Disusun oleh :
Fina Yunis Eka Wulandari 212303102001
2. Pengertian hipertermia
Aktivitas
Kadar Hormon
Irama Sirkandian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1°C selama periode
24 jam. Suhu terendah berada di antara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada
siang hari, suhu tubuh meningkat dan mencapai maksimum pada pukul
6 sore, lalu menurun kembali sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak
mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan
tidur di siang hari. Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu untuk terjadinya
pembalikan siklus. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah
seiring usia.
Stress
Lingkungan
Demam
Status gizi
Gangguan organ.
1) Thermometer Celcius
2) Thermometer Fahrenheit
3) Thermometer Reamur
4) Thermometer Kelvin
Sedangakan tempat untuk mengukur derajat suhunya yaitu :
B. PATOFISIOLOGI
1. Etiologi hipertermia
1. Dehidrasi
2. Penyakit
2. Trauma
3. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
4. Pemakaian pakaian yang tidak sesuai
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Pengobatan/ anesthesia
7. Terpajan pada lingkungan yang panas
8. Aktivitas yang berlebihan
PATHWAY
Endogen
Meningkatnya metabolik tubuh
( Mikroorganisme, monosit,
makrofag, toksik)
Pirogen
( substansi penyebab
Resiko defisit volume cairan
demam )
Sirkulasi darah
Hipotalamus
Hipotalamus Anterior
(sel point)
suhu tubuh
Hipertermia
2. Tanda dan gejala
1. Suhu tinggi 37,8oC peroral atau 38,80C per rektal
2. Takikardi
3. Takipnea
4. Konvulsi (kejang)
5. Kulit kering, kemerahan dan terasa hangat
6. Menggigil
7. Dehidrasi
8. Pusing
9. Kehilangan nafsu makan
3. Klasifikasi
1. Hipertermi yang disebabkan karena peningkatan produksi panas
a. Hipertermi maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan
anesthesia. Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen
yang diturunkan secara autosomal dominan. Pada episode akut
terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka
sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur
suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak
bemanfaat.
b. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja
yang melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca
yang panas. Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama
latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 30C atau lebih
dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih
sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian
yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.
c. Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia
lebih jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada
dewasa. Kelainan endokrin yang sering dihubungkan dengan
hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus,
phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone
suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan demam
(merangsang pembentukan pirogen leukosit).
C. PEMERIKSAAN FISIK
1) Paracetamol
2) Ibuprofen
E. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian pada anak dengan kejang
demam adalah:
a. Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali, adakah dispersi bentuk
kepala, apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial, yaitu ubun-
ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup
atau belum.
b. Rambut
c. Muka/ Wajah
d. Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan. Bagaimana keadaan sklera, konjungtiva.
e. Telinga
f. Hidung
g. Mulut
i. Leher
j. Thorax
k. Jantung
l. Abdomen
m. Kulit
n. Ekstremitas
c. Intervensi keperawatan
menurun sakit
anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
ajarkan relaksasi otot autogenik atau
cara non farmakologi lainnya
2 (D.0023) Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia(I.03116)
intervensi
Hipovolemia Observasi
keperawatan selama
berhubungan
3x24 jam maka Status Periksa tanda dan gejala hipovolemia
dengan
cairan(L.03028) (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
evaporasi
membaik dengan teraba lemah, tekanan darah menurun,
Lestari. (2016). Konsep Demam. Karya Tulis Ilmiah Demam Pada Anak, 8–30.
Mintarto, E., & Fattahilah, M. (2019). Efek Suhu Lingkungan Terhadap Fisiologi
Tubuh pada saat Melakukan Latihan Olahraga. JSES : Journal of Sport and
Exercise Science, 2(1), 9. https://doi.org/10.26740/jses.v2n1.p9-13