Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DM DENGAN


HIPERGLIKEMIA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat & Kritis
Dosen Ida Rosidawati, M.Kep

Disusun Oleh :

Syifa Qolbi Hakim J2214901064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2023
1. Definisi Penyakit
Hiperglikemia berasal dari bahasa yunani diantaranya, hyper yang artinya
lebih, glyc artinya manis dan emia yang berarti darah, jadi hiperglikemia
merupakan keadaandimana jumlah glukosa dalam darah melebihi batas normal
(> 200 mg/dl atau 11,1mmol/L) (Reference ranges for blood tests). Peningkatan
glukosa dalam darah terjadiketika pankreas memiliki sedikit insulin atau ketika
sel tidak dapat menerima responinsulin untuk menangkap glukosa dalam darah
American Assisiation Diabetes,2000). Hiperglikemia berbeda dengan diabetes
militus, hiperglikemia merupakantanda dari diabetes militus. Seseorang yang
memiliki hiperglikemia belum tentumemiliki penyakit diabetes militus. Namun
ketika hiperglikemia semakin kronis, halini bisa memicu timbulnya diabetes dan
ketoasidosis.
2. Patofisiologi
Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat disebabkan
oleh proses autoimun, kerja pankreas yang berlebih dan herediter. Insulin yang
menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk ke dalam sel. Hal itu bisa
menyebabkan lemas dan kadar glukosa dalam darah meningkat. Kompensasi
tubuh dengan meningkatkan glukagon sehingga terjadi glukoneogenesis. Selain
itu tubuh akan menurunkan penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta
peningkatan produksi glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap
kelaparan sel. Dengan menurunnya insulin dalam darah, asupan nutrisi akan
meningkat sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel
menyebabkan sel mudah terinfeksi. Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan
penimbunan glukosa pada dinding pembuluh darah menjadi keras
(aterosklerosis) dan bila plak ini terlepas akan menyebabkan trombus
(Arfawati,2015).
3. Kemungkinan Data Fokus
- Pengkajian Primer
a. Airway
Airway harus diperiksa secara cepat untuk memastikan bebas dan
patennya atau tidak ada obstruksi/hambatan jalan napas. Jika terjadi
gangguan lakukan head tilt chin lift atau jaw thurst, namun bila memiliki
peralatan yang lengkap gunakan oral airway, nasal airway, atau intubasi
endotracheal tube atau cricotoroidotomi). Perlu diwaspadai adanya fraktur
servikal karena pada trauma atau cedera berat harus dicurigai adanya
cidera korda spinalis. Gerakan berlebihan dapat menyebabkan kerusakan
neurologic akibat kompresi yang terjadi pada fraktur tulang belakang jadi
ketika menolong korban sebaiknya memastikan leher tetap dalam posisi
nertal (bagi penderita) selama pembebasan jana nafas dan pemberian
ventilasi yang dibutuhkan atau menggunakan neck collar atau penyangga
leher (diindikasikan untuk tanda-tanda trauma kapitis, trauma tumpul
cranial dari clavikula, setiap kasus multi trauma, proses kejadian yang
mendukung/biomekanik trauma).
b. Breathing
Hipoksia dapat terjadi akibat ventilasi yang tidak adekuat dan
kurangnya oksigen di jaringan. Setelah dibebaskan airway kualitas dan
kuantitas ventilasi harus dievaluasi dengan cara lihat, dengar, dan rasakan.
Jika tidak bernapas maka segera diberikan ventilasi buatan. Jika penderita
bernapas perkirakan kecukupan bagi penderita. Perhatikan gerakan nafas
dada dan dengarkan suara napas penderita jika tidak sadar. Frekuensi
nafas atau Respiratory Rate (dewasa) dapat dibagi menjadi:
 RR < 12 x/menit : sangat lambat
 RR 12-20 x/menit: normal
 RR 20-30 x/menit: sedang cepat
 RR > 30 x/menit: abnormal (menandakan hipoksia, asidosis, atau
hipoperfusi)
Untuk lebih akurat kondisi breathing sebaiknya pasang pulse
oksimetri untuk mengetahuai jumlah saturasi oksigen, normalnya > 95%.
c. Circulation
Kegagalan system sirkulasi merupakan ancaman kematian yang
sama dengan kegagalan system pernapasan. Oksigen sel darah merah
tanpa adanya distribusi ke jaringan tidak akan bermanfaat bagi penderita.
Perkiraan status kecukupan output jantung dan kardiovaskular dapat
diperoleh hanya dengan memeriksa denyut nadi, masa pengisian kapiler,
warna kulit dan suhu kulit.
 Denyut Nadi
Jika denyut nadi arteri radialis tidak teraba, penderita agaknya telah
ask ke dalam fase syok tak terkompensasi.
 Kulit
Masa pengisian kapiler: pemeriksaan singkat perihal masa pengisian
kapiler dilakukan dengan cera menekan bantalan kuku ini berguna
dalam memperkirakan aliran darah melalui bagian paling distal dari
sirkulasi. Waktu pengisian kapiler >2 detik menandakan bantalan
kapiler tidak menerima perfusi yang adekuat, namun pengisian
kapiler juga dapat dipengaruhi oleh usia tua, suhu rendah,
penggunaan vasodilator atau vasokontriktor atau adanya syok spinal.
 Warna: perfusi yang adekuat menghasilkan warna kulit merah muda
(pada kulit putih), warna kulit gelap mempersulit dalam penilaian.
Warna kebiruan menandakan oksigenasi tidak sempurna, sedangkan
pucat menanakan pergusi yang buruk.
 Suhu: suhu dingin menandakan penurunan perfusi oleh apapun
sebabnya
 Kelembaban: kulit kering menandakan perfusi baik, kulit lembab
dihubungkan dengan keadaan syok dan penurunan perfusi.
 Perdarahan: kontrol cepat terhadap kehilangan darah adalah tujuan
paling penting dalam memberikan pertolongan penderita trauma.
d. Disability
Setelah dilakukan Airway, Breathing, dan Circulation selanjutnya
dilakukan adalah memeriksa status neurologi harus dilakukan yang
meliputi:
 Tingkat kesadaran dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
(GCS). GCS adalah skala yang penting untuk evaluasi pengelolaan
jangka pendek dan panjang penderita trauma. Pengukuran GCS
dilakukan pada secondery survey, hal ini dapat dilakukan jika petugas
memadai.
 Penilaian tanda lateralisasi: pupil (ukuran, simetris dan reaksi
terhadap cahaya, kekuatan tonus otot (motorik). Pemeriksaan pupil
berperan dalam evaluasi fungsi cerebral. Pupil yang normal dapat
digambarkan dengan PEARL (Pupils, Equal, Round Reactive to
Light) atau pupil harus simetris, bundar dan bereaksi normal terhadap
cahaya.
e. Exposure
Buka pakaian penderita untuk memeriksa cedera agat tidak
melewatkan memeriksa seluruh bagian tubuh terlebih yang tidak terlihat
secara sepintas. Jika seluruh tubuh telah diperiksa, penderita harus ditutup
untuk mencegah hilangnya panas tubuh. Walaupun penting untuk
membuka pakian penderita trauma untuk melakukan penelaian yang
efektif, namun hipoteria tidak boleh dilupakan dalam pengelolaan
penderita trauma.
- Pengkajian Sekunder
a. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh adanya nyeri pada luka
atau luka tidak terasa nyeri.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin, misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
d. Pengkajian AMPLE
1) Allergies
Pada Allergies, kita mengkaji apakah pasien/korban memiliki alergi
terhadap sesuatu (misalnya makanan, produk pakaian, dsb). Kita
dapat bertanya seperti, “Apakah anda memiliki alergi?” atau “Apakah
anda alergi pada sesuatu?”
2) Medication (M)
Pada Medication, kita mengkaji apakah pasien/korban mengkonsumsi
obat-obatan, baik obat-obatan yang dikonsumsi secara teratur
(misalnya obat hipertensi pada penderita hipertensi), maupun obat
yang dikonsumsi terakhir kali (misalnya obat anti nyeri). Kita dapat
bertanya seperti, “Apakah anda memiliki program pengobatan
teratur?” atau “Apakah anda minum obat?”
3) Past Medical History (P)
Pada past medical history, kita mengkaji apakah pasien/korban
memiliki atau menderita penyakit, misalnya diabetes, epilepsy,
penyakit jantung, dsb. Kita juga mengkaji apakah pasien/korban
pernah kecelakaan/cidera sebelumnya atau pernah menjalani
pembedahan.
4) Last Meal (L)
Pada last meal, kita mengkaji makanan dan minuman yang
dikonsumsi oleh pasien/korban terakhir kali.
5) Events (E)
Pada events, kita mengkaji apa yang terjadi pada pasien dan dimana
kejadiannya? Apakah insiden terjadi karena penyakit atau
kecelakaan? Tanyakan juga kepada orang yang ada disekitar
pasien/korban saat kejadian dan cari adanya informasi tambahan.
e. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1) Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat
operasi.
2) Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus
optikus (nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus
III), gangguan dalam memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan
dalam menggerakkan bola mata kelateral (nervus VI).
3) Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus
olfaktorius (nervus I).
4) Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus,
adanya kesulitan dalam menelan.
5) Dada
Inspeksi : Bentuk dada pectus carinum simetris kanan kiri, tidak ada
dypsnea, tidak ada retraksi otot dada, transversal banding antero
posterial 2:2. Pernapasan dada.
Palpasi : Ekspansi dada simetris
Perkusi : Interkosta kanan 1-5 resonan, interkosta 6 redup. Sebelah
kiri interkosta 1-4 resonan, interkosta 5 dan 6 redup.
Auskultasi : Suara nafas vesiculer. Auskultasi jantung S1 dan S2
tunggal reguler, tidak ada mur-mur, dan tidak ada bruit.
6) Abdomen
Inspeksi : Tidak ada joundis, warna kulit sama dengan warna sekitar,
perut tidak membesar, vena-vena tidak membesar.
Auskultasi : Peristaltik usus terdengar 5-15x/menit.
Perkusi : Pada kuadran kanan atas terdengar timpani. Pada kuadran
kiri atas terdengar redup, kuadran kiri bawah dan kanan bawah juga
terdengar timpani.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7) Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi
paralisa atau hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga
dilakukan pengukuran kekuatan otot, normal : 5
Pengukuran kekuatan otot menurut Mutaqqin (2008) :
- Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
- Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada
sendi.
- Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan
grafitasi.
- Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan
tekanan pemeriksaan.
- Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi
kekuatanya berkurang.
- Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan
kekuatan penuh.
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL
2) Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya
keluhan klasik.
3) Tes toleransi glukosa oral (TTGO).
4) Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan
spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa,
namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO
sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat
jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.
5) Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan darah
dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan adanya hipotensi
ortostatik, serta ankle brachial index (ABI),untuk mencari
kemungkinan penyakit pembuluh darah arteri tepi
6) 5.Pemeriksaan funduskopi
7) Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid
8) Pemeriksaan jantung
9) Evaluasi nadi, baik secara palpasi maupun dengan stetoskop
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk jari
10) Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat penyuntikan
insulin) dan pemeriksaan neurologis
11) Kreatinin serum, albuminuria, keton, sedimen, dan protein dalam urin
12) pemeriksaan IAC
4. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Data Subjektif : Defisiensi insulin Nutrisi kurang
- Klien ↓ dari kebutuhan
mengatakan mual Glukoneogenesis
dan muntah ↓
- Klien Lemak
mengatakan nyeri ↓
abdomen Ketogenesis
- Klien ↓
mengatakan rasa Ketonemia
penuh secara ↓
tiba-tiba Mual muntah
Data Objektif : Anoreksia
- Nafas bau aseton
- Pucat
- Hb rendah
- Penurunan nafsu
makan
- Diare
- Bising usus
berlebihan
- Konjungtiva
anemis
2 Data Subjektif : Defisiensi Insulin Kekurangan
- Klien ↓ volume cairan
mengatakan Hiperglikemia
sering haus ↓
- Klien Glikosuria
mengatakan ↓
sering buang air Osmotik Diuresis
kecil ↓
Data Objektif : Dehidrasi
- Keton dalam urin ↓
↑ Polidipsia
- BUN ↓
- Nitrogen dalam Poliuria
urin
- Penurunan turgor
kulit
- Membran
mukosa kering
- TD turun, nadi
naik
- Perubahan status
mental
- Suhu tubuh
meningkat
- Lemah
3 Data Subjektif : Defisiensi Insulin Kerusakan
- Klien ↓ Integritas Kulit
mengatakan nyeri Hiperglikemia
pada luka ↓
Data Objektif : Glikosuria
- Defisit imunologi ↓
- Leukosit naik Hemokonsentrasi
- Gangguan pada ↓
bagian tubuh Trombosis
- Kerusakan ↓
lapisan kulit Aterosklerosis
(dermis) ↓
- Gangguan pada Makrovaskuler
permukaan kulit ↓
(epidermis) Ekstremitas
- Turgor kulit ↓
(elastisitas) Gangren
menurun ↓
Kerusakan Integritas
Kulit
5 Data Subjektif : Hiperglikemia Fatigue
- Klien ↓
mengatakan lelah Protein negatif tidak
- Klien seimbang
mengatakan tidak ↓
tertarik dengan BB turun namun polifagia
lingkungan ↓
- Klien Kurang energi
mengatakan ↓
kurang energi Fatigue
- Klien
mengatakan
gangguan
konsentrasi
Data Objektif :
- Klien tampak
penurunan
kemampuan
- Kurang energi
- Klien tampak
letih
5. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
- Penurunan nafsu makan
- Faktor biologi
- Faktor ekonomi
- Ketidakmampuan mencerna makanan
- Ketidakmampuan menyediakan nutrisi adekuat
- Faktor psikologis
- Faktor kepercayaan
- Faktor sosial budaya
b. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan secara aktif
c. Kerusakan integritas kulit b.d
1) Internal
- Perubahan status cairan
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan turgor
- Ketidakseimbangan nutrisi
- Penurunan imun
- Kerusakan sirkulasi
- Kerusakan sensasi
2) Eksternal
- Substansi kimia
- Faktor usia
- Hipertermi
- Hipotermi
- Faktor mekanik
- Obat-obatan
- Kelembapan
- Immobilisasi
- Radiasi
d. Kelelahan b.d
- Anemia, status penyakit, malnutrisi, kondisi fisik yang buruk dan
gangguan tidur
- Psikologis : cemas, depresi dan stres
- Lingkungan : kelembaban, cahaya, kebisingan dan suhu
6. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji kebiasaan makan 1. Mengetahui keadaan
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan dan minum dan kebutuhan nutrisi
kebutuhan selama ...x24 jam nutrisi 2. Pastikan diet yang pasien sehingga dapat
teratasi dengan kriteria dimakan mengandung diberikan pengaturan
hasil : serat diet yang adekuat
- Albumin serum 3. Ajarkan pasien dan 2. Melancarkan sistem
normal keluarga membuat pencernaan
- Hematokrit normal jadwal makanan 3. Mengetahui program
- Tidak mual muntah 4. Monitor Hb diet
- Hb normal 5. Berikan lingkungan 4. Hb menurun dapat
- Toleran terhadap yang nyaman dan memperburuk
makanan bersih keadaan pasien →
6. Monitor turgor kulit pasien akan terlihat
7. Monitor mual dan lemah
muntah 5. Lingkungan yang
8. Monitor pucat, nyaman dan bersih
kemerahan dan meningkatkan selera
kekeringan pada makan dan
konjungtiva menurunkan mual
9. Informasikan kepada muntah
pasien dan keluarga 6. Mengetahui status
tentang pentingnya distribusi nutrisi ke
mematuhi diet yang kulit
telah diprogramkan 7. Mengetahui
10. Kolaborasi dengan ahli penyebab, frekuensi
gizi untuk menentukan mual dan muntah
jumlah kalori dan 8. Pucat, kekeringan
nutrisi yang dibutuhkan pada konjungtiva
pasien mengindikasikan
11. Kolaborasi dengan kurang nutrisi dan O2
dokter pemberian anti 9. Kepatuhan terhadap
emetik diet mencegah
12. Pertahankan IV line komplikasi
10.Hiperglikemia
membutuhkan status
nutrisi yang adekuat
11.Menurunkan mual
dan muntah
12.Jika pasien rawat
inap, maka IV line
dipertahankan untuk
membantu nutrisi
pasien
2 Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Monitor status hidrasi 1. Mengetahui
cairan tindakan keperawatan (nadi kuat, kelembaban keparahan dehidrasoi
selama ..x24 jam defisit mebran mukosa) pasien
volume cairan teratasi 2. Monitor hasil lab yang 2. Mengetahui jumlah
dengan kriteria hasil : sesuai dengan retensi BUN dan elektrolit
- Mempertahankan cairan (BUN, Hmt, yang keluar bersama
urin output osmolalitas urin, urin
- Tekanan darah, nadi, albumin dan total 3. Mencegah resiko
suhu dalam batas protein) ayok pada pasien
normal 3. Monitor TTV setiap 15 4. Keluaran dan
- Tidak ada tanda- menit-1 jam masukan cairan harus
tanda dehidrasi 4. Pertahankan intake dan
- Elektrolit dalam output setiap 8 jam seimbang
batas normal 5. Berikan cairan oral 5. Mengetahui apakah
- Intake oral dan 6. Pasang kateter urin jika keluaran dan
intravena adekuat perlu masukan seimbang
- pH urin dalam batas 7. Kolaborasi pemberian atau belum
normal IV line 6. Meningkatkan asupan
8. Jika tanda cairan cairan
berlebih muncul 7. Pasien yang
memburuk mengalami fatigue
dan harus bed rest
total maka diperlukan
kateter dan berguna
untuk kultur urin
8. Meningkatkan status
hidrasi
- Hindari kelebihan
volume cairan
3 Kerusakan integritas Setelah dilakukan 1. Monitor status nutrisi 1. Mengetahui jenis
kulit tindakan keperawatan pasien kebutuhan nutrisi
selama ...x24 jam 2. Monitor kulit akan
kerusakan integritas kulit adanya kemerahan pasien
teratasi dengan kriteria 3. Monitor aktivitas dan 2. Kemerahan
hasil : mobilisasi pasien mengindikasikan
- Integritas kulit yang 4. Observasi luka : lokasi, iritasi
baik bisa dimensi, kedalaman 3. Immobilisasi/bed rest
dipertahankan luka, karakteristik, total menyebabkan
(sensasi, elastisitas, warna cairan, dekubitus
temperatur, hidrasi, granulasi, jaringan 4. Mengetahui
pigmentasi) nekrotik, tanda-tanda keparahan dan
- Tidak ada luka/lesi infeksi lokal tindakan apa yang
- Perfusi jaringan baik 5. Kaji lingkungan yang akan dilakukan oleh
- Menunjukkan dapat memperparah perawat
pemaham dalam luka 5. Menghindari infeksi
proses perbaikan kulit 6. Cegah kontaminasi 6. Mencegah
dan mencegah 7. Anjurkan pasien untuk kontaminasi
terjadinya cedera menggunakan pakaian 7. Keluarga dapat
berulang longgar memberikan
- Mampu melindungi 8. Oleskan lotion pada perawatan primer
kulit, daerah yang tertekan kepada pasien ketika
mempertahankan 9. Membersihkan area
kelembapan kulit dan luka pasien pulang dari RS
perawatan alami 10. Ajarkan keluarga cara 8. Mencegah
- Menunjukkan proses meerawat luka kontaminasi
penyembuhan 11. Lakukan teknik 9. meminimalkan
perawatan steril kontaminasi,
12. Kolaborasi menurunkan nyeri
 antibiotik
 analgesik
4 Fatigue Setelah dilakukan 1. Monitor dan catat pola 1. Kurang istirahat
tindakan keperawatan dan jumlah tidur pasien dapat menyebabkan
selama ...x24 jam 2. Monitor lokasi kelelahan
kelelahan pasien teratasi ketidaknyamanan selama 2. Meminimalkan
dengan kriteria hasil : beraktivitas ketidaknyamanan
- Kemampuan aktivitas 3. Monitor intake nutrisi agar pasien tetap
adekuat pasien dapat beraktivitas
- Mempertahankan 4. Catat aktivitas yang 3. Status nutrisi yang
nutrisi adekuat dapat meningkatkan buruk dapat menjadi
- Keseimbangan kelelahan pemicu penurunan
aktivitas dan istirahat 5. Instrusikan pasien energi pasien
- Menggunakan teknik untuk mencatat tanda 4. Mencegah aktivitas
energi konservasi dan gejala kelelahan yang berlebihan agar
- Mempertahankan 6. Anjurkan manajemen energi pasien tidak
interaksi sosial aktivitas untuk habis
- Mengidentifikasi mencegah kelelahan 5. Mengetahui gejala
faktor fisik dan 7. Jelaskan kepada pasien kelelahan
psikologis yang hubungan kelelahan 6. Tetap melakukan
menyebabkan dengan proses penyakit aktivitas namun
kelelahan 8. Tingkatkan batasan ringan agar tidak
bedrest dan aktivitas terjadi komplikasi
intoleran aktivitas
7. Memberikan
pendidikan dan
meningkatkan
pemahaman pasien
8. Istirahat yang lebih
banyak dapat
meningkatkan energi.
7. Daftar Pustaka
Boswick, John A. (2013). Perawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC
Ed Dickinson; Dan Limmer; O’Keefe, Michael F.; Grant, Harvey D.; Bob
Murray (2008). Emergency Care (11th Edition). Englewood Cliffs, N.J:
Prentice Hall. ISBN 0-13-500524-8.
Irawan, Hendri dkk. (2010). Perbandingan Glasgow Coma Scale dan Revised
Trauma Score dalam Memprediksi Disabilitas Pasien Trauma Kepala
diRumah Sakit Atma Jaya. Artikel Penelitian. Jakarta: Fakultas
KedokteranUNIKA Atma Jaya.
Muslihah. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Yokyakarta: Nuha Medika.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Zemaitis MR, Planas JH, Waseem M. Trauma Secondary Survey. [Updated 2021
Feb 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441902/
DAFTAR PUSTAKA

Ed Dickinson; Dan Limmer; O’Keefe, Michael F.; Grant, Harvey D.; Bob Murray (2008). Emergency Care (11th Edition).
Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN 0-13-500524-8.
Zemaitis MR, Planas JH, Waseem M. Trauma Secondary Survey. [Updated 2021 Feb 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441902/
Boswick, John A. (2013). Perawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC
Irawan, Hendri dkk. (2010). Perbandingan Glasgow Coma Scale dan Revised
Trauma Score dalam Memprediksi Disabilitas Pasien Trauma Kepala diRumah Sakit Atma Jaya. Artikel Penelitian.
Jakarta: Fakultas KedokteranUNIKA Atma Jaya.
Muslihah. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Yokyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai