Anda di halaman 1dari 6

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG ISPA PADA BALITA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIGEUREUNG KOTA TASIKMALAYA

AN OVERVIEW OF MOTHERS' KNOWLEDGE AND ATTITUDES ABOUT ARI IN TODDLERS IN THE


WORK AREA OF THE CIGEUREUNG HEALTH CENTER IN TASIKMALAYA CITY
1)
Ahmad Sidik, 2)Hani Handayani, 3)Titin Suhartini 4) Zainal Muttaqin

S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Jl.Tamansari No.KM 2,5. Mulyasari, Kec. Tamansari, Kab. Tasikmalaya Jawa Barat 4196
Email: ahmadsidik2228@gmail.com

ABSTRAK

Penyakit ISPA utamanya pada balita merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam prioritas masalah . Maka
peran orang tua sangat penting untuk melakukan pencegahan ISPA anak khususnya pada anak balita di rumah
ataupun diluar rumah. Orang tua atau pengasuh yang paling dekat dengan anak diharapkan memiliki suatu
pengetahuan yang cukup mengenai ISPA dikarenakan pengetahuan dapat membentuk sikap dan tindakan seseorang
dalam mengatasi ISPA pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu
tentang ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas Cigereung Kota Tasikmalaya. Jenis penelitian ini kuantitatif
dengan menggunakan metode deskriptif. Populasi adalah adalah ibu yang mempunyai anak usia balita (1-5 tahun).
Sampel yang digunakan sebanyak 30 orang yang diperoleh menggunakan teknik accidental sampling. Data
diperoleh dengan kuesioner tertutup dan data dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian
menunjukan pengetahuan ibu tentang ISPA sebagian besar termasuk kategori kurang (63.3%) dan sikap ibu
sebagian besar termasuk kategori negatif (56,7%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan ibu sebagian
besar kurang dan sikap negatif. Oleh karena itu perawat disarankan melakukan asuhan keparawatan komunitas,
keperawatan anak dengan memberikan pendidikan kesehatan bagi ibu yang mempunyai anak balita.

Kata Kunci : ISPA, Pengetahuan, Sikap

ABSTRACT

ARI disease, especially in toddlers, is one of the diseases that is included in the priority problem. So the role of
parents is very important to prevent children's ARI, especially in children under five at home or outside the home.
Parents or caregivers who are closest to the child are expected to have sufficient knowledge about ARI because
knowledge can shape a person's attitudes and actions in overcoming ARI in children. This study aims to find out a
picture of mothers' knowledge and attitudes about ARI in toddlers in the work area of the Cigereung Health Center,
Tasikmalaya City. This type of research is quantitative by using descriptive methods. The population is mothers who
have children under five years old (1-5 years). The samples used were 30 people obtained using accidental sampling
techniques. Data were obtained by a closed questionnaire and the data were analyzed using frequency distributions.
The results showed that mothers' knowledge about ARI was mostly included in the less category (63.3%) and
mothers' attitudes were mostly in the negative category (56.7%). The conclusion of the study is that maternal
knowledge is largely lacking and negative attitudes. Therefore, nurses are advised to carry out community care,
child nursing by providing health education for mothers who have children under five.

Keywords : ISPA, Knowledge, Attitude


PENDAHULUAN

Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit saluran pernafasan atas
maupun bawah yang termasuk penyakit menular di dunia. Penyakit ISPA salah satu penyebab
kematian bayi yang menempati urutan pertama angka kesakitan pada balita. Penyakit ISPA saat ini
menjadi perhatian khusus baik rumah sakit maupun puskesmas yang ada di negara maju sampai
negara berkembang salah satunya yaitu negara Indonesia. Balita yang terkena ISPA berada pada usia
1- 4 tahun dan memiliki prevalensi tertinggi diantara penyakit menular, karena sistem pertahanan
tubuh anak masih rendah (Aquino et al., 2016)

World Health Organization (WHO) Tahun 2016 memperkirakan insidens Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) dinegara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000
kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO tahun 2016 
13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di
Negara berkembang, dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan
membunuh  4 juta anak balita setiap tahun (Janati dan Siwiendrayanti, 2017)

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mencatat bahwa angka kejadian ISPA pada
anak balita pada tahun 2020 sebanyak 15132 kasus dan pada tahun 2021 sebanyak 13087 kasus.
Berdasarkan data cakupan puskesmas wilayah Kota Tasikmalaya dengan kasus ISPA terbanyak pada
tahun 2020 yaitu puskesmas Sambongpari (14,8%), Purbaratu (13,3%), Tamansari (9,4%),
Mangkubumi (7,2%) dan Cigeureung (5,4%). Pada tahun 2021 yaitu puskesmas Purbaratu (17,8%),
Sambongpari (13,6%), Cigeureung (8,8%), Bantar (7,9%) dan Tamansari (7,2%) (Laporan Tahunan
Dinkes Kota Tasikmalaya, 2022).

Berdasarkan data di Puskesmas Cigereung Kota Tasikmalaya diperoleh data bahwa kasus
ISPA pada balita dengan proporsi tertinggi pada kelompok umur 1 tahun sampai 5 tahun. Pada tahun
2019 dengan sebanyak 793 kasus dari 3692 balita. Pada tahun 2020 sebanyak 45 kasus dari 3687
balita dan pada tahun 2021 sebanyak 899 kasus dari 3860 balita. Kondisi tersebut mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Laporan Tahunan Puskesmas Cigereung,
2022).

Tingginya angka kejadian ISPA pada balita disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti
virus, keadaan daya tahan tubuh, umur, jenis kelamin, status gizi, imunisasi, dan keadaan lingkungan
(pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, polusi udara, ditambah dengan
perubahan iklim terutama suhu, kelembaban, curah hujan) merupakan ancaman kesehatan bagi
masyarakat terutama penyakit ISPA. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh faktor-faktor tersebut
diatas tetapi juga dipengaruhi oleh faktor perilaku ibu seperti pengetahuan, sikap dan dan tingkat
pendidikan ibu (Febrianti, 2020).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu tentang
ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas Cigereung Kota Tasikmalaya

METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode
deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan secara objektif yaitu
pengetahuan dan sikap ibu tentang ISPA pada balita. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2018) yang
mengatakan metode deskriptif adalah untuk melihat suatu keadaan dimana pengamatan dilakuakn
secara objektif yaitu pengetahuan dan sikap ibu tentang ISPA pada balita.
HASIL

Hasil penelitian mengenai pengetahuan tentang ISPA dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.1
Distribusi frekuensi Pengetahuan ibu tentang tentang ISPA pada balita di wilayah kerja
puskesmas Cigereung Kota Tasikmalaya
Rata- Simpangan CI 95%
Minimal Maksimal
rata baku Lower Upper
Pengetahuan 14 25 19.30 2.42 18.40 20.20
ibu
Sumber : Data primer 2022
Data pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa skor pengetahuan responden paling rendah adalah 14 dan
paling tinggi 25, rata-rata skor pengetahuan responden sebesar 19.30 dengan simpangan baku 2.42.
Hasil estimasi interval diketahui bahwa sebanyak 95% skor pengetahuan berada pada rentang 18.40
sampai 20.20.
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi Pengetahuan ibu tentang tentang ISPA pada balita di wilayah kerja
puskesmas Cigereung Kota Tasikmalaya
Pengetahuan Ibu Jumlah Persentase (%)
Baik 11 36,7
Kurang 19 63,3
Total 30 100,0
Sumber : Data primer 2022
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa pengetahuan responden sebagian besar termasuk kategori kurang
sebanyak 19 orang (63.3%) dan sebagian kecil pengetahuan responden termasuk kategori baik
sebanyak 11 orang (36.7%).
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi Sikap ibu tentang tentang ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas
Cigereung Kota Tasikmalaya
Minima Rata- Simpangan CI 95%
Maksimal
l rata baku Lower Upper
Sikap ibu 37 48 43,27 2,463 42,35 44,19
Sumber : Data primer 2022
Data pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa skor sikap responden paling rendah adalah 37 dan paling
tinggi 48, rata-rata skor sikap responden sebesar 43,27 dengan simpangan baku 2,463. Hasil estimasi
interval diketahui bahwa sebanyak 95% skor sikap berada pada rentang 42,35 sampai 44,19.
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi Sikap ibu tentang tentang ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas
Cigereung Kota Tasikmalaya
Sikap Jumlah Persentase (%)
Positif 13 43,3
Negatif 17 56,7
Total 30 100,0
Sumber : Data primer 2022
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sikap responden sebagian besar termasuk kategori negatif sebanyak
17 orang (56.7%) dan sebagian kecil sikap responden termasuk kategori positif sebanyak 13 orang
(43.3%).

PEMBAHASAN

Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai minimal yang diperoleh sebesar 14
dan nilai maksimal 25, rata-rata skor pengetahuan responden adalah 19.30 dengan standar deviasai
2.42. kemudian dilakukan pengkategorian pengetahuan responden termasuk kurang sebanyak
(63.3%), dan pengetahuan baik sebesar (36,7%). Melihat dari data tersebut menunjukkan mayoritas
responden masih menjawab keliru tentang pertanyaan yang diajukan.
Rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh responden mengindikasikan sumber pengetahuan
yang dimiliki. Dari hasil penyebaran jawbaan responden masih terdapat adanya jawaban yang salah
seperti balita dengan gizi buruk tidak mudah terkena ISPA, asap dapur tidak beresiko bagi saluran
napas pada anak, kepadatan tempat tinggal tidak beresiko terjadinya ISPA, ASI tidak penting untuk
kekebalan tubuh, ketika batuk tidak perlu menutup mulut mengunakan lengan atas dan asap
kendaraan tidak berbahaya bagi saluran pernafasan pada anak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yaman (2021) menyebutkan bahwa responden berdasarkan pengetahuan ibu tentang
ISPA memiliki pengetahuan kurang sebanyak (61.3%). Banyaknya responden yang memiliki
pengetahuan rendah disebabkan kurangnya informasi yang diterima (Andriani & Defita. 2015).
Hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan orang tua tentang bahaya ISPA pada anak
balita sebagian besar kurang baik 38 orang (54 %), dan sebagian kecil baik 32 orang (46%).
Kesimpulan, hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada bulan mei 2018 dapat
disimpulkan bahwa gambaran pengetahuan ibu yang memiliki anak balita tentang ISPA adalah
kurang (Dewi. 2019).
Faktor usia berpengaruh pada pengetahuan tentang ISPA, dari hasil penelitian ini sebagian
besar responden rata-rata berusia 29.3 tahun. Menurut Wawan dan Dewi (2012) mengatakan bahwa
usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik
Selain itu faktor pendidikan juga memberikan kontribusi secara tidak langsung terhadap
pengetahuan tentang ISPA. Pada umumnya, semakin tinggi pendidikan ibu maka akan semakin baik
pula tingkat pengetahuannya. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 60% yang
berpendidikan dari SD, dari data ini penulis berasumsi bahwa pendidikan yang lebih rendah akan
menyebabkan pengetahuan tentang ISPA kurang baik, karena dengan pendidikan yang rendah
kurang menyerap informasi.
Berdasarkan uraian tersebut, menurut analisis penulis bahwa rendahnaya pengetahuan
responden mengindikasikan kurangnya informasi dari petugas kesehatan dan lingkungan sekitarnya
sehingga dalam upaya meningkatakan pengetahuan tersebut petugas kesehatan perlu memberikan
informasi berupa pendidikan kesehatan tentang pencegahan ISPA pada balita.

Sikap
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai minimal yang diperoleh sebesar 37
dan nilai maksimal 48, rata-rata skor sikap responden adalah 43,27 dengan standar deviasai 2,463
kemudian dilakukan pengkategorian sikap responden termasuk negatif sebanyak (56,7%), dan sikap
positif sebesar (43,3). Melihat dari data tersebut menunjukkan sebagian besar responden memiliki
pandangan yang kurang baik mengenai pencegahan ISPA, hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan yang dimiliki oleh responden.
Menurut analisis penulis, adanya sikap responden yang rendah dilihat dari penyebaran
jawaban responden masih adanya yang menjawab keliru tentang membiarkan anggota keluarga
merokok didalam rumah, Cahaya matahari tidak diperlukan untuk ruangan didalam rumah,
membakar sampah dilingkungan rumah dan di dekat anak-anak dan jarang membersihkan rumah dari
kotoran debu.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar dari responden memiliki
sikap yang negatif yaitu 17 orang (56.7%). Hal ini disebabkan sikap negatif yang timbul dari
responden adalah merupakan hasil olah pikir dari pengetahuan yang dimiliki oleh setiap responden
yang sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang pencegahan ISPA pada
balita.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Mamengko dkk (2017) tentang sikap ibu
dalam pencegahan ISPA pada balita di dari responden sebagian besar dari responden memiliki sikap
yang positif yaitu 54 responden (63.5%). Hal ini disebabkan pengetahuan ibu tentang pencegahan
ISPA sudah baik. Berdasarkan hal tersebut bahwa sikap seseorang akan mempengaruhi pengetahuan
yang dimilikinya Orang yang bersikap positif akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap
informasi yang datang danakan berpikir sejauh mana keuntungan yang akan didapatkannya (Syahidi,
2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap obyek sikap adalah pengalaman pribadi,
dimana sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi
yang melibatkan faktor emosional.
Berdasarkan beberapa hal tersebut, sikap ibu dalam pencegahan ISPA pada balita tergantung
faktor yang mempengaruhi terhadap sikap ibu tersebut. Dimana apabila faktor yang
mempengaruhinya adalah faktor yang cenderung positif maka ibu tersebut akan memiliki sikap
positif namun sebaliknya apabila faktor tersebut cenderung mengarah kearah yang negatif, maka ibu
tersebut akan memiliki sikap yang negatif pula. Didalam hal pengetahuan ibu banyak yang kurang
mengetahui tentang penyakit ISPA pada balita, maka dari itu perlu adanya pendidikan kesehatan
tentang ISPA terhadap balita supaya pengetahuan ibu meningkat.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran pengetahuan dan sikap ibu
tentang ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas Cigereung Kota Tasikmalaya, maka dapat
disimpulkan sebagai Pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas
Cigereung Kota Tasikmalaya sebagian besar termasuk kategori kurang (63,3%). Sikap ibu tentang
pencegahan ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas Cigereung Kota Tasikmalaya sebagian
besar termasuk kategori negatif (56,7%). Saran Sebaiknya pihak puskesmas dapat meningkatkan
pengetahuan dan sikap ibu dalam pencegahan anak balita sehingga pihak puskesmas dapat
memberikan pendikan kesehatan tentang pencegahan ISPA yang baik serta memberikan bimbingan
tentang pencegahan ISPA. Selain itu dapat menajdi acuan dalam membuat kebijakan mengenai
pengaturan pencegahan pada penyakit menular anak balita untuk diberikannya edukasi di setiap
posyandu-posyandu pada ibu yang mempunyai anak balita.

DAFTAR PUSTAKA

Aquino, G., Iuliano, E., Di Cagno, A., Vardaro, A., Fiorilli, G., Moffa, S., Costanzo, A. Di, Simone, G.
De, & Calcagno, G. (2016). Effects Of Combined Training Vs Aerobic Training On Cognitive
Functions In Copd: A Randomized Controlled Trial. International Journal Of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease, 11(1), 711. Https://Doi.Org/10.2147/Copd.S96663

Janati Dan Siwiendrayanti. (2017). Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Dan Kebiasaan Orang
Tua Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Traji Kabupaten Temanggung.
Pena Medika Jurnal Kesehatan, 7(1), 1–13.
Https://Jurnal.Unikal.Ac.Id/Index.Php/Medika/Article/View/533/486

Febrianti, A. (2020). Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang. Saintek: Jurnal Ilmiah Sains Dan Teknologi Industri, 3(1), 133-
139.

Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. Jakarta: Rineka Cipta

Andriani, M., & Defita, A. P. (2015). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibuterhadap Kejadian ISPA
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh Bukittinggi Tahun 2014. 'AFIYAH, 2(1).

Dewi. (2012). Hubungan Kondisi Fisik Lingkungan Rumah Dan Perilaku Orang Tua Dengan Kejadian
Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kecamatan Tembalang Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 1(2), 904–910.
Https://Www.Neliti.Com/Publications/18818/Hubungan-Kondisi-Fisik-Lingkungan-Rumah-Dan-
Perilaku-Orang-Tua-Dengan-Kejadian-I

Wawan Dan Dewi. (2012). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Manusia. Nuha
Medika.

Syahidi, M. H., Gayatri, D., & Bantas, K. (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Anak Berumur 12-59 Bulan di Puskesmas Kelurahan Tebet
Barat, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Tahun 2013. Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Indonesia, 1(1).

Mamengko, V. A., Engkeng, S., & Asrifuddin, A. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Terhadap Tindakan Pencegahan ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Teling Atas Kota
Manado. KESMAS, 6(4).

Anda mungkin juga menyukai