Oleh:
Nama
: Siti Lailatul M
NIM
: 130210103021
Kelas
:B
I. Judul
Suhu Tubuh, Berat Badan dan Tinggi Badan
II. Tujuan
Tujuan praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui tempat pengukuran suhu tubuh, mengetahui beberapa faktor
yang mempengaruhi suhu tubuh, mengetahui cara mengukur suhu tubuh,
mengukur suhu tubuh.
2. Mengetahui cara mengukur berat badan dan tinggi badan, mengukur berat
badan dan tinggi badan.
3. Menghitung nilai Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index).
III. Dasar Teori
Termoregulasi
adalah
suatu
mekanisme
makhluk
hidup
untuk
mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir.
Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga
komponen
pengatur
atau
penyusun
sistem
pengaturan
panas,
yaitu
tubuh
pada
kebanyakan
hewan
dipengaruhi
oleh
suhu
lingkungannya. Ada hewan yang dapat hidup pada suhu -2 0C, sementara hewan
lainnya dapat hidup pada suhu 500C, Misalnya hewan yang hidup di gurun.
Bahkan ada hewan yang dapat bertahan pada suhu yang lebih ekstrem lagi,
contohnya beberapa cacing polikhaeta yang hidup di palung laut dalam, pada
suhu lebih dari 8000C. Meskipun demikian, untuk hidup secara normal, sebagian
besar hewan memilik kisaran suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut.
Sekalipun suhu tubuh kebanyakan hewan dipengaruhi oleh lingkungan luarnya,
kenyataan menunjukkan bahwa burung dan mamalia dapat mengatur suhu tubuh
mereka, bahkan mempertahankannya agar tetap konstan, meskipun suhu
lingkungan eksternalnya beruba-ubah (Isnaeni, 2006:208).
Didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor
pengatur suhu, yaitu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada
jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari
tubuh. Dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirim ke
sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke syaraf motorik yang mengatur
pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru
dan seluruh tubuh (Andriyani dkk, 2015:172-173).
Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran suhu disebut
termometer. Prinsip dasar dari alat ukur ini ialah fenomena pemuaian yang
merupakan indeks temperature (Nusi, 2013). Termometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur suhu (temperatur). Istilah termometer berasal dari
bahasa latin thermo yang berarti panas dan meter yang berarti mengukur. Betapa
pentingnya mengetahui suhu tubuh sebagai langkah awal untuk pencegahan
suatu penyakit maupun suatu bentuk usaha kita dalam menjaga kesehatan.
Kondisi suhu tubuh yang normal adalah sekitar 370Celcius (Pribadi, 2013).
Menurut Muttaqin (2009), suhu tubuh yang di ukur per oral dalam
temperatur normal lebih rendah daripada suhu yang di ukur per rektal yaitu
sebesar 0,2-0,50C. Suhu tubuh yang di ukur per aksila dapat lebih rendah 0,5 0C
darripada suhu tubuh yang di ukur per oral. Terdapat variasi diurnal suhu tubuh,
yaitu suhu tubuh paling rendah pada saat bangun tidur pagi hari dan mencapai
puncaknya antara pukul 6 sore sampai 10 malam.
Penampilan seseorang sangat di tentukan oleh bentuk tubuhnya sendiri
yang merupakan perbandingan antara tinggi badan dengan berat badan.
Perbandingan yang ideal akan menghasilkan postur tubuh yang ideal pula.
Tinggi badan seseorang pada umur tertentu tidak akan berubah lagi, sedangkan
berat badan masih besar kemungkinan untuk berubah. Oleh karena itu berat
badan ideal akan menentukan penampilan seseorang (Kusuma, 2011).
Kegemukan adalah kelebihan berat badan sehingga seseorang yang
mengalami kegemukan akan tampak besar dan bulat. Tetapi ukuran besar
tersebut belum tentu merupakan kegemukan karena kegemukan mempunyai
kriteria tertentu. Kegemukan dinilai dengan menggunakan indeks massa tubuh
dimana dengan membandingkan berat badan dan tinggi badan (Widodo, 2010).
Menurut Waluyo (2016), kegemukan dan obesitas merupakan dua hal yang
berbeda. Namun keduanya sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak
yang berlebihan di dalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai indeks
masa tubuh di atas normal.
Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai akibat akumulasi lemak
berlebihan dalam tubuh dengan peningkatan berat badan melebihi batas
kebutuhan skeletal dan fisik. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara
asupan energi dengan keluaran energi (energi expenditures) sehingga terjadi
kelebihan energi selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Kelebihan
energi tersebut dapat disebabkan oleh asupan energi yang tinggi atau keluaran
energi yang rendah. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan
pembakaran kalori ini masih belum jelas, namun terjadinya obesitas melibatkan
beberapa faktor seperti genetic, lingkungan (gaya hidup) dan psikis (Purwandari,
2014).
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Indeks (BMI) adalah
perbandingan (rasio) berat badan/tinggi badan yang sering digunakan untuk
menilai berat badan orang dewasa, untuk mengetahui apakah berat badannya
tergolong kurang, normal, lebih atau obese. IMT adalah berat badan dalam
kilogram dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Rumus perhitungan
Indeks Massa Tubuh (Kusuma, 2011).
IV.
Metodologi Praktikum
IV.1Alat:
1.
2.
3.
4.
5.
Thermometer aksila
Thermometer oral
Jam
Timbangan berat badan
Alat pengukur tinggi badan dengan skala centi meter (cm)
IV.2Bahan:
1. Tissue
2. Alkohol 70%
3. Air es
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Mengukur Suhu Tubuh
1.
V.
Hasil Pengamatan
1. Pengukuran Suhu Tubuh
Nama
Usia Gender
Istirahat Aktivitas
P
P
36,4
36,8
Tertutup
37,1
Terbuka
37,2
Air Es
36,5
Aini
21
21
35,5
36,2
37,4
37,1
35,5
Rifda
21
36,7
36,8
37,4
36,2
35,5
Barid
21
35,6
35,8
36,7
36,9
35,5
Andy
21
35,8
36,1
36,7
36,5
35,3
Lita
21
35,1
35,4
36,7
36,4
36,1
yeni
Nama
yeni
Usia Gender
BMI (kg/m2)
Berat
Tinggi
BB
Badan
Badan
Ideal
(kg)
63
(cm)
158
(kg)
48
25,30
40
157
47
16,2
Aini
21
21
P
P
Rifda
21
47
155
45
19,4
Barid
21
56
165
55
20,5
Andy
21
58
173
63
19,37
Lita
21
50
170
60
17,3
VI.
Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai suhu tubuh, berat badan dan tinggi badan
manusia. Pada praktikum ini dilakukan beberapa kegiatan, yaitu mengukur
suhu tubuh, mengukur berat badan, mengukur tinggi badan, dan menghitung
Berat Badan Ideal dan Indeks Massa Tubuh. Alat dan bahan yang digunakan
yaitu termometer aksila, termometer oral, jam, timbangan berat badan, alat
pengukur tinggi dengan skala centi meter, tissue, alkohol 70%, air es.
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda,
semakin tinggi suhu suatu benda maka semakin panas benda tersebut dan
semakin rendah suhu suatu benda maka semakin dingin benda tersebut. Suhu
tubuh manusia sendiri merupakan perbedaan antara jumlah panas yang
dproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.
Pengukuran suhu tubuh dilakukan di 2 area yaitu pada aksila (ketiak) dan
oral (Mulut). Pengukuran suhu tubuh oral dilakukan dengan mulut tertutup,
mulut terbuka dan berkumur dengan air es. Sedangkan pengukuran di aksila
dilakukan sebelum dan sesudah beraktivitas selama 5 menit.
Pada pengukuran suhu tubuh yang pertama yaitu pengukuran pada oral
(mulut). Pada pengkuran suhu pada oral, termometer harus dimasukkan ke
dalam mulut. Namun perhatikan penempatannya, karena harus dipastikan
ujung termometer di bawah lidah. Hal ini penting, karena masih banyak orang
yang mengira penggunaan termometer mulut adalah hanya dengan
memasukkannya ke dalam mulut, tapi di atas lidah dan cukup dengan
dikulum.
Pengukuran suhu oral menunjukan hasil yang berbeda-beda setiap
probandus. Dari hasil pengamatan didapat pada probandus yang pertama yaitu
Yeni dari kelompok 1, dalam keadaan bernapas dengan mulut tertutup di dapat
suhunya sebesar 37,10C. Dalam keadaan bernapas dengan mulut terbuka
suhunya 37,20C dan sesaat setelah berkumur air es suhunya 36,50C.
Pada probandus yang kedua yaitu Aini dari kelompok 2, dalam keadaan
bernapas dengan mulut tertutup di dapat suhunya sebesar 37,40C. Dalam
keadaan bernapas dengan mulut terbuka suhunya 37,10C dan sesaat setelah
berkumur air es suhunya 35,50C.
Pada probandus yang ketiga yaitu Rifda dari kelompok 3, dalam keadaan
bernapas dengan mulut tertutup di dapat suhunya sebesar 37,40C. Dalam
keadaan bernapas dengan mulut terbuka suhunya 36,20C dan sesaat setelah
berkumur air es suhunya 35,50C.
Pada probandus yang keempat yaitu Barid dari kelompok 4, dalam
keadaan bernapas dengan mulut tertutup di dapat suhunya sebesar 36,70C.
Dalam keadaan bernapas dengan mulut terbuka suhunya 36,90C dan sesaat
setelah berkumur air es suhunya 35,50C.
Pada probandus yang kelima yaitu Andy dari kelompok 5, dalam keadaan
bernapas dengan mulut tertutup di dapat suhunya sebesar 36,70C. Dalam
keadaan bernapas dengan mulut terbuka suhunya 36,50C dan sesaat setelah
berkumur air es suhunya 35,30C.
Pada probandus yang keenam yaitu Lita dari kelompok 6, dalam keadaan
bernapas dengan mulut tertutup di dapat suhunya sebesar 36,70C. Dalam
keadaan bernapas dengan mulut terbuka suhunya 36,40C dan sesaat setelah
berkumur air es suhunya 36,10C.
Dari hasil data diperoleh bahwa pada mulut tertutup, suhu oral OP
berkisar pada 36,7o 37,4oC yang berarti data ini sesuai dengan teori, yaitu
suhu oral berkisar antara 36,5oC 37,5oC. Pada perlakuan kedua yaitu dengan
membuka mulut terdapat penurunan suhu karena pada saat mulut di buka
panas di dalam mulut dilepaskan ke lingkungan karena suhu lingkungan lebih
rendah dari suhu oral. Namun ada salah satu probandus yang mengalami
kenaikan suhu saat mulut dibuka. Hal ini mungkin saja terjadi karena beberapa
faktor, seperti penempatan probe yang tidak tepat dibawah sublingual.
Penempatan probe yang salah dalam mulut telah dilaporkan mengakibatkan
perbedaan suhu sebesar 1,7oC. Selain itu, fisiologi rongga mulut juga
memungkinkan variasi suhu jaringan. Kesalahan ini juga mungkin terjadi
karena thermometer yang mengalami kerusakan.
Pada saat probandus berkumur dengan es, pengukuran suhu oral menjadi
lebih rendah dari sebelumnya. Hal ini disebabkan karena terjadi pertukaran
panas tubuh secara konduksi, yaitu perpindahan panas tubuh dengan benda
(dalam hal ini air es) yang berbeda suhunya karena terjadi kontak secara
langsung. Sewaktu berkumur dengan air es, tubuh kehilangan panasnya karena
panas dipindahkan secara langsung ke air es yang suhunya lebih rendah.
Pada pengukuran suhu tubuh yang kedua yaitu pengukuran pada aksila
(ketiak). Dilihat dari hasil pengamatan didapat pada probandus yang pertama
yaitu Yeni dari kelompok 1, suhu tubuh aksial pada saat istirahat yaitu 36,4oC
dan setelah beraktivitas suhu tubuhnya 36,8 oC. Probandus yang kedua yaitu
Aini dari kelompok 2, suhu tubuh aksial pada saat istirahat yaitu 35,5oC dan
setelah beraktivitas suhu tubuhnya 36,2 oC. Probandus yang ketiga yaitu Rifda
dari kelompok 3, suhu tubuh aksial pada saat istirahat yaitu 36,7oC dan setelah
beraktivitas suhu tubuhnya 36,8 oC. Probandus yang ke empat yaitu Barid dari
kelompok 4, suhu tubuh aksial pada saat istirahat yaitu 35,6oC dan setelah
beraktivitas suhu tubuhnya 35,8 oC. Probandus yang kelima yaitu Andy dari
kelompok 5, suhu tubuh aksial pada saat istirahat yaitu 35,8oC dan setelah
beraktivitas suhu tubuhnya 36,1 oC. Probandus yang ke enam yaitu Lita dari
kelompok 6, suhu tubuh aksial pada saat istirahat yaitu 35,1oC dan setelah
beraktivitas suhu tubuhnya 35,4oC.
Ada perbedaan antara penggukuran suhu pada aksila dan suhu pada oral.
Pengukuran suhu pada aksila (ketiak), karena diletakkan pada ketiak (bagian
luar tubuh) dan tidak dimasukkan ke dalam tubuh, waktu yang dibutuhkan
untuk menuai hasilnya pun cukup lama. Pengukuran suhu pada aksila (ketiak)
biasanya tidak seakurat pengukuran yang dilakukan di dalam mulut.
Umumnya suhu terukur yang didapat dengan menggunakan termometer aksila
lebih rendah 1-2 derajat dibandingkan suhu yang diukur dengan termometer
oral atau rektal. Berbeda dengan pengukuran suhu pada oral (mulut), karena
semakin dekat ke inti tubuh, maka tingkat akurasi termometer mulut lebih
tinggi dibandingkan dengan termometer aksila. Pada termometer mulut, suhu
tubuh anak baru digolongkan demam jika mencapai 38 C. Hal ini karena suhu
pada termometer mulut biasanya 1-2 lebih tinggi daripada termometer aksila.
Dari hasil pengamatan terlihat adanya perbedaan suhu antara oral dan aksila,
suhu aksila lebih rendah dibandingkan suhu oral.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh antara lain usia,
jenis kelamin, dan aktivitas. Menurut literatur, pada bayi dan balita belum
terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu sehingga dapat terjadi
perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Suhu tubuh bayi lahir
berkisar antara 35,5C sampai 37,5C. Regulasi tubuh baru mencapai
kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus menerus menurun saat
seseorang semakin tua. Para dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang
lebih kecil dibandingkan dewasa muda. Usia probandus dalam praktikum ini
semuanya 21 tahu sehingga tidak bisa melihat perbedaan suhu tubuh yang
signifikan akibat perbedaan usia.
Selanjutnya yaitu jenis kelamin. Dilihat dari kegiatan metabolisme, suhu
tubuh pria lebih tinggi daripada wanita. Di samping itu, suhu wanita juga
dipengaruhi oleh siklus menstruasi. Pada waktu terjadi ovulasi suhu menurun
0,2oC sedangkan setelah haid suhu tubuh naik 0,1 oC 0,6oc. Dari data yang
ada tidak sesuai dengan literatur karena suhu probandus pria yaitu Barid dan
Andy lebih rendah dibandingkan probandus wanita. Hal ini mungkin
dikarenakan perbedaan berat badan antar probandus, karena semakin tinggi
massa tubuh, maka metabolisme tubuh juga semakin cepat sehingga suhu
tubuh juga tinggi. Selain itu, kesalahan mungkin terjadi karena kurang
akuratnya thermometer. Thermometer digital ini lebih efisien, namun rawan
error karena tidak dilakukan pengukuran secara manual.
Faktor aktivitas juga mempengaruhi suhu tubuh. Dalam praktikum ini,
faktor aktivitas dibuktikan dengan pengaruh gerakan yang berupa aktivitas
lari, disebabkan karena adanya aktivitas yang mendorong laju metabolisme
semakin cepat dan produksi panas dalam tubuh semakin besar. Berdasarkan
literatur, mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi
dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. Di dalam pengaturan suhu
tubuh, terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yaitu sensor panas dan sensor
dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan
jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh. Dari kedua jenis sensor ini,
isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan
kemudian dikirim ke saraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan
produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh.
Setelah itu terjadi umpan balik, di mana isyarat diterima kembali oleh sensor
panas dan sensor dingin melalui peredaran darah. Oleh karena itu, suhu tubuh
akan meningkat. Pengaruh aktivitas dapat dilihat dari hasil pengamatan.
Sesaat setelah melakukan aktivitas (berlari), suhu tubuh probandus
mengalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan literatur.
Pengukuran selanjutnya yaitu pengukuran berat dan tinggi badan.
Pengukuran berat dan tinggi badan untuk mengetahui berat badan ideal
seseorang. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa Yeni probandus
kelompok 1 memiliki berat badan 63 kg dengan tinggi badan 158 cm, Aini
probandus kelompok 2 memiliki berat badan 40 kg dengan tinggi badan 157
cm, Rifda probandus kelompok 3 memiliki berat badan 47 kg dengan tinggi
badan 155 cm, Barid probandus kelompok 4 memiliki berat badan 56 kg
dengan tinggi badan 165 cm, Andy probandus kelompok 5 memiliki berat
badan 58 kg dengan tinggi badan 173 cm, Lita probandus kelompok 6
memiliki berat badan 50 kg dengan tinggi badan 170 cm.
Factor yang memepengaruhi pengukuran berat badan yaitu ketelitian
timbangan yang digunakan. Sehingga terkadang timbangan yang satu dengan
timbangan berat badan yang lain menunjukan hasil yang tidak sama. Selain
itu ketelitian seseorang dalam mengamati berat badan dan tinggi badan.
Dari pengukuran berat badan ideal dengan rumus (tinggi badan (TB)110) diperoleh berat ideal setiap probandus yang berbeda-beda. hal ini
dikarenakan tinggi dan berat badan seseorang juga berbeda. Berdasarkan hasil
pengukuran dari ke 8 probandus tersebut dapat diketahui yang memiliki berat
badan mendekati ideal yaitu Barid karena berat badannya idealnya mendekati
berat badan yaitu Berat Badannya 56 kg dan diketahui BB idealnya 55 kg.
bukti
menunjukkan
bahwa
faktor
genetik
dapat
VII.
Penutup
VII.1 Kesimpulan
1. Pengukuran suhu dapat dilakukan di beberapa bagian tubuh, namun yang
lebih sering digunakan yaitu pengukuran suhu oral dan aksila.
Pengukuran suhu pada aksila (ketiak) biasanya tidak seakurat
pengukuran yang dilakukan di dalam mulut/oral. Cara mengukur suhu
tubuh dengan menggunakan thermometer yang diletakan di bawah lidah
apabila pengukuran secara oral atau dijepit di aksial (pengukuran aksial).
Ada beberapa faktor yang memepengaruhi suhu tubuh diantaranya umur,
jenis kelamin, dan aktivitas.
2. Cara mengukur berat badan yaitu dengan menggunakan timbangan.
Dengan ketentuan meninggalkan segala sesuatu yang menambah berat
badan seseorang dalam pengukuran, sehingga berat badan yang diukur
adalah murni berat badan orang tersebut. Tinggi badan diukur dengan
menggunakan alat ukur tinggi badan dengan posisi probandus tanpa alas
kaki, posisi harus tegak.
3. Pengukuran berat badan ideal dapat diukur dengan menggunakan rumus
BB = TB 110 (10%). Sedangkan pengukuran BMI dihitung dengan
rumus
Dari hasil pengamatan, yang memiliki BMI kurang (kurus) yaitu Aini
dan Lita karena nilai perhitungan BMI<18,5 kg/m2. Sedangkan
probandus Barid, Rifda dan Andy memiliki BMI normal karena nilai
BMI antara 18,5-24,9 kg/m2. Yeni termasuk obesitas 1 karena nilai BMI
antara 25,0-29,9.
VII.2 Saran
Pada saat praktikum, sebelumnya alat yang digunakan dalam pengukuran
suhu, berat, dan tinggi badan seharusnya dikalibrasi terlebih dahulu
sehingga menunjukan hasil pengukuran yang akurat. Selain itu dalam
melakukan kegiatan praktikum, praktikan harus mengikuti prosedur yang
benar. Supaya data yang diperoleh valid.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, Rika, dkk. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan Perkembangan.
Yogyakarta: Deepublish.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius
Kusuma, Bijak J. & Tito Pinandita. 2011. Rancang Bangun Aplikasi Mobile
Perhitungan Indeks Massa Tubuh dan Berat Badan Ideal (A Design of
Mobile Application to Measure Body Mass Index and an Ideal Weight).
JUITA ISSN: 2086-9398 Vol. I Nomor 4, Nopember 2011.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ganguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Nusi, Danial T; Vannetia R.D & Maya E.W.M. 2013. Perbandingan suhu tubuh
berdasarkan pengukuran menggunakan termometer air raksa dan
termometer digital pada penderita demam di Rumah Sakit Umum Kandou
Manado. Jurnal e-Biomedik (Ebm) Volume 1, Nomor 1, Maret 2013,
hlm.190-196).
Pribadi, Alvianto W. 2013. Prototipe termometer digital dengan keluaran suara
berbasis mikrokontroler atmega16. Jurnal Inovasi Fisika Indonesia Vol.02
No. 03 Tahun 2013 11 13.
Purwandari, Henny. 2014. Hubungan Obesitas Dengan Kadar Gula Darah Pada
Karyawan Di Rs Tingkat Iv Madiun. Jurnal Efektor Nomor 25 Volume 01
Desember Tahun 2014. ISSN. 0854-1922.
Waluyo, Joko and Bevo, W. 2016. Petunjuk Praktikum Anatomi Fisiologi
Manusia. Jember: Jember University Press.
Widodo, Warih S & Wahyuni. 2010. Korelasi antara kegemukan dengan
peningkatan kurva lumbal bidang sagital. Jurnal Kesehatan Vol 1, No 2.
Desember 2010. ISSN 1979-7621.