keong dari spesies Lymnea.
HP II : Salada air, rumput-rumputan dan kulit pohon.

60
- Telur keluar melaui feses hospes definitive & matang
dalam air.
- Dalam telur, miracidium berkembang (2 – 3 minggu)
miracidium mencari HP I (keong Lymnea spp), dalam
lymphe keong miracidium berubah menjadi S – RI – RII – C
(30 – 60 hari) lalu – melekat pada tumbuhan air &
menjadi metaceraria.
- Bila metacercaria ditelan hospes definitive, dalam
duodenum larva
keluar dari kista dan menembus dinding usus masuk 
rongga abdomen – menembus kapsul hepar – melalui
parenkim hepar – saluran empedu dan menjadi dewasa.
- Tiga bulan sesudah infeksi, telur keluar melalui empedu --
ke usus
dan keluar bersama feses.
61
62
Tahap perkembangan larva Fasciola hepatica

63
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK
Luas kerusakan dan gejala yang ditimbulkan
tergantung dari hebatnya infeksi dan lamanya penyakit.
Karena tekanan, hasil metabolisme yang toksik dan cara
makannya, maka infeksi cacing ini menyebabkan:
- Peradangan
- Perubahan adenomatous dan fibrotik di saluran
empedu.
- Atrofi parenchyma
- Cirrhosis periportal

64
Gejala Fascioliasis meliputi:
- Kolik saluran empedu dengan muntah-muntah.
- Diare yang persisten

DIAGNOSIS
- Menemukan telur dalam tinja atau empedu dengan
inkubasi duodenum.

PENGOBATAN
1.Bithionol
2.Emetin

65
EPIDEMIOLOGI
• Infeksi cacing F.hepatica kosmopolit di negeri-negeri yang
memelihara kambing dan ternak lain secara besar-besaran.
• Infeksi dimungkinkan bilamana makan tumbuh-tumbuhan
seperti salada air (water cress) atau mungkin minum air yang
mengandung Metacercaria dalam bentuk kista.
• Hewan herbivora dan omnivora mendapat infeksi di rumput-
rumputan rendah yang lembab yang terkontaminasi dengan
Metacercaria.
PENCEGAHAN
1. Pengobatan terhadap hewan yang terinfeksi.
2. Memusnahkan hospes keong.

66
67
INTESTINAL, ORAL AND GENITAL
FLAGELLATES
dr. Susilawati, M.Kes
Bagian Parasitologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
FLAGELLATES

Phylum: Sarcomastigophora
Subphylum: Mastigophora
Class: Zoomastigophora
Most luminal flagellates are nonpathogenic commensals. Two of them caused clinical disease:
1. Giardia lamblia (diarrhea)
2. Trichomonas vaginalis (vaginitis and urethritis)
FLAGELLATES

Group Parasites Habitat


Lumen-dwelling flagellates Giardia lamblia Duodenum and jejunum
Found in the alimentary tract and Trichomonas vaginalis Vagina and urethra
urogenital tract Trichomonas tenax Mouth
Trichomonas hominis Large intestinum (caecum)
Chilomastix mesnii Large intestinum (caecum)
Enteromonas hominis Large intestinum (colon)
Retortamonas intestinalis Large intestinum (colon)
Dientamoeba fragilis Large intestinum (caecum and colon)
Hemoflagellates Leishmania spp Reticuloendothelial cells
Found in blood and tissues Trypanosoma brucei Connective tissue and blood
Trypanosoma cruzi Reticuloendothelial cells and blood
GIARDIA LAMBLIA

History and Distribution


Ø was first observed by Dutch scientist Antonie von Leeuwenhoek (1681) in his own stools
Ø Prof Giard and prof Lamble who gave a detailed description of the parasite
Ø Common protozoan pathogen and is worldwide in distribution
Ø Endemicity is very high in areas with low sanitation, especially tropics and subtropics
Habitat:
Ø Dudenum and upper jejunum
Ø The only protozoan parasite found in the lumen of the human small intestine
Morphology:
Ø Trophozoite (or vegetative form)
Ø Cyst (or cystic form)
TROPHOZOITE

Ø Tennis racket shaped (heart shaped or pyriform shaped)


Ø Rounded anteriorly and pointed posteriorly
Ø 15µm x 9 µm wide and 4µm thick
Ø Dorsally, convex and ventrally, concave sucking disc, with help in its attachment to the intestinal mucosa
Ø It is bilaterally symmetrical and possesses: 1 pair of nuclei, 4 pairs of flagella, blepharoplasty from
which the flagella arise (4 pairs), 1 pair of axostyles running along the midline, two sausage shaped
parabasal or median bodies, lying transversely posterior to the sucking disc
Ø Motile, with a slow oscillation about its long axis, often resembling failing leaf
Giardia lamblia in duodenal fluid wet preparation
CYST

Ø Infective form
Ø Small and oval, measuring 12x8 µm and is surrounded by a hyaline cyst wall
Ø Its intestinal structure includes 2 pairs of nuclei grouped at one and. A young cyst contains 1 pair
of nuclei
Ø Axostyle lies diagonally, forming a dividing line within cyst wall
Ø Remnants of the flagella and the sucking disc may be seen in the young cyst
A B C

Trophozoite A. ventral view; B. Lateral view; C. Quadrinucleate Cyst


LYFE CYCLE
LIFE CYCLE G. LAMBLIA

ü Passes its life cycle in 1 host


ü Infective form: Mature cyst
ü Mode of transmission: man acquires infection by ingestion of cyst in contaminated water and food, direct person to
person may occur in children, male homosexuals and mentally-ill person
ü Within 30 minutes ingestion, cyst hatches out into two trophozoites, which multiply successively by binary fission and
colonize in the duodenum
ü Trophozoite lives in the duodenum and upper part of jejunum, feeding by pinocytosis
ü Cysts are passed in stool and remain viable in soil and water for several weeks
ü There may be 200.000 cysts passed per gram of feces
PATHOGENICITY AND CLINICAL FEATURES

Ø Cause abnormalities of villous architecture by cell apoptosis and increase lymphatic infiltration of
lamina propria
Ø Often asymptomatic, but in some cases, may lead to mucous diarrhea. Fat malabsorption, dull
epigastric pain and flatulence. Stool contains excess mucus and fat but no blood
Ø In children may develop chronic diarrhea, malabsorption of fat, vit A, protein. Sugar, weigh loss
Ø Incubation periode is variable, but it usually 2 weeks
LABORATORY DIAGNOSIS

Stool Examination: giardiasis can be diagnosed by identification of cysts of G. lamblia in the


formed stools and the trophozoites and cyst of the parasite in diarrheal stools
Macros: fecal specimens cantaining G. lamblia may have an offensive odor, are pale colored and
fatty, and float in water
Serodiagnosi: AG and AB detection
Molecular Method: DNA probes or PCR
TREATMENT

Ø Metronidazole (250 mg, 3x/day, for 5-7 days and tinidazole (2 g single dose) are the drug of
choice
Prophylaxis:
Ø Proper disposal of waste water and feces
Ø Practice personal hygine like hand washing before eating
Ø Prevention of food and water contamination
TRICHOMONAS

Ø Differs from other flagellates, as they only in trophozoite stage. Cystic stages is not seen
Ø Has 3 species, which occur in human:
1. T. vaginalis
2. T. hominis
3. T. tenax
TRICHOMONAS VAGINALIS

History and Distribution


ü First observed by Donne (1836) in vaginal secretion
ü Prevalence varies from 5% patients at hospitals to 75% in sexual workers
Morphology
ü Pear-shaped or ovoid, 10-30 µm in length, 5-10 µm in breadth with short undulating membrane
reaching up to the middle of the body
ü 4 anterior flagella, fifth running along the outer margin of the undulating membrane, which is
supported at its base by a flexible rod, costa
ü a prominent axostyle runs troughout the length of the body and projects posteriorly like a tail
ü The cytoplasma shows prominent siderophillic granules, which are most numerous alongside the
axostyle and costa
ü motile with a rapid jerky or twitching type movement
Habitat
Ø In female: vagina, cervix, Bartholin’s gland, urethra and urinary bladder
Ø In male: anterior urethra, prostat and preputian sac
LIFE CYCLE

ü Completed in a single host either male or female


ü Trophozoite cannot survive outside and so infection has to be transmitted directly from person-to person.
Sexual transmission is the usual mode of infection
ü Babies may get infected during birth
ü Fomites such as towels have been implicated in transmission
ü Trophozoite divide by binary fission
ü As cysts are not formed, the trophozoite itself is the infective form
ü Incubation period is roughly 10 days
PATHOGENESIS

Ø Particularly infects squamous epithelium and non columnar epithelium


Ø Obligate parasite and cannot live without close association with the vaginal, urethra and prostatic
tissues
Ø Causes petechial hemorrhage (strawberry mucosa), metaplastic changes and desquamation of the
vaginal epithelium
Ø Intercellular edema (chicken-like epithelium) is the most characteristic feature of trichomoniasis
CLINICAL FEATURES

Ø Asymptomatic, particularly in males, although some may develop urethritis, epididymitis and
prostatitis
Ø In female: severe pruritic vaginitis with an offensive, yellowish green, often frothy discharge,
dysuria, and dyspareunia
Ø Rarely, neonatal pneumonia and conjunctivitis have been reported in infants born to infected
mother
Ø Incubation period is 4 days to 4 weeks
LABORATORY DIAGNOSIS

Microscope Examination
Culture: gold standard
Serology (ELISA)
Molecular method (DNA Hybrid and PCR)
TREATMENT

ü Metronidazole 2 gr orally as a single dose or 500 mg orally twice a day for 7 days is the drug
of choice
ü In patiens not responding, the dose of metronidazole may be increase or it may be administrated
parentally
ü In pregnancy, metronidazole is safe in second and third trimesters
PROPHYLAXIS

ü Avoidance of sexual contact with infected partners and use barriers method during intercourse
prevent the disease
ü Patient’s sexual partner should be tested fo T. vaginalis when necessary
TRICHOMONAS TENAX

Ø Also known as T. buccalis, harmless commensial whish lives in mouth-in the periodontal pockets,
carious tooth cavities and less often in tonsillar crypts
Ø Smaller (5-10µm) than T. vaginalis
Ø Transmitted by kissing, through salivary droplets and fomites
Ø Better oral hygine rapidly eliminates the infection and no therapy is indicated
TRICHOMONAS HOMINIS

Ø 8-12 µm, piriform-shaped, and carries 5 anterior flagella and an undulating membrane the
extends the full length of the body
Ø Very harmless commensal of the caecum
Ø Microscopic examination os stool will reveal motile trophozoite
Ø Transmission occur in tropic form by fecal-oral route
A. T. VAGINALIS, B. T. HOMINIS, C. T. TENAX

A B C
TERIMAKASIH
GOODLUCK

Anda mungkin juga menyukai