LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR KESEIMBANGAN SUHU TUBUH
Oleh :
Dian Handayani
PROFESI KEPERAWATAN
STIKES INDONESIA
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1.2 Etiologi
Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibatbahan toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapatmenyebabkan efek
perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang
disebut pirogen. Zat pirogen inidapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain.
Terutama toksinpolisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/ pirogen yang
dihasilkandari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selamakeadaan
sakit (Hidayat & Uliyah, 2016).
Faktor penyebabnya :
1) Dehidrasi Penyakit atau trauma
2) Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
3) Pakaian yang tidak layak
4) Kecepatan metabolisme meningkat.
5) Pengobatan/ anesthesiaTerpajan pada lingkungan yang panas (jangkapanjang)
6) Aktivitas yang berlebihan (Hidayat, 2012)
Menurut Febry dan Marendra (2016) penyebab demam dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan demam berdarah)
dan infeksi bakteri (demam dan pharingitis).
2) Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau adanya penyakit
autoimun (penyakit yang disebabkan sistem imun tubuh itu sendiri).
3) Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara terlalu
panas dan kelelahan setelah bermain disiang hari.
1.3 Prinsip dan mekanisme dari termoregulasi
1. Prinsip dari termoregulasi
Kontrol neural dan vascular
Hipotalamus yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh
sebagaimana kerja thermostat dalam rumah. Suhu yang nyaman adalah pada set point
dimana sistem panas beroperasi. Hipothalamus merasakan perubahan ringan pada
suhu tubuh. Hipothalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipothalamus
posterior mengontrol produksi panas.
Bila sel panas di hipothalamus anterior melebihi set point, impuls akan dikirim
untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran panas termasuk berkeringat,
vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah, dan hambatan produksi panas. Darah di
distribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan pengeluaran
panas. Jika hipothalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set point,
mekanisme konservasi bekerja. Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah
mengurangi aliran darah ke kulit dan ekstremitas. Kompensasi produksi panas di
stimulasi melalui kontraksi otot volunter dan getaran (menggigil) pada otot. Bila
vasokontriksi tidak efektif dalam pencegahan tambahan pengeluaran panas, tubuh
mulai menggigil. Lesi atau trauma pada hipothalamus atau korda spinalis, yang
membawa pesan hipothalamus, dapat menyebabkan perubahan yang serius pada
kontrol suhu.
2. Mekanisme dari termoregulasi
a. Produksi panas
Panas diproduksi di dalam tubuh melalui metabolisme, yang merupakan
reaksi kimia pada semua sel tubuh. Makanan merupakan sumber bahan bakar utama
bagi metabolisme. Termoregulasi membutuhkan fungsi normal dari proses produksi
panas. Reaksi kimia sel membutuhkan adenosine trifosfat (ATP). Aktivitas yang
memerlukan tambahan reaksi kimia meningkatkan laju metabolic. Bila metabolisme
meningkat, panas tambahan akan diproduksi. Ketika metabolisme menurun, panas
yang diproduksi sedikit. Produksi panas terjadi selama istirahat, gerakan otot
polos, getaran otot dan termogenesis tanpa menggigil.
b. Pengeluaran panas
Pengeluaran panas dan produksi panas terjadi secara simultan atau secara
bersamaan. Struktur kulit dan paparan terhadap lingkungan secara konstan,
pengeluaran panas secara normal melalui :
1) Radiasi
Adalah perpindahan panas dari permukaan satu objek kepermukaan objek
lainnya tanpa keduanya bersentuhan (Thibodeau dan Patton, 1993). Panas berpindah
melalui gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti membawa
panas ke kulit dan pembuluh darah permukaan. Jumlah panas yang dibawa ke
permukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh
hipothalamus. Panas menyebar ke kulit setiap obyek yang lebih dingin di sekelilingnya.
Penyebaran juga meningkat bila perbedaan suhu antara obyek juga meningkat.
2) Konduksi
Adalah perpindahan panas dari satu obyek ke obyek lain dengan kontak
langsung. Ketika kulit hangat menyentuh obyek yang lebih dingin, panas hilang.
Ketika suhu dua obyek sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas
berkonduksi melalui benda padat, gas, dan cair. Konduksi normalnya sedikit
menyebabkan kehilangan panas.
3) Konveksi
Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi pertama
kali oleh molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus udara
membawa udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas
meningkat.
4) Evaporasi
Adalah penguapan terus menerus dari saluran pernafasan dan dari mukosa
mulut serta dari kulit. Kehilangan air yang terus menerus dan tidak tampak ini disebut
kehilangan air yang tidak dapat dirasakan. Jumlah kehilangan panas yang tidak
dirasakan kira–kira 10% dari produksi panas basal. Pada saat suhu tubuh meningkat,
jumlah evaporasi untuk kehilangan lebih besar.
5) Diaphoresis
Adalah prespirasi visual dahi dan thoraks atas. Kelenjar keringat berada
dibawah dermis kulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair yang mengandung
natrium dan klorida yang melewati duktus kecil pada permulaan kulit. Kelenjar
dikontrol oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat
mengeluarkan keringat, yang menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan
panas. Suhu tubuh rendah menghambat sekresi kelenjar keringat.
c. Kulit pada regulasi tubuh
Peran kulit pada regulasi suhu meliputi insulasi (isolasi) tubuh, vasokonstriksi
(yang mempengaruhi aliran darah dan kehilangan panas pada kulit), sensasi suhu.
Kulit, jaringan subkutan dan lemak menyimpan panas di dalam tubuh. Ketika aliran
darah antara lapisan kulit berkurang, kulit itu sendiri adalah insulator paling baik.
d. Kontrol perilaku
Manusia secara sadar bertindak untuk mempertahankan suhu tubuh yang
nyaman ketika terpajan pada suhu ekstrim. Kemampuan untuk mengontrol suhu tubuh
tergantung pada :
(1) Derajat ekstrim suhu.
(2) Kemampuan individu untuk merasakan kenyamanan atau ketidaknyamanan.
(3) Proses pikir atau emosi.
(4) Mobilitas atau kemampuan individu untuk melepaskan atau menambahkan
pakaian.
h. Data Pisikologis
Biasanya Pasien mengalami ansietas, ketakutan, perasaan tidak berdaya dan
depresi.
i. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah perifer lengkap Bisa ditemukan leukopeni, leukositosis
atau leukosit (bisa terjadi walaupun tanda disertai infeksi skunder).
2) Kultur Kultur darah : pada minggu pertama bisa positif Kultur urine : pada
minggu kedua bisa positif Kultur feses : dari minggu kedua sampai minggu
ketiga bisa positif
2.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), 2017 masalah keperawatan
yang timbul pada kasus Demam adalah :
1. Hipertermia
Definisi Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
Penyebab
Dehidrasi
Terpapar lingkungan panas
Proses penyakit (mis, infeksi, kanker)
Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
Peningkatan laju metabolisme
Respon trauma
Aktivitas berlebihan
Penggunaan inkubator
Gejala Tanda Mayor
Subjektif (Tidak Tersedia)
Objektif
Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala Tanda Minor
Subjektif (Tidak Tersedia)
Objektif
Kulit merah
Kejang
Takikardia
Takipnea
Kulit terasa hangat
Kondisi Klinis Terkait
Proses infeksi
Hipertiroid
Stroke
Dehidrasi
Trauma
Prematuritas
2. Hipotermi
Definisi: suhu tubuh dibawah rentang normal
Penyebab:
Kerusakan hipotalamus
Konsumsi alkohol
Berat badan ekstrem
Kekurangan lemak subkutan
Terpapar suhu lingkungan rendah
Malnutrisi
Pemakaian pakaian tipis
Penurunan laju metabolisme
Tidak beraktivitas
Transfer panas ( mis.konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
Trauma
Proses penuaan
Efek agen farmakologi
Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif ( tidak tersedia )
Objektif
Kulit teraba dingin
Menggigil
Suhu tubuh dibawah normal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif ( tidak tersedia )
Objektif
Akrosianosis
Bradikardia
Dasar kuku sianosis
Hipoglikemia
Pengisian kapiler >3 detik
Konsumsi oksigen meningkat
Ventilasi menurun
Piloereksi
Takikardia
Vasokonstriksi perifer
Kutis memorata (pada neonatus)
Kondisi klinis
Hipotiroidisme
Anoreksia nervosa
Cedera batang otak
Prematuritas
BBLR
Tenggelam
2. Hipotermi
Tujuan : termoregulasi membaik
Kriteria hasil :
Menggigil menurun
Pucat menurun
Kejang menurun
Pengisian kapiler membaik
Suhu tubuh membaik
Tekanan darah membaik
Takikardia, bradikardia membaik
Intervensi: manajemen hipotermia
Observasi:
a. Monitor suhu tubuh
b. Identifikasi penyebab hipotermi
c. Monitor tanda dan gejala hipotermi
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan yang hangat
b. Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut, menutup kepala, pakaian
tebal)
c. Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres hangat, botol
hangat, selimut hangat, metode kangguru)
Edukasi
a. Anjuran makan/minum hangat
3. Daftar Pustaka
Kacella, ivon dkk. Makalah Keseimbangan Suhu Tubuh. Universitas MH Tambrin
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.