Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

Oleh :
Dian Handayani

PROFESI KEPERAWATAN
STIKES INDONESIA
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Kebutuhan Dasar Suhu Tubuh


1.1 Definisi
Suhu adalah keadaan panas dan dingin yang diukur dengan menggunakan
termometer. Didalam tubuh terdapat 2 macam suhu, yaitu suhu inti dan suhu kulit.
Suhu inti adalah suhu dari tubuh bagian dalam dan besarnya selalu dipertahankan
konstan dari hari ke hari, kecuali bila seseorang mengalami demam. Sedangkan suhu
kulit berbeda dengan suhu inti, dapat naik dan turun sesuai dengan suhu lingkungan.
Bila dibentuk panas yang berlebihan didalam tubuh, suhu kulit akan meningkat.
Sebaliknya, apabila tubuh mengalami kehilangan panas yang besar maka suhu
kulitakan menurun (Guyton & Hall, 2012).
Suhu tubuh adalah keseimbangan antara panas yangdihasilkan dan panas yang
dikeluarkan (Ernawati, 2012). Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang
dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Panas
yang dihasilkan dikurangi panas yang hilang adalah suhu tubuh (Potter & Perry, 2010)
Suhu tubuh bersifat hampir konstan. Suhu tubuh terendah terdapat pada pagi
hari dan meningkat pada siang atau malam hari. Semakin rendah jika semakin dekat
dengan permukaan tubuh itulah yang diukur. Suhu dipusat tubuh (body care) lebih
tinggi dari pada permukaan suhu tubuh. Suhu tubuh pada orang yang sama
mempunyai perbedaan jika diukur dari area tubuh yang berbeda. Penting untuk
mengetahui suhu normal seseorang karena suhu normal dapat bervariasi dari satu
orang ke orang lain. Suhu tubuh kurang stabil pada anak – anak.
Tabel Suhu tubuh yang kurang stabil pada anak – anak
Usia Suhu Tubuh
3 Bulan 37,4°C
6 Bulan 37,5°C
1 Tahun 37,6°C
3 Tahun 37,2°C
5 Tahun 37°C
9 Tahun 36,7°C
Sumber : (Ernawati, 2012)
Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang normal
tubuh, (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Menurut, (Arif Muttaqin, 2014) hipertermia
adalah peningkatan suhu tubuh sehubugan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.

1.2 Etiologi
Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibatbahan toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapatmenyebabkan efek
perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang
disebut pirogen. Zat pirogen inidapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain.
Terutama toksinpolisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/ pirogen yang
dihasilkandari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selamakeadaan
sakit (Hidayat & Uliyah, 2016).
Faktor penyebabnya :
1) Dehidrasi Penyakit atau trauma
2) Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
3) Pakaian yang tidak layak
4) Kecepatan metabolisme meningkat.
5) Pengobatan/ anesthesiaTerpajan pada lingkungan yang panas (jangkapanjang)
6) Aktivitas yang berlebihan (Hidayat, 2012)
Menurut Febry dan Marendra (2016) penyebab demam dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan demam berdarah)
dan infeksi bakteri (demam dan pharingitis).
2) Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau adanya penyakit
autoimun (penyakit yang disebabkan sistem imun tubuh itu sendiri).
3) Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara terlalu
panas dan kelelahan setelah bermain disiang hari.
1.3 Prinsip dan mekanisme dari termoregulasi
1. Prinsip dari termoregulasi
Kontrol neural dan vascular
Hipotalamus yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh
sebagaimana kerja thermostat dalam rumah. Suhu yang nyaman adalah pada set point
dimana sistem panas beroperasi. Hipothalamus merasakan perubahan ringan pada
suhu tubuh. Hipothalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipothalamus
posterior mengontrol produksi panas.
Bila sel panas di hipothalamus anterior melebihi set point, impuls akan dikirim
untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran panas termasuk berkeringat,
vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah, dan hambatan produksi panas. Darah di
distribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan pengeluaran
panas. Jika hipothalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set point,
mekanisme konservasi bekerja. Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah
mengurangi aliran darah ke kulit dan ekstremitas. Kompensasi produksi panas di
stimulasi melalui kontraksi otot volunter dan getaran (menggigil) pada otot. Bila
vasokontriksi tidak efektif dalam pencegahan tambahan pengeluaran panas, tubuh
mulai menggigil. Lesi atau trauma pada hipothalamus atau korda spinalis, yang
membawa pesan hipothalamus, dapat menyebabkan perubahan yang serius pada
kontrol suhu.
2. Mekanisme dari termoregulasi
a. Produksi panas
Panas diproduksi di dalam tubuh melalui metabolisme, yang merupakan
reaksi kimia pada semua sel tubuh. Makanan merupakan sumber bahan bakar utama
bagi metabolisme. Termoregulasi membutuhkan fungsi normal dari proses produksi
panas. Reaksi kimia sel membutuhkan adenosine trifosfat (ATP). Aktivitas yang
memerlukan tambahan reaksi kimia meningkatkan laju metabolic. Bila metabolisme
meningkat, panas tambahan akan diproduksi. Ketika metabolisme menurun, panas
yang diproduksi sedikit. Produksi panas terjadi selama istirahat, gerakan otot
polos, getaran otot dan termogenesis tanpa menggigil.
b. Pengeluaran panas
Pengeluaran panas dan produksi panas terjadi secara simultan atau secara
bersamaan. Struktur kulit dan paparan terhadap lingkungan secara konstan,
pengeluaran panas secara normal melalui :
1) Radiasi
Adalah perpindahan panas dari permukaan satu objek kepermukaan objek
lainnya tanpa keduanya bersentuhan (Thibodeau dan Patton, 1993). Panas berpindah
melalui gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti membawa
panas ke kulit dan pembuluh darah permukaan. Jumlah panas yang dibawa ke
permukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh
hipothalamus. Panas menyebar ke kulit setiap obyek yang lebih dingin di sekelilingnya.
Penyebaran juga meningkat bila perbedaan suhu antara obyek juga meningkat.
2) Konduksi
Adalah perpindahan panas dari satu obyek ke obyek lain dengan kontak
langsung. Ketika kulit hangat menyentuh obyek yang lebih dingin, panas hilang.
Ketika suhu dua obyek sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas
berkonduksi melalui benda padat, gas, dan cair. Konduksi normalnya sedikit
menyebabkan kehilangan panas.
3) Konveksi
Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi pertama
kali oleh molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus udara
membawa udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas
meningkat.
4) Evaporasi
Adalah penguapan terus menerus dari saluran pernafasan dan dari mukosa
mulut serta dari kulit. Kehilangan air yang terus menerus dan tidak tampak ini disebut
kehilangan air yang tidak dapat dirasakan. Jumlah kehilangan panas yang tidak
dirasakan kira–kira 10% dari produksi panas basal. Pada saat suhu tubuh meningkat,
jumlah evaporasi untuk kehilangan lebih besar.
5) Diaphoresis
Adalah prespirasi visual dahi dan thoraks atas. Kelenjar keringat berada
dibawah dermis kulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair yang mengandung
natrium dan klorida yang melewati duktus kecil pada permulaan kulit. Kelenjar
dikontrol oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat
mengeluarkan keringat, yang menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan
panas. Suhu tubuh rendah menghambat sekresi kelenjar keringat.
c. Kulit pada regulasi tubuh
Peran kulit pada regulasi suhu meliputi insulasi (isolasi) tubuh, vasokonstriksi
(yang mempengaruhi aliran darah dan kehilangan panas pada kulit), sensasi suhu.
Kulit, jaringan subkutan dan lemak menyimpan panas di dalam tubuh. Ketika aliran
darah antara lapisan kulit berkurang, kulit itu sendiri adalah insulator paling baik.
d. Kontrol perilaku
Manusia secara sadar bertindak untuk mempertahankan suhu tubuh yang
nyaman ketika terpajan pada suhu ekstrim. Kemampuan untuk mengontrol suhu tubuh
tergantung pada :
(1) Derajat ekstrim suhu.
(2) Kemampuan individu untuk merasakan kenyamanan atau ketidaknyamanan.
(3) Proses pikir atau emosi.
(4) Mobilitas atau kemampuan individu untuk melepaskan atau menambahkan
pakaian.

1.4 Gangguan Pengaturan Suhu Tubuh Diantaranya disebabkan oleh:


1. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan
suhu sampai 39°C meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga meruapakan bentuk
pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasiinterferon (substansi yang
bersifat melawan virus).Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan
dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang
berbeda.Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah.
Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi
jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
terhadap nutrient. Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang
memproduksi panas tambahan.
2. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang
terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama
kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien kelingkungan yang
lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah
hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan tidak
dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan
obat-obatan anastetik tertentu.
4. Heat stroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi
dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heat stroke,
kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi. Klien beresiko
termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang termasuk beresiko adalah
orang yang mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk
mengeluarkan panas (mis. fenotiazin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan
antagonis reseptor beta-adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau
kerja yang berat (mis. atlet, pekerja konstruksi dan petani). Tanda dan gejala
heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram otot,
gangguan visual, dan bahkaninkontinensia. Tanda lain yang paling penting adalah kulit
yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat
berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu yang lebih besar dari 40,5°C
mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital
menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45°C, takikardia dan hipotensi. Otak
mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu terkena karena sensitivitasnya
terhadap keseimbangan elektrolit. Jika kondisi terus berlanjut, klien menjadi tidak
sadar, pupil tidak reaktif. Terjadi kerusakan neurologis yang permanen kecuali jika
tindakan pendinginan segera dimulai.
5. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan
mengakibatakan hipotermia.
Tingkatan hipotermia
~ Ringan 34,6 - 36,5°C per rektal
~ Sedang 28,0 - 33,5°C per rektal
~ Berat 17,0 - 27,5°C per rektal
~ Sangat berat 4,0 - 16,5°C per rektal
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui
selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang mengalami
hipotermia mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan
tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°c, frekuensi jantung,
pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika hipotermia terus berlangsung, disritmia
jantung akan berlangsung, kehilangan kesadaran, dan tidak responsif terhadap
stimulus nyeri.
1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Asmadi (2008) mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi suhu
tubuh. Perubahan pada suhu tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan
antara produksi panas dan kehilangan panas diganggu oleh variable fisiologis atau
perilaku antara lain :
1) Umur
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relativ
constant, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat.
Mekanisme kontrol suhu masih imatur. Suhu tubuh bayi dapat berespon secara
drastis terhadap perubahan suhu lingkungan. Regulasi tidak stabil sampai anak – anak
mencapai pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur – angsur sampai
mendekati lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit daripada
dewasa awal.
2) Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan
karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi
panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya
meningkatkan suhu tubuh.
3) Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh lebih besar
dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi
suhu tubuh. Kadar progesteron meningkat dan menurun secara bertahap selama siklus
menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat di bawah
kadar batas normal.
4) Irama sirkardian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 sampai 1 selama periode 24 jam.
Bagaimanapun, suhu merupakan irama paling stabil pada manusia. Suhu tubuh
biasanya paling rendah antara pukul 1.00 dan 4.00 dini hari. Sepanjang hari, suhu
tubuh naik sampai sekitar pukul 18.00 dan kemudian turun seperti pada dini hari.
5) Stres
Stres fisik dan emosi peningkatan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat
masuk rumah sakit atau tempat praktek dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari
normal.
6) Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang
sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme
pengeluaran panas dan suhu tubuh akan naik.
Demikian pula, jika klien keluar ke cuaca dingin tanpa pakaian yang cocok, suhu
tubuh akan turun (Kozier, 2000). Sedangkan Barbara R Hegner (2003) menjelaskan
bahwa suhu tubuh dipengaruhi oleh :
a. Penyakit
b. Suhu Eksternal / Lingkungan
c. Obat – obatan
d. Usia
e. Infeksi
f. Jumlah waktu dalam sehari
g. Latihan
h. Emosi
i. Kehamilan
j. Siklus Menstruasi
k. Aktivitas Menangis

2. Konsep Asuhan Keperawatan


2.1 Pengkajian
Asuhan keperawatan adalah pengkajian tahap awal dari proses asuhan
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi data dan mengidentifikasi status
kesehatan (Nursalam, 2010).
1) Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang klien agar dapat mengidentifikasi, mengenal
masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan kien, baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012 : 36)
a. Identitas Meliputi nama klien (anak), usia, jenis kelamin, tempat dan tanggal
lahir, alamat klien, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah/ibu, pendidikan ayah/ibu.
b. Keluhan Utama Biasanya keluarga pasien mengatakan klien demam suhu tubuh
>37,5°C. Klien juga mengeluh lemah dan tidak nafsu makan
c. Riwayat Kesehatan Sekarang Menggambarkan keadaan pasien saat dilakukan
perawatan di rumah sakit. Biasanya pasien demam dengan suhu > 37,5°C, tidak
nafsu makan, lemah dan pusing.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu Klien biasanya pernah menderita demam
sebelumnya atau gangguan penyakit lainnya. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit menular dan penyakit yang
berhubungan dengan klien
e. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
 Keadaan Umum : Biasanya badan lemah
 Tanda- tanda Vital N : >100 x/Menit P : 22-34 x/Menit S : >37,5°C
 Kepala
Ispeksi : Bersih, tidak ada lesi/benjolan, distribusi rambut merata
dengan warna hitam, tipis
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Prontalis teraba panas
 Mata
Inspeksi : Kebersihan mata cukup, bentuk mata simetris kiri dan kanan,
sclera an-ikterik, konjungtiva anemis
Palpasi : Tidak terdapat masalah saat dipalpasi
 Hidung
Inspeksi : Biasanya kebersihan hidung baik, tidak ada kelainan bentuk,
tidak terdapat tanda-tanda peradangan, tidak terlihat pernapasan
cuping hidung
Palpasi : Biasanya tidak ada masalah saat dipalpasi
 Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering, Bibir nampak pucat
Palpasi : Bibir teraba pecah-pecah
 Leher
Inspeksi : Biasanya tidak terdapat pembsaran kelenjar teroid,
pergerakan leher tidak ada gangguan
Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar Heroid
 Dada
Inspeksi : Biasanya pernapasan cepat dan dalam (setelah atau sebelum
melakukan aktivitas)
Palpasi : Tidak teraba nyeri tekan
Perkusi : biasanya paru kiri dan kanan terdengar redup saat diperkusi
Auskultasi : Biasanya paru kiri dan kanan terdengar suara napas
tambahan (mengi, wheezing dan raonkhi kering)
 Abdomen
Inspeksi : Biasanya tidak terdapat kelainan pada abdomen
Palpasi : Biasanya mengalami nyeri pada bagian abdomen
Perkusi : Suara abdomen biasanya timpani pada semua kuadran.
Auskultasi : Bising usus diatas normal
 Ektrimitas Atas Ekstrimitas bawah
Inspeksi : Tidak terdapat kelainan bentuk tangan kanan dan kiri, tidak
terdapat benjolan pada tangan kanan dan kiri, tidak terdapat fraktur
pada tangan kanan dan kiri. Tidak terdapat kelainan pada kaki kakan
dan kiri, tidak terdapat benjolan, kekuatan otot sama kuat antara kaki
kanan dan kiri. Tidak terdapat hipertrofi/atrofi pada kaki kanan dan kiri,
tidak terdapat pembengkakan dan nyeri.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada tangan kanan dan kiri
f. Riwayat Tumbuh Kembang
Menurut (Adriana, 2013) Riwayat tumbuh kembang sebagai berikut :
 Pertumbuhan Fisik
1) Berat Badan Pertambahan berat badan selama periode usia prasekolah
sekitar 2,3 kg per tahun. Rata-rata berat badan anak usia 3 tahun adalah
14,5 kg dan akan mengalami peningkatan menjadi 18,6 kg pada usia 5
tahun. Tulang akan tumbuh sekitar 5 hingga 7,5 sentimeter per tahun
2) Tinggi badan Tinggi rata-rata anak usia 3 tahun adalah 96,2 cm, anak-anak
usia 4 tahun adalah 103,7 cm dan rata-rata anak usia 5 tahun adalah 118,5
cm.
3) Waktu tumbuh Gigi 9 bulan muncul gigi susu, kemudian tanggal pada umur
6-7 tahun dan berganti gigi permanen.

 Perkembangan Tiap Tahap


1) Perkembangan Motorik Kasar Pada usia 3 tahun anak melakukan gerakan
sederhana seperti berjingrak, melompat dan berlari. Kemudian di umur 4
tahun anak melakukan gerakan yang sama tetapi sudah berani mengambil
resiko, anak mampu naik tangga dengan satu kaki dan dapat turun dengan
cara yang sama, lalu pada umur 5 tahun anak lebih percaya diri dengan
mencoba untuk berlomba dengan teman sebayanya atau orang tuanya.
2) Perkembangan Motorik Halus Pada usia 3 tahun anak masih terkait dengan
kemampuan untuk menempatkan dan memegang benda-benda, kemudian
pada usia 4 tahun koordinasi motorik halus anak telah semakin meningkat
dan menjadi lebih tepat seperti bermain balok. Lalu pada usia 5 tahun anak
memiliki koordinasi mata yang bagus dengan memadukan tangan, lengan,
dan anggota tubuh lainnya untuk bergerak.
3) Perkembangan Sosial Anak usia prasekolah biasanya mudah bersosialisasi
engan orang sekitarnya. Biasanya mereka mempunyai sahabat yang
berjenis kelamin sama. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak
terlalu terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat
berganti-ganti. Anak menjadi seangat mandiri agresif secara fisik dan
verbal, bermain secara asosiatif, dan mulai mengeksplorasi seksualitas.
4) Perkembangan Emosional Anak cenderung mengekspresikan emosinya
dengan bebas dan terbuka. Sikap sering marah dan iri hati sering
diperlihatkan.
5) Perkembangan Kognitif Anak usia prasekolah umumnya telah terampil
dalam berbahasa. Sebagian besar dari mereka sering bicara, khususnya
dalam kelompoknya. Sebaliknya anak diberi kesempatan untuk berbicara.
Sebagian dari mereka perlu dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.

g. Pola Aktivitas Sehari-hari


1) Pola Nutrisi Makan
a) Jenis Jenis makanan yang dsukai Makanan tinggi nutrisi, protein, dan
Karbohidrat (Bubur)
b) Jumlah Banyak Sedikit
c) Waktu 2-3 kali sehari 1 kali sehari
2) Minum
a) Jenis Air putih Air putih
b) Jumlah 4-5 Liter/Hari 2-3 Liter/Hari
c) Waktu Pagi, Siang, dan Pagi, Siang, dan Malam Malam
3) Istirahat
a) Malam 8 Jam 5-6 Jam
b) Siang 4-5 Jam 1-2 Jam
4) BAK 3-4 Kali sehari 1-2 Kali sehari (Buang air kecil)
5) BAB 2 Kali Sehari 1/ Tidak BAB dalam (Buang air besar) 1 hari atau lebih

h. Data Pisikologis
Biasanya Pasien mengalami ansietas, ketakutan, perasaan tidak berdaya dan
depresi.
i. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah perifer lengkap Bisa ditemukan leukopeni, leukositosis
atau leukosit (bisa terjadi walaupun tanda disertai infeksi skunder).
2) Kultur Kultur darah : pada minggu pertama bisa positif Kultur urine : pada
minggu kedua bisa positif Kultur feses : dari minggu kedua sampai minggu
ketiga bisa positif
2.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), 2017 masalah keperawatan
yang timbul pada kasus Demam adalah :
1. Hipertermia
Definisi Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
Penyebab
 Dehidrasi
 Terpapar lingkungan panas
 Proses penyakit (mis, infeksi, kanker)
 Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
 Peningkatan laju metabolisme
 Respon trauma
 Aktivitas berlebihan
 Penggunaan inkubator
Gejala Tanda Mayor
 Subjektif (Tidak Tersedia)
Objektif
 Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala Tanda Minor
 Subjektif (Tidak Tersedia)
Objektif
 Kulit merah
 Kejang
 Takikardia
 Takipnea
 Kulit terasa hangat
Kondisi Klinis Terkait
 Proses infeksi
 Hipertiroid
 Stroke
 Dehidrasi
 Trauma
 Prematuritas
2. Hipotermi
Definisi: suhu tubuh dibawah rentang normal
Penyebab:
 Kerusakan hipotalamus
 Konsumsi alkohol
 Berat badan ekstrem
 Kekurangan lemak subkutan
 Terpapar suhu lingkungan rendah
 Malnutrisi
 Pemakaian pakaian tipis
 Penurunan laju metabolisme
 Tidak beraktivitas
 Transfer panas ( mis.konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
 Trauma
 Proses penuaan
 Efek agen farmakologi
 Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif ( tidak tersedia )
Objektif
 Kulit teraba dingin
 Menggigil
 Suhu tubuh dibawah normal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif ( tidak tersedia )
Objektif
 Akrosianosis
 Bradikardia
 Dasar kuku sianosis
 Hipoglikemia
 Pengisian kapiler >3 detik
 Konsumsi oksigen meningkat
 Ventilasi menurun
 Piloereksi
 Takikardia
 Vasokonstriksi perifer
 Kutis memorata (pada neonatus)
Kondisi klinis
 Hipotiroidisme
 Anoreksia nervosa
 Cedera batang otak
 Prematuritas
 BBLR
 Tenggelam

3. Termoregulasi tidak efektif


Definisi: mengalami kegagalan dalam mempertahankan suhu tubuh dalam
rentang normal
Penyebab:
 Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
 Fluktuasi suhu lingkungan
 Proses penyakit (mis.infeksi)
 Proses penuaan
 Dehidrasi
 Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
 Peningkatan kebutuhan oksigen
 Perubahan laju metabolisme
 Suhu lingkungan ektrem
 Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
 Berat badan ekstrem
 Efek agen farmakologi (mis.sedasi)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif ( tidak tersedia )
Objektif
 Kulit dingin/hangat
 Menggigil
 Suhu tubuh fluktuatif
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif ( tidak tersedia )
Objektif
 piloereksi
 Pengisian kapiler >3 detik
 Tekanan darah meningkat
 pucat
 frekuensi nafas meningkat
 Takikardia
 kejang
 kulit memerah
 dasar kulit sianotik
kondisi Klinis
 cedera medula spinalis
 infeksi/sepsis
 pembedahan
 cedera otak akut
 trauma
2.3 Intervensi Keperawatan
1. Hipertermi
Tujuan : hipertermi Membaik
Kriteria Hasil :
 Menggigil menurun
 Pucat menurun
 Suhu tubuh menurun
 Suhu kulit menurun
 Tekanan darah membaik
 Ventilasi membaik
Intervensi Utama : Manajemen Hipertermia
Observasi
a. Identifikasi penyebeb hipertermia (mis, dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan inkubator)
b. Monitor suhu tubuh
c. Monitor kadar elektrolit
d. Monitor haluaran urine
e. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan yang dingin
b. Longgarkan atau lepaskan pakaian
c. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
d. ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengelami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
e. Lakukan pendinginan eksternal (mis, selimut hipotermia atau kompres
dingin di dahi, leher dada, abdomen, aksila)
f. Hindari pemeberian antiperetik atau aspirin
g. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemebrian cairan elektrolit dan elektrolit intravena, jika
perlu

2. Hipotermi
Tujuan : termoregulasi membaik
Kriteria hasil :
 Menggigil menurun
 Pucat menurun
 Kejang menurun
 Pengisian kapiler membaik
 Suhu tubuh membaik
 Tekanan darah membaik
 Takikardia, bradikardia membaik
Intervensi: manajemen hipotermia
Observasi:
a. Monitor suhu tubuh
b. Identifikasi penyebab hipotermi
c. Monitor tanda dan gejala hipotermi
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan yang hangat
b. Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut, menutup kepala, pakaian
tebal)
c. Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres hangat, botol
hangat, selimut hangat, metode kangguru)
Edukasi
a. Anjuran makan/minum hangat

3. Termoregulasi tidak efektif


Tujuan : termoregulasi membaik
Kriteria hasil :
 Menggigil menurun
 Pucat menurun
 Kulit memerah membaik
 Kejang menurun
 Pengisian kapiler membaik
 Suhu tubuh membaik
 Tekanan darah membaik
 Takikardia, bradikardia membaik
Intervensi: regulasi temperatur
Observasi:
a. Monitor warna dan suhu tubuh
b. Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi
c. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermi dan hipertermi
Terapeutik
a. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
b. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi adekuat
c. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
Edukasi
a. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
b. Demonstrasikan teknik perawatan metode kangguru
kolaborasi
c. Kolaboeasi pemberian antipiretik, jika perlu

3. Daftar Pustaka
Kacella, ivon dkk. Makalah Keseimbangan Suhu Tubuh. Universitas MH Tambrin
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai