Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

SUHU TUBUH, BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN

Oleh:
Nama

: Siti Lailatul M

NIM

: 130210103021

Kelas

:B

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

I. Judul
Suhu Tubuh, Berat Badan dan Tinggi Badan
II. Tujuan
Tujuan praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui tempat pengukuran suhu tubuh, mengetahui beberapa faktor
yang mempengaruhi suhu tubuh, mengetahui cara mengukur suhu tubuh,
mengukur suhu tubuh.
2. Mengetahui cara mengukur berat badan dan tinggi badan, mengukur berat
badan dan tinggi badan.
3. Menghitung nilai Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index).
III. Dasar Teori
Termoregulasi

adalah

suatu

mekanisme

makhluk

hidup

untuk

mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir.
Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga
komponen

pengatur

atau

penyusun

sistem

pengaturan

panas,

yaitu

termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi dapat menjaga


suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi
dibandingkan lingkungan sekitarnya. Mekanisme pengaturan suhu tubuh
merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling
berhubungan (Andriyani dkk, 2015:172).
Berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh, hewan
dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu poikiloterm dan homoioterm. Hewan
poikilotermik yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan
berubahnya suhu lingkungan. Sedangkan hewan homoioterm yaitu hewan yang
suhu tubuhnya konstan/tidak berubah sekalipun suhu lingkungannya sangat
berubah (Isnaeni, 2006:209).
Suhu

tubuh

pada

kebanyakan

hewan

dipengaruhi

oleh

suhu

lingkungannya. Ada hewan yang dapat hidup pada suhu -2 0C, sementara hewan
lainnya dapat hidup pada suhu 500C, Misalnya hewan yang hidup di gurun.
Bahkan ada hewan yang dapat bertahan pada suhu yang lebih ekstrem lagi,
contohnya beberapa cacing polikhaeta yang hidup di palung laut dalam, pada
suhu lebih dari 8000C. Meskipun demikian, untuk hidup secara normal, sebagian

besar hewan memilik kisaran suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut.
Sekalipun suhu tubuh kebanyakan hewan dipengaruhi oleh lingkungan luarnya,
kenyataan menunjukkan bahwa burung dan mamalia dapat mengatur suhu tubuh
mereka, bahkan mempertahankannya agar tetap konstan, meskipun suhu
lingkungan eksternalnya beruba-ubah (Isnaeni, 2006:208).
Didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor
pengatur suhu, yaitu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada
jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari
tubuh. Dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirim ke
sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke syaraf motorik yang mengatur
pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru
dan seluruh tubuh (Andriyani dkk, 2015:172-173).
Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran suhu disebut
termometer. Prinsip dasar dari alat ukur ini ialah fenomena pemuaian yang
merupakan indeks temperature (Nusi, 2013). Termometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur suhu (temperatur). Istilah termometer berasal dari
bahasa latin thermo yang berarti panas dan meter yang berarti mengukur. Betapa
pentingnya mengetahui suhu tubuh sebagai langkah awal untuk pencegahan
suatu penyakit maupun suatu bentuk usaha kita dalam menjaga kesehatan.
Kondisi suhu tubuh yang normal adalah sekitar 370Celcius (Pribadi, 2013).
Menurut Muttaqin (2009), suhu tubuh yang di ukur per oral dalam
temperatur normal lebih rendah daripada suhu yang di ukur per rektal yaitu
sebesar 0,2-0,50C. Suhu tubuh yang di ukur per aksila dapat lebih rendah 0,5 0C
darripada suhu tubuh yang di ukur per oral. Terdapat variasi diurnal suhu tubuh,
yaitu suhu tubuh paling rendah pada saat bangun tidur pagi hari dan mencapai
puncaknya antara pukul 6 sore sampai 10 malam.
Penampilan seseorang sangat di tentukan oleh bentuk tubuhnya sendiri
yang merupakan perbandingan antara tinggi badan dengan berat badan.
Perbandingan yang ideal akan menghasilkan postur tubuh yang ideal pula.
Tinggi badan seseorang pada umur tertentu tidak akan berubah lagi, sedangkan

berat badan masih besar kemungkinan untuk berubah. Oleh karena itu berat
badan ideal akan menentukan penampilan seseorang (Kusuma, 2011).
Kegemukan adalah kelebihan berat badan sehingga seseorang yang
mengalami kegemukan akan tampak besar dan bulat. Tetapi ukuran besar
tersebut belum tentu merupakan kegemukan karena kegemukan mempunyai
kriteria tertentu. Kegemukan dinilai dengan menggunakan indeks massa tubuh
dimana dengan membandingkan berat badan dan tinggi badan (Widodo, 2010).
Menurut Waluyo (2016), kegemukan dan obesitas merupakan dua hal yang
berbeda. Namun keduanya sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak
yang berlebihan di dalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai indeks
masa tubuh di atas normal.
Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai akibat akumulasi lemak
berlebihan dalam tubuh dengan peningkatan berat badan melebihi batas
kebutuhan skeletal dan fisik. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara
asupan energi dengan keluaran energi (energi expenditures) sehingga terjadi
kelebihan energi selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Kelebihan
energi tersebut dapat disebabkan oleh asupan energi yang tinggi atau keluaran
energi yang rendah. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan
pembakaran kalori ini masih belum jelas, namun terjadinya obesitas melibatkan
beberapa faktor seperti genetic, lingkungan (gaya hidup) dan psikis (Purwandari,
2014).
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Indeks (BMI) adalah
perbandingan (rasio) berat badan/tinggi badan yang sering digunakan untuk
menilai berat badan orang dewasa, untuk mengetahui apakah berat badannya
tergolong kurang, normal, lebih atau obese. IMT adalah berat badan dalam
kilogram dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Rumus perhitungan
Indeks Massa Tubuh (Kusuma, 2011).

IV.

Metodologi Praktikum
IV.1Alat:
1.
2.
3.
4.
5.

Thermometer aksila
Thermometer oral
Jam
Timbangan berat badan
Alat pengukur tinggi badan dengan skala centi meter (cm)

IV.2Bahan:
1. Tissue
2. Alkohol 70%
3. Air es
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Mengukur Suhu Tubuh
1.

Pengukuran Suhu Tubuh pada Oral


Menyiapkan thermometer oral. Menyemprot ujung thermometer
dengan alkohol kemudian mengeringkannya dengan kapas.

OP duduk dengan tenang, sambil bernafas seperti biasa tetapi


mulut dalam keadaan tertutup. Meletakkan thermometer di bawah
lidah dan mulut dalam keadaan tertutup sampai thermometer
menunjukan suhu stabil. Mencatat suhu pada tabel pengamatan.

OP duduk dengan tenang, sambil bernafas seperti biasa tetapi


mulut dalam keadaan terbuka selama 2 menit. Meletakkan
thermometer di bawah lidah dan mulut dalam keadaan tertutup.
Membiarkan thermometer beberapa menit sampai thermometer
menunjukan suhu stabil. Mencatat suhu pada tabel pengamatan.

OP duduk dengan tenang sambil berkumur dengan air es selama 1


menit. Meletakkan thermometer di bawah lidah dan mulut dalam
keadaan tertutup. Membiarkan thermometer beberapa menit
sampai thermometer menunjukan suhu stabil

Membersihkan thermometer dengan alcohol 70% yang


disemprotkan pada ujung thermometer, mengelap dengan kapas

2. Pengukuran Suhu Tubuh pada Aksial


Menyiapkan thermometer aksial. Menyemprot ujung thermometer
dengan alcohol 70% kemudian mengeringkannya dengan kapas

OP duduk dengan tenang. Meletakkan thermometer pada


permukaan aksila dengan tangan OP disilangkan di dada.
Membiarkan beberapa menit sampai thermometer menunjukan
suhu stabil. Mencatat suhu pada tabel pengamatan.

Mengangkat thermometer dan menyemprot ujung thermometer


dengan alcohol 70% kemudian mengeringkannya dengan kapas

OP melakukan aktivitas dengan lari-lari selama 5-10 menit.


Mengukur suhu OP setelah beraktivitas dengan langkah yang sama
seperti sebelumnya. Mencatat suhu pada tabel pengamatan.

Mengangkat thermometer, menekan tombol sampai suhu


thermometer 0 (off). Menyemprot ujung thermometer dengan
alcohol 70%. Mengeringkan termometer dengan kapas

4.3.2 Mengukur Berat Badan


Menyiapkan alat penimbang dan melakukan kalibrasi

Menanggalkan semua benda yang menambah berat badan OP

OP berdiri sesui dengan posisi tubuh normal di atas timbangan.


Mengukur kemudian mencatat hasil pengukuran pada tabel

4.3.3 Mengukur Tinggi Badan


Menyiapkan alat pengukur tinggi badan dan melakukan kalibrasi

Tanpa menggunakan alas kaki, OP berdiri tegak dengan


pandangan lurus ke depan serta tangan di samping

Mengukur tinggi badan mulai dari telapak kaki sampai ujung


kepala. Mencatat hasil pengukuran pada tabel pengukuran

4.3.4 Menghitung Berat Badan Ideal dan Indeks Massa Tubuh


1. Berat Badan Ideal = (

2. Indeks Massa Tubuh =

V.

Hasil Pengamatan
1. Pengukuran Suhu Tubuh

Suhu Aksial (0C)


No

Nama

Usia Gender

Istirahat Aktivitas

Suhu Oral (0C)


Mulut
Mulut Kumur

P
P

36,4

36,8

Tertutup
37,1

Terbuka
37,2

Air Es
36,5

Aini

21
21

35,5

36,2

37,4

37,1

35,5

Rifda

21

36,7

36,8

37,4

36,2

35,5

Barid

21

35,6

35,8

36,7

36,9

35,5

Andy

21

35,8

36,1

36,7

36,5

35,3

Lita

21

35,1

35,4

36,7

36,4

36,1

yeni

2. Tabel Pengukuran Berat Badan Ideal dan Indeks Massa Tubuh


No

Nama

yeni

Usia Gender

BMI (kg/m2)

Berat

Tinggi

BB

Badan

Badan

Ideal

(kg)
63

(cm)
158

(kg)
48

25,30

40

157

47

16,2

Aini

21
21

P
P

Rifda

21

47

155

45

19,4

Barid

21

56

165

55

20,5

Andy

21

58

173

63

19,37

Lita

21

50

170

60

17,3

VI.

Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai suhu tubuh, berat badan dan tinggi badan
manusia. Pada praktikum ini dilakukan beberapa kegiatan, yaitu mengukur
suhu tubuh, mengukur berat badan, mengukur tinggi badan, dan menghitung
Berat Badan Ideal dan Indeks Massa Tubuh. Alat dan bahan yang digunakan
yaitu termometer aksila, termometer oral, jam, timbangan berat badan, alat
pengukur tinggi dengan skala centi meter, tissue, alkohol 70%, air es.
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda,
semakin tinggi suhu suatu benda maka semakin panas benda tersebut dan
semakin rendah suhu suatu benda maka semakin dingin benda tersebut. Suhu
tubuh manusia sendiri merupakan perbedaan antara jumlah panas yang
dproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.
Pengukuran suhu tubuh dilakukan di 2 area yaitu pada aksila (ketiak) dan
oral (Mulut). Pengukuran suhu tubuh oral dilakukan dengan mulut tertutup,
mulut terbuka dan berkumur dengan air es. Sedangkan pengukuran di aksila
dilakukan sebelum dan sesudah beraktivitas selama 5 menit.
Pada pengukuran suhu tubuh yang pertama yaitu pengukuran pada oral
(mulut). Pada pengkuran suhu pada oral, termometer harus dimasukkan ke
dalam mulut. Namun perhatikan penempatannya, karena harus dipastikan
ujung termometer di bawah lidah. Hal ini penting, karena masih banyak orang
yang mengira penggunaan termometer mulut adalah hanya dengan
memasukkannya ke dalam mulut, tapi di atas lidah dan cukup dengan
dikulum.
Pengukuran suhu oral menunjukan hasil yang berbeda-beda setiap
probandus. Dari hasil pengamatan didapat pada probandus yang pertama yaitu
Yeni dari kelompok 1, dalam keadaan bernapas dengan mulut tertutup di dapat
suhunya sebesar 37,10C. Dalam keadaan bernapas dengan mulut terbuka
suhunya 37,20C dan sesaat setelah berkumur air es suhunya 36,50C.
Pada probandus yang kedua yaitu Aini dari kelompok 2, dalam keadaan
bernapas dengan mulut tertutup di dapat suhunya sebesar 37,40C. Dalam

keadaan bernapas dengan mulut terbuka suhunya 37,10C dan sesaat setelah
berkumur air es suhunya 35,50C.
Pada probandus yang ketiga yaitu Rifda dari kelompok 3, dalam keadaan
bernapas dengan mulut tertutup di dapat suhunya sebesar 37,40C. Dalam
keadaan bernapas dengan mulut terbuka suhunya 36,20C dan sesaat setelah
berkumur air es suhunya 35,50C.
Pada probandus yang keempat yaitu Barid dari kelompok 4, dalam
keadaan bernapas dengan mulut tertutup di dapat suhunya sebesar 36,70C.
Dalam keadaan bernapas dengan mulut terbuka suhunya 36,90C dan sesaat
setelah berkumur air es suhunya 35,50C.
Pada probandus yang kelima yaitu Andy dari kelompok 5, dalam keadaan
bernapas dengan mulut tertutup di dapat suhunya sebesar 36,70C. Dalam
keadaan bernapas dengan mulut terbuka suhunya 36,50C dan sesaat setelah
berkumur air es suhunya 35,30C.
Pada probandus yang keenam yaitu Lita dari kelompok 6, dalam keadaan
bernapas dengan mulut tertutup di dapat suhunya sebesar 36,70C. Dalam
keadaan bernapas dengan mulut terbuka suhunya 36,40C dan sesaat setelah
berkumur air es suhunya 36,10C.
Dari hasil data diperoleh bahwa pada mulut tertutup, suhu oral OP
berkisar pada 36,7o 37,4oC yang berarti data ini sesuai dengan teori, yaitu
suhu oral berkisar antara 36,5oC 37,5oC. Pada perlakuan kedua yaitu dengan
membuka mulut terdapat penurunan suhu karena pada saat mulut di buka
panas di dalam mulut dilepaskan ke lingkungan karena suhu lingkungan lebih
rendah dari suhu oral. Namun ada salah satu probandus yang mengalami
kenaikan suhu saat mulut dibuka. Hal ini mungkin saja terjadi karena beberapa
faktor, seperti penempatan probe yang tidak tepat dibawah sublingual.
Penempatan probe yang salah dalam mulut telah dilaporkan mengakibatkan
perbedaan suhu sebesar 1,7oC. Selain itu, fisiologi rongga mulut juga
memungkinkan variasi suhu jaringan. Kesalahan ini juga mungkin terjadi
karena thermometer yang mengalami kerusakan.

Pada saat probandus berkumur dengan es, pengukuran suhu oral menjadi
lebih rendah dari sebelumnya. Hal ini disebabkan karena terjadi pertukaran
panas tubuh secara konduksi, yaitu perpindahan panas tubuh dengan benda
(dalam hal ini air es) yang berbeda suhunya karena terjadi kontak secara
langsung. Sewaktu berkumur dengan air es, tubuh kehilangan panasnya karena
panas dipindahkan secara langsung ke air es yang suhunya lebih rendah.
Pada pengukuran suhu tubuh yang kedua yaitu pengukuran pada aksila
(ketiak). Dilihat dari hasil pengamatan didapat pada probandus yang pertama
yaitu Yeni dari kelompok 1, suhu tubuh aksial pada saat istirahat yaitu 36,4oC
dan setelah beraktivitas suhu tubuhnya 36,8 oC. Probandus yang kedua yaitu
Aini dari kelompok 2, suhu tubuh aksial pada saat istirahat yaitu 35,5oC dan
setelah beraktivitas suhu tubuhnya 36,2 oC. Probandus yang ketiga yaitu Rifda
dari kelompok 3, suhu tubuh aksial pada saat istirahat yaitu 36,7oC dan setelah
beraktivitas suhu tubuhnya 36,8 oC. Probandus yang ke empat yaitu Barid dari
kelompok 4, suhu tubuh aksial pada saat istirahat yaitu 35,6oC dan setelah
beraktivitas suhu tubuhnya 35,8 oC. Probandus yang kelima yaitu Andy dari
kelompok 5, suhu tubuh aksial pada saat istirahat yaitu 35,8oC dan setelah
beraktivitas suhu tubuhnya 36,1 oC. Probandus yang ke enam yaitu Lita dari
kelompok 6, suhu tubuh aksial pada saat istirahat yaitu 35,1oC dan setelah
beraktivitas suhu tubuhnya 35,4oC.
Ada perbedaan antara penggukuran suhu pada aksila dan suhu pada oral.
Pengukuran suhu pada aksila (ketiak), karena diletakkan pada ketiak (bagian
luar tubuh) dan tidak dimasukkan ke dalam tubuh, waktu yang dibutuhkan
untuk menuai hasilnya pun cukup lama. Pengukuran suhu pada aksila (ketiak)
biasanya tidak seakurat pengukuran yang dilakukan di dalam mulut.
Umumnya suhu terukur yang didapat dengan menggunakan termometer aksila
lebih rendah 1-2 derajat dibandingkan suhu yang diukur dengan termometer
oral atau rektal. Berbeda dengan pengukuran suhu pada oral (mulut), karena
semakin dekat ke inti tubuh, maka tingkat akurasi termometer mulut lebih
tinggi dibandingkan dengan termometer aksila. Pada termometer mulut, suhu
tubuh anak baru digolongkan demam jika mencapai 38 C. Hal ini karena suhu

pada termometer mulut biasanya 1-2 lebih tinggi daripada termometer aksila.
Dari hasil pengamatan terlihat adanya perbedaan suhu antara oral dan aksila,
suhu aksila lebih rendah dibandingkan suhu oral.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh antara lain usia,
jenis kelamin, dan aktivitas. Menurut literatur, pada bayi dan balita belum
terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu sehingga dapat terjadi
perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Suhu tubuh bayi lahir
berkisar antara 35,5C sampai 37,5C. Regulasi tubuh baru mencapai
kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus menerus menurun saat
seseorang semakin tua. Para dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang
lebih kecil dibandingkan dewasa muda. Usia probandus dalam praktikum ini
semuanya 21 tahu sehingga tidak bisa melihat perbedaan suhu tubuh yang
signifikan akibat perbedaan usia.
Selanjutnya yaitu jenis kelamin. Dilihat dari kegiatan metabolisme, suhu
tubuh pria lebih tinggi daripada wanita. Di samping itu, suhu wanita juga
dipengaruhi oleh siklus menstruasi. Pada waktu terjadi ovulasi suhu menurun
0,2oC sedangkan setelah haid suhu tubuh naik 0,1 oC 0,6oc. Dari data yang
ada tidak sesuai dengan literatur karena suhu probandus pria yaitu Barid dan
Andy lebih rendah dibandingkan probandus wanita. Hal ini mungkin
dikarenakan perbedaan berat badan antar probandus, karena semakin tinggi
massa tubuh, maka metabolisme tubuh juga semakin cepat sehingga suhu
tubuh juga tinggi. Selain itu, kesalahan mungkin terjadi karena kurang
akuratnya thermometer. Thermometer digital ini lebih efisien, namun rawan
error karena tidak dilakukan pengukuran secara manual.
Faktor aktivitas juga mempengaruhi suhu tubuh. Dalam praktikum ini,
faktor aktivitas dibuktikan dengan pengaruh gerakan yang berupa aktivitas
lari, disebabkan karena adanya aktivitas yang mendorong laju metabolisme
semakin cepat dan produksi panas dalam tubuh semakin besar. Berdasarkan
literatur, mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi
dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. Di dalam pengaturan suhu
tubuh, terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yaitu sensor panas dan sensor

dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan
jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh. Dari kedua jenis sensor ini,
isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan
kemudian dikirim ke saraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan
produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh.
Setelah itu terjadi umpan balik, di mana isyarat diterima kembali oleh sensor
panas dan sensor dingin melalui peredaran darah. Oleh karena itu, suhu tubuh
akan meningkat. Pengaruh aktivitas dapat dilihat dari hasil pengamatan.
Sesaat setelah melakukan aktivitas (berlari), suhu tubuh probandus
mengalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan literatur.
Pengukuran selanjutnya yaitu pengukuran berat dan tinggi badan.
Pengukuran berat dan tinggi badan untuk mengetahui berat badan ideal
seseorang. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa Yeni probandus
kelompok 1 memiliki berat badan 63 kg dengan tinggi badan 158 cm, Aini
probandus kelompok 2 memiliki berat badan 40 kg dengan tinggi badan 157
cm, Rifda probandus kelompok 3 memiliki berat badan 47 kg dengan tinggi
badan 155 cm, Barid probandus kelompok 4 memiliki berat badan 56 kg
dengan tinggi badan 165 cm, Andy probandus kelompok 5 memiliki berat
badan 58 kg dengan tinggi badan 173 cm, Lita probandus kelompok 6
memiliki berat badan 50 kg dengan tinggi badan 170 cm.
Factor yang memepengaruhi pengukuran berat badan yaitu ketelitian
timbangan yang digunakan. Sehingga terkadang timbangan yang satu dengan
timbangan berat badan yang lain menunjukan hasil yang tidak sama. Selain
itu ketelitian seseorang dalam mengamati berat badan dan tinggi badan.
Dari pengukuran berat badan ideal dengan rumus (tinggi badan (TB)110) diperoleh berat ideal setiap probandus yang berbeda-beda. hal ini
dikarenakan tinggi dan berat badan seseorang juga berbeda. Berdasarkan hasil
pengukuran dari ke 8 probandus tersebut dapat diketahui yang memiliki berat
badan mendekati ideal yaitu Barid karena berat badannya idealnya mendekati
berat badan yaitu Berat Badannya 56 kg dan diketahui BB idealnya 55 kg.

sedangkan probandus lainnya BB idealnya lebih dari berat badan aslinya


sehingga dikatakan tidak ideal.
Selanjutnya yaitu perhitungan BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa
Tubuh (IMT) atau Body Mass Indeks (BMI) adalah perbandingan (rasio) berat
badan/tinggi badan yang sering digunakan untuk menilai berat badan orang
dewasa, untuk mengetahui apakah berat badannya tergolong kurang, normal,
lebih atau obese. IMT adalah berat badan dalam kilogram dibagi dengan
tinggi badan kuadrat dalam meter. Perhitungan Indeks Massa Tubuh dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:

pada usia anak-anak dan remaja, IMT belum dapat diklasifikasikan


menurut batasan tertentu, dikarenakan pada anak usia tersebut, proses
pertumbuhan anak masih berlangsung. Oleh karena itu, IMT pada usia anakanak dan remaja masih mengacu pada rekomendasi World Health
Organization (WHO) 2007 menurut umur dan jenis kelamin. Hasil
perhitungan indeks massa tubuh pada orang dewasa akan disesuaikan dengan
ambang batas IMT orang dewasa. Kategori ambang batas IMT untuk
Indonesia dapat dilihat pada Tabel berikut:

Berdasarkan tabel di atas, pengukuran (Body Mass Index) BMI dari ke 6


probandus diperoleh hasil yaitu Yeni dengan BMI 25,30 kg/m2, Aini 16,2
kg/m2, Rifda 19,4 kg/m2, Barid 20,5 kg/m2, Andy 19,37 kg/m2 dan Lita 17,3
kg/m2. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa yang memiliki BMI kurang
(kurus) yaitu Aini dan Lita karena nilai perhitungan BMI<18,5 kg/m2,
sehingga perlu olahraga rutin dan mengkonsumsi makanan yang mengandung
karbohidrat tinggi supaya memiliki BMI yang ideal. Sedangkan probandus
Barid, Rifda dan Andy memiliki BMI normal karena nilai BMI antara 18,524,9 kg/m2. Sedangkan Yeni termasuk obesitas 1 karena nilai BMI antara
25,0-29,9.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan IMT :
a. Usia
Prevalensi IMT lebih (obesitas) meningkat secara terus menerus dari
usia 20-60 tahun.
b. Jenis Kelamin
Lebih banyak

pria termasuk kategori kelebihan berat badan

(overweight) dibandingkan wanita. Distribusi lemak tubuh juga berbeda


berdasarkan jenis kelamin. Pria cenderung mengalami obesitas viseral
(abdominal) dibandingkan wanita. Proses-proses fisiologis dipercaya
dapat berkontribusi terhadap meningkatnya simpanan lemak pada
perempuan. Namun, pada hasil pengamatan, yang mengalami obesitas
yaitu Yeni yang berjenis kelamin wanita. Hal ini terjadi karena berat
badan Yeni lebih besar dibandingkan probandus yang lain.
c. Genetik
Beberapa

bukti

menunjukkan

bahwa

faktor

genetik

dapat

mempengaruhi berat badan seseorang. Diperkirakan lebih dari 40%


variasi IMT dijelaskan oleh faktor genetik. IMT sangat berhubungan
erat dengan generasi pertama keluarga. Penelitian menunjukkan bahwa
orangtua obesitas menghasilkan proporsi tertinggi anakanak obesitas.
d. Pola Makan

Pola makan adalah pengulangan susunan makanan yang dapat dilihat


ketika makanan itu dimakan. Terutama sekali berkenaan dengan jenis
dan proposinya, dan atau kombinasi makanan yang dimakan oleh
individu, masyarakat atau sekelompok populasi. Kenyamanan modern
dan makanan siap saji juga berkontribusi terhadap epidemi obesitas.
Banyak keluarga yang mengkonsumsi makanan siap saji yang
mengandung tinggi lemak dan tinggi gula. Alasan lain yang
meningkatkan kejadian obesitas yaitu peningkatan porsi makan. Hal ini
terjadi di rumah makan, restoran siap saji dan rumah. Penelitian
menunjukkan bahwa orang-orang yang mengkonsumsi makanan tinggi
lemak lebih cepat mengalami peningkatan berat badan dibanding
mereka yang mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat dengan jumlah
kalori yang sama. Ukuran dan frekuensi asupan makanan juga
mempengaruhi peningkatan berat badan dan lemak tubuh.
e. Kebiasaan Merokok
Kecenderungan seseorang untuk mengalami peningkatan berat badan
dapat diakibatkan oleh beberapa faktor misalnya berhenti merokok.
Merokok menyebabkan peningkatan rasio metabolisme dan cenderung
untuk menurunkan intake makanan dibandingkan dengan orang yang
tidak merokok. Prevalensi penduduk merokok setiap hari tinggi pada
kelompok usia produktif (25-64 tahun). Pada saat ini prevalansi
perokok pada laki-laki 11 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan, tetapi rerata rokok dihisap oleh perokok perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan laki-laki (16 batang dan 12 batang).
f. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik mencerminkan gerakan tubuh yang disebabkan oleh
kontraksi otot menghasilkan energi ekspenditur. Berjalan kaki,
bertanam, menaiki tangga, bermain bola, menari, merupakan aktifitas
fisik yang baik untuk dilakukan. Untuk kepentingan kesehatan, aktifitas
fisik haruslah sedang atau bertenaga serta dilakukan kurang lebih 20
menit setiap harinya setiap minggu. Untuk penurunan berat badan atau

mencegah peningkatan berat badan, dibutuhkan aktifitas fisik sekitar 60


menit dalam sehari. Pada masa sekarang level aktifitas fisk telah
menurun secara drastis dalam 50 tahun terakhir, seiring dengan
pengalihan buruh manual dengan mesin dan peningkatan penggunaan
alat bantu di rumah tangga, transportasi dan leisure (rekreasi).
Rendahnya aktifitas fisik merupakan faktor risiko untuk peningkatan
berat badan. Latihan fisik yang dibutuhkan ialah selama 45-60 menit
per hari.

VII.

Penutup
VII.1 Kesimpulan
1. Pengukuran suhu dapat dilakukan di beberapa bagian tubuh, namun yang
lebih sering digunakan yaitu pengukuran suhu oral dan aksila.
Pengukuran suhu pada aksila (ketiak) biasanya tidak seakurat
pengukuran yang dilakukan di dalam mulut/oral. Cara mengukur suhu
tubuh dengan menggunakan thermometer yang diletakan di bawah lidah
apabila pengukuran secara oral atau dijepit di aksial (pengukuran aksial).
Ada beberapa faktor yang memepengaruhi suhu tubuh diantaranya umur,
jenis kelamin, dan aktivitas.
2. Cara mengukur berat badan yaitu dengan menggunakan timbangan.
Dengan ketentuan meninggalkan segala sesuatu yang menambah berat
badan seseorang dalam pengukuran, sehingga berat badan yang diukur
adalah murni berat badan orang tersebut. Tinggi badan diukur dengan
menggunakan alat ukur tinggi badan dengan posisi probandus tanpa alas
kaki, posisi harus tegak.
3. Pengukuran berat badan ideal dapat diukur dengan menggunakan rumus
BB = TB 110 (10%). Sedangkan pengukuran BMI dihitung dengan
rumus
Dari hasil pengamatan, yang memiliki BMI kurang (kurus) yaitu Aini
dan Lita karena nilai perhitungan BMI<18,5 kg/m2. Sedangkan
probandus Barid, Rifda dan Andy memiliki BMI normal karena nilai
BMI antara 18,5-24,9 kg/m2. Yeni termasuk obesitas 1 karena nilai BMI
antara 25,0-29,9.
VII.2 Saran
Pada saat praktikum, sebelumnya alat yang digunakan dalam pengukuran
suhu, berat, dan tinggi badan seharusnya dikalibrasi terlebih dahulu
sehingga menunjukan hasil pengukuran yang akurat. Selain itu dalam
melakukan kegiatan praktikum, praktikan harus mengikuti prosedur yang
benar. Supaya data yang diperoleh valid.

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Rika, dkk. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan Perkembangan.
Yogyakarta: Deepublish.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius
Kusuma, Bijak J. & Tito Pinandita. 2011. Rancang Bangun Aplikasi Mobile
Perhitungan Indeks Massa Tubuh dan Berat Badan Ideal (A Design of
Mobile Application to Measure Body Mass Index and an Ideal Weight).
JUITA ISSN: 2086-9398 Vol. I Nomor 4, Nopember 2011.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ganguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Nusi, Danial T; Vannetia R.D & Maya E.W.M. 2013. Perbandingan suhu tubuh
berdasarkan pengukuran menggunakan termometer air raksa dan
termometer digital pada penderita demam di Rumah Sakit Umum Kandou
Manado. Jurnal e-Biomedik (Ebm) Volume 1, Nomor 1, Maret 2013,
hlm.190-196).
Pribadi, Alvianto W. 2013. Prototipe termometer digital dengan keluaran suara
berbasis mikrokontroler atmega16. Jurnal Inovasi Fisika Indonesia Vol.02
No. 03 Tahun 2013 11 13.
Purwandari, Henny. 2014. Hubungan Obesitas Dengan Kadar Gula Darah Pada
Karyawan Di Rs Tingkat Iv Madiun. Jurnal Efektor Nomor 25 Volume 01
Desember Tahun 2014. ISSN. 0854-1922.
Waluyo, Joko and Bevo, W. 2016. Petunjuk Praktikum Anatomi Fisiologi
Manusia. Jember: Jember University Press.
Widodo, Warih S & Wahyuni. 2010. Korelasi antara kegemukan dengan
peningkatan kurva lumbal bidang sagital. Jurnal Kesehatan Vol 1, No 2.
Desember 2010. ISSN 1979-7621.

Anda mungkin juga menyukai