II.
Judul
Tujuan
Dasar Teori
Suhu Tubuh
Berdasarkan pengaruh suhu lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan,
yaitu poikiloterm dan homoiterm. Pada hewan poikiloterm (hewan berdarah dingin),
suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu di dalam tubuh lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu di luar tubuh. Sedangkan pada hewan homoiterm (hewan
berdarah panas), suhu inti merupakan suhu didalam tubuh (seperti pada organ-organ
abdomen dan toraks, susunan saraf pusat, dan otot rangka) yang secara homeostatis
dipertahankan pada suhu sekitar 37,8oC (Sloane, 2004:121).
Mamalia (termasuk manusia) merupakan hewan endoterm. Endoterm adalah
hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme dengan menggunakan
mekanisme termoregulasi. Termoregulasi merupakan proses homeostasis untuk menjaga
agar suhu tubuh tetap stabil, dengan cara mengontrol dan mengatur keseimbangan
antara banyaknya energi (panas) yang diproduksi (termogenesis) dengan energi (panas)
yang dilepaskan (termolisis) (Sloane, 2004:121).
Tubuh manusia memang hangat, namun suhunya diatur sangat tepat oleh tubuh.
Suhu tubuh menggambarkan keseimbangan antara produksi panas dengan panas yang
hilang. Jika tingkat panas yang dihasilkan seimbang dengan panas yang hilang, suhu inti
akan stabil. Semua sel tubuh yang bermetabolisme menghasilkan panas dalam jumlah
yang bermacam-macam. Oleh karena itu, suhu tubuh tidak terdistribusi secara merata di
seluruh bagian tubuh (Purwandari, 2014).
Pengukuran suhu dapat dilakukan pada beberapa bagian tubuh antara lain,
aksila, oral, rektal, dan timpanik. Berbagai bagian tubuh memiliki suhu tubuh berlainan,
dan besar perbedaan suhu antara bagian-bagian tubuh dengan suhu lingkungan
bervariasi. Pada manusia, nilai normal untuk suhu aksila adalah dalam rentang antara
360C-370C, pada oral antara 36,50C-37,50C dan suhu pada rektal biasanya 0,60C lebih
tinggi daripada suhu aksila. Suhu normal orang muda pada pagi hari berkisar antara
36,30C 37,10C. Suhu tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti aktivitas, suhu
lingkungan, keadaan emosi, usia, jenis kelamin, hidrasi, obat-obatan, pakaian, dan lainlain (Anderson, 2002: 156).
Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot, asimilasi makanan, dan oleh
semua proses vital yang berperan dalam meningkatkan metabolisme basal. Panas
dikeluarkan dari tubuh melalui radiasi, konduksi (hantaran), dan penguapan air di
saluran napas dan kulit. Sejumlah kecil panas juga dikeluarkan melalui urine dan feses.
Keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas menentukan suhu tubuh.
Karena kecepatan reaksi kimia bervariasi sesuai dengan suhu dan karena sistim enzim
dalam tubuh memiliki rentang suhu normal yang sempit agar berfungsi optimal, fungsi
tubuh normal bergantung pada suhu yang relatif konstan (Pearce, 2009:90).
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang
dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia
dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur
dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan
suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang
terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik
ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk
mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh
dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37C. Apabila suhu tubuh meningkat
lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian
mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan
meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. Upaya-upaya
yang kita lakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis,
banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas (Waluyo &
Wahono, 2015:19).
Ada 4 cara tubuh melepaskan panas yaitu:
1. Radiasi
Kehilangan panas dengan cara radiasi dalam bentuk sinar infra merah, suatu
jenis gelombang elektromagnetik yang beradiasi dari tubuh ke sekelilingnya, yang lebih
dingin dari pada tubuhnya sendiri, kehilangan ini meningkat bila suhu sekeliling
menurun (Gipson, 2000: 213).
2. Konduksi
Biasanya hanya sedikit panas dibuang dengan cara konduksi langsung dari
permukaan tubuh ke objek lain. Sepertipada kursi atau pada tempat tidur. Tetapi
kehilangan panas dengan cara konduksi ke udara merupakan bagian kehilangan panas
tubuh yang dapat di ukur, bahkan dalam keadaan normal (Gipson, 2000: 213).
3. Konveksi
Pergerakan udara dikenal sebagai konveksi dan pembuangan panas dari tubuh
dengan cara arus udara. konveksi sering dinamakan kehilangan panas dengan cara
konveksi sejumah kecil konveksi hampir selalu terjadi sekitar tubuh karena
kecenderungan udara yang dekat dengan kulit bergerak ke atas waktu udara tersebut
dipanaskan. Oleh karena itu orang telanjang yang duduk dengan cara konduksi ke udara
dan kemudian dengan cara konveksi menjadi tubuh (Gipson, 2000: 213).
4. Evorpasi
Bila air menguap dari permukaan tubuh 0,58 kalori panas hilang untuk setiap
gram air yang menguap. Air yang menguap secara
dengan kecepatan sekitar 600 ml perhari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas secara
kontinyu dengan kecepatan 12-16 kalori/jam. Penguaan air insensible langsung melalui
kulit dan paru ini tidak dapat dikontrol untuk tujuan pengaturan suhu sebab penguapan
ini akibat dari difusi molekul molekul air yang terus menerus tanpa mengindahkan suhu
tubuh (Gipson, 2000: 214)
Pengukuran suhu secara tepat dilakukan dengan suatu alat yang bernama
thermometer. Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu
(temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin
thermo yang berarti panas dan meter yang berarti untuk mengukur. Prinsip kerja
termometer ada bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah termometer air
raksa (Anderson, 2002: 158). Menurut Junaldi et all (2008) Selain termometer air raksa
termometer memiliki jenis yang sangat banyak,dan setiap jenis termometer memiliki
tingkat akurasi yang berbeda-beda. Thermometer lebih banyak menggunakan alkohol
atau air raksa karena sifat perubahan volume kedua zat itu sangat tergantung kepada
panas.
yang kuat dari kematian dini. Berikur merupakan interpretasi nilai BMI untuk dewasa,
tanpa memperhatikan umur maupun jenis kelamin, yaitu sebagai berikut :
Obesitas
BB(kg )
TB2 (m)
tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan
yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki resiko yang lebih tinggi.
Terjadinya obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti, faktor genetik
(Sloane, 2004: 123).
Beberapa
cara
untuk
menentukan
obesitas
diantaranya
desintrometri,
pengukuran total kalium tubuh, total air tubuh, USG,CT,MRI, pengukuran antropometri
dengan mengkur berat badan total, tinggi badan, tebal lemak subkutis, anjang lingkar
bagian tubuh tertentu, dan perhitungan berdasarkan nilai angka antropometri,
diantaranya BMI,WHR, indeks ponderal, indeks broca, v/s,w/sks/,tetapi semuanya
belum dapat digunakan sebagai standar utama mengukur total lemak tubuh. Cara yang
paling sering digunakan diklinik dan dilapangan dalam menetukan obesitas adalah
mengukur berat badan relative (berat badan subyek dibagi berat badan standar untuk
tinggi tertentu), dan indeks masa tubuh (IMT/BMI), berat dibagi kuadrat tinggi badan.
Dari segi makanan, hendaknya untuk sementara mengurangi atau sementara
mmengurangi atau bahkan bahkan menghindari makanan yang berlemak, begitu juga
makanan yang manis-manis. Makanan sumber lemak tinggi banyak terdapat makanan
fast foot dan lain-lain yang memiliki kontribusi terhaadap kegemukan. Sangat
dianjurkan mengkonsumsikan makanaan bersderta tinggi. Serat makanan yang berasal
dari
tumbuh-tumbuhan
seperti
sayuran
dan
buah-buahan
mempunyai
efek
mengenyangkan dan relative rendah kalori tetapi kaya akan vitamin dan mineral. Satuan
standard energi menjadi kalori, menggambarkan sebagai temperatur 1 g air 1 derajat
tingkat, dari 15 [bagi/kepada] 16 celcius, apakah unit kalori gram, kalori kecil, atau
kalori standard. unit yang biasanya yang digunakan di dalam phsyology dan obat
kedokteran menjadi kalori, atau kilokalori (Waluyo & Wahono, 2015:20).
Penderita obesitas mengalami penumpukan lemak yang lebih banyak
dibandingkan dengan penderita kegemukan untuk jangka waktu yang lama, dan
beresiko lebih tinggi untuk terkena beberapa penyakit jantung, hipertensi, diabetes
mellitus tipe 2 dan sebagainya. Obesitas menyebabkan peradangan yang merusakkan
gondok, yang mana mengeluarkan hormon untuk mengatur metabolisme dan fungsi
penting lain. mereka mengevaluasi 186 di atas berat/beban dan anak-anak gemuk sekali
untuk sekitar tiga tahun, menguji thryoid hormon mengukur dan zat darah penyerang
Metode Penelitian
4.1 Waktu dan Tempat
23 April 2015 / Laboratorium Zoologi FKIP BIOLOGI UNEJ
4.2 Alat dan Bahan
Alat :
1. Termometer Aksila
2. Termometer oral
3. Jam
4. Timbangan berat badan
5. Alat pengukur tinggi badan dengan skala (Cm)
Bahan :
1. Alkohol 70%
2. Air es
3. Tissue
IV.3
Cara Kerja
Pengukuran suhu tubuh oral
Menyiapkan termometer oral, mengeringkan, dan membersih
sebelum digunakan
Naik keatas alat pengukur tinggi tanpa menggunakan alas kaki, berdiri
tegak dengan pandangan lurus ke depan serta tangan disamping
Mengukur jarak antara telapak kaki dengan bagian atas kepala dan
mengusahakan garis sejajar dengan poros tubuh dan mencatat hasil
pengukuran
V.
Hasil Penelitian
Table Pengukuran Suhu Tubuh
Ke
Nama
Usia
1
2
3
4
5
6
7
Liha
Anik
Balqis
Ardi
Antin
Ainul
Dea
Kel
Gende
20
21
21
21
20
20
21
P
P
P
L
P
P
P
35,8
36,5
35,6
36,2
35,8
35,1
33,8
Terbuka
36,6
36,4
37,4
36,5
36,7
36,2
37
Usia
Gende
Berat
Tinggi
BB
Badan
Badan
Ideal
(kg)
(cm)
(kg)
BMI (kg/m2)
Liha
20
56,5
146
36
26,50
Anik
21
43
150,5
40,5
18,98
Balqis
21
42,5
153,5
43,5
18,03
Ardi
21
48
172,5
62,5
16, 13
Antin
20
43,5
148,5
38,5
19, 72
Air Es
34,2
35,3
36,4
34,3
35,5
32,6
35,9
Ainul
20
41
146,5
36,5
19,10
Dea
21
40
155,5
45,5
16,54
VI.
Pembahasan
Pada praktikum ini mengenai suhu tubuh, berat badan dan tinggi badan.
Praktikum kali diharapkan praktikan dapat mengetahui tempat pengukuran suhu tubuh,
mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh, mengetahui cara
mengukur suhu tubuh, mengukur suhu tubuh, mengetahui cara menguku berat badan
dan tinggi badan, mengukur berat badan dan tinggi badan, menghitung nilai indeks
massa tubuh (Body Masa Index).
Pada praktikum ini terdapat dua kegiatan yang mendasar yaitu pengukuran suhu
tubuh dan pengukuran berat badan (BB) ideal dan berat massa ideal (BMI). Pada
pengukuran suhu tubuh dilakukan oleh 7 orang yang terdiri dari jenis kelamin yang
berbeda dan usia yang berbeda pula. Dari ketujuh orang tersebut 6 diantaranya
perempuan dan hanya 1 orang laki-laki saja. Diketahui adanya pengaruh jenis kelamin
terhadap pengukuran suhu yaitu tingkat metabolisme pria dan wanita berbeda, sehingga
panas yang dihasilkan berbeda pula. Selain itu karena antara laki-laki dan perempuan
menghasilkan hormon yang berbeda pula. Hormon kelamin laki-laki dapat
meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal,
menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih
bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa
ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 0,6C di atas suhu basal.
Selain jenis kelamin diketahu juga bahwa usia dapat mempengaruhi pengukuran
suhu tubuh. Bayi memiliki permukaan kulit yang secara relatif mungkinkan sekali
kehilangan panas dengan lebih cepat. Sedangkan, pada manula, mekanisme yang
mempertahankan suhu tubuh mungkin tidak berfungsi seefisien sebelumnya, dan
perubahan pada suhu lingkungan mungkin tidak dapat ditanggulangi secara cepat atau
efektif. Pengaruh usia disini dapat terlihat apabila rentang usia jauh seperti yang
dikatakan diatas antara bayi dengan manula, sedangkan apabila rentang usia hanya 1
tahun seperti pada hasil pengamatan kami yaitu rentang usia antara 20 sampai 21 tidak
akan berpengaruh secara signifikan terhadap pengukuran suhu tubuh.
keseimbangan
antara
banyaknya
energi
(panas)
yang
diproduksi
(termogenesis) dengan energi (panas) yang dilepaskan (termolisis). Suhu tubuh yang
biasa dikatakan normal berkisar pada 37oC. Suhu tubuh dapat diukur di oral dan aksial.
Pengukuran suhu aksial merupakan cara untuk mengukur suhu tubuh dengan
menggunakan termometer yang ditempatkan di aksi atau ketiak. Sedangkan pengukuran
suhu oral yaitu cara untuk mengukur suhu tubuh dengan menggunakan termometer yang
ditempatkan di mulut atau oral. Suhu normal untuk suhu per aksial pada orang dewasa
35,8 37,3 C dan untuk bayi 36,8 37 C. Sedangkan suhu normal untuk suhu per oral
adalah 35,8 37,3 C. Kedua cara pengukuran tersebut sama-sama memiliki kelebihan
dan kekurangan satu sama lain, sehingga tergantung dari setiap individu saja yang ingin
menggunakan cara yang mana yang menurutnya efisien.
Berdasarkan hasil pengamatan pada pengukuran suhu tubuh di aksial dilakukan
dua kali yaitu saat istirahat dan setelah melakukan aktivitas yaitu berlari. Dari ketujuh
probandus yang melakukan kegiatan diketahui bahwa pada saat istirahat 4 dari 7 orang
suhu tubuhnya berkisar di 35 37 C (normal), sedangkan 2 orang lainnya suhu
tubuhnya dibawah 35 C. Perbedaan suhu 2 orang ini dengan yang lain dapat terjadi
karena beberapa faktor seperti adanya pengaruh lingkunga. Kita ketahui laboratorium
yang dipakai pada saat praktikum ber AC, kemungkinan 2 orang tersebut duduk dekat
AC sehingga ketika mereka berada di lingkungan yang bersuhu rendah atau dingin
maka tubuh mereka akan beradaptasi dengan lingkungan sehingga tubuh 2 orang ini
menjadi lebih dingin dari kelima probandus lainnya. Selain itu juga terdapat faktor
gesekan pakaian yang digunakan, hal ini menyebabkan perbedaan suhu.
Kemudian setelah dilakukan pengukuran suhu aksial dengan istirahat, ketujuh
probandus melakukan aktivitas yaitu berlari selama 5 menit dengan tujuan untuk
membandingkan perubahan yang terjadi pada suhu tubuh probandus tersebut sebelum
dan sesudah beraktivitas. Setelah melakukan aktivitas masing-masing probandus
dilakukan pengukuran suhu kembali. Dari ketujuh probandus diketahui 4 orang
diantaranya suhunya menjadi naik dan 3 orang lainnya mengalami penurunan suhu
badan. Perbedaan hal tersebut dapat diakibatkan oleh perbedaan metabolisme di dalam
tubuh setiap probandus atau juga bisa terjadi karena kesalahan praktikan mambaca
termometer. Dari sini dapat diketahui bahwa aktivitas dapat mempengaruhi suhu tubuh.
Selama kerja otot, pembuluh darah otot berdilatasi dan aliran darah meningkat, sehingga
pasokan O menjadi meningkat. Sampai titik tertentu, peningkatan pemakaian O
sebanding dengan energi yang dikeluarkan, dan semua kebutuhan energi dipenuhi
melalui proses aerobik. Secara termodinamika, energi yang tersalur ke otot harus setara
dengan energi yang dikelurkan. Keluaran energi ini timbul sebagai kerja yang dilakukan
otot, dalam pembentukan ikatan fosfat berenergi tinggi sebagai panas. Jadi, setelah
tubuh beraktivitas, otot otot bekontraksi, maka suhu tubuh akan meningkat. 3 orang
probandus diatas berarti tidak sesuai dengan teori, dan hal ini dapat disebabkan oleh
proses metabolisme setiap individu berbeda-beda, dan dipengaruhi faktor lain, yaitu
suhu lingkungan, kondisi kesehatan, pakaian, hidrasi, dll serta faktor kesalahan relatif
meliputi kesalahan dalam pengukuran, dan membaca alat.
Pengukuran suhu tubuh kedua dengan cara pengukuran suhu oral melakukan 3
aktivitas yaitu pengukuran suhu tubuh setelah bernapas seperti biasa (mulut tertutup),
bernapas dengan mulut terbuka, dan berkumur dengan air es. Dari ketiga aktivitas ini
diharapkan mahasiswa mampu membandingkan suhu yang diperoleh dari ketiga macam
aktivitas tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa semua hasil
pengukuran suhu dengan bernapas biasa (mulut tertutup) berkisar 36 37 C.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa semua probandus memiliki suhu inti
tubuh yang normal, hal ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa pada
umumnya, nilai normal untuk suhu oral manusia muda pada pagi hari diperkirakan
sekitar 36,3 oC - 37,1 oC.
Kemudian probandus melakukan aktivitas kedua yaitu bernapas dengan mulut
terbuka dan hasil yang diperoleh 5 probandus suhu oral mengalami kenaikan dan hanya
2 probandus yang mengalami penurunan suhu. Penurunan suhu tersebut terjadi karena
keadaan mulut yang terbuka menyebabkan probandus mengalami pernapasan melalui
mulut. Sehingga di dalam rongga mulut terjadi sirkulasi udara dengan udara diluar
rongga mulut. Karena adanya aliran udara tersebut maka terjadi perpindahan panas
secara konveksi antara udara di dalam rongga mulut dengan udara diluar rongga mulut.
Perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya perubahan berat jenis udara,
udara panas akan naik sedangkan udara dingin akan bergerak ke bawah. Hal ini
menunjukkan bahwa 5 probandus hasil pengukuran suhu oralnya tidak sesuai dengan
teori, sedangkan yang sesuai dengan teori hanya 2 orang. Ketidaksesuaian dengan teori
bisa disebabkan karena probandus tidak benar-benar bernapas dengan mulut terbuka
atau terjadi kesalahan membaca termometer.
Perbandingan aktivitas yang ketiga yaitu dengan berkumur terlebih dahulu
dengan air es selama 1 menit. Berdasarkan hasil pengamatan diatas diketahui bahwa
setelah berkumur suhu oral menjadi turun. Semua probandus mengalami penurunan
dengan kisaran 32 35 oC. Hal ini dikarenakan pada saat berkumur dengan air es yang
memiliki suhu lebih rendah dibandingkan suhu rongga mulut (oral), maka peristiwa
konduksi terjadi. Konduksi merupakan perpindahan panas antara objek atau bahan
dengan suhu berbeda yang berkontak satu sama lain. Air es yang masuk ke rongga
mulut dengan suhu lebih rendah berkontak langsung dengan bagian oral yang bersuhu
lebih tinggi, oleh karenanya panas akan segera berpindah dari bagian oral ke air es yang
bersuhu lebih rendah, sehingga terjadi penurunan suhu.
Adapun mekanisme perpindahan panas secara konduksi dan konveksi
tersebut tetap dipengaruhi oleh system saraf yaitu hipotalamus sebagai pemberi respon
refleks perubahan suhu tubuh. Hipotalamus dikatakan mengintegrasikan informasi suhu
tubuh dari reseptor sensorik di kulit, jaringan dalam, medulla spinalis bagian
ekstrahipotalamus otak dan hipotalamus.
Selain dari itu, suhu tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain:
1. Usia
Bayi memiliki permukaan kulit yang secara relatif mungkinkan sekali
kehilangan panas dengan lebih cepat. Sedangkan, pada manula, mekanisme yang
mempertahankan suhu tubuh mungkin tidak berfungsi seefisien sebelumnya, dan
perubahan pada suhu lingkungan mungkin tidak dapat ditanggulangi secara
cepat atau efektif (Scanlon & Sanders, 2007).
2. Jenis Kelamin
Tingkat metabolisme pria dan wanita berbeda, sehingga panas yang
dihasilkan berbeda pula(Ganong, 2012). Hormon kelamin pria dapat
meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal,
menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu
lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone
pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 0,6C di atas suhu
basal.
3. Hormon Tiroksin
Hormon tiroksin diproduksi oleh kelenjar tiroid, menambah tingkat
respirasi sel dan produksi panas sehingga suhu tubuh dapat meningkat. Sekresi
tiroksin diatur oleh tingkat produksi energi dan tingkat metabolisme. Ketika
tingkat metabolisme berkurang, kelenjar tiroid terstimuli untuk menghasilkan
lebih banyak tiroksin(Scanlon & Sanders, 2007).
4. Keadaan Emosi
Saat stress, epineprin dan norepineprin disekresi oleh medula adrenal,
dan sistem saraf simpatik menjadi lebih aktif. Epineprin menambah tingkat
respirasi sel, terutama pada organ seperti jantung, otot rangka, dan hati.
Bertambahnya produksi ATP akibat stress juga berarti lebih banyak panas yang
dihasilkan(Scanlon & Sanders, 2007).
5. Kondisi Kesehatan
Perubahan pada suhu tubuh juga memberi efek pada tingkat metabolisme
dan produksi panas. Hal ini menjadi penting ketika seseorang mengalami
demam, suhu tubuh tinggi secara abnormal. Suhu yang lebih tinggi
menyebabkan kenaikan tingkat metabolime, yang menambah tingkat produksi
panas serta menaikkan suhu tubuh lebih tinggi(Scanlon & Sanders, 2007).
6. Suhu Lingkungan
Karena tubuh dilindungi kulit, sebagian besar panas tubuh hilang dari
kulit ke lingkungan. Ketika suhu lingkungan lebih rendah dari suhu tubuh
(biasanya seperti ini), kehilangan panas tidak dapat dihindari. Jumlah panas yang
hilang ditentukan oleh aliran darah yang melalui kulit dan oleh aktivitas kelenjar
keringat (Scanlon & Sanders, 2007). Karena kehilangan panas, mekanisme
produksi panas (seperti menggigil) diaktifkan sehingga tingkat metabolisme
meningkat. Ketika suhu cukup tinggi untuk meningkatkan suhu tubuh, proses
metabolisme secara umum dipercepat, dan tingkat metabolismemeningkat
sekitar 14% untuk setiap derajat Celcius dari kenaikan suhu tubuh
(Ganong,2012).
Nilai BMI
< 18,5 =
Nilai BMI 18,5 - 22,9 =
Nilai BMI 23,0 - 24,9 =
Nilai BMI 25,0 - 29,9 =
Nilai BMI 30,0 =
sehari-hari diantaranya bobot badan, tinggi badan, jenis kelamin, usia serta aktivitas,
perlu juga diperhatikan apakah seseorang sedang menderita penyakit. Selain itu pula
faktor genetik juga bisa menjadi penentu perbedaan berat badan dan tinggi badan.
VII. Penutup
7.1 Kesimpulan
Tempat pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan di oral(mulut) dan di
aksial(ketiak). Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh seperti usia, jenis
kelamin, hormon tiroksin, keadaan emosi, kondisi kesehatan, suhu lingkungan,
suplai makanan, jenis pakaian dan aktifitas. Mengukur suhu tubuh digunakan
alat yaitu termometer. Cara mengukur berat badan dengan menggunakan
timbangan berat badan (skala Kg) dengan menanggalkan semua benda yang
mungkin menambah berat badan dan mengukur tinggi badan dengan
menggunakan alat pengukur tinggi badan (skala Cm) dari telapak kaki sampai
ujung kepala dengan tidak menggunakan alas kaki, berdiri tegak dimana
pandangan lurus kedepan dan tangan disamping. Menghitung Berat Badan ideal
dengan menggunakan rumus BB = TB 110 (10%). Serta dilakukan
perhitungan Indeks Massa Tubuh dengan rumus IMT = Berat badan (Kg)/
(Tinggi Badan)2(m).
7.2 Saran
Dalam praktikum ini diharapkan praktikan lebih teliti lagi dalam
melakukan pembacaan termometer pada pengukuran suhu.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P.D. 2002. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: EGC.
Gipson, Jhon. 2000. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat Edisis 2. Jakarta.
EGC.
Junaldi, Irmansyah.M., & Madona, Era. 2008. Termometer Digital Berbasis AT89S51
Untuk Mengukur Suhu Tubuh Manusia Dengan Output Suara. Jurnal Ilmiah
Poli Rekayasa. ISSN: 1858-3709. Vol.03, No.2
Purwandari, Henny. 2014. Hubungan Obesitas dengan Kadar Gula Darah pada
Karyawan di RS Tingkat IV Madiun. Jurnal Efektor. ISSN: 0854-1922. Vol.01,
No.25
Pearce, Evelyin. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Sloane, Ethel.2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemuda. Jakarta : EGC
Thomas, Johan.K.W., & Henhy. 2008. Sistem Pengukur Berat Dan Tinggi Badan
Menggunakan Mikrokontroler AT89S51. Jurnal TESLA. Vol.10, No.02
Waluyo,Joko & Wahono, Bevo. 2015. Penuntun Praktikum ANATOMI FISIOLOGI
MANUSIA. Jember: Universitas Jember.
LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA
SUHU TUBUH, BERAT BADAN, DAN TINGGI BADAN
NAMA
: INTANIA LOREN
NIM
: 120210103021
KELAS
:A
KELOMPOK
:1