Anda di halaman 1dari 13

PENGELOLAAN SAMPAH

PROSES LINDI DAN PENGOLAHAN LINDI

Disusun oleh :

Kelompok 4 Tingkat 2-D3B

1. Nabiilah Nurjihan (P21345119053)


2. Nurul Wahyu Widianti (P21345119056)
3. Safira Alfian Putri (P21345119074)
4. Shabrina Arviyanti (P21345119080)

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Jakarta, 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Proses Lindi dan
Pengolahan Lindi ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Catur Puspawati, ST., M.KM. pada mata kuliah Pengelolaan Sampah Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang  bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Catur Puspawati, ST., M.KM.


selaku dosen pengampu mata kuliah Pengelolaan Sampah yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, April 2021.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5

1.3 Tujuan Masalah................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5

2.1 Pengertian Lindi (leachate)..............................................................................................5

2.2 Bahan Berbahaya Pada Lindi...........................................................................................6

2.3 Pengambilan Sampel Lindi..............................................................................................6

2.4 Proses Pengolahan Lindi..................................................................................................7

BAB III PENUTUP..................................................................................................................7

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................7

3.2 Saran.................................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya jumlah penduduk di zaman yang semakin berkembang ini, khususnya


di daerah perkotaan, membuat permasalahan semakin hari semakin kompleks, terlebih
perubahan gaya hidup pada masyarakat yang cenderung mengkonsumsi sesuatu, sehingga
pada akhirnya akan menghasilkan sampah dalam jumlah yang besar dan berbagai macam
jenisnya. Sampah-sampah tersebut kemudian dikumpulkan dan diangkut ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah, karena jika tidak timbunan sampah yang ada akan
mengganggu lingkungan dan dapat pula mengganggu kesehatan masyarakat karena dapat
menyebarkan penyakit.

Sampah yang menumpuk di TPA, jika tidak segera diolah akan memberikan dampak
yang negatif terhadap lingkungan. Selain menghasilkan gas metana, yang berkali-kali lebih
potensial menghasilkan gas rumah kaca daripada karbondioksida, tumpukan sampah tersebut
juga akan mengalami proses dekomposisi sampah organik dan akan menghasilkan gas-gas
dan cairan yang disebut air lindi atau leachate (dalam tugas akhir ini sebutan untuk lindi dan
leachate akan dilakukan secara bergantian). Air lindi mengandung sejumlah bakteri patogen
yang dapat menyebabkan gatal-gatal pada kulit, serta mengandung bahan-bahan kimia, baik
organik maupun anorganik seperti timbal, BOD, serta COD yang cukup tinggi, sehingga
dapat mencemari air tanah dan sumber air di sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari lindi?


2. Apa saja bahan berbahaya yang ada pada lindi?
3. Bagaimana pengambilan sampel lindi?
4. Bagaimana proses pengolahan lindi?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari lindi


2. Untuk mengetahui dan memahami bahan berbahaya seperti apa yang ada pada lindi
3. Untuk mengetahui dan memahami cara pengambilan sampel lindi
4. Untuk mengetahui dan memahami cara proses pengolahan lindi

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lindi (leachate)


Lindi yaitu cairan yang meresap melalui sampah yang mengandung unsurunsur yang
terlarut dan tersuspensi (Tchobanoglous, 1993). Secara umum lindi adalah limbah cair dari
suatu tempat penimbunan sampah padat atau air rembesan dari hasil dekomposisi sampah
padat yang terakumulasi pada suatu timbunan sampah yang mengandung sejumlah zat-zat
kimia beracun, bakteri pathogen, senyawa organik dan konstituen lainnya yang terlarut dan
tersuspensi di dalam tanah (Anonim, 1995). Lindi (leachate) adalah cairan yang merembes
melalui tumpukan sampah dengan membawa materi terlarut atau tersuspensi terutama hasil
proses dekomposisi materi sampah (Damanhuri, 2010).

Air lindi adalah cairan dari sampah yang mengandung unsur unsur terlarut dan
tersuspensi sehingga dapat mencemari lingkungan yang dihasilkan oleh timbunan sampah.
Sampah yang tertimbun dilokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) mengandung zat organik,
jika hujan turun akan menghasilkan air lindi dengan kandungan mineral dan zat organik
tinggi, bila kondisi aliran air lindi dibiarkan mengalir ke permukaan tanah dapat
menimbulkan efek negatif bagi lingkungan sekitarnya termasuk bagi manusia.

2.2 Bahan Berbahaya Pada Lindi


Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada jenis dan
karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Jangka waktu relatif
singkat tidak memberikan pengaruh yang berarti, tapi dalam jangka waktu yang panjang
cukup fatal bagi lingkungan (Irhamni, 2009). UU No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berhubungan dengan Pasal I ayat 2, ayat 20, ayat
21, ayat 22, dan ayat 23 yang berhubungan dengan limbah, B3, limbah B3, dan pengelolaan
limbah B3 (Syamsul, 2014).

Logam berat dibagi menjadi dua jenis yaitu, (1) logam berat esensial yang merupakan logam
dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organisme. Akan tetapi, logam tersebut
bisa menimbulkan efek racun jika dalam jumlah yang berlebihan, contohnya Zn, Cu, Fe, Co,
Mn, dan lainlain. (2) Logam berat tidak esensial adalah logam yang keberadaannya dalam
tubuh masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat racun, contohnya yaitu: Hg, Cd,
Pb, Cr, dan lainnya. Logam berat yang mencemari lingkungan, baik dalam udara, air, dan
tanah berasal dari proses alami dan kegiatan industri. Proses alami dapat berasal dari
bebatuan gunung berapi yang memberikan kontribusi ke lingkungan udara, air, dan tanah.
Kegiatan manusia yang dapat menambah pencemaran lingkungan berupa kegiatan industri,
pertambangan, pembakaran bahan bakar, serta kegiatan domestik lain yang mampu
meningkatkan kandungan logam di lingkungan udara, air, dan tanah (Widowati, 2008 dalam
Lisa. N, 2013).

Keberadaan kromium diperairan dapat menyebabkan penurunan kualitas air serta


membahayakan lingkungan dan organisme akuatik. Dampak yang ditimbulkan bagi
organisme akuatik yaitu terganggunya metabolism tubuh akibat terhalangnya kerja enzim
dalam proses fisiologis. Kromium dapat menumpuk dalam tubuh dan bersifat kronis yang
akhirnya mengakibatkan kematian organism akuatik (Upit, dkk, 2011). Logam merkuri
bersifat toksik sehingga berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh manusia. Keracunan
merkuri dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf, pencernaan, dan ginjal. Pada
wanita hamil, merkuri dapat melewati plasenta dan mencapai janin, dimana janin lebih
mudah terkena efek samping merkuri dari pada orang dewasa. Sayangnya, merkuri yang
masuk dalam tubuh manusia tidak mudah keluar dengan sendirinya. Akumulasi ini dalam
jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan gangguan dan kerusakan bagi organ-organ
tersebut (Suhendrayatna, 2013). Sumber utama timbal adalah berasal dari komponen gugus
alkyl timbal yang digunakan sebagai bahan additive bensin, dan juga makanan dan minuman.
Komponen ini beracun terhadap seluruh aspek kehidupan dan menunjukkan beracun pada
sistem saraf, hematologi, hematotoxid dan mempengaruhi kerja ginjal (Suhendrayatna, 2007).

Keberadaan logam besi, cadmium, dan kromium dalam air lindi TPA sangat berbahaya
karena logam ini adalah logam yang bersifat sangat toksit. Logam besi, cadmium, dan krom
yang berada dalam lindi akan merembes ke dalam tanah yang akan mencemari air tanah. Jika
ketiga logam ini merembes ke dalam tanah maka akan mencemari sumur-sumur penduduk
(Nonong, 2010). Sejumlah teknik telah dilakukan untuk menurunkan kandungan beberapa
logam dalam air lindi TPA. Teknik paling umum yang digunakan untuk pengambilan logam
berat dalam larutan yang sedang dikembangkan adalah serapan dengan berbagai penyerap.
Upaya menyerap polutan logam berat telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu,
dengan menggunakan karbon aktif sebagai pengabsorpsi untuk menyerap logam Cd dalam air
lindi TPA.

2.3 Pengambilan Sampel Lindi


1. SNI 6989.59:2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Limbah
Metode pengambilan sampel atau sampling akan dilakukan dengan metode
pengambilan sesuai dengan SNI 6989.59:2008 tentang Metode Pengambilan Contoh
Air Limbah. Tahapan pengambilan contoh untuk pengujian total logam dan terlarut,
dilakukan sebagai berikut.
a. Bilas botol contoh dan tutupnya dengan contoh yang akan dianalisa;
b. buang air pembilas dan isi botol dengan sampel hingga beberapa cm di bawah
puncak botol agar masih tersedia ruang untuk menambahkan pengawet dan
melakukan pengocokan.

2. Metode Cadangan Pengambilan Leachate secara Manual (Ojoawo, et al., 2012)


Prosedur standar pembuangan air lindi adalah sebagai berikut.
a. Berbagai macam sampel limbah dikumpulkan dari titik terendah landfill masing-
masing pada kedalaman tanah 0,5 m, 1 m, 1,5 m;
b. sampel yang sudah terkumpul dicampur menjadi satu sampel komposit ke dalam
wadah lalu digoyang-goyang secara menyeluruh dan nantinya ini akan menjadi
sebuah kolom;
c. proses pembuatan air lindi (leaching) dilakukan secara terus menerus. Sampel
yang telah terhomogenkan ditepuk-tepuk secara perlahan dan menjadi sebuah
kolom plastik buatan. Kolom tersebut direndam dengan cairan pencucian (air
suling deionisasi) dan dibiarkan semalaman. Di bawah wadah kolom tersebut
yang sudah dilubangi diberi wadah lagi karena kolom tersebut akan membuat air
lindi secara gaya gravitasi;
d. kolom tersebut harus tetap dalam keadaan basah dan dicuci kembali setelah 5
hari. Bagian paling atas dan paling bawah 1 cm 2 cm kolom dihilangkan atau
diambil dan dikeringkan dan dicuci dengan metode sebelumnya melalui leaching
agent;
e. air lindi yang sudah dipisahkan dengan residu melalui penyaringan dengan kertas
penyaring;
f. air lindi yang sudah diekstrak dapat dianalisis karakteristiknya.

Semua sampel dikumpulkan secara manual ke dalam beberapa botol plastik 600 mL
dan dipindahkan ke laboratorium, disimpan dalam suhu 4ºC dan dianalisa selama dua
hari. Air lindi yang dianalisis dengan menggunakan metode standar pengujian air dan air
limbah (APHA, 2005).

2.4 Proses Pengolahan Lindi


1. Proses Biologis Aerob

Pada proses pengolahan air limbah dengan bakteri aerob, polutan organik, senyawa kimia
lain seperti sulfida dan amonia akan diuraikan menjadi senyawa yang stabil dan aman
terhadap lingkungan. Proses pengurian secara aerob ini adalah sebagai berikut: Reaksi
Penguraian Organik :

Oksigen (O2) Senyawa Polutan organik CO2 + H20

Heterotropik + NH4 + Biomasa (1)

Reaksi Nitrifikasi :

NH4 + + 1,5 O2 NO2 - + 2 H+ + H2O (2)

NO2 - + 0,5 O2 NO3 - (3)

Reaksi Oksidasi Sulfur :

S 2 -+ ½ O2 +2 H+ S 0 + H2O (4)

2 S + 3 O2+ 2 H2O 2 H2SO4 (5)

Dari reaksi reaksi kimia tersebut diatas, oksigen diperlukan untuk menguraikan polutan
dan besarnya oksigen yang diperlukan sebanding dengan jumlah organik, sulfida dan
amonia yang ada dalam air limbah. Dalam reaksi 1 diatas terllihat kalau organik diuraikan
diantaranya menjadi biomasa. Biomasa ini akan dibuang sebagai sisa lumpur yang perlu
penanganan lebih lanjut.

Kelebihan dari proses aerobik adalah reaksinya berlangsung lebih cepat dibanding proses
anaerobik dan dapat mendegradasi polutan organik sampai tingkat konsentrasi yang
sangat rendah. Selain kelebihan, ada beberapa kelemahan proses pengolahan air limbah
secara aerobik diantaranya:

 Perlu banyak energi untuk suplai oksigen kedalam reaktor pengolah air limbah, biaya
operasional tinggi

 Timbul lumpur yang perlu penanganan lebih lanjut. Biaya yang diperlukan untuk
penanganan lumpur cukup mahal

 Kurang efektif diaplikasikan untuk air limbah dengan konsentrasi polutan tinggi (BOD
diatas 3000 mg/l)

Dalam aplikasinya di IPAL, proses pengolahan biologi aerobik dapat dilakukan dengan
menempatkan atau melengketkan bakteri pada suatu media yang dikenal dengan istilah
biakan melekat dan dapat dilakukan dengan mencampurkan bakteri ke dalam air limbah
tanpa media yang dikenal dengan biakan tersuspensi.

Efisiensi proses IPAL biologis sangatlah ditentukan oleh jumlah bakteri yang bekerja
mendegradasi polutan dalam air limbah. Pada proses biakan melekat, jumlah bakteri
dikontrol melalui media. Apabila menginginkan jumlah bakteri yang banyak, maka luas
permukaan media dipilih sebesar mungkin. Pada proses biakan tersuspensi, jumlah
bakteri dikontrol dengan memantau dan selalu mengukur konsentrasi padatan tersuspensi
dalam air limbah sehingga perlu pemantauan yang rutin.

2. Proses Anaerob

Proses biologi anaerob adalah cara pengolahan limbah yang sudah cukup lama dikenal
dan ekonomis. Pada awal tahun 1900 proses ini sudah diaplikasikan di Inggris untuk
mengolah organic sludge (lumpur organik) yang berasal dari kolam pengendap pada unit
pengolahan limbah cair domestik. Selanjutnya proses ini dikembangkan untuk mengolah
berbagai jenis limbah industri, khususnya yang mempunyai kadar pencemar organik
tinggi.

Pada proses anaerob diperoleh hasil gas metan melalui beberapa tahapan. Pada prosesnya
hampir semua polimer organik dapat diuraikan menjadi senyawa karbon tunggal. Tahap
penguraian ini meliputi tahap pembentukan asam (acidification) dan tahap pembentukan
gas metan (gasification). Proses asidifikasi dilakukan oleh kelompok bakteri acidogenik
yang menghidrolisa senyawa-senyawa polimer dan mengkonversinya menjadi asam-asam
organik yang merupakan hasil antara. Kemudian bkteri metanogenik pada tahap gasifikasi
akan mengubah hasil - hasil antara ini menjadi metan sebagai produk akhir(Polprasert,
1989).

Kedua proses ini berlangsung secara sinambung, secara garis besar, mekanisme
penguraian ini seperti terlihat pada Gambar 1.

Reaksi yang terjadi pada proses penguraian polutan organik dalam air limbah dapat
diuraikan lebih rinci sebagai berikut :

a. Hidrolisa dan pembentukan asam (hydrolysis & acidogenesis).

Polutan-polutan organik komplek seperti lemak, protein dan karbohidrat pada kondisi
anaerob akan dihidrolisa oleh enzim hydrolaseseperti lipase, protease dan cellulase yang
dihasilkan bakteri pada tahap pertama. Hasil hidrolisa polimer-polimer diatas adalah
monomer seperti manosakarida, asam amino, peptida dan gliserin. Selanjutnya monomer-
monomer ini akan diuraikan menjadi asam-asam lemak (lower fatty acids) dan gas
hidrogen(Archer dan Kirsop, 1991; Barnes dan Fitzgerald, 1987; Sahm, 1984; Sterritt dan
Lester, 1988; Zeikus, 1980)
Gambar 1 : Mekanisme Penguraian Polutan Organik Pada Proses Biologi Anaerobik.

Dibandingkan dengan proses biologis aerobik, proses anaerobik mempunyai beberapa


keunggulan, antara lain :
• Hemat energi.Pada pengolahan anaerobik, proses penguraian polutan-polutan organik
oleh mikroba berlansung pada kondisi tanpaudara, sehingga tidak diperlukan energi
untuk mensupply udara seperti halnya pada proses aerobik.
• Menghasilkan biogas (gas metan). Salah satu produk akhir penguraian polutan organik
adalah gas metan (CH4) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar gasa yang kaya
energi, seperti pada generatorpembangkit listrik atau pada boiler pembangkit uap. Nilai
panas 1 m3 gas CH4 setara dengan 8.550 kcal.
• Mampu mengolah limbah organik berkonsentrasi tinggi (BOD sampai 80,000 mg/l).
• Surplus sludge yang merupakan surplus bakteri lebih sedikit dan dengan mudah dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Disamping hal-hal positif, proses anaerobik juga mempunyai kelemahan, seperti :  Reaksi
penguraian polutan lambat.
• Sangat sensitif terhadap udara, perubahan temperatur dan fluktuasi beban.
• Kurang effektif untuk mengolah limbah berkonsentrasi rendah (BODdibawah 3.000
mg/l).
Seperti pada proses biologis aerob, proses anaerob pada aplikasinya dapat dilakukan
dengan sistem biakan melekat ataupun biakan tersuspensi.

3. Proses Denitrifikasi

Ada beberapa proses yang bisa diterapkan untuk denitrifikasi yaitu proses kimia fisika
seperti penukar ion, pemisahan dengan membran dan proses biologis dengan menggunakan
bakteri heterotroph dan autotroph. Dahab 1988, melakukan kajian berbagai proses
denitrifikasi tersebut diatas untuk air limbah dan menyimpulkan kalau sistem biologis adalah
yang paling ekonomis dan layak.

Denitrifikasi dengan menggunakan sistem biologis untuk air limbah yang cukup
kandungan BOD (Biological Oxygen Demand)/N nya seperti untuk limbah domestik dan
limbah industri, biasanya menggunakan mikroba heterotroph. Kandungan organik (sebagai
BOD) yang ada di dalam air limbah digunakan sebagai donor hidrogen pada reaksi
denitrifikasi heterotroph. Reaksi denitrifikasi yang terjadi pada pengolahan limbah dengan
mikroba heterotroph adalah sebagai berikut:

12NO3- + 5C2H5OH → 6N2 + 10CO2 + 9H2O + 12OH-

Pada proses konvensional, denitrifikasi air limbah yang mempunyai kandungan BOD/N
rendah atau kandungan senyawa nitrogennya relatif tinggi dilakukan dengan menggunakan
mikroba heterotroph, yaitu dengan menambahkan bahan organik sebagai donor hidrogen ke
dalam air limbah. Akibatnya biaya pengolahan limbah menjadi besar. Disamping itu, untuk
meningkatkan efisiensi reaksi denitrifikasi, penambahan bahan organik tersebut dilakukan
berlebih. Agar supaya bahan organik yang tidak bereaksi atau yang tersisa dalam air limbah
setelah proses denitrifikasi tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, perlu dilakukan
proses biodegradasi lagi sebelum limbah dibuang ke perairan. Dengan demikian denitrifikasi
secara konvensional dengan mikroba heterotroph disamping perlu biaya besar juga prosesnya
menjadi rumit karena perlu banyak unit-unit pengolahan. Untuk air limbah nitrat yang
mengandung BOD rendah, penulis mengusulkan alternartif lain yaitu dengan menggunakan
mikroba autotroph.

Kelebihan dari proses denitrifikasi dengan mikroba autotroph yaitu:


• Tidak memerlukan penambahan bahan organik sehingga biaya pengolahan limbah dapat
ditekan.
• Mempunyai sifat yang lambat dalam pertumbuhan dibanding bakteri heterotroph
sehingga bila diterapkan dalam pengolahan limbah sistem biologis tidak akan banyak
menghasilkan sisa lumpur. Sisa-sisa lumpur merupakan salah satu kendala dalam
penanganan dan pengolahan limbah sistem biologis karena untuk mengolahnya perlu
biaya yang cukup besar.
• Tidak menimbulkan polusi sampingan oleh bahan organik yang tidak terolah.
• Bisa diterapkan dengan sistem yang sederhana yaitu dengan reaktor bahan isian batu
belerang dan batu kapur.

4. Mekanisme Penguraian Senyawa Polutan Pada Proses Biofilter


Di dalam reaktor biofilter, mikroorganisme tumbuh melapisi keseluruhan permukaan media.
Pada saat operasi, air yang mengandung senyawa polutan mengalir melalui celah media dan
kontak langsung dengan lapisan massa mikroba (biofilm). Biofilm yang terbentuk pada
lapisan atas media dinamakan zoogleal film, yang terdiri dari bakteri, fungi, alga, protozoa
(Eighmy,1983 di dalam Bitton 1994). Metcalf dan Edy (1991) mengatakan bahwa sel
bakterilah yang paling berperan dan banyak dipakai secara luas di dalam proses pengolahan
air buangan, sehingga struktur sel mikroorganisme lainnya dapat dianggap sama dengan
bakteri.

Proses yang terjadi pada pembentukan biofilm pada air limbah sama dengan yang terjadi di
lingkungan alami. Mikroorganisme yang ada pada biofilm akan mendegradasi senyawa
organik yang ada di dalam air. Lapisan biofilm yang semakin tebal akan mengakibatkan
berkurangnya difusi oksigen ke lapisan biofilm yang dibawahnya, hal ini mengakibatkan
terciptanya lingkungan anaerob pada lapisan biofilm bagian atas (Metcalf and Eddy, 1991).

Mekanisme yang terjadi pada reaktor melekat diam terendam adalah (Lim dan Grady, 1980) :
 Transportasi dan adsopsi zat organik dan nutrien dari fasa liquid ke fasa biofilm

• Transportasi mikroorganisme dari fasa liquid ke fasa biofilm


• Adsorpsi mikroorganisme yang terjadi dalam lapisan biofilm
• Reaksi metabolisme mikroorganisme yang terjadi dalam lapisan biofilm, memungkinkan
terjadinya mekanisme pertumbuhan, pemeliharaan, kematian dan lysis sel.
• Attachment dari sel, yaitu pada saat lapisan biofilm mulai terbentuk dan terakumulasi
secara kontinu dan gradual pada lapisan biofilm.
Mekanisme pelepasan (detachment biofilm) dan produk lainnya (by product).

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Air lindi adalah cairan dari sampah yang mengandung unsur unsur terlarut dan
tersuspensi sehingga dapat mencemari lingkungan yang dihasilkan oleh timbunan sampah.
Sampah yang tertimbun dilokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) mengandung zat organik,
jika hujan turun akan menghasilkan air lindi dengan kandungan mineral dan zat organik
tinggi, bila kondisi aliran air lindi dibiarkan mengalir ke permukaan tanah dapat
menimbulkan efek negatif bagi lingkungan sekitarnya termasuk bagi manusia.

Proses anaerob menggunakan reaktor biofilter dengan bahan isian sarang tawon dapat
mereduksi kandungan polutan organik dalam air lindi. Efisiensi yang dapat diperoleh adalah
90.16% dengan waktu tinggal 8 hari. Proses aerob menggunakan bioreaktor dengan bahan
isian sarang tawon, pada kondisi waktu tinggal 3 hari dapat mereduksi polutan organik dalam
air lindi sampai 81,59% Pengolahan air lindi dengan kombinasi proses biofilter anaerob-
aerob dan proses denitrifikasi

3.2 Saran
Penulis menyarankan kepada mahasiswa yang ingin membuat makalah bahan ajar mata
kuliah sebaiknya mencari referensi dari buku modul bahan ajar atau dari buku lainnya.
Penulis berharap bahwa semua pihak bisa memahami isi dari makalah ini.

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan


tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/2565/4/BAB%20II.pdf

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2496/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=5&isAllowed=y

http://scholar.unand.ac.id/22616/2/2%20Bab%201%20%28Pendahuluan%29.pdf

https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:eS_g8mhzhSgJ:https://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/download/2380/1991
/4184+&cd=22&hl=en&ct=clnk&gl=id

Anda mungkin juga menyukai