Anda di halaman 1dari 16

blog-o-blog

Senin, 04 November 2013


Laporan Pendahuluan Termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN TERMOREGULASI

Disusun oleh :
Nama
Nim

: Intan NurKhasanah
: 13021

AKADEMIKEPERAWATAN YAPPI SRAGEN


2014

A. Definisi
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis

tubuh manusia mengenai

keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan prilaku. Agar suhu
tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara prodksi panas dan
pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis
dan kardiovaskular. Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu untuk
meningkatkan regulasi suhu.
B.
1.

2.

Asal panas pada tubuh manusia


Laju metabolism basal (Basal Metabolisme Rate, BMR)
BMR merupakan pemanfaatan energy di dalam tubuh.
Besarnya BMR bervariasi sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
Faktor yang menyebabkan BMR meningkat diantaranya cidera, demam, dan infeksi.
Meningkatnya BMR menunjukkan tingginya metabolism yang dialami klien.
Laju cadangan metabolism yang disebabkan aktifitas otot. Termasuk kontraksi otot akibat

menggigil.
3. Peningkatan produksi tiroksin
Hipotalamus merespon terhadap dingin dengan melepas factor releasing.
Faktor ini merangsang tirotropin pada adenohipofise untuk merangsang pengeluaran tiroksin
oleh kelenjar tiroid.
Efek tiroksin meningkatkan nilai metabolisme sel di seluruh tubuh dan memproduksi panas.
4. Termogenesis kimia
perangsangan produksi panas melalui sirkulasi norepineprin dan epineprin atau melalui
perangsangan saraf simpatis. Hormon-hormon ini segera meningkatkan nilai metabolisme sel
di jaringan tubuh. Secara langsung norepineprin dan epineprin mempengaruhihati dan el-sel
otot sehingga meningkatkan aktifitas otot.
5. Demam
Demam meningkatkan metabolisme tubuh. Reaksi-reaksi kimia meningkat rata-rata 120%
untuk setiap peningkatan suhu 10o.

C. Sistem pengaturan suhu


Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Titik tetap tubuh dipertahankan
agar suhu tubuh inti konstan pada 36,8-37,4oC. Apabila pusat temperature hipotalamus
mendekati suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik.
Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh
untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Tubuh manusia memiliki
seperangkat system yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan
mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan. Berdasarkan distribusi suhu di dalam
tubuh, dikanal suhu inti (core temperature) yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam,
seperti cranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan
relative konstan (37oC). selain itu ada suhu permukaan (surface temperature), yaitu suhu
yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi
sebesar 40oC. Lokasi pengukuran temperature tubuh : ketiak (aksila), sub lingual, atau rectal
(dubur). Temperature dubur lebih tingggi 0,3-0,5oC daripada temperature aksila. Suhu rectal
agak konstan bila dibandingkan dengan suhu-suhu di daerah lain.
D. Perbedaan Suhu
USIA
3 bulan
6 bulan
1 tahun
3 tahun
5 tahun
7 tahun
9 tahun
11 tahun
13 tahun
Dewasa
>70 tahun

E.
a.

SUHU
37.5
37.7
37.7
37.2
37.0
36.8
36.7
36.7
36.6
36.4
36.0

Hipotermi : suhu tubuh <36oC.


Normal : suhu tubuh antara 36-37.5oC
Febris/pireksia : suhu tubuh 37.5-40oC
Hipertermi : suhu tubuh >40oC
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Termoregulasi
Usia
suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan.
Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya melalui kepala oleh karena itu
perlu menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas.

Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal turun secara
berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh
lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35 C tidak lazim pada lansia dalam cuaca
dingin. Namun rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 36 C. Lansia terutama sensitif
terhadap suhu yang ekstrem karena kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol
vasomotor ( kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan,
penurunan aktivitas kelenjr keringat dan penurunan metabolisme.
b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan karbohidrat dan
lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis
olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh. Olahraga
berat yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara
sampai 41 C.
c.

Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan pria.
Variasi

hormonal

selama

siklus

menstruasi

menyebabkan

fluktuasi

suhu

tubuh.

Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila
kadar progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang
rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Perubahan suhu juga terjadi pada wanita
menopause. Wanita yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan
berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol vasomotor yang
tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi.
d. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 C sampai 1 C selama periode 24 jam.
Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia. Suhu tubuh paling rendah
biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai sekitar
pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari. Penting diketahui, pola suhu tidak
secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari. Perlu waktu
1-3 minggu untuk perputaran itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah
sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia
e.

Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan.
Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit
atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal

f.

Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat,
klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas
dan suhu tubuh akan naik. Saat berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin
rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan
lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme suhu mereka kurang
efisien.

F. Efek panas pada manusia


Efek panas terbagi dalam 3 bagian :
1. Fisik.
Panas menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke segala arah.
2. Kimia.
Kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan kecepatan temperature.Reaksi oksidasi
permeabilitas

pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme

peningkatan pertukaran zat kimia tubuh dalam cairan tubuh.


3. Biologis.
Efek panas terhadap fisik dan kimia
peningkatan sel darah putih, peradangan dan
dilatasi pembuluh darah

peningkatan sirkulasi darah dan peningkatan tekanan

kapiler dan pH darah menurun.


G. Perubahan suhu
1. Demam
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan
pengeluaran kelebihan produksi panas yang mengakiatkan peningkatan suhu abnormal.
Demam biasanya tidak berbahaya jika <39o C. Demam terjadi akibat perubahan set point
hipotalamus.
Pola demam :
a. Terus menerus
b. Intermitten
c. Remitten
d. Relaps

: tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1-2)oC.


: demam memuncak secara berseling dengan suhu normal.
: demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.
: periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal,

episode demam dengan normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.


2. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan. Juga disebabkan olehlingkungan yang panas.
3, Hipotermia
peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan
pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas. Setiap penyakit atau trauma pada
hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
4. Heatstroke

Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan
yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yg tinggi. Klien berisiko termasuk yang
masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme,
diabetes atau alkoholik. Yang juga termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat
yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis. Fenotiasin,
antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta- adrenergik) dan mereka
yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis. Atlet, pekerja kontruksi dan
petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus, mual,
kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkotinensia. Tanda yang paling dari heatstroke
adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit sangat berat dan
malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,5 C mengakibatkan
kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh
kadang-kadang setinggi 45 C, takikardia dan hipotensi.
5. hipotermia
pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan hipotermia. Hipotermia
diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti. Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak
sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik dan kebutuhan tubuh
terhada oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa
jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 C, klien menglami gemetar yang tidak terkontrol,
hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menila. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 C,
frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.
H. Mekanisme tubuh ketika terjadi perubahan suhu
1. Mekanisme ketika suhu tubuh naik
a. Vasodilatasi : disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior
(penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pad kulit, yang
memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga 8x lipat lebih
banyak.
b. Berkeringat
c.

: pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui

evaporasi.
Penurunan pembentukan panas : beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti

termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.


2. Mekanisme tubuh saat suhu tubuh turun

a.

Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh

karena

rangsangan

pada

pusat

simpatis

hipotalamus posterior.
b. Piloreksi rangsangan simpatis menyebabkan otot erector pili yang melekat pada folikel
rambut berdiri.
c. Peningkatan pembentukan panas system metabolisme meningkat melalui mekanisme
menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi
tiroksin.
I. Mekanisme kehilangan panas melalui kulit
1. Radiasi
pemindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa keduanya
bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari organ
internal inti membawa panas ke kulit dank e pembuluh darah permukaan.
2. Konduksi
perpindahan panas dari suatu objek ke objek lain dengan kontak langsung. Terjadi melalui
getaran dan gerakan elektro bebas. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin
maka panas hilang. Panas berkonduksi melalui benda padat, cair, dan gas.
3. Konveksi
perpindahan karena gerakan udara. Aliran konveksidapat terjadi dikarenakanmassa jenis
udara panas sangat ringan dibandingkan dengan massa jenis udara dingin. Contoh : kipas
angin listrik meningkatkan kehilangan panas melalui konveksi.
4. Evaporasi
perpindahan aliran panas ketika cairan berubah menjadi gas. Evaporasi ini tidak dapat
dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui
kulit dan system pernafasan.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien yang mengalami demam
a. Identitas diri
:
Umur, jenis kelamin, pekerjaan
b. Status kesehatan :
keluhan utama : panas
c. Riwayat penyakit sekarang :
1) hipertermi : Pola Demam
a.
Terus menerus

: tingginya menetap >24 jam,


bervariasi (1-2)oC.

b.

Intermitten

: demam memuncak secara


berseling dengan suhu normal.

c.

Remitten

: demam memuncak dan turun


tanpa kembali ke tingkat suhu

normal.
d.

Relaps

: periode episode demam diselingi


dengan tingkat suhu normal,
episode demam dengan
normotermia dapat memanjang
lebih dari 24 jam.
Mulai timbulnya panas, berapa
lama, waktu, upaya untuk
mengurangi.

2) hipotermi : Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan


tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35
C, klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan,
depresi, dan tidak mampu menelan. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4
C, frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi
sianotik.
d. Riwayat kesehatan lalu
1) Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam
(misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil,
gelisah.
2) Hipotermi : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak kapan timbul gejala gemetar, hilang
e.

f.
1)
2)
3)
4)

ingatan, depresi dan gangguan menelan.


Riwayat penyakit keluarga.
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga
yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
Riwayat psikologis.
g. Pemeriksaan fisik :
hitung TTV ketika panas terus menerus dan sesuai perintah (2/4 jam)
inspeksi dan palpasi kulit, ceg turgor (dingin, kering, kemerahan, hangat, turgor menurun)
tanda-tanda dehidrasi
perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, disertai dengan sakit kepala, nyeri

otot, nousea, photopobia, lemah, letih, dll.


2. Diagnosa
a. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan hipertermia
b. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
c. Hipotermia berhubungan dengan penuaan
3. Intervensi
a. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan hipertermia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh dalam rentang normal.
Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 37,5 0C

2) Kulit tidak teraba hangat


Intervensi :
1) Evaluasi lingkungan rumah tentang faktor faktor yan dapat mengganggu suhu tubuh.
2) Kaji tanda dan gejal hipertermia
3) Anjurkan pasien atau keluarga untuk minum secara adekuat
4) Instruksikan keluarga unutk mengenali tanda dan gejala awal hipertermia : kulit kering, sakit
kepala, penignkatan suhu, iritabilitas, suhu diatas 37,8 0C, dan kelemahan.
5) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik sesuai kebutuhan
6) Sesuaikan suhu lingkungan sesuai dengan kebutuhan pasien.
b. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh dalam rentang normal.
Kriteria hasil :
3) Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 37,5 0C
4) Kulit tidak teraba hangat
5) Nadi dan pernafasan dalam rentang normal yaitu :
Nadi : 60 -100 x/ menit, RR : 16 24 x / menit, sistole : 90 140 mmHg, diastole : 60 90
mmHg.
Intervensi :
1) Pantau hidrasi ( turgor kulit, kelembapan membran mukosa )
2) Pantau TTV dan warna kulit
3) Ajarkan pasien atau keluarga dala mebgukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara
dini hipertermia.
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik sesuai dengan kebutuhan.
5) Kompres dengan air dingin atau hangat
6) Anjurkan asupan cairan oral
7) Lepaskan pakaian yang berlebihan
c. Hipotermia berhubungan dengan penuaan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh kembali dalam rentang
normal.
Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 37,5 0C
2) Kulit tidak teraba dingin
3) Pasien tidak tampak menggigil, pucat dan merinding
4) TTV dalam rentang normal
Nadi : 16 24 x / menit, RR : 60 100 x / menit, sistole : 90 140 mmHg, diastole : 60 90
mmHg.
Intervensi :
1) Kaji gejala hipotermia ( perubahan warna kulit, menggigil, kelelahan, kelemahan, apatis, dan
2)
3)
4)
5)

bicara yang bergumam ).


Kaji suhu tubuh paling sedikit setiap 2 jam sesuai kebutuhan.
Ajarkan pada pasien, khusunya pasien lansia tentang tindakan untuk mence
gah hipotermia dari pajanan dingin.
Kolaborasi dalam teknik menghangatkan suhu basal ( hemodialisa, dialisis peritonial, irigasi
kolon ).

6) Berikan pakaian yang hangat, kering, selimut penghangat, alat alat pemanas mekanik, suhu
ruangan yang disesuaikan, botol dengan air hangat, minum air hangat sesuai dengan toleransi.

DAFTAR PUSTAKA
Cameron, J.R, dkk. Fisika Tubuh Manusia, EGC. Jakarta, 2006.
Gabriel, J.F. Fisika Kedokteran, EGC. Jakarta, 1996.
Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9, EGC. Jakarta, 1997.
M. Wilkinson, judith. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil
NOC. Jakarta : EGC
Nanda international. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012 2014. Jakarta : EGC
Potter & Perry, Fundamental Keperawatan, volume 1, EGC. Jakarta, 2005.
Diposkan oleh Intan Nurkhazanah di 02.21
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: gangguan, Laporan, pasien, pendahuluan, termoregulasi
Lokasi: Madiun, Madiun City, East Java, Indonesia
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Temukan Artikel Anda Disini

translate this article


Diberdayakan oleh

Terjemahan

Arsip Blog

2013 (85)
o November (84)

askep napza

askep depresi

ASKEP KEHILANGAN

ASKEP HARGA DIRI RENDAH

ASKEP Halusinasi Perseptual

Askep Halusinasi Dengar

ASKEP CURIGA

ASKEP ULKUS PEPTIKUM

ASKEP THYPOID

ASKEP GASTRITIS

ASKEP APENDIKSITIS

ASKEP PERAWATAN DIRI KURANG

ASKEP PERILAKU KEKERASAN

ASKEP SECUIDE

ASKEP TOILETING

ASKEP WAHAM

Askep Stres

PENGKAJIAN NYERI

ASKEP PADA PASIEN ANSIETAS

AsKep Klien Dengan Gangguan Pemenuhan Nutrisi

ASKEP MENARIK DIRI

Kebutuhan Dasar Manusia : Adaptasi

KONSEP STRES dan ADAPTASI

Tentang Just Do Care

ASKEP=PROSES KEPERAWATAN STRES dan ADAPTASI

KONJUNGTIVITIS / Red Eye

KESEIMBANGAN ENERGI

KDM :: Kehilangan dan Berduka

kdm :: Istirahat dan Tidur

GLUKOMA

cerita di balik keutamaan basmalah

Faktor Yang Mempengaruhi Pola Diet

KEMULIAAN bASMALAH"Hikmah Di Balik Basmalah"

FAKTOR Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi

KDM :: Faktor Yang Mepengaruhi Eliminasi Urine / B...

Faktor Yang Mempengaruhi Defekasi / BAB

KDM :: Eliminasi Urine / BAK / Sistem Perkemihan

KDM :: Eliminasi Alvi / Bowel / BAB

KDM :: Dying and Death

Cara Menilai Tingkat Stres Skala Holmes,Rahe,Mille...

Berpelukan Bisa Hindari Stres

Asuhan Keperawatan Kehilangan dan Berduka

Mahasiswa Menjawab

Mahasiswa menjawab :)

Tentang Tagline Just Do Care

KONSEP MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

Laporan Pendahuluan Gangguan Kebutuhan Mobilisasi

Laporan Pendahuluan Dengan Gangguan Kebutuhan Mobi...

laporan pendahuluan gangguan rasa nyaman, nyeri

Laporan Pendahuluan Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gangguan Ke...

KDM :: Stres dan Adaptasi

KDM :: Stres dan Adaptasi

KDM :: Stres dan Adaptasi

Asuhan Keperawatan Spiritual

ASKEP pada Pasien Dengan Gangguan Stres

Urinalisis

NUTRISI

Mobilisasi dan Imobilisasi

KDM :: Keselamatan dan Keamanan

ASKEP pada Pasien CKD/Gagal Ginjal Kronik/ Chronic...

KDM :: Stres dan Adaptasi

Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan Diagnostik

Trauma Abdomen / Perut

Sistem Pencernaan Manusia

SINUSITIS

RHINITIS

ISPA

Gastritis / Maag

ca Colon / Kanker Usus Besar

Asuhan Keperawatan Pada Pasien ISPA

Faringitis

Teori Keperawatan Menurut Jean Watson

Konsep Spiritual dalam Keperawatan

Resume Sistem Pencernaan Manusia

Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Gangguan Kebutuh...

Laporan Pendahuluan Termoregulasi

Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Gangguan Kebutuh...

Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Gangguan Kebutuh...

Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Gangguan Kebutuh...

Laporan Pendahuluan Gangguan Keseimbangan Cairan d...

OSPEK Akper Yappi Srg 2013

All About Me

o September (1)

Total Tayangan Laman


8549

Mengenai Saya

Intan Nurkhazanah
ada yang bisa dengan berlari. ada yang bisa dengan berjalan. santai saja, semua akan
sampai di tempat tujuan yang sama "gerbang kesuksesan". by Bintang
Hal yang paling membahagiakan adalah ketika melihat orang tua, teman, guru atau
orang lain tersenyum.. dan alasannya adalah KITA. By Bintang
Lihat profil lengkapku

It's me

;)
Hak cipta di Lindungi oleh UUD. . Template Travel. Gambar template oleh andynwt.
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai