Anda di halaman 1dari 12

DAMPAK PENCEMARAN UDARA BAGI KESEHATAN

A. Dampak Kesehatan Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan

Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan dapat dikaji dengan menggunakan


berbagai metode. Dix, 1982 mengkaji dampak kesehataan akibat pencemaraan udara
melalui dua metode. Metode pertama adalah dimulai dari gejala klinis gangguan
kesehatan yang terjadi akibat pencemaran udara. Gangguan tersebut dikelompokkan
antara lain menjadi gangguan saluran pernafasan, gangguan asluran pencernaan,
gangguan sistem syaraf, gangguan terhadap kulit. Metode lain yang digunakan adalah
pengkajian dampak mulai dari parameter atau faktor pencemaran udara (fisik, kimia, dan
mikrobiologi).

B. Dampak Faktor Fisik


1. Dampak Suhu Terhadap Kesehatan

Penyimpangan suhu dari batas toleransi yang dapat diterima oleh tubuh akan
memberikan dampak terhadap kesehatan manusia, baik di atas maupun dibawah baku
mutu. Berikut akan diuraikan dampak suhu terhadap kesehatan, baik suhu tinggi maupun
suhu rendah. Dampak suhu tinggi terhadap kesehatan manusia secaraa beurutan dapat
digambar sebagai berikut:

a. Heat Cramps

Heat Cramps (Kram Karena Panas) adalah kejang otot hebat akibat keringat
berlebihan, yang terjadi selama melakukan aktivitas pada suhu yang sangat panas.
Heat cramps disebabkan oleh hilangnya banyak cairan dan garam (termasuk natrium,
kalium dan magnesium) akibat keringat yang berlebihan, yang sering terjadi ketika
melakukan aktivitas fisik yang berat.

Gejalanya adalah

1) Kram yang tiba–tiba mulai timbul di tangan, betis atau kaki,


2) Otot menjadi keras, tegang dan sulit untuk dikendurkan, terasa sangat nyeri.
Penanganannya, adalah dengan meminum atau memakan minuman / makanan
yang mengandung garam.

b. Heat Syncope

Heat Syncope adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami pingsan atau
hampir pingsan karena pajanan suhu panas dalam jangka waktu tertentu, terutama
pada seseorang yang berdiri dengan satu posisi selama jangka waktu tertentu di bawah
teriknya sinar matahari. Namun, kondisi tersebut dapat terjadi di lingkungan yang
hangat. Posisi berdiri dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan darah
berkumpul di bagian bawah tubuh dan sulit untuk kembali menuju bagian atas tubuh,
terutama otak. Dengan demikian akan menyebabkan terjadinya peurunan kesadaran
dan pingsan.

Heat syncope dapat terjadi pada siapa saja. Tidak hanya orang awam, bahkan
seorang atlet dapat saja mengalami kondisi ini. Pekerja yang bekerja di lingkungan
terbuka, seperti bekerja di jalan dengan panas matahari yang terik juga dapat
mengalami kondisi ini. Orang yang terkena heat syncope sebaiknya dibaringkan di
tempat yang sejuk dan diberikan air minum.

c. Heat Exhausted

Heat Exhaustion (Kelelahan Karena Panas) adalah suatu keadaan yang terjadi
akibat terkena /terpajan panas selama berjam–jam, dimana hilangnya banyak cairan
karena berkeringat menyebabkan kelelahan, tekanan darah rendah dan kadang
pingsan. Gejalanya

1) kelelahan,
2) kecemasan yang meningkat, serta badan basah kuyup karena keringat,
3) jika berdiri penderita akan merasa pusing karena darah terkumpul di dalam
pembuluh tungkai yang melebar akibat panas,
4) denyut jantung menjadi lambat dan lemah,
5) kulit menjadi dingin, pucat dan lembab,
6) penderita menadi linglung bahkan terkadang pingsan.
d. Heat Stroke

Heat Stroke adalah suatu keadaan yang bisa berakibat fatal, yang terjadi akibat
terpajan panas dalam waktu yang sangat lama, dimana penderita tidak dapat
mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Jika tidak
segera diobati, Heat Stroke bisa menyebabkan kerusakan yang permanen atau
kematian. Suhu 41° Celsius adalah sangat serius, 1 derajat diatasnya seringkali
berakibat fatal. Kerusakan permanen pada organ dalam, misalnya otak bisa segera
terjadi dan sering berakhir dengan kematian. Gejalanya adalah

1) sakit kepala, (perasaan berputar (vertigo),


2) kulit teraba panas,
3) tampak merah dan biasanya kering,
4) denyut jantung meningkat dan bisa mencapai 160-180 kali/menit (normal 60-
100 kali/menit),
5) laju pernafasan juga biasanya meningkat, tetapi tekanan darah jarang berubah,
6) suhu tubuh meningkat sampai 40 – 41° Celsius, menyebabkan perasaan seperti
terbakar
7) penderita bisa mengalami disorientasi (bingung) dan bisa mengalami
penurunan kesadaran atau kejang.

Dampak suhu rendah terhadap kesehatan manusia adalah hypothermia.


Hipotermia adalah suatu kondisi di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu
kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai
suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C. Tubuh manusia mampu mengatur suhu
pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C. Hypothermia dibedakan menjadi:

1) Hypothermia ringan, suhu bagian dalam tubuh 33-36 oC, merasa dingin,
menggigil.
2) Hypothermia sedang, suhu bagian dalam tubuh 30-33 oC, gangguan berjalan,
gangguan bicara, perasaan bingung, otot keras.
3) Hypothermia berat, suhu bagian dalam tubuh 27-30 oC, gangguan kesadaran,
tidak bisa sembuh tanpa pertolongan.
4) Hypothermia sangat berat, suhu dalam tubuh
2. Dampak Kelembaban Udara Terhadap Kesehatan

Kelembaban udara menunjukkan banyaknya kandungan uap air di udara. Ukuran


kelembaban udara, yaitu kelembaban absolut, kelambaban spesifik dan kelembaban
relatif. Kelembaban absolut menunjukkan banyaknya massa uap air per satuan volume
udara dinyatakan dengan kg/M3. Kelembaban spesifik menunjukkan perbandingan
antara massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume tertentu
dinyatakan dengan g/Kg. Kelembaban relatif menunjukkan perbandingan antara tekanan
uap air aktual (yang terukur) dengan tekanan uap air pada kondisi jenuh, dinyakatan
dengan persen (%).

Kelembaban udara memiliki dampak langsung dan tidak langsung terhadap kesehatan
manusia. Dampak langsung kelemban yang tinggi terhadap kesehatan adalah tubuh
berkeringat dan terasa gerah. Dampak langsung kelembaban rendah terhadap kesehatan
adalah kulit menjadi kering. Dampak tidak langsung kelembaban yang tinggi terhadap
terhadap keberadaan mikroba atau jamur di udara. Udara yang lembab merupakan
kondisi yang memudahkan mikroba atau jamur untuk bertahan hidup sebelum
meninfeksi atau menginfestasi manusia. Kelembaban udara yang rendah menyebabkan
polutan udara yang berbentuk partikel akan lebih lama bertahan dan beterbangan di
udara.

3. Dampak Partikel Debu Terhadap Kesehatan

Peraturan Pemernitah No. 66 Tahun 2014, Pasal 17 memasukkan partikel debu


sebagai salah satu parameter kualitas fisk udara. Dampak debu terhadap kesehatan bisa
dikaji dari segi kadar dan ukuran debu, atau dikaji dari segi bahan kimia dari debu
tersebut. Apabila debu dikaji hanya sampak pada konsentrasi dan diameternya, maka
debu dapat digolongkan menjadi parameter fisik dari udara. Apabila kajian dampak debu
dilihat dari bahan kimia yang dikandungnya, maka debu termasuk parameter kimia
udara.

Secara fisik, debu akan memberikan dampak pada saluran pernafasan manusia.
Dampak yang terjadi mulai dari bersin-bersin, batuk, penumpukan debu di sepanjang
saluran pernafasan. Dampak debu terhadap kesehatan sangat ditentukan oleh ukuran
partikel serta bahan kimia yang dikandungnya. Semakin kecil diamternya, maka semakin
dalamlah debu tersebut masuk sampai ke saluran pennafasan bagian bawah (alveoli).
Dampak debu berdasarkan bahan kimia yang dikandungnya akan dibahas dalam bagian
lain dari modul ini, yaitu pada dampak parameter kimia.

C. Dampak Faktor Kimia Udara Terhadap Kesehatan


1. Karbon Monoksida (CO)

Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) di udara secara alami relatif sangat kecil, hanya
sekitar 0,1 ppm. Di daerah perkotaan dengan lalu lintas yang padat konsentrasi gas CO
berkisar antara 10-15 ppm. Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam jumlah
banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan juga dapat
menimbulkan kematian.

Karbon monoksida (CO) apabila terhirup ke dalam paru-paru akan ikut peredaran
darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini
dapat terjadi karena gas CO merupakan kompetitor yang tidak seimbang O2, dimana
afinitas CO terhadap Haemoglobin (Hb) jauh lebih tinggi jika dibandingkan afinitas O2
dengan Haemoglobin. WHO (1977) menyebutkan bahwa Karbon Monoksida (CO)
memiliki kemampuan berikatan dengan Haemoglobn (Hb) 240 kali lebih kuat daripada
Oksigen (O2). Akibat dari hal tersebut maka orang yang keracunan CO akan mengalami
kekuarangan Oksigen disebabkan karena peran Hb untuk mendistribusikan Oksigen ke
seluruh tubuh terganggu oleh kehadiran CO. Reaksi yang aterjadi ketika Haemoglobin
(Hb) membentuk Karboksihaemoglobin adalah sebagai berikut:

Hemoglobin + CO ———> COHb (Karboksihemoglobin)

Peterson dan Steward (1970) seperti dikutip WHO (1977) memberikan formula
menunjukkan hubungan empiris antara konsentrasi CO di udara ambien dengan
persentase COHb yang terbentuk menurut lamanya waktu pemajanan sebagai berikut:

%COHb = 0,051 x CO (ppm) 0,858 x t (menit)0,63

Tingkat keracunan CO diukur dari persentase Karboksihaemoglobin (COHb) yang


terbentuk dalam darah. Banyaknya COHb yang terbentuk dalam darah tergantung dari
kadar CO di udara Ambien dan lamanya waktu pemaparan. Dalam keadaan normal
konsentrasiCOHb di dalam darah berkisar antara 0,2% sampai 1,0%, dan rata-rata sekitar
0,5%. Disamping itu kadar COHb dalam darah dapat seimbang selama kadar CO di
atmosfer tidak meningkat dan kecepatan pernafasan tetap konstan.Keracunan gas karbon
monoksida dapat ditandai dari keadaan ringan, berupa pusing, rasa tidak enak pada mata,
sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa detak jantung meningkat,
rasa tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot-otot, gangguan pada sisten
kardiovaskuler, serangan jantung sampai pada kematian.

Keracunan CO yang bersifat fatal pada umumnya terjadi di tempat tertutup, seperti
dalam kendaraan, dalam garase tertutup, dalam sumur, atau dalam terowongan. Hal ini
disebabkan karena molekul CO sedikit lebih ringan dari massa udara, akibatnya di
daerah terbuka, CO cenderung bergerak ke atas.

2. Oksida Nitrogen

Gas Nitrogen Oksida (NOx) ada dua macam yaitu gas nitrogen monoksida (NO) dan
gas nitrogen dioksida (NO2). Kedua macam gas tersebut mempunyai sifat yang sangat
berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Udara yang mengandung gas
NO dalam batas normal relatif aman dan tidak berbahaya, kecuali bila gas NO berada
dalam konsentrasi tinggi.

Sifat racun (toksisitas) gas NO2 empat kali lebih kuat daripada toksisitas gas NO.
Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NO 2 adalah paru-paru. Paru-
paru yang terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit
bernafas yang dapat mengakibatkan kematian. Konsentrasi NO2 lebih tinggi dari 100
ppm bersifat letal pada hewan percobaan, dan 90% dari kematian tersebut disebabkan
oleh gejala edema pulmonary. Pemberian sebanyak 5 ppm NO2 selama 10 menit
terhadap manusia mengakibatkan sedikit kesukaran dalam bernafas.

Pencemaran udara oleh gas NOX juga dapat menyebabkan timbulnya Kabut Foto
Kimia (Photochemicalsmog). Kabut Foto Kimia terbentuk akibat terganggunya siklus
foto litik NO2 oleh Radikal bebas dari hidrokarbon yang ada di udara. Kabut foto kimia
merupakan polutan sekunder yang terdiri dari berbagai senyawa, yaitu Peroxy Acetil
Nitrates (PAN), Oksida (O3), Aldehid, dan Asam Nitrat (HNO3).

3. Oksida Sulfur

Sulfur yang ada di udara berasal dari sumber alami dan aktivitas manusia.
Diperkirakan sulfur yang berasal dari aktivitas alami lebih banyak daipada yang berasal
dari aktivitas manusia. Sulfur yang berasal dari alam, terutama berasaal dari aktivitas
volkano. Sedangkan yang berasal dari aktivitas manusia adalah dari pembakaran bahan
bakar yang mengandung sulfur, seperti batu bara, solar, dan premium atau sejenisnya.
Sulfur di dara dapat berbentuk H2S atau dalam bentuk Oksida (SOx).

Udara yang tercemar Sulfur Oksida (SOx)menyebabkan manusia akan mengalami


gangguan pada sistem pernafasannya. Hal ini karena gas SOx yang mudah menjadi asam
tersebut menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan, dan saluran nafas yang lain
sampai ke paru-paru. Serangan gas SOx tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh
yang terkena.

Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada konsentrasi
SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensiti iritasi terjadai
pada konsentrasi 1-2 ppm. SO2 dianggap polutan yang berbahaya bagi kesehatan
terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem
pernafasan dan kardiovaskular.

Sulfur dioksida (SO2) bersifat iritan kuat pada kulit dan lendir, pada konsentrasi 6-12
ppm mudah diserap oleh selaput lendir saluran pernafasan bagian atas, dan pada kadar
rendah dapat menimbulkan spesme tergores otot-otot polos pada bronchioli, speme ini
dapat menjadi hebat pada keadaan dingin dan pada konsentrasi yang lebih besar terjadi
produksi lendir di saluran pernafasan bagian atas, dan apabila kadarnya bertambah besar
maka akan terjadi reaksi peradangan yang hebat pada selaput lendir disertai dengan
paralycis cilia, dan apabila pemaparan ini terjadi berulang kali, maka iritasi yang
berulang-ulang dapat menyebabkan terjadi hyper plasia dan meta plasia sel-sel epitel dan
dicurigai dapat menjadi kanker.

4. Hidro Karbon (HC)

Struktur Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon dan sifat fisik HC
dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang menyusun molekul HC. HC adalah bahan
pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi
jumlah atom karbon, unsur ini akan cenderung berbentuk padatan. Hidrokarbon dengan
kandungan unsur C antara 1-4 atom karbon akan berbentuk gas pada suhu kamar,
sedangkan kandungan karbon diatas 5 akan berbentuk cairan dan padatan. HC yang
berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan lainnya. Sedangkan bila berupa
cair maka HC akan membentuk semacam kabut minyak, bila berbentuk padatan akan
membentuk asap yang pekat dan akhirnya menggumpal menjadi debu. Berdasarkan
struktur molekulnya, hidrokarbon dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu hidrokarban
alifalik, hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon alisiklis. Molekul hidrokarbon alifalik
tidak mengandung cincin atom karbon dan semua atom karbon tersusun dalam bentuk
rantai lurus atau bercabang

5. Oksidan (O3)

Telah menjadi suatu issu aktual karena kaitannya dengan satu efek global pencemaran
udara yaitu penipisan lapisan ozon di atmosfer atas bumi kita. Ozon merupakan salah
satu pencemar udara yang terus meningkat konsentrasinya.dampak ozon terhadap
kesehatan manusia yaitu:

a. Dengan konsentrasi 0,3 ppm selama 8 jam akan menyebabkan iritasi pada mata.
b. 0,3 – 1 ppm selama 3 menit s.d. 2 jam akan memberikan reaksi seperti tercekik,
batuk, kelesuan.
c. 1,5 – 2 ppm selama 2 jam akan mengakibatkan sakit dada batuk-batuk, sakit
kepala, kehilangan koordinasi serta sulit ekspresi dan gerak.

Ozon pada konsentrasi 0,3 ppm dapat berakibat iritasi terhadap hidung dan
tenggorokan. Kontak dengan ozon pada konsentrasi 1,0 – 3,0 ppm selama 2 jam
mengakibatkan pusing berat dan kehilanan koordinasi pada beberapa orang yang snsitif.
Sedangkan kontak dengan konsentrasi 9,0 ppm selama beberapa waktu dapat
mengakibatkan endema pulmonari pada kebanyakan orang.

Kombinasi ozon dengan SO2 sangat berbahaya karena akan menyebabkan


menurunnya fungsi ventilasi apabila terpajan dalam jumlah yang besar. Kerusakan fungsi
ventilasi dapat kembali baik mendekati fungsi paru-paru normal pada orang yang
terpajan dalam tingkat rendah.

6. Gas Chlorin (Cl2)

Gas klorin (chlorine gas) adalah seyawa yang umum digunakan dalam industri.Gas ini
juga bersifat sangat beracun dan pernah digunakan selama Perang Dunia. Pada suhu
kamar dan tekanan udara normal, unsur chlorin berbentuk gas dengan warna hijau
kekuningan dan memiliki bau seperti pemutih. Gas Chlorin memiliki kepadatan lebih
besar dari udara, sehingga cenderung melayang dekat permukaan tanah.

Ketika didinginkan dan diberi takanan, Gas Chlorin menjadi cair sehingga
memudahkan transportasi dan penyimpanan. Gas Chlorin bersifat racun karena amat
reaktif dengan air yang terdapat selaput lendir paru-paru dan mata.Reaksi yang terjadi
akan menghasilkan Asam Chlorida (HCL) dan Hasan Hipochlorit yang memicu iritasi
pada mata dan paru-paru serta memicu korosi pada jaringan. Saat terpapar gas Chlorin,
seseorang harus segera mencari pertolongan medis. Belum ada penawar bagi gas ini
sehingga pengobatansegera menjadi kuncinya. Seseorang dapat terpajan dengan Chlorin
di rumah saat mencampur pemutih dengan bahan pembersih lainnya yang mengandung
asam atau amonia.

Senyawa Chlorin (Cl2) termasuk unsur Halogen yang memilikim ikatan lemah antara
dua atom Chlor. Kondisi ini menyebabkan gas ini sangat mudah bereaksi dengan dengan
senyawa lain. Chlorin merupakan oksidator kuat dan memicu oksidasi dengan menerima
elektron dari senyawa lain. Kondisi ini menyebabkan reaksi oksidasi dengan senyawa
organik lain, seperti amonia, terpentin, dan gas alam. Sifat reaktif ini membuat Gas
Chlorin digunakan dalam berbagai jenis industri kimia, antara lain seperti perantara
dalam sintesis berbagai bahan kimia, termasuk Polyvinylchloride (PVC), pestisida,
produk pembersih rumah tangga, serta pemutih kertas dan tekstil.

Senyawa Chlorin juga digunakan untuk desinfeksi air minum, kolam renang, dan
pengolahan limbah. Senyawa Chlorin yang sering digunakan dalam bentuk cair dan gas
adalah Clorin Dioksida (ClO2). Gas Chlorin juga digunakan sebagai disinfektan untuk
laboratorium dabn peralatan pabrik serta kamar bersih. Gas Chlorin Dioksida juga
berbahaya bagi manusia karena bertindak sebagi iritan mata dan paru-paru.

7. Amoniak (NH3)

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati
berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebutbau amonia). Walaupun amonia
memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah
senyawakaustik dan dapat merusak kesehatan. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan
Pekerjaan Amerika Serikat memberikan batas 15 menit bagi kontak dengan amonia
dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam untuk 25 ppm volum. Kontak
dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan
bahkan kematian. Sekalipun amonia di AS diatur sebagai gas tak mudah terbakar,
amonia masih digolongkan sebagai bahan beracun jika terhirup.

Gas ammonia adalah suatu gas yang tidak berwarna, dan menimbulkan bau yang
sangat kuat. Dalam udara, ammonia dapat bertahan kurang lebih satu minggu. Gas
ammonia terpajan melalui pernapasan dan dapat mengakibatkan iritasi yang kuat
terhadap sistem pernapasan. Karena sifatnya yang iritasi, polutan ini dapat merangsang
proses peradangan pada saluran pernapasan bagian atas yaitu saluran pemapasan mulai
dari hidung hingga tenggorokan. Terpajan gas ammonia pada tingkatan tertentu dapat
menyebabkan gangguan pada fungsi paru-paru dan sensitivitas indera penciuman.

8. Hidrogen Sulfida (H2S)

Hidrogen sulfida, H2S, adalah gas yang tidak berwarna, beracun, mudah terbakar dan
berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri
mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), seperti di
rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari
aktivitas gunung berapi dan gas alam.Hidrogen sulfida juga dikenal dengan nama
sulfana, sulfur hidrida, gas asam (sour gas), sulfurated hydrogen, asam hidrosulfurik, dan
gas limbah (sewer gas).

Pajanan terhadap Hidrogen Sulifida dapat menimbulkan masalah kesehatan. Paparan


dengan konsentrasi rendah bisa mengiritasi mata, hidung, tenggorokan dan sistem
pernapasan (seperti mata perih dan terbakar, batuk, dan sesak napas). Orang penderita
asma bisa menjadi tambah berat penyakitnya. Efek ini bisa tidak secara langsung dan
baru terasa beberapa jam atau hari kemudian. Pajanan berulang ataupun jangka panjang
dapat menimbulkan gejala mata merah, sakit kepala, fatigue, mudah marah, susah tidur,
gangguan pencernaan, dan penurunan berat badan. Pajanan pada konsentrasi Sedang bisa
menyebabkan iritasi mata dan pernapasan yang berat (batuk, susah bernapas,
penumpukkan cairan di paru), sakit kepala, pusing, mual, muntah, mudah marah. Pajanan
pada konsentrasi Tinggi akan menyebabkan syok, kejang, tidak bisa bernapas, tidak
sadar, koma, dan akhirnya kematian. Efek lethal tersebut bisa dalam beberapa hirupan
ataupun hanya dalam satu hirupan.

9. Dioxin
Dioksin merupakan kelompok zat-zat berbahaya yang termasuk ke dalam golongan
senyawa CDD (Chlorinated Dibenzo-p-Dioxin), CDF (Chlorinated Dibenzo Furan), dan
PCB (Poly Chlorinated Biphenyl). Terdapat ratusan senyawa yang termasuk dioksin,
salah satunya adalah TCDD (2,3,7,8- tetrachlorodibenzo-p-dioxin) yang dikenal paling.
Dioksin berasal dari proses sintesis kimia pada proses pembakaran zat organik yang
bercampur dengan unsur halogen pada temperatur tinggi. Dioksin berasal dari
pembakaran limbah rumah tangga maupun industri yang mengandung senyawa klor
seperti industri kimia, pestisida, plastik, dan pulp kertas. Pembakaran karbon yang tidak
sempurna menghasilkan karbon monoksida dan partially oxidized hydrocarbons. Adanya
suhu tinggi menyebabkan sebagian kecil nitrogen akan teroksidasi menjadi nitrat oksidan
dan nitrat dioksida.

Dioksin merupakan zat kimia yang berbahaya yang dapat menimbulkan berbagai
permasalahan kesehatan masayarakat. Dampak keracunan dioksin untuk jangka panjang
adalah kanker dan asterosklerosis sehingga menaikkan angka kematian sampai 46 %
pada beberapa kasus. Sedangkan efek jangka pendek, dapat menyebabkan lesi kulit
seperti chloracne. Chloracne adalah penyakit kulit yang parah dengan lesi menyerupai
acne yang terjadi terutama pada wajah dan tubuh bagian atas, serta ruam kulit lainnya,
perubahan warna kulit, dan kerusakan pada organ-organ tubuh lain, seperti hati, ginjal
dan saluran cerna.

10. Senyawa Organik Yang Mudah Menguap (Volatile Organic Compounds/VOCs)

VOC atau Volatile Organic Compounds adalah senyawa organik yang memiliki sifat
mudah menguap. Mudahnya senyawa ini untuk menguap pada akhirnya akan
menyebabkan lingkungan udara di sekitar bahan yang mengandung senyawa tersebut
bersifat toksik karena senyawa VOC memang memiliki sifat tersebut. Contoh senyawa
VOC adalah senyawa BTEX atau benzena, toulena, etilbenzena, dan xyelena. Salah satu
akibat Volatile Organic Compounds adalah fenomena sick building syndrome. Sick
building syndrome adalah fenomena yang terjadi dimana rumah bisa menyebabkan
penghuninya terganggu karena paparan biologis dan kimia seperti senyawa ini. Dalam
skala yang lebih luas, keberadaan VOC bahkan bisa menyebabkan ekosistem lingkungan
terganggu dengan terbentuknya ozon. Volatile organic compounds (VOCs) didefinisikan
sebagai semua kandungan komponen bahan kimia organik yang dapat menguap dan
dapat mencemari udara, baik pada saat proses produksi, aplikasi sampai dengan barang
jadi dan digunakan oleh end user.

Bahan yang banyak mengandung VOCs content antara lain: cat, coating, color, lem,
plywood dll. sedangkan produk akhir yang banyak mengandung VOC dan dalam jangka
panjang terus menerus mengeluarkan gas VOC antara lain: funiture, properti, accesories,
elektronik, bahkan rumah itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai