DI RUANG PICU
Disusun Oleh:
Intan Karmila
J2214901022
PRODI NERS
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Hypothermia
- Severe : <300C
- Moderate : 300-340C
- Mild : 340-360C
2. Normothermia : 36.50-37.20C
3. Hyperthermia : >37.20C
4. Hyperpyrexia : .41.50C
4. Irama Sirkadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 10C selama periode
24 jam. Suhu terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada
siang hari, suhu tubuh meningkat dan mencapai maksimum pada pukul
6 sore, lalu menurun lagi sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak
mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan
tidur di siang hari.
5. Stress
Stress fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh
melalui stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis ini
meningkatkan metabolisme, yang akan meningkatkan produksi panas.
6. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme
kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti
suhu lingkungan.
Selain itu sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap produksi
panas tubuh yang lain menurut Kozier, et al., (2010) antara lain :
1. Laju Metabolisme Basal (BMR)
Laju metabolisme basal (BMR) merupakan lagi penggunaan
energi yang diperlukan tubuh untuk mempertahankan aktivitas penting
seperti bernapas. Laju metabolisme akan meningkat seiring dengan
peningkatan usia. Pada umumnya, semakin muda usia individu,
semakin tinggi BMR-nya.
2. Aktivitas otot
Aktivitas otot , termasuk menggigil akan meningkatkan laju
metabolisme.
3. Sekresi tiroksin
Peningkatan sekresi tiroksin akan meningkatkan laju
metabolisme sel di seluruh tubuh. Efek ini biasanya disebut sebagai
termogenesis kimiawi, yaitu stimulasi untuk menghasilkan panas di
seluruh tubuh melalui peningkatan metabolisme seluler.
4. Stimulasi epinefrin, norepinefrin, dan simpatis.
Hormon ini segera bekerja meningkatkan laju metabolisme
seluler di banyak jaringan tubuh. Epinefrin dan norepinefrin langsung
bekerja mempengaruhi sel hati dan sel otot, yang kemudian akan
meningkatkan laju metabolisme seluler.
5. Demam
Demam dapat meningkatkan laju metabolisme dan kemudian
akan meningkatkan suhu tubuh.
D. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem
1. Demam
Demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak
mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan
produksi panas, yang mengaibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal.
Demam biasanya tidak berbahaya jika berada pada suhu dibawah 39oC.
demam sebenarnya merupakan akibat dari perubahan set point
hipotalamus.
2. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaphoresis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebih.disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan
gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan
akibat panas.
4. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan
produksi panas adalah hipertermia. Biasanya suhu tubuh mencapai
>40oC.
5. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan
dengan suhu tinggi dapatmempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas
dengan angka mortalitas uang tinggi.klien yang berisiko termasuk yang
masih muda maupun sangat tua, yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik, orang yang
menjalankan olahraga berat.
Tanda dan gejala heatstroke adalah delirium, sangat haus, mual,
kram otot, gangguan visual dan bahkan inkontinensia urine. Penderita
heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat berat
dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu >40,5ºC
mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
6. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemempuan tubuh untuk memproduksi panas,
mengakibatkan hipotermia. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35ºC,
klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi,
dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4ºC
frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun, kulit menjadi
sianosis.
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan termoregulasi
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama :
b. Riwayat penyakit sekarang
1) Hipertermi : Pola Demam
- Terus menerus : Tingginya menetap >24 jam,
bervariasi (1-2)oC.
- Intermitten : Demam memuncak
secara berseling dengan suhu normal.
- Remitten : Demam memuncak dan
turun tanpa kembali ke tingkat
suhu normal.
- Relaps : periode episode demam
diselingi dengan tingkat suhu normal,
episode demam dengan normotermia
dapat memanjang lebih dari 24
jam.Mulai timbulnya panas, berapa
lama, waktu, upaya untuk mengurangi.
- Hipotermi : Hipotermia aksidental biasanya
terjadi secara berangsur dan tidak
diketahui selama beberapa jam. Ketika
suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien
mengalami gemetar yang tidak
terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan
tidak mampu menelan. Jika suhu tubuh
turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi
jantung, pernafasan, dan tekanan darah
turun. kulit menjadi sianotik.
c. Riwayat kesehatan lalu
1) Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam,
gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual,
muntah, nafsu makan, eliminasi, nyeri otot dan sendi
dll), apakah menggigil, gelisah, atau kedinginan.
2) Hipotermi : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak
kapan timbul gejala gemetar, hilang ingatan, depresi dan
gangguan menelan.
d. Riwayat penyakit keluarga
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik
atau tidak)
2. Pemeriksaan fisik : data fokus
Ukur suhu inti selama setiap fase demam Kaji factor-faktor pemberat
seperti dehidrasi, insfeksi, atau suhu lingkungan. Identifikasi respons
fisiologis terhadap suhu :
a. Ukur semua tanda-tanda vital
b. Observasi semua warna kulit
c. Kaji suhu kulit (palpasi)
d. Kaji kenyamanan dan kesejatrahan kilien Tentukan fase
demam : kedinginan, stabil, serangan demam.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium meliputi :
1. Pemeriksaan darah lengkap
Untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko
infesi
2. Pemeriksaan urin
3. Uji widal
Uji widal aalah suatu reaksi antigen dan antibody /
agglutinin. Agglutininyang spesifik terdapat salmonella
terdapat serum demam pasien. Antigen yang digunakan pada
uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan
dan telah diolah di laboratoriaum. Maksud uji Widal ini
adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum
pasien yang disangka menderita demam thypoid.
4. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
5. Uji tourniquet
6. Pemeriksaan SGOT (Sserum glutamat Oksaloasetat
Transaminase) dan ISGPT (Serum Glutamat Piruvat
Transaminase) SGOT SGPT sering meningkat tetapi kembali
normal setelah sembuhnya demam, kenaikan SGOT SGPT
tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
7. Biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai, juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, autografi atau
limfangi giografi
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi
- Jelaskan prosedur
penggunaan kompres dingin
- Anjurkan tidak
menyesuakian pengaturan
suhu secara mandiri tanpa
pemberitahuan sebelumnya
- Anjurkan cara menghindari
kerusakan jaringan akibat
dingin
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, proses, dan praktik. Volume 1.
Jakarta : EGC.
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.
PPNI. (2016a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.)
PPNI. (2016b). Standar intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.)
PPNI. (2016c). Standar luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.)
Tasikmalaya………………..
(………………………………)