Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN TERMOREGULASI

DI RUANG PICU

Dosen Pengampu : Asep Setiawan, M. Kep.

Disusun Oleh:

Intan Karmila

J2214901022

PRODI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2022/2023

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP KEBUTUHAN TERMOREGULASI


A. Definisi/deskripsi kebutuhan termoregulasi
Termoregulasi merupakan sebuah proses pengaturan suhu tubuh
mendekati nilai konstan, manusia memiliki kemampuan pengaturan suhu tubuh
mendekati nilai konstan agar fungsi fisiologis tubuh seperti kelancaran aliran
darah , reaksi kimia dan enzim dalam tubuh menjadi optimal [Rosati dalam
Giddens,2009]. Menurut Gabriel[1996] termoregulasi adalah suatu pengaturan
fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan.
Hipertermi merupakan kondisi dimana tubuh mengalami peningkatan
suhu diatas normal, kondisi ini terjadi karena memberikan reaksi terhadap
serang racun yang masuk dalam tubuh secara alami apabila jumlah toksik yang
masuk tidak banyak tubuh akan menetralisir secara normal pula. Namun apabila
racun atau toksik yang ada dlam tubuh sudah melebihi ambang batas, maka
akan secara alami pula tubuh akan memberikan reaksi yang setara (Asmadi,
2008).
Suhu tubuh manusia terutama suhu permukaan cenderung berfluktuasi
setiap saat yang dipengaruhi oleh jumlah aliran daran ke kulit serta jumlah
panas yang hilang ke lingkungan luar [Potter & Perry, 2005]. Untuk
mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan
regulasi tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik
negative [negative feedback] yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus [Rosati dalam Giddens, 2009]. Rentang suhu tubuh manusia dapat
diklasifikasikan dengan gambaran rentang termoregulasi di bawah ini :

1. Hypothermia
- Severe : <300C
- Moderate : 300-340C
- Mild : 340-360C
2. Normothermia : 36.50-37.20C
3. Hyperthermia : >37.20C
4. Hyperpyrexia : .41.50C

B. Fisiologi sistem organ yang berhubungan dengan termoregulasi


Sistem yang mengatur suhu tubuh memiliki tiga bagian penting : sensor
di bagian permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus, dan sistem
efektor yang dapat menyesuaikan produksi serta pengeluaran panas.. [Kozier, et
al.,2010].
Hipotalamus, yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu
tubuh sebagaimana thermostat dalam rumah. Hipotalamus anterior mengontrol
pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.
Bila sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set point,
implusakan dikirim untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran
panas termasuk berkeringat, vasodilatasi [pelebaran] pembulu darah dan
hambatan produksi panas. Darah didistribusi Kembali ke pembuluh darah
permukaan untuk meningkatkan pengeluaran panas. Jika hipotalamus posterior
merasakan suhu tubuh lebeh rendah dari set point, mekanisme konservasi panas
berkerja. Vasokonstriksi [penyempitan] pembuluh darah mengurangi aliran
darah ke kulit dan ekstremitas. Kompensasi produksi panas distimulasi melalui
kontraksi otot volunteer dan getaran [menggigil] pada otot.
Suhu tubuh manusia adalah konstan yaitu 36,89 0C dan naik turunnya
berkisaran antara 36,110C sampai 37,220C perbedaan harianya kira-kira satu
derajat, tingkat terendah dicapai pada pagi hari dan titik tertinggi antara pukul 5
dan 7 petang.
Sebagian besar pembentukan panas dalam tubuh dihasilkan oleh organ
dalam terutama hati, jantung dan otot rangka selama berolahraga. Kemudian
panas ini di hantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit , yang
kemudian di buang keudara dan lingkungan sekitarnya, Adapun anatomi dari
gangguan termoregurasi adalah :
1. Kulit
Kulit mempunyai banyak reseptor sensori untuk dingin dan
hangat dibanding reseptor yang terdapat pada organ tubuh lain seperti
lidah, saluran pernapasan, maupun organ visera lain. Jika kulit dingin
melebihi suhu tubuh maka ada tiga proses untuk meningkatkan suhu
tubuh. Ketiga proses yaitu menggigil untuk memproduksi panas,
berkeringat untuk menghalangi panas, dan vasokonstriksi untuk
menurunkan kehilangan panas. (Asmadi 2008).
2. Hipotalamus integritas
Pusat pengaturan suhu inti berada di preoptik area hipotalamus
di rangsang, efektor sistem mengirim sinyal untuk mengeluarkan
keringat dan vasodilatasi perifer.Sinyal dari sensitif reseptor dingin dan
hipotalamus memprakarsai efektor untuk vasokonstriksi, menggigil, dan
melepaskan epineprin yang meningkatkan metabolisme sel dan
produksi panas.Hal ini untuk meningkatkan produksi panas dan
menurunkan kehilangan panas. (Aziz,2012).
3. Inti tubuh
Selain reseptor oleh kulit, inti tubuh yang merespon terhadap
suhu tubuh pada organ tubuh bagian dalam, seperti visera abnormal,
spinal cord, dan lain-lain.Termoreseptor di hipotalamus lebih sensitif
terhadap suhu inti. (Aziz,2012).
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem
1. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme
pengaturan suhu sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang
drastis terhadap lingkungan. Regulasi suhu tubuh baru mencapai
kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus menurun saat
seseorang semakin tua. Mereka lebih sensitif terhadap suhu yang
ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan, terutama
pengaturan vasomotor (vasokonstriksi dan vasodilatasi) yang buruk,
berkurangnya jaringan subkutan, berkurangnya aktivitas kelenjar
keringat, dan metabolisme menurun.
2. Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta
peningkatan pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk
olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi
panas terjadi peningkatan  suhu tubuh.
3. Kadar Hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih
besar. Hal ini karena ada variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar
progesteron naik dan turun sesuai siklus menstruasi. Variasi suhu ini
dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubahan
suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya
mengalami periode panas tubuh yang intens dan perspirasi selama 30
detik sampai 5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh
sementara sebanyak 40 C, yang sering disebut hot flashes. Hal ini
diakibatkan ketidakstabilan pengaturan vasomotor.

4. Irama Sirkadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 10C selama periode
24 jam. Suhu terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada
siang hari, suhu tubuh meningkat dan mencapai maksimum pada pukul
6 sore, lalu menurun lagi sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak
mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan
tidur di siang hari.
5. Stress
Stress fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh
melalui stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis ini
meningkatkan metabolisme, yang akan meningkatkan produksi panas.
6. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme
kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti
suhu lingkungan.
Selain itu sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap produksi
panas tubuh yang lain menurut Kozier, et al., (2010) antara lain :
1. Laju Metabolisme Basal (BMR)
Laju metabolisme basal (BMR) merupakan lagi penggunaan
energi yang diperlukan tubuh untuk mempertahankan aktivitas penting
seperti bernapas. Laju metabolisme akan meningkat seiring dengan
peningkatan usia. Pada umumnya, semakin muda usia individu,
semakin tinggi BMR-nya.
2. Aktivitas otot
Aktivitas otot , termasuk menggigil akan meningkatkan laju
metabolisme.

3. Sekresi tiroksin
Peningkatan sekresi tiroksin akan meningkatkan laju
metabolisme sel di seluruh tubuh. Efek ini biasanya disebut sebagai
termogenesis kimiawi, yaitu stimulasi untuk menghasilkan panas di
seluruh tubuh melalui peningkatan metabolisme seluler.
4. Stimulasi epinefrin, norepinefrin, dan simpatis.
Hormon ini segera bekerja meningkatkan laju metabolisme
seluler di banyak jaringan tubuh. Epinefrin dan norepinefrin langsung
bekerja mempengaruhi sel hati dan sel otot, yang kemudian akan
meningkatkan laju metabolisme seluler.
5. Demam
Demam dapat meningkatkan laju metabolisme dan kemudian
akan meningkatkan suhu tubuh.
D. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem
1. Demam
Demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak
mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan
produksi panas, yang mengaibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal.
Demam biasanya tidak berbahaya jika berada pada suhu dibawah 39oC.
demam sebenarnya merupakan akibat dari perubahan set point
hipotalamus.
2. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaphoresis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebih.disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan
gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan
akibat panas.
4. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan
produksi panas adalah hipertermia. Biasanya suhu tubuh mencapai
>40oC.
5. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan
dengan suhu tinggi dapatmempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas
dengan angka mortalitas uang tinggi.klien yang berisiko termasuk yang
masih muda maupun sangat tua, yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik, orang yang
menjalankan olahraga berat.
Tanda dan gejala heatstroke adalah delirium, sangat haus, mual,
kram otot, gangguan visual dan bahkan inkontinensia urine. Penderita
heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat berat
dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu >40,5ºC
mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
6. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemempuan tubuh untuk memproduksi panas,
mengakibatkan hipotermia. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35ºC,
klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi,
dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4ºC
frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun, kulit menjadi
sianosis.
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan termoregulasi
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama :
b. Riwayat penyakit sekarang
1) Hipertermi : Pola Demam
- Terus menerus : Tingginya menetap >24 jam,
bervariasi (1-2)oC.
- Intermitten : Demam memuncak
secara berseling dengan suhu normal.
- Remitten : Demam memuncak dan
turun tanpa kembali ke tingkat
suhu normal.
- Relaps : periode episode demam
diselingi dengan tingkat suhu normal,
episode demam dengan normotermia
dapat memanjang lebih dari 24
jam.Mulai timbulnya panas, berapa
lama, waktu, upaya untuk mengurangi.
- Hipotermi : Hipotermia aksidental biasanya
terjadi secara berangsur dan tidak
diketahui selama beberapa jam. Ketika
suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien
mengalami gemetar yang tidak
terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan
tidak mampu menelan. Jika suhu tubuh
turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi
jantung, pernafasan, dan tekanan darah
turun. kulit menjadi sianotik.
c. Riwayat kesehatan lalu
1) Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam,
gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual,
muntah, nafsu makan, eliminasi, nyeri otot dan sendi
dll), apakah menggigil, gelisah, atau kedinginan.
2) Hipotermi : tanyakan  suhu pasien sebelumnya, sejak
kapan timbul gejala gemetar, hilang ingatan, depresi dan
gangguan menelan.
d. Riwayat penyakit keluarga
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik
atau tidak)
2. Pemeriksaan fisik : data fokus
Ukur suhu inti selama setiap fase demam Kaji factor-faktor pemberat
seperti dehidrasi, insfeksi, atau suhu lingkungan. Identifikasi respons
fisiologis terhadap suhu :
a. Ukur semua tanda-tanda vital
b. Observasi semua warna kulit
c. Kaji suhu kulit (palpasi)
d. Kaji kenyamanan dan kesejatrahan kilien Tentukan fase
demam : kedinginan, stabil, serangan demam.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium meliputi :
1. Pemeriksaan darah lengkap
Untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko
infesi
2. Pemeriksaan urin
3. Uji widal
Uji widal aalah suatu reaksi antigen dan antibody /
agglutinin. Agglutininyang spesifik terdapat salmonella
terdapat serum demam pasien. Antigen yang digunakan pada
uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan
dan telah diolah di laboratoriaum. Maksud uji Widal ini
adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum
pasien yang disangka menderita demam thypoid.
4. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
5. Uji tourniquet
6. Pemeriksaan SGOT (Sserum glutamat Oksaloasetat
Transaminase) dan ISGPT (Serum Glutamat Piruvat
Transaminase) SGOT SGPT sering meningkat tetapi kembali
normal setelah sembuhnya demam, kenaikan SGOT SGPT
tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
7. Biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai, juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, autografi atau
limfangi giografi

B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Hipertermia (D.0130)
a. Definisi
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
b. Penyebab
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolism
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebih
8) Penggunaan incubator
c. Kondisi klinis terkait
1) Proses infeksi
2) Hipertiroid
3) Stroke
4) Dehidrasi
5) Trauma
6) Prematuritas
2. Termoregulasi tidak efektif (D.0149)
a. Definisi
Kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
b. Penyebab
1) Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2) Proses penyakit missal infeksi.
3) Fluktuasi suhu lingkungan
4) Proses penuaan
5) Dehidrasi
6) Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
7) Peningkatan kebutuhan oksigen
8) Perubahan laju metabolism
9) Suhu lingkungan ekstrim
10) Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
11) Berat badan ekstrim
12) Efek agen farmalogis (mis. Sedasi)
c. Kondisi klinis terkait
1) Cedera medulla spinalis
2) Infeksi/sepsis
3) Pembedahan
4) Cedera otak akut
5) Trauma
C. Perencanaan

No Diagnosa Tujuan /Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


keperawatan (SLKI)
(SDKI)

1. Hipertermia Termoregulasi ( L.14134) Manajemen Hipertermia (I.15506)


(D.0130) Ekspektasi membaik Tindakan
dengan kriteria hasil : Observasi
- Suhu tubuh - indentifikasi penyebab
membaik hipertermia (mis. Dehidrasi,
- Suhu kulit membaik terpapar lingkungan panas,
- kadar glukosa darah penggunaan incubator)
membaik - monitor suhu tubuh
- pengisian kapiler - monitor kadar elektrolit
membaik - monitor pengeluaran urine
- ventilasi membaik - monitor komplikasi akibat
- tekanan darah hipertermia
membaik
Terapeutik

- sediakan lingkungan yang


dingin
- longgarkan atau lepaskan
pakaian
- basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- berikan cairan oral
- ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
- lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
- hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
- berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

- Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian cairan


dan elektrolit intervena, jika
perlu

2. Termoregulasi Termoregulasi ( L.14134) Kompres dingin (I.08234)


tidak efektif Ekspektasi membaik
Tindakan
(D.0149) dengan kriteria hasil :
- Suhu tubuh Observasi
membaik
- Identifikasi kontraindikasi
- Suhu kulit membaik
kompres dingin (mis.
- kadar glukosa darah
Penurunan sensasi,
membaik
penurunan sirkulasi)
- pengisian kapiler
- Identifikasi kondisi kulit
membaik
yang akan dilakukan
- ventilasi membaik
kompres dingin
tekanan darah membaik
- Periksa suhu alat kompres
- Monitor iritasi kulit atau
kerusakan jaringan selama 5
menit pertama

Terapeutik

- Pilih metode kompres yang


nyaman dan mudah
didapatkan (mis. Kantong
plastic tahan air, kemasan
gel beku kain atau handuk)
- Pilih lokasi kompres
- Balut alat kompres dingin
dengan kain pelindung
- Lakukan kompres dingin
pada daerah yang cedera
- Hindari penggunaan
kompres pada jaringan yang
terpapar terapi radiasi

Edukasi

- Jelaskan prosedur
penggunaan kompres dingin
- Anjurkan tidak
menyesuakian pengaturan
suhu secara mandiri tanpa
pemberitahuan sebelumnya
- Anjurkan cara menghindari
kerusakan jaringan akibat
dingin
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, proses, dan praktik. Volume 1.
Jakarta : EGC.
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.
PPNI. (2016a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.)
PPNI. (2016b). Standar intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.)
PPNI. (2016c). Standar luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.)

Tasikmalaya………………..

(………………………………)

Anda mungkin juga menyukai