Anda di halaman 1dari 12

UNIT 8

KESEIMBANGAN SUHU TUBUH ASUHAN


KEPERAWATAN PASIEN STROKE
100 Menit

A. PENGANTAR
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan
mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu
panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi
bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang
disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan
pada 37C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu
dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga
suhu kembali pada titik tetap.
Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan
pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas
(Harold S. Koplewich, 2005). Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam
upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering
(buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik,
lampu penyinaran, busur panas (Anas Tamsuri, 2007). Dalam postingan kali ini, kita akan
berfokus pada penggunaan teknik kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh.

Modul Kebutuhan Dasar Manusia Page 125


TUJUAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Adapun kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari modul ini


mahasiswa mampu melakukan initial assessment yang meliputi:
1. Untuk mengetahui tinjauan teori mengenai regulasi suhu dan proses
konduksi.
2. Untuk mengetahui mengenai regulasi suhu dan proses konduksi pada
system integument.

B . B AH AN B AC AAN

Suhu yang dimaksud adalah panas atau dingin suatu substansi. Suhu tubuh adalah
perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang
hilang ke lingkungan luar. Meskipun dalam kondisi tubuh yang ekstrim selama melakukan
aktivitas fisik, mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan
dalam relatif konstan. Suhu permukaan berfluktuasi bergantung pada aliran darah ke kulit
dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Karena fluktuasi suhu permukaan ini,
0 0
suhu yang dapat diterima berkisar dari 36 C atau 38 C. Fungsi jaringan dan sel tubuh
paling baik dalam rentang suhu yang relatif sempit (Perry, 2005)

1. Keseimbangan panas
Pengertian regulasi suhu adalah suatu pengaturan secara kompleks dari suatu
proses dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara
konstan. Manusia pada dasarnya secara fisiologis digolongkan dalam makhluk
berdarah panas atau homoteral. Organisasi homoteral mempunyai temperatur tubuh
konstan walaupun suhu lingkungan berubah. Hal ini karena ada interaksi secara
berantai yaitu heat proukdi (pembentukan panas) dan heat loss (kehilangan panas).
Kedua proses ini aktivitasnya diatur oleh susunan saraf yaitu hipotalamus (Gabriel,
1998). Reseptor suhu yang paling penting untuk mengatur suhu tubuh adalah
banyak neuron peka panas khususnya yang terletak pada area preoptika
hipotalamus. Neuron ini meningkatkan pengeluaran inpuls bila suhu meningkat dan
mengurangi inpuls yang keluar bila suhu turun. Selain neuron ini reseptor lain yang
peka terhadap suhu adalah reseptor suhu kulit termasuk reseptor dalam lainnya

Modul Kebutuhan Dasar Manusia Page 126


yang juga menghantarkan isyarat terutama isyarat dingin ke susunan syaraf pusat
panas untuk membantu mengontrol suhu tubuh.
2. Aliran Darah
Tingginya kecepatan pangaliran darah ke kulit menyebabkan panas dikonduksi dari
bagian dalam tubuh ke kulit dengan efesiensi yang tinggi. Pembuluh darah menembus
jaringan isolator sub kutis dan tersebar luas dalam bagian sub papilaris kulit. Aliran darah
dalam kulit mempunyai dua fungsi yaitu mengatur suhu tubuh dan menyuplai makanan
kepada kulit yang merupakan mekanisme transfer panas yang utama dari inti tubuh ke kulit.
Suhu tubuh berpindah dari darah melalui pembuluh darah ke permukaan kulit dan hilang ke
lingkungan sekitar melalui mekanisme penghilangan panas (Guyton, 1999).
3. Transfer Panas
Energi panas yang hilang atau masuk ke dalam tubuh melalui kulit ada 4 cara yaitu:
a. Konduksi
Adalah pemaparan panas dari suatu obyek yang suhunya lebih tinggi ke
obyek lain dengan jalan kontak langsung (Gabriel, 1998). Agar terjadi konduksi
kedua obyek harus berbeda suhu dan harus saling berkontak misalnya pada
keperawatan mengukur suhu dengan menggunakan termometer air raksa di bagian
tubuh manusia atau permukaan tubuh kehilangan atau memperoleh panas melalui
konduksi kontak langsung dengan substasi lebih dingin atau lebih panas termasuk
udara atau air.
b. Konveksi
Konveksi adalah pemindahan panas melalui gas atau cairan yang bergerak.
Aliran konveksi dapat terjadi karena massa jenis udara panas sangat ringan
dibandingkan udara dingin misalnya orang telanjang yang duduk dalam ruangan
yang kehilangan sekitar 12% panasnya dengan cara konduksi ke udara menjauhi
tubuh.
c. Radiasi
Adalah suatu energi panas dari suatu permukaan obyek ke obyek lain tanpa
mengalami kontak dari kedua obyek tersebut (Gabriel, 1996), misalnya seseorang
yang telanjang dalam ruangan dengan suhu kamar normal kehilangan sekitar 60%
panas total secara radiasi. Jika suhu tubuh naik, pusat kendali suhu di otak akan
melebar dan meningkatkan aliran darah ke permukaan kulit sambil membawa panas
tubuh.
d. Evaporasi (penguapan)
Adalah peralihan panas dari bentuk cairan menjadi uap (Gabriel, 1999). Bila
suhu udara lebih tinggi dari suhu permukaan tubuh, maka radiasi, konduksi dan
konveksi tidak dapat menghilangkan panas di tubuh. Dalam keadaan ini cara

Modul Kebutuhan Dasar Manusia Page 127


penguapan yang bermanfaat yaitu mengkonversi air dari cairan menjadi gas.
misalnya penguapan air melalui kulit dan paru, ini disebut juga air menguap secara
insensibel karena tidak dapat dikontrol.
4. Sistem isolator tubuh
Kulit, jaringan subkutis dan khususnya lemak jaringan merupakan isolator panas bagi
tubuh, bila tidak ada darah yang mengalir dari organ-organ internal yang telah dipanasi ke
kulit, sifat isolator tubuh kira-kira sama dengan tiga perempat sifat isolator pakaian yang
biasa.
5. Pengukuran Suhu Tubuh
Pengukuran yang paling sering dilakukan oleh perawat dalam pengukuran suhu
tubuh, nadi, tekanan darah, frekuensi pernafasan dan saturasi oksigen. Pengukuran suhu
tubuh ditujukan untuk memperoleh suhu inti jaringan tubuh rata-rata yang representatif.
Suhu normal rata-rata bervariasi bergantung lokasi pengukuran. Tempat yang menunjukkan
suhu inti merupakan indikator suhu tubuh yang lebih dapat diandalkan daripada tempat yang
menunjukkan suhu permukaan. Suhu inti atau suhu jaringan dalam relatif konstan, dimana
tempat pengukuran suhu inti antara lain di rektum, membran timpani, esofagus, arteri
pulmoner dan kandung kemih merupakan salah satu faktor yang menentukan suhu tubuh
klien dalam rentang yang sempit. Sedangkan tempat pengukuran permukaan di permukaan
antara lain di kulit, aksila, oral.
Faktor faktor lingkungan dan infeksi jamur minor dapat menghasilkan suhu lebih
tinggi pada bayi dan anak kecil daripada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa.
Pada bayi yang sangat muda, demam merupakan salah satu tanda suatu gangguan. Pada
anak usia bermain, kejang karena panas dapat sama dengan demam dan merupakan
masalah yang penting. Ada tidaknya demam adalah penting dalam merencanakan asuhan
keperawatan. Suhu tubuh harus diukur pada saat masuk ke fasilitas perawatan kesehatan
sebelum dan sesudah pembedahan atau prosedur diagnostik invasif, selama dalam masa
infeksi yang tidak teridentifikasi setelah tindakan menurunkan demam dan kadang-kadang
pada bayi atau anak yang tampak merah mukanya, merasa hangat atau letargi (Engel,
1998).
1. Mengukur suhu tubuh
Suhu tubuh seringkali dijadikan sebagai salah satu faktor untuk menentukan
kondisi kesehatan bayi, disamping sejumlah faktor fisik lainnya. Suhu tubuh bayi
0 0
yang normal, berkisar antara 36,5 C 37 C. Apabila tubuhnya diatas atau di bawah
kisaran suhu tubuh, kemungkinan ada sesuatu yang salah di dalam tubuhnya (Perry,
2005)

Modul Kebutuhan Dasar Manusia Page 128


Untuk mengetahui berapa suhu tubuh bayi kita dapat menggunakan
termometer. Alat pengukur suhu tubuh ini banyak jenisnya yaitu termometer air
raksa, termometer digital, termometer berbentuk strip.
Termometer air raksa bentuknya pipih dengan ujung agak lancip. Pada ujung
termometer tersebut terdapat rongga yang berisis air raksa. Apabila ujung lancip
yang berisi air raksa ini tersentuh suhu tubuh maka air raksa ini akan bergerak dan
menunjukkan angka tertentu pada skala yang tertera. Termometer jenis ini bisa
digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam mulut atau diselipkan di ketiak.
Selain itu ada jenis termometer lain yang bentuknya mirip termometer air
raksa, yaitu termometer rektal. Bedanya, ukuran termometer rektal sedikit lebih kecil
dan bagian ujungnya sedikit lebih tunpul daripada termometer air raksa. Jenis
termometer ini lebih praktis penggunaanya dibandingkan termometer air raksa. Jenis
lain yang cukup praktis penggunaanya termometer strip yaitu tinggal diletakkan atau
ditempelkan pada dahi bayi.
2. Tempat dan waktu pengukuran suhu tubuh
Di setiap tempat perawatan baik di rumah sakit maupun klinik dipakai lokasi
pengukuran temperatur pada ketiak, sub lingual dan rektal (Gabriel, 1998). Pada bayi
di bawah umur 2 tahun dapat pula diukur direktal atau lipat paha (Abdul latif, 2000).
Tempat umum pengukuran suhu adalah oral, rektal dan aksila membran timpani,
esofagus, arteri pulmoner atau bahkan kandung kemih. Untuk dewasa awal yang
0
sehat rata-rata suhu oral 37 C. Tempat-tempat pengukuran ini dapat diiuraikan
sebagai berikut:
a. Pengukuran di ketiak (axila)
Melakukan pengukuran suhu di ketiak adalah dianjurkan karena aman, bersih
dan mudah dilakukan. Hal ini tidak menimbulkan resiko pada neonatus meskipun
itu memerlukan waktu sedikit lebih lama dari pengukuran suhu di rektal.
Pengukuran suhu axila adalah cara paling aman untuk mengetahui suhu tubuh
pada bayi baru lahir. Namun suhu axila merupakan teknik pengukuran suhu yang
kurang akurat karena diletakkan di luar tubuh daripada di dalam tubuh.
Pengukuran axila mempunyai keuntungan dan kerugian yaitu:
Keuntungan
1) Aman dan non invansif
2) Cara yang lebih disukai pada bayi baru lahir dan klien yang tidak kooperatif
Kerugian:
1) Waktu pengukuran lama
2) Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan posisi klien

Modul Kebutuhan Dasar Manusia Page 129


3) Tertinggal dalam pengukuran suhu inti pada waktu perubahan suhu yang
cepat
4) Memerlukan paparan toraks
b. Pengukuran di lipat paha
Pengukuran di lipat paha juga dianjurkan dengan beberapa pertimbangan yaitu:
(Perry, 2005)
1) Anatomi dan fisiologi
Terdapat pembuluh darah besar yaitu arteri dan vena femoralis dengan
cabang-cabang arteri yang banyak, dimana suhu akan berpindah dari darah ke
permukaan kulit melalui dinding pembuluh darah. Selain itu juga bahwa kulit
epidermis di lipat paha lebih tipis dari kulit di tempat lain sehingga mempercepat
terjadi pengeluran panas dari pembuluh darah yang berada di lapisan ke
permukaan kulit.
2) Aman
Daerah tersebut tidak mudah lecet dan bila termometer dijepitkan tidak
mudah lepas atau jatuh
3) Bersih
Termometer tidak akan terkontaminasi sehingga bisa dipakai pada pasien
yang lain tanpa harus disterilkan dalam waktu yang lama
4) Mudah
Mudah dilakukan dan mudah diamati kenaikan suhu tubuh pada termometer

c. Pengukuran di rektal
Rektal dijadikan tempat pengukuran karena daerah tersebut banyak
pembuluh darah walaupun sekarang sudah dianjurkan untuk menghindari oleh
karena dapat menyebabkan trauma pada pembuluh-pembuluh darah apabila
dilakukan berulang kali. Pengukuran rektal digunakan pada bayi, pasien dengan
bedah atau kelainan rektal, pasien dengan miokard akut.
Pengukuran suhu rektal adalah paling mungkin pada anak-anak yang lebih
muda. Pengukuran suhu tubuh direktal terdapat keuntungan dan kerugian yaitu :
Keuntungan
1) Terlebih dapat diandalkan bila suhu oral dapat diperoleh
2) Menunjukkan suhu inti (rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmoner,
kandung kemih)
Kerugian yaitu :
1) Pengukuran suhu inti lebih lambat selama perubahan suhu yang cepat

Modul Kebutuhan Dasar Manusia Page 130


2) Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah rektal, nyeri pada
area rektal atau cenderung perdarahan.
3) Memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan sumber rasa malu dan
ansietas klien
4) Memerlukan lubritasi
5) Dikontra indikasikan pada bayi baru lahir
d. Pengukuran oral
Yaitu pengukuran yang dilakukan di dalam mulut lebih khususnya di bawah
lidah karena daerah ini banyak terdapat mukosa, sedangkan untuk waktu
pengukuran dilakukan berdasarkan lama pengukuran suhu di rektal antara 3-5 menit,
di oral 3-7 menit, axila, 9-15 menit sedangkan pengukuran suhu tubuh di ketiak pada
usia dewasa adalah 8-10 menit (Tulus, 2001).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran suhu tubuh
a. Tempat pengukuran
Tempat pengukuran yang tidak bersih, basah dan terdapat infeksi atau di lokasi
dapat memberikan hasil yang kurang akurat, hal ini dapat berpengaruh pada hasil
akhir pengukuran suhu yang dilakukan.
b. Alat pengukuran
Alat yang digunakan adalah termometer air raksa yang sejenis dan ukurannya sama.
c. Metode pengukuran
Sebelum melakukan pengukuran air raksa sudah harus diturunkan sampai batas
reservoir
d. Waktu
Waktu yang dibutuhkan untuk pengukuran baik yang di ketiak maupun di lipat paha
harus sama (menit) (Perry, 2005)
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
a. Usia
Pada saat lahir bayi meninggalkan lingkungan yang hangat yang relatif konstan,
masuk ke dalam lingkungan yang suhu berfluktuasi dengan cepat. Mekanisme tubuh masih
imatur. Suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu. Pada
bayi baru lahir pengeluaran suhu tubuh melalui kepala, oleh karena itu perlu mengunakan
penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas.
Regulasi tidak stabil sampai pada anak-anak mencapai pubertas. Rentang suhu
normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia.
b. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Pasien yang cemas saat

Modul Kebutuhan Dasar Manusia Page 131


masuk rumah sakit atau sedang melakukan pemeriksaan kesehatan suhu tubuhnya akan
lebih tinggi dari normal. Adanya stres dapat dijembatani dengan mengunakan sistem
pendukung, intervensi krisis dan peningkatan harga diri. Sistem pendukung sangat penting
untuk penatalaksanaan stres seperti keluarga (orang tua) yang dapat mendengarkan,
perhatian, merawat dengan dukungan secara emosional selama mengalami stress. Sistem
pendukung pada intinya dapat mengurangi reaksi stres dan peningkatan kesejahteraan fisik
dan mental. Intervensi krisis merupakan teknik untuk menyelesaikan masalah, memulihkan
seseorang secepat mungkin pada tingkat fungsi semua dimensi sebelum krisis. Peningkatan
harga diri dilakukan untuk membantu dalam strategi reduksi stres yang positif yang
dilakukan untuk mengatasi stres (Perry, 2005).
c. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh dimana suhu dikaji dalam ruangan yang sangat
hangat, pasien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh akan naik. Apabila klien
berada pada lingkungan luar tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena
penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang kondusif. Bayi dan lansia paling
sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu mereka kurang klien.
d. Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh diluar rentang normal mempengaruhi set point hipotalamus.
Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan, produksi panas
minimal. Pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan dari perubahan tersebut. Sifat
perubahan tersebut mempengaruhi masalah klinis yang di alami klien (Perry, 2005).

5. Pemeliharaan suhu tubuh pada anak


Pemeliharaan suhu tubuh dapat dicapai selama awal masa kanak-kanak dengan
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut (Tambayong, 2001):
a. Bayi memiliki permukaan tubuh besar terhadap ratio berat badan, sehingga
kehilangan panas dapat menjadi lebih besar.
b. Bayi tidak dapat mengatur suhu tubuh mereka seperti yang dilakukan oleh orang
dewasa, sehubungan dengan belum matangnya mekanisme pengaturan panas, dan
juga perkembangan yang belum matang karena itu pertahanan suhu lingkungan
tetap hangat.

Modul Kebutuhan Dasar Manusia Page 132


ASKEP TERMOREGULASI

A. Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Pasien mengemukakan derajat temperatur tubuhnya meningkat atau menurun
b. Pasien mengekspresikan perasaan panas atau hangat atau dingin & menggigil
c. Pasien mengatakan alat bantu apa yang dia gunakan bila kedinginan (misal :
sweater atau selimut)
d. Pasien dapat mengemukakan faktor resiko terjadinya hipertermi atau hipotermi.
Misal : masalah metabolisme karena kanker atau ketidakseimbangan hormon;
integritas kulit; riwayat penyakit kronis seperti penyakit paru dan jantung; obat
obat yang dikonsumsi faktor resiko lain yang dapat diidentifikasi adalah
lingkungan dimana pasien berada atau tinggal.
e. Pasien mengemukakan lamanya hipertermi atau hipotermi dialami yaitu
andermitten , remitten atau relapsing
2. Data Objektif :
a. Perubahan yang terjadi pada permukaan kulit baik warna, kelembaban, secara
lokal atau sistemik.
b. Tingkat kesadaran
c. Berat badan
d. Status hidrasi dan nutrisi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan :
a. Pakaian tidak sesuai
b. Cidera sistem saraf pusat
c. Paparan terhadap lingkungan ( panas dingin)
d. Kerusakan sistem termoregulasi
2. Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan :
a. Imaturitas
b. Perubahan fisiologis
c. Penuaan
d. Cedera sistem saraf pusat
e. Suhu lingkungan
3. Hipotermia yang berhubungan dengan :
a. Penurunan kecepatan metabolic
b. Pakaian tidak adekuat

Modul Kebutuhan Dasar Manusia Page 133


c. Paparan terhadap lingkungan dingin
d. Ketidakmampuan untuk menggigil
e. Konsumsi obat atau alcohol
f. Inaktifitas
g. Penuaan
4. Hipertermia yang berhubungan dengan :
a. Peningkatan laju metabolic
b. Pakaian tidak sesuai
c. Paparan terhadap lingkungan panas atau dingin
d. Tidak dapat berkeringat
e. Medikasi
f. Aktifitas berat dan banyak
g. Proses infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri

C. Intervensi
1. Pendidikan kesehatan pada klien tentang penyebab, cara mengatasi, dan mencegah
gangguan termoregulasi
2. Penatalaksanaan pasien panas
a. Selama menggigil
Untuk meningkatkan rasa nyaman, pasien dapat diberikan selimut atau
pakaian ekstra
Berikan intake cairan yang adekuat
Observasi tanda tanda vital
b. Selama terjadi peningkatan suhu
Berikan pakaian tipis
Berikan intake cairan yang adekuat
Tingkatkan istirahat pasien
Jaga kelembaban bibir dan mukosa hidung
Berikan cooling sponge bath
Tingkatkan sirkulasi udara untuk meningkatkan rasa nyaman pasien
Lakukan tindakan pencegahan injury pasien gelisah atau terjadi
kejang
Dorong pasien untuk mendapatkan intake oral
Batasi aktifitas
Pakaikan baju dan selimut yang tipis

Modul Kebutuhan Dasar Manusia Page 134


D. Implementasi
1. Memberikan pendidikan kesehatan pada klien tentang penyebab, cara mengatasi, dan
mencegah gangguan termoregulasi
2. Penatalaksanaan pasien panas
a. Selama menggigil
Memberikan selimut atau pakaian ekstra
Memberikan intake cairan yang adekuat
Mengobservasi tanda tanda vital
b. Selama terjadi peningkatan suhu
Memberikan pakaian tipis
Memberikan intake cairan yang adekuat
Meningkatkan istirahat pasien
Menjaga kelembaban bibir dan mukosa hidung
Memberikan cooling sponge bath
Meningkatkan sirkulasi udara untuk meningkatkan rasa nyaman
pasien
Melakukan tindakan pencegahan injury pasien gelisah atau terjadi
kejang
Mendorong pasien untuk mendapatkan intake oral
Membatasi aktifitas
Memakaikan baju dan selimut yang tipis

E. Evaluasi
1. Data Subjektif :
a. Pasien mengemukakan derajat temperatur tubuhnya normal
b. Pasien mengekspresikan perasaan nyaman dan tidak menggigil
c. Pasien mengatakan sudah tidak menggunakan alat bantu yang dia gunakan bila
kedinginan (misal : sweater atau selimut)
d. Pasien dapat mengemukakan faktor resiko terjadinya hipertensi atau hipotermi
sudah tidak dirasakan lagi.
2. Data Objektif :
a. Kondisi nampak normal pada permukaan kulit baik warna, kelembaban, secara
lokal atau sistemik.
b. Tingkat kesadaran pasien berada pada composmentis
c. Berat badan sesuai dengan bb idealnya
d. Status hidrasi dan nutrisi baik dan normal

Modul Kebutuhan Dasar Manusia Page 135


C. TES FORMATIF
1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh !
2. Apa intervensi yang dapat dilakukan pada pasien dengan suhu
tubuh yang tinggi (panas)?

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, aziz alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.

Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta

Ns. Eny kusyati,S.kep, dkk:, 2006 Ketrampilan dan prosedur laboratorium . Jakarta EGC
keperawatan dasar

SOP, Keperawatan Jawa Tengah, 2006 Asosiasi intitisi pendidikan DIII

Hartono, Andry (alif bahasa ) 1997. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC

Potter Perry 2000. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar Edisi, 3 jakarta : EGC

Kozier, B. 2000 Fundamental of Nursing Jakarta

Modul Kebutuhan Dasar Manusia Page 136

Anda mungkin juga menyukai