Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MAKALAH

GAWAT DARURAT

“ Penanganan Kasus Gawat Darurat Sistem Endokrin “

Oleh Kelompok 4 :

Haerunnisa (A.18.10.023)

Khusnul khatimah (A.18.10.031)

Janniati (A.18.10.028)

Dosen : Nadia Alfira, S. Kep, Ns, M. Kep

S1 KEPERAWATAN (A)

STIKes PANRITA HUSADA BULUKUMBA

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas dalam

pembuatan makalah dengan judul “Penanganan Kasus Gawat Darurat Sistem

Endokrin"

Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas dari ibu dosen Nadia

Alfira, S. Kep, Ns, M. Kep. Saya menyadari bahwa makalah yang tersusun ini

belumlah sempurna, maka dari itu apabila ada kesalahan atau kekurangan, kami

mohon ma’af dan mengharap segala saran dan kritik demi sempurnanya

penyusunan makalah yang selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa semata, saya berharap

semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya

penulis sendiri. Amin.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)

yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah

untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa

pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang

selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan.

Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah,

kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.

Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai

kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan

melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah.

Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan

kegiatan berbagai organ tubuh. Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan

fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah,

sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin,

maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat.

Kelainan metabolisme seringkali disebabkan oleh kelainan genetik yang

mengakibatkan hilangnya enzim tertentu yang diperlukan untuk merangsang

suatu proses metabolism.Pada keadaan tertentu bisa terjadi kondisi kelainan

sistem endokrin yang membutuhkan penanganan segera atau gawat darurat,


keadaan gawat darurat endokrin terjadi karena akibat lebih lanjut dari kelainan

fungsi dari kelenjar endokrin.

Gawat darurat adalah suatu kondisi yang membutuhkan tindakan

segera untuk menangggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan

seseorang yang timbul secara tiba-tiba, keterlambatan penanganan dapat

membahayakan klien, mengakibatkan terjadinya kecacatan atau mengancam

kehidupan.

Gawat darurat endokrin adalah keadaan gawat darurat yang diakibat-

kan gangguan dari sistem endokrin, sehingga terjadi kondisi mengancam jiwa

seseorang yang memerlukan pertolongan segera agar tidak terjadi kematian.

Keadaan gawat darurat endokrin bisa diakibatkan oleh karena terganggunya

produksi hormon baik kelebihan maupun kekurangan produksi hormon oleh

suatu kelenjar endokrin. Kondisi gawat darurat sistem endokrin antara lain :

a) Miksedema / koma miksedema

b) Krisis Tirotosik (Tyroid storm)

c) Krisis Addison

d) Hipoglikemia.

Karena itu diperlukan suatu pengetahuan bagi perawat untuk dapat

menilai dan mengambil suatu tindakan tertentu untuk dapat menyelamatkan

jiwa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, dapat di rumuskan masalah yaitu

bagaimana Penanganan kegawat daruratan pada klien gangguan sistem

endokrin ?
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami Penanganan kegawat daruratan

pada klien gangguan Sistem endokrin

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui dan memahami Penanganan kegawat

daruratan pada klien gangguan Sistem endokrin.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENANGANAN GAWAT DARURAT SISTEM ENDOKRIN

Penatalaksanaan dilakukan untuk stabilisasi semua gejala dan mencegah terjadinya

kematian. Dalam keadaan darurat

1. Diagnosis dan memberikan terapi terhadap penyakit-penyakit lain yang diderita

2. Pemberian terapi Supportive

 Pemberian terapi supportive

 beri O2, obat penenang, infus cairan

 corticosteroid (hydrocotison sampai 300 mg/ injeksi)

 infus Na-iodida 1 – 2 gram tiap 8 jam

3. Beri obat anti tirod dosis tinggi

 Contoh: propylthiouracyl sampai 300 mg p.o atau melalui NGT

 Beri propranolol (1- 2 mg iu sampai total dosis 2 – 10 mg) – untuk

menenangkan tachycardinya

4. Cairan isotonik seperti NaCl 9% diberikan untuk menambah volume dan garam.

5. Jika penderita hipoglikemi dapat di berikan cairan dextrose 50%

6. Steroid IV secepatnya : dexametason 4 mg atau hydrokortisone 100 mg.

7. Setelah penderita stabil lanjutkan dengan dexametasone 4 mg IV tiap 12 jam atau

hydrokortison 100 mg IV tiap 6-8 jam.

8. Obati penyakit dasarnya seperti infeksi dan perdarahan, untuk infeksi dapat

diberikan antibiotik, untuk meningkatkan tekanan darah dapat diberikan dopamin

atau norepineprin.

9. Terapi pengganti mineralokortikoid dengan fludricortisone


10. Penderita harus dikonsultasikan dengan endokrinologist, spesialis penyakit

Infeksi, ahli critical care, kardiologis, ahli bedah.

Pengobatan harus cpat dilakukan. Bila pasien masi sadar tindakan dapat dilakukan oleh

pasien itu sendii dengan minum larutan gula 10-30 g. pada pasien tidk sadar diberikan

bolus dekstrosa 15-25g. bila tindakan tersebut belum dapat dilakukan, oleskan madu

atau sirup kemukosa pipi

Bila hipoglikemia terjadi pada pasien yang mendapatkan terapi insulin, maka

selain dekstrosa dapat juga digunakan suntikan glucagon 1mg im, lebih-lebih bila

suntikan dekstrosa iv sulit dilakukan.

Bila koma hipoglikmia terjadi pada pasien yang mendapat sulfomilure sebaiknya

pasien tersebut dirawat dirumah sakit, karena ada resiko jatuh koma lagi setelah

suntikan dekstrosa. Pemberian dektrosa diteruskan dengan infuse dekstrosa 10 %

selama ± 3 hari. Monitr glukoa darah setiap 3-6 jam sekali dan kadarnya diertahankan

90-180mg%. hipoglikemia karena sulfonylurea ini idak efektif dngan pemberian

glucagon.

Sebagian kecil pasien tidak berespon terhadap pengobatan diatas dan tetap

tidak sadar walaupun kadar glukosa darah sudah diatas normal. Pada pasien ini

biasanya terjadi edema serebri dan perlu pengobatan dengan manitol atau

teksametasol. Dosis manitol 1,5-2g/kg BB dibrika setiap6-8 jam. Dosis awal

destrametason 10mg bolus dilanjutkan 2mg setiap 6 jam. Pasien tetap mendapat infus

dekstosa 10% dan glukosa darah dipertahankan sekitar 180mg%, disamping dicari

penyebab koma yan lain. Hindari fruktuasi kadar glikosa yang besar karena akan

memperberat edema serebri. Bila koma berlangsung lama, perlu diberikan insulin

alam dosis kecil.


A. PENGKAJIAN KLIEN
1. Biodata Pasien
a. Nama : Tn. Dj
b. Umur : 63 tahun 6 bulan
c. Alamat : Ngempon, RT.4/RW.4, Bergas, Semarang
d. Pendidikan : SLTA
e. Pekerjaan: : Pensiunan TNI
f. Tanggal masuk : 04 September 2019
g. Diagnosa Medis : Hipoglikemi
h. Nomor registrasi : A061329

2. Biodata Penanggung Jawab


a. Nama : Tn. W
b. Umur : 35 tahun
c. Alamat : Batang
d. Hubungan dengan klien : Anak Kandung

B. TRIAGE
1. Keluhan Utama
Keluarga klien mengatakan alasan masuk ke IGD karena terjadi
penurunan kesadaran 3 jam SMRS

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien tampak pingsan disertai kejang 1 kali, keadaan umum lemas
dan sesak nafas, kesadaran somnolen, GCS: E2V4M6, memiliki riwayat
diabetes, hipertensi dan epilepsi. Keluarga mengatakan klien
kelelahan selepas acara keluarga, riwayat mondok di RS Ken Saras
tanggal 27 Agustus sampai 3 September 2019.

3. TTV
 TD : 131/89 mmHg
 RR : 26 x/i
 N : 86 x/i
 S : 360c
 SpO2 : 94%

C. PRIMARY SURVEY
1. Airway
Tidak adanya sumbatan jalan nafas. Jalan nafas bersih.

2. Breathing
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal – sengal, RR 26
x/menit, irama teratur, menggunakan otot bantu pernafasan, tampak
mengangkat bahu pada saat inspirasi.
I: bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P: Vokal Vermitus lebih kuat kanan
P : Redup pada paru kiri
A : Vesikuler pada paru kanan, vesikuler melemah pada paru kiri

3. Circulation
Keringat dingin, TD: 131/89 mmHg, Nadi: 86 x/i (teraba lemah),
Suhu: :360c, akral dingin, capillary refill kembali dalam 2 detik,
konjungtiva tidak anemis

4. Disability
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke
otak, tingkat kesadaran somnolen, GCS : E2 V4 M6, pupil isokor
besar pupil kiri kanan isokor atau sama besar 2/2, reaksi pupil
terhadap cahaya positif. Tidak terjadi paralisis dan tingkat kekuatan
otot (4)
4 4
4 4
5. Exposure
Tidak terjadi hipotermi, Suhu: 360c dan tidak ditemukan adanya
luka/infeksi pada bagian tubuh klien.

6. Folley Catheter
Pasien terpasang kateter urin uk. 16 untuk memenuhi kebutuhan
eliminasi klien

7. Gastric Tube
Pasien tidak terpasang NGT

8. Heart Monitor
Pasien dilakukan pemeriksaan EKG dengan hasil LVH.

D. SECONDARY SURVEY
1. Anamnesis
Keluarga mengatakan pasien mengalami penurunan kesadaran 3 jam
SMRS, tidak ada riwayat alergi obat ataupun makanan, klien sedang
mengonsumsi obat-obatan seperti metformin 500mg (3x1), coditam
(2x1), cilostazol 100mg (2x1), betaserc 24mg (2x1), asam mefenamat
500mg (2x1), diminum sesudah makan dan insulin, klien sebelumnya
memiliki riwayat penyakit diabetes, hipertensi dan epilepsi, klien
makan nasi dengan sayur, terakhir sehabis maghrib kira-kira pukul
18.00 WIB. Keluarga mengatakan klien kecapean selepas acara
keluarga dan merasa sesak setelahnya. Klien tampak pingsan disertai
kejang 1 kali, keadaan umum lemas dan sesak nafas, kesadaran
somnolen, GCS: E2V4M6, riwayat mondok di RS Ken Saras tanggal 27
Agustus sampai 3 September 2019.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala :
Muka : sianosis (-), ukuran pupil kanan/kiri 2mm/2mm, rangsang
cahaya pupil kanan/kiri +/+
Hidung : bersih, cuping hidung (-), terpasang O2 NRM 10 lpm
Telinga : simetris, bersih, serumen (-)
Leher : JVP (-), pembesaran kelenjer tiroid (-)

b. Dada :
I: bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P: Vokal Vermitus lebih kuat kanan
P : Redup pada paru kiri
A : Vesikuler pada paru kanan, vesikuler melemah pada paru kiri

c. Abdomen :
I : simetris antara kanan dan kiri, terlihat gerakan diafragma, tidak
ada lesi atau luka diperut
A : bising usus 8 x/menit
P : tympani
P : tidak ada pembesaran hati, tidak ada distensi

d. Ekstremitas :
Atas : tangan kiri terpasang infus D10 20 tpm,
Bawah : terpasang DC no. 16, tidak terdapat memar baik dikaki
kanan ataupun kaki kiri
Kekuatan otot
4 4
4 4
Keterangan :

5 : Mampu menggerakkan persendian dalam lingkup gerak penuh,


mampu melawan gaya gravitasi, mampu melawan dengan tahan
penuh
4 : Mampu menggerakkan persendian dengan gaya gravitasi,
mampu melawan dengan tahan sedang
3 :Hanya mampu melawan gaya gravitasi
2 :Tidak mampu melawan gaya gravitas {gerakkan pasif}
1 :Kontraksi otot dapat di palpasi tampa gerakkan persendian
0 :Tidak ada kontraksi otot

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan GDS :
a. Hasil GDS 1 : 39 mg/dL
b. Hasil GDS 2: 87 mg/dL
c. Hasil GDS 3 : 137 mg/dL

2. Pemeriksaan EKG :
Diagnosa EKG : LVH (Left Ventrikular Hipertrophy)
F. PROGRAM TERAPI

Nama Terapi/
Jenis Kegunaan
Obat
Memenuhi kebutuhan oksigen yang
Oksigen 10 lpm NRM
adekuat
D10 (30 tpm) IVFD Untuk mengatasi hipoglikemi dan
D40 2 flash IV kekurangan cairan
Citicoline 500mg IV Vitamin untuk saraf untuk
mempertahankan fungsi otak secara
normal
Ondansentron 8mg IV Anti emetik untuk mencegah dan
mengobati mual dan muntah
Ozid 2 mg IV Mengatasi nyeri lambung dengan kerja
lebih cepat

G. ANALISA DATA

No Waktu Data Fokus Etiologi Problem


1. Rabu, DS : Gangguan status Ketidaksetabilan
04/09/2019, 1.Keluarga klien kesehatan fisik kadar glukosa
22.15 WIB mengatakan (ketidakmampuan darah (00179)
masuk ke IGD ginjal mensekresi
karena terjadi insulin)
penurunan
kesadaran 3 jam
SMRS
2.Keluarga klien
mengatakan klien
memiliki riwayat
diabetes,
hipertensi dan
epilepsi.
DO :
1. Klien tampak
pingsan pertama
kali masuk IGD
disertai kejang 1
kali
2. Klien tampak
lemas
3. Kesadaran
somnolen ,
GCS: E2V4M6,
4. TTV :
 TD: 131/89
mmHg
 RR: 26 x/i
 N : 86 x/i
 S : 360c
5. Hasil
pemeriksaan
GDS 1: 39
mg/Dl
2 Rabu, DS : Keletihan Ketidakefektifan
04/09/2019, 1. Keluarga pola napas
22.15 WIB mengatakan klien (00032)
kecapean selepas
acara keluarga dan
merasa sesak
setelahnya.

DO :
1. Klien tampak
pingsan pertama
kali masuk IGD
disertai kejang 1
kali setelah itu
tampak sesak
sambil
memegang
dadanya
2. Klien tampak
lemas dan sulit
bernafas
3. RR : 26 x/i
SpO2 : 94%
4. Klien tampak
mengangkat
bahu pada saat
inspirasi
5. Adanya
penggunaan otot
bantu
pernafasan
6. Hasil auskultasi:
Vesikuler pada
paru kanan,
vesikuler
melemah pada
paru kiri

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidaksetabilan kadar glukosa darah b.d gangguan status
kesehatan fisik (ketidakmampuan ginjal mensekresi insulin)
(00179)
2. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan (00032)

I. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NO Hari/Tang
NOC NIC
DX gal/ Jam
1 Rabu, Setelah dilakukan Management Hipoglikemia (20130)
04/09/2019, tindakan selama 1 x 2 -Monitor kadar glukosa darah
22.15 WIB jam diharapkan kadar sesuai indikasi
glukosa darah dapat -Memantau gejala hipoglikemia
kembali normal seperti:tremor, berkeringat, gugup,
dengan kriteria hasil : takikardi, palpitasi, mengigil,
1. peningkatan kadar perubahan perilaku, coma.
glukosa darah dalam -Memberikan karbohidrat
batas normal sederhana yang sesuai
2. kelemahan -Memberikan glukosa melalui IV
berkurang -Lindungi jangan sampai cedera
3. kejang berkurang -Mengajarkan pasien dan keluarga
atau hilang mengenai gejala, faktor resiko,
4. gangguan pencegahan hipoglikemia, dan
konsentrasi berkurang manajemen diabetes.

2. Rabu, Setelah dilakukan Airway management (3140)


04/09/2019, tindakan selama 1 x 2 -Buka jalan nafas
22.15 WIB jam diharapkan pola -Posisikan pasien untuk
nafas kembali efektif memaksimalkan ventilasi
dengan kriteria hasil : -Lakukan fisioterapi dada jika perlu
1. Frekuensi napas - Auskultasi suara nafas, catat
dalam rentang normal, adanya suara tambahan
RR 16-20 kali/ menit
2.Klien tidak kesulitan
bernapas, tidak ada
otot bantu pernapasan, Oxygen therapy (3320)
tidak ada pernapasan -Bersihkan mulut, hidung dan
cupping hidung sekret
3. Saturasi oksigen -Pertahankan jalan nafas yang paten
dalam batas normal -Monitor aliran oksigen
-Pertahankan posisi pasien
-Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi

Vital signs monitoring (6680)


-Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
-Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
-Monitor sianosis perifer

J. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tgl/jam No/dx Implementasi Respon Paraf


Rabu, 1, 2 Melakukan pengkajian data DS :
04/09/2019 umum (Riwayat penyakit, Keluarga klien
22.15 WIB identitas, keluhan utama, dan mengatakan klien
gaya hidup) memiliki riwayat
diabetes, hipertensi dan
epilepsi, riwayat
mondok di RS Ken
Saras tanggal 27
Agustus sampai 3
September 2019.
DO :
Keluarga klien tampak
menyampaikan
informasi dan
menanyakan kondisi
pasien

22.25 WIB 1, 2 -Mengkaji TTV DS :


-Mengecek kesadaran klien Klien bersedia
-Mengecek kadar GDS 1 dilakukan pemeriksaan

DO :
TTV :
TD: 131/89 mmHg
RR: 26 x/i
N: 86 x/i
S: 360c
Kesasadaran: somnolen
GCS E2V4M6
Hasil GDS 1: 39
mg/dL
            
22.30 WIB 1, 2 -Memantau gejala hipoglikemi DS:
-Memberikan glukosa melalui IV klien bersedia di
dengan memasang infus D10 pasang infus dan o2
sekaligus mengambil sampel
darah DO:
-Memasang O2 nrm 10 lpm klien terpasang infus
D10 dengan Ivcath
N0. 20, 30 tpm, serta
sampel darah sudah
diambil
SP02: 97%, RR: 28x/i

22.35 WIB 1, 2  -Memberikan Injeksi D40 2 DS :


flash, citicoline 500, ondan 8mg, Klien bersedia di
dan ozid 1 amp injeksi dan diatur
-Mengatur posisi nyaman klien posisi nyaman
(semifowler) untuk
memaksimalkan ventilasi DO:
-Mengauskultasi suara nafas klien -Obat masuk melalui
dan mencatat jika terdapat suara IV dan klien tampak
nafas tambahan rileks
- Hasil auskultasi:
Tidak terdapat suara
nafas tambahan,
vesikuler pada paru
kanan, vesikuler
melemah pada paru kiri

22.45 WIB 1, 2 -Melakukan pemeriksaan EKG DS:


- Mengajarkan keluarga klien klien bersedia untuk di
mengenai gejala, faktor resiko, EKG dan keluarga
pencegahan hipoglikemia, dan klien antusias
manajemen diabetes. menyampaikan
keluhan dan meminta
saran

DO:
hasil dari pemeriksaan
EKG: LVH dan
keluarga dapat
memahami apa yang
disampaikan perawat
dan mahasiswa

23.10 WIB 1, 2 -Mengobservasi KU dan DS:


-Memonitor TTV klien tampak rileks dan
-Melakukan Cek GDS 2 pasrah ketika diperiksa

DO:
-KU: tampak lemah
-TTV
TD: 130/85 mmHg
RR: 24 x/i
N: 82 x/i
S: 360c
Hasil GDS 2: 87
mg/dL
23.15 WIB 1, 2 -Memasang DC urin ukuran 16 G DS:
klien bersedia dan
kooperatif dipasang
DC ukuran 16

DO:
klien tampak rileks
dan urine keluar
dengan lancar dalam
urine bag

24.00 WIB 1, 2 -Melakukan cek GDS 3 DS:


-Mengobserasi KU dan klien bersedia
memonitor TTV dilakukan pemeriksaan

DO:
- Hasil GDS 2:137
mg/dL
- KU: lemah
-TTV
TD: 130/85 mmHg
RR: 20 x/i
N: 82 x/i
S: 360c

24.05 WIB 1, 2 -Mempertahankan posisi nyaman DS:


klien klien dan keluarga
-Mengantar klien ke ruang rawat bersedia mengikuti
inap DM A arahan

DO:
klien tampak rileks dan
dipindahkan oleh
perawat meggunakan
bed ke ruang rawat
Diamond A

K. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal No/dx Evaluasi Paraf


Rabu, 1 S:
04/09/2019, klien mengatakan masih lemas sedikit
24.05 WIB
O:
-Kesadaran composmentis
-Klien masih tampak lemah
-Terpasang infus D10, DC 16
-TTV
TD: 130/85 mmHg
RR: 20 x/i
N: 82 x/i
S: 360c

A:
Masalah belum teratasi sepenuhnya
(sebagian)

P:
Pertahankan intervensi seperti:
1. monitor kadar gula darah sesuai
indikasi
2. memantau gejala hipoglikemi
3. memantau tanda-tanda vital
4. berkolaborasi dalam pemberian terapi
sesuai indikasi

Rabu, 2 S:
04/09/2019, klien mengatakan sesaknya sudah mulai
24.05 WIB berkurang

O:
-Klien masih tampak lemah
- Masih terpasang NRM 8 lpm
-RR: 20 x/i
SPO2: 98%

A:
Masalah belum teratasi sepenuhnya
(sebagian)
P:
Pertahankan intervensi seperti:
1. pertahankan jalan nafas yang adekuat
dan beri posisi nyaman
3. memantau tanda-tanda vital
4. observasi tanda-tanda hipoventilasi
5. berkolaborasi dalam pemberian terapi
sesuai indikasi

-       -
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gawat darurat endokrin adalah keadaan gawat darurat yang diakibat-

kan gangguan dari sistem endokrin, sehingga terjadi kondisi mengancam jiwa

seseorang yang memerlukan pertolongan segera agar tidak terjadi kematian.

Keadaan gawat darurat endokrin bisa diakibatkan oleh karena terganggunya

produksi hormon baik kelebihan maupun kekurangan produksi hormon oleh

suatu kelenjar endokrin. Kondisi gawat darurat sistem endokrin antara lain :

Miksedema / koma miksedema

Krisis Tirotosik (Tyroid storm)

Krisis Addison

Hipoglikemia.

Karena itu diperlukan suatu pengetahuan bagi perawat untuk dapat

menilai dan mengambil suatu tindakan tertentu untuk dapat menyelamatkan

jiwa.
3.2 Saran

Diharapkan kepada para pembaca agar dalam pembuatan tugas selanjutnya

dapat lebih baik lagi karena kami akui masih banyak kekurangan dalam

penyusunan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.4shared.com/office/gdPXMZAZ/askep_hipoglikemia.html

diakses pada tanggal 03 Mei 2021 jam 16.00

2. http://www.scribd.com/doc/140967097/ASKEP-HIPOGLIKEMIA diakses

tanggal 03 Mei 2021 jam 14.00

3. Brunner & Suddarth, 2002, ”Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi

8 Vol.2”, Jakarta, EGC

4. Thyroid crisis. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Mesh/database.

php?key=thyroid_crisis.

Anda mungkin juga menyukai