DAN INJIL
Aufa Yuvela Rafif
Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Pendahuluan
Kerusakan alam menjadi masalah yang serius dan umat beragama menjadi
penyumbangnya. Perilaku umat beragama yang sudah tidak taat terhadap kitabnya
menyebabkan kerusakan alam yang berdampak hingga hari ini. Ketidak taatan bisa
berupa menjauhi amalan ataupun prinsip-prinsip yang sudah diajarkan. Sedangkan
dibeberapa agama mengajarkan untuk melestarikan dan mengelola alam untuk
mendukung keberlangsungan manusia. Selain karena ketidak taatan kepada ajaran
agama didukung juga dengan paradigma masa enlightment yang memisahkan antara
alam dan manusia 1 . pemisahan ini berakibat kepada obyektifikasi alam sehingga
menimbulkan eksploitasi. Sifat eksploitatif ini akan menjadi bom waktu yang akan
menimpa manusia suatu hari kelak. Oleh karena itu umat manusia terkhusus yang
beragama dituntut untuk dapat menyelesaikan kerusakan alam.
Kajian yang sudah dilakukan membahas isu ini melalui beberapa cara.
Pertama mereka mengkaji ayat-ayat dalam agama yang berkaitan dengan kaidah etis
seruan untuk melestarikan alam. Pembahasan mengenai ini dimuat dalam beberapa
pelajaran keagamaan sebagai muatan wajib kurikulum pendidikan. Kedua pengkajian
isu ini dengan meramu dalam bentuk praksis yang dikenal dengan istilah Ecotheologi.
Dalam pembahasan ini srajana-sarjana mengeluarkan gagasan-gagasannya dalam
upaya melestarikan alam dengan cara membangun fondasi berfikir berangkat dari ayat
suci. Ditambahkannya melalui kajian kasus untuk mengkontekstualisasikan konsep
sehingga dapat diterima dan diamalkan. Ketiga mengkaji dengan cara kolaboratif
dengan cara membahas suatu isu yang sama berdasarkan dua sumber yang berbeda.
Mohamed Hoosein Abdull menuliskan tentang konsep eco theology berdasarkan Injil
dan al Qur’an2. Hoosein berpendapat jika urgensi merujuk kepada dua kitab suci
tersebut adalah selain karena keduanya menyinggung eco theology juga permasalahan
1 Ouis, Soumaya Pernilla, Islamic Ecotheology Based on the Qur’an, Jurnal Islamic Studies, Vol 37 No 2, 1998, hlm
152
2 CEF, “Relevance of Eco-Theology and Methodological Considerations” (University of Johannesburg, 1994).
sosial merupakan urusan orang sosial juga, sehingga perlu untuk umat Islam dan
Kristen untuk memahami konsep eco theology3.
Pada tulisan ini akan mencoba mengaitkan bentuk aksiologi dari eco theology
dengan salah satu permasalahan lingkungan yang serius di Yogyakarta yaitu sampah.
Sampah yang dihasilkan oleh warga di tiga kabupaten yaitu Sleman, Bantul, dan
Yogyakarta dikumpulkan dalam satu tempat yaitu TPST Piyungan. Menurut laporan
koran Harian Jogja sebanyak 700 ton sampah yang masuk dalam TPST dan diprediksi
akan penuh dalam waktu dekat 4 . Selain itu juga tidak upaya untuk pengelolaan
sampah yang dilakukan sebagai upaya dalam mengurai sampah yang ada di TPST.
Permasalahan sampah yang ada akan dikaitkan dengan teori eco theology berdasarkan
al Qur’an dan Injil, sebagai upaya untuk menegaskan jika permasalahan sampah
bukan hanya permasalahan segelintir orang saja, akan tetapi menyangkut hajat semua
orang. Karena setiap hari sampah bertambah sedangkan lahan penampungan yang
terbatas.
Pembahasan mengenai eco theology pada kedua kitab suci memanglah beda
namun masih dalam koridor yang sama. Pada al Qur’an disebutkan prinsipil untuk
menjaga alam dengan tuntunan yang lebih eksplisit. Bahkan dalam QS. 2:11-12
mengkategorikan orang yang merusak bumi kedalam orang yang kafir, dan juga
menyindir mereka dengan tidak mengerti apa yang mereka kerjakan. Dalam injil
penggambaran dalam beberapa ayat secara implisit. Dalam Kejadian 2:15
menjelaskan tugas manusia di Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara5.
Dari sini dapat dipahami jika kedua kitab suci ini setuju untuk melestarikan Bumi
akan tetapi meyampaikan dengan cara yang berbeda.
Metode yang digunakan adalah literature review dengan merujuk kepada al
Qur’an dan Injil sebagai rujukan utama. Untuk memperkaya tulisan akan dirujuk
kepada jurnal-jurnal yang meiliki pembahasan serupa. Selain itu juga akan merujuk
kepada berita-berita sebagai sumber untuk kasus-kasus yang berkaitan dengan isu
sampah di Yogyakarta.
Selain itu juga terdapat dalam Q.S al A’raf ayat 85 yang berisi:
ٌَ ُ ْ َ ْ َ َ ٰ ُ َ
َ اع ُب ُدوا هْ َ َ َ ْ َ ُ ُ ََ ْ ٰ
اّٰلل َما لك ْم ِم ْن ِال ٍه غ ْي ُرهۗ قد جا َۤءتك ْم َب ِينة ِم ْن َواِ لى َمد َي َن اخاه ْم شعي ًباۗ قال ٰيق ْو ِم
َ ْ َْ ُ ُْ َ ُ ْ َ َ َّ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ ََ ُ
اس اش َيا َۤءه ْم َولا تف ِسد ْوا ِفى الا ْر ِض َبعد َّر ِبك ْم فا ْوفوا الك ْيل َوال ِم ْيزان َولا ت ْبخ ُسوا الن
َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ َّ َ ُ ٰ َ ْ
٨٥ ِاصل ِاح َهاۗ ذ ِلك ْم خ ْي ٌر لك ْم ِان كنت ْم ُّمؤ ِم ِن ْين
Terjemah Kemenag 2019
85. Kepada penduduk Madyan,276) Kami (utus) saudara mereka, Syuʻaib. Dia berkata,
“Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tidak ada bagimu tuhan (yang disembah) selain Dia.
Sungguh, telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka, sempurnakanlah
takaran dan timbangan, dan janganlah merugikan (hak-hak) orang lain sedikit pun. Jangan
(pula) berbuat kerusakan di bumi setelah perbaikannya.277) Itulah lebih baik bagimu, jika
kamu beriman.”
6Shahid Ahmad, “Moral Kekhalifahan Manusia Dalam Al-Quran Menurut Teori Ecotheology Islam: Studi Tafsir
Tematik,” Jurnal Perspektif 4, no. 2 (2020): 82–106,
https://www.perspektif.uinsgd.ac.id/index.php/JP/article/view/80.
ُ ْ ُ َ ََْ ُ َ ً َ َ َْ ٌ َ َ ٰۤ ْ َ ُّ َ َ ْ
اعل ِفى الا ْر ِض خ ِل ْيفةۗ قال ْوْٓا اتجعل ِف ْي َها َم ْن ُّيف ِسد ِف ْي َها َ
ِ واِ ذ قال ربك ِلل َملىِٕك ِة ِ ِان ْي ج
َ
َ َ َْ َ ََْ َ َ َ َ َُ َ َ ُ ُ َْ ُ ََ
٣٠ الد َما َۤء َونح ُن ن َس ِبح ِبح ْم ِدك َونق ِد ُس لكۗ قال ِ ِان ْ ْٓي اعل ُم َما لا تعل ُم ْون
ِ وي ْس ِفك
Terjemah Kemenag 2019
30. (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan khalifah13) di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami
bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Khalifah disini bukan hanya diartikan sebagai pemimpin negara akan tetapi
berarti pengganti atau penjaga. Penjaga disini berarti menjaga alam supaya tidak rusak,
dan dapat dikelola lebih baik. Kata khalifah ( ) خليفةberarti menggantikan orang lain
ketika tidak bisa hadir atau memuliakan orang yang menggantikan tersebut7. Sebagai
bentuk penghormatan Allah menunjuk para kekasihnya untuk menjadi perwakilan-
Nya di Bumi. Dalam Q.S Fathir ayat 39 Allah berfirman:
ُ ُْ ٰ ْ ُ َ ُْ َ َ َ ََ َ َْ َ ٰۤ َ ُ َ َ َ َّ ُ
ه َو ال ِذ ْي جعلك ْم خلىِٕف ِفى الا ْر ِضۗ ف َم ْن كف َر فعل ْي ِه كف ُرهۗ َولا َي ِز ْيد الك ِف ِر ْي َن كف ُره ْم
َ َّ ُ ْ ُ ٰ ْ ُ َ ً ْ َّ َ ْ
٣٩ ِعند َر ِب ِه ْم ِالا َمقتا َولا َي ِز ْيد الك ِف ِر ْي َن كف ُره ْم ِالا خ َس ًارا
Terjemah Kemenag 2019
39. Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi. Siapa yang
kufur, (akibat) kekufurannya akan menimpa dirinya sendiri. Kekufuran orang-orang
kafir itu hanya akan menambah kemurkaan di sisi Tuhan mereka. Kekufuran orang-
orang kafir itu juga hanya akan menambah kerugian mereka.
7 ar Raghib al Asfahani, Kamus Al Qur’an Jilid 1, ed. Ruslan Nurhadi, 1st ed. (Pustaka Khazanah Fawa’id, 2017).
57. Maka, jika kamu berpaling, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu apa yang
menjadi tugasku sebagai rasul kepadamu. Tuhanku akan mengganti kamu dengan kaum
yang lain, sedangkan kamu tidak dapat mendatangkan mudarat kepada-Nya sedikit pun.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pemelihara segala sesuatu.”
Dari ayat-ayat di atas dapat difahami jika perwakilan yang diberikan Allah
kepada kekasihnya merupakan suatu bentuk dari kesempurnaan Allah. Allah sendiri
bisa saja menyelesaikan segala sesuatu dengan kuasanya seperti menjadikan semua
orang beriman dan memasukkan ke surga-Nya, akan tetapi Allah lebih memilih untuk
mengirimkan utusan-Nya untuk memberi pelajaran kepada manusia. Sehingga ketika
seseorang itu masuk surga atau neraka terdapat bagian dari usaha mereka.
Allah mengirimkan para Rasul dan kekasih-Nya dengan satu misi yang sama
yaitu meneguhkan asma’ Allah dan membimbing manusia dalam menjalani
kehidupan. Allah mengirimkan Rasul dan kekasih-Nya pada setiap kaum untuk
memberikan petunjuk kepada mereka. Dalam Q.S Shad ayat 26 dan Q.S Yunus ayat
73 yang berisi:
َ َ َّ َ ْ ََّ َ َْ َّ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ٰ ْ َ َ َّ ُ َ ٰ
ْ ك َخل ْي َف ًة فى ْال َا
اس ِبالح ِق َولا تت ِب ِع ال َه ٰوى ف ُي ِضلك ع ْن
ِ الن ن يب م ك اح ف ضِ ر ِ ِ يداود ِانا جعلن
ْ َ ه َّ
٢٦ ࣖ اب سَ الح
ِ
َ اب َشد ْي ٌد ۢب َما ن َ ُس ْوا َي ْو
م ٌ اّٰلل ل ُه ْم َع َذ
ِ ل يْ اّٰللۗاَّن الذيْ َن َيض ُّل ْو َن َع ْن َسب
ِ
ه
َس ِب ْي ِل
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َْ ْ ُ َ َ َ َ َ
٧٣ ك ْيف كان ع ِاق َبة ال ُمنذ ِر ْي َن
73. Mereka mendustakannya (Nuh). Lalu, Kami selamatkan dia dan orang-orang yang
bersamanya di dalam bahtera serta Kami jadikan mereka sebagai generasi penerus dan
Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu.
Allah mengutus Nabi Nuh dan Nabi Daud untuk menjadi role model kepada umatnya
supaya bisa hidup lebih baik dan dalam lindungan Allah8.
Salah satu tugas dari seorang Khalifah adalah memimpin umat manusia dan
mengajarkan perintah dan larangan Allah, salah satu perintah Allah adalah menjaga
Bumi. seperti yang sudah disampaikan di awal pembahasan Allah telah berfirman
untuk tidak merusak lingkungan supaya manusia tidak merusak dirinya sendiri (QS
Ar Rum:41-42) dan menghormati ciptaan Allah yang lain. Tanaman dan Hewan juga
memiliki hak untuk dilestarikan oleh manusia untuk menjaga keberlangsungannya.
Oleh karena itu walaupun manusia boleh mengelola dan mengonsumsi tanaman dan
hewan namun manusia tidak boleh melakukannya secara eksploitatif9.
Dalam Injil melalui ayat-ayatnya juga mengandung ayat-ayat yang berkaitan
dengan kelestarian alam. Kelestarian ini merupakan salah satu wujud kasih Allah
dengan menentukan dan menjaga bagian-bagian dari Makhluknya 10 . Dalam Injil
Mazmur 104 : 1-8 yang berisi11:
1. Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar! Engkau
yang berpakaian keagungan dan semarak,
2. yang berselimutkan terang seperti kain, yang membentangkan langit seperti
tenda,
3. yang mendirikan kamar-kamar loteng-Mu di air, yang menjadikan awan-awan
sebagai kendaraan-Mu, yang bergerak di atas sayap angin,
4. yang membuat angin sebagai suruhan-suruhan-Mu, dan api yang menyala
sebagai pelayan-pelayan-Mu,
5. yang telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyang
untuk seterusnya dan selamanya.
6. Dengan samudera raya Engkau telah menyelubunginya; air telah naik
melampaui gunung-gunung.
7. Terhadap hardik-Mu air itu melarikan diri, lari kebingungan terhadap suara
guntur-Mu,
8. naik gunung, turun lembah ke tempat yang Kautetapkan bagi mereka.
8 Aulia Rakhmat, “ISLAMIC ECOTHEOLOGY : UNDERSTANDING THE CONCEPT OF KHALĪFAH AND THE ETHICAL
RESPONSIBILITY OF THE ENVITONMENT,” Academic Journal of Islamic Principles dan Philosophy 7170 (2022): 1–
24.
9 Abdul Quddus, “Ecotheology Islam: Teologi Konstruktif Atasi Krisis Lingkungan,” Ulumuna 16, no. 2 (2017): 311–
346.
10 Sabda Budiman and Enggar Objantoro, “Tanggung Jawab Kekristenan Terhadap Lingkungan Hidup,” GRAFTA:
Journal of Christian Religion Education and Biblical Studies 1, no. 2 (2022): 106–123.
11 “Al Kitab Online,” https://alkitab.me/in-tb.
Ayat lain yang membicarakan tentang alam juga terdapat dalam Kejadian 1: 26 yang
berisi12:
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan
rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di
udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata
yang merayap di bumi."
Bersumber dari ayat-ayat di atas dapat diketahui jika tugas manusia kepada alam
secara umum dipahami jika memiliki peran yang besar dalam mengatur alam atau
menjadi khalifah di bumi. Dalam al Qur’an dalam al Baqarah ayat 30 penunjukkan ini
berbentuk ketika penciptaan Nabi Adam. Penunjukkan Nabi Adam sebagai khalifah
bukan berarti hanya Nabi Adam saja yang menjadi khalifah akan tetapi Nabi Adam
sebagai representasi dari manusia. Dalam Injil dijelaskan dalam Kejadian 2: 15 jika
manusia diberikan tuntutan untuk mengusahakan dan melestarikan “Taman Allah” 16.
Konsep mempercayai ini menjadi dasar pemahaman mengenai Eco Theology.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki kelebihan diantara makhluk-
makhluk yang lain menjadikan memiliki tugas yang besar pula. Tugas yang besar ini
sudah sesuai dengan kelebihan yang diberikan kepada manusia yang diberikan daya
berfikir dan nafsu disaat yang bersamaan17. Daya ini membuat manusia untuk tidak
berdiam diri dengan keadaan dan memiliki naluri untuk berkembang.
Dalam Eco Theology hubungan antara Tuhan, Manusia, dan alam harus
sinergi dan tidak boleh berat antara salah satunya. Pemaksukan tuhan dalam hubungan
antara manusia dan alam merupakan upaya membawa agama dalam menjawab
permasalahan kekinian dan juga adanya kesalahan pemahaman kitab dalam realitas
sosial. Lynn menganggap jika kerusakan alam hari ini diakibatkan selain dari
paradigma pengolahan alam yang semena-mena juga karena tidak cukup bisanya
25 Yustinus Andi Muda, “Ecotheology Menurut Seyyed Hossein Nasr Dan Sallie McFague,” Jurnal Teologi 09, no.
01 (2020): 69–84.
26 Budiman and Objantoro, “Tanggung Jawab Kekristenan Terhadap Lingkungan Hidup.”
27 Budiman and Objantoro, “Tanggung Jawab Kekristenan Terhadap Lingkungan Hidup.”
28 Budiman and Objantoro, “Tanggung Jawab Kekristenan Terhadap Lingkungan Hidup.”
ُّيحبُ َ ُ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ َّ ْ َ َ ه َْ َ ََه
ِ َواِ ذا تولى َس ٰعى ِفى الا ْر ِض ِليف ِسد ِفيها ويه ِلك الحرث والنسلۗ و اّٰلل لا
َ َْ
)205 :2/ ( البقرة٢٠٥ الف َساد
Terjemah Kemenag 2019
205. Apabila berpaling (dari engkau atau berkuasa), dia berusaha untuk berbuat
kerusakan di bumi serta merusak tanam-tanaman dan ternak. Allah tidak menyukai
kerusakan.
(Al-Baqarah/2:205)
Q.S al A’raf: 85 :
ٰ َ
ْاّٰلل َما ل ُك ْم م ْن اله َغ ْي ُرهۗ َق ْد َجا َۤء ْت ُك ْم َبي َن ٌة من
َ اع ُب ُدوا ه
ْ ْ َ ٰ َ َ ً ْ َ ُ ْ ُ َ َ ََ ْ َ ٰ َ
واِ لى مدين اخاهم شعيباۗ قال يقو ِم
ِ ِ ٍ ِ ِ
َ َْ ْ َْ ْ ُ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ َّ ُ َ َْ ََ َ َْ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ َّ
ر ِبكم فاوفوا الكيل وال ِميزان ولا تبخسوا الناس اشياۤءهم ولا تف ِسدوا ِفى الار ِض بعد
َّ
َ ْ ْ ُّ ْ ُ ْ ُ ْ ْ ُ ٌ ْ َ ْ ُ ٰ َ َ ْ
)85 :7/ ( الاعراف٨٥ ِاصل ِاحهاۗ ذ ِلكم خير لكم ِان كنتم مؤ ِم ِنين
Terjemah Kemenag 2019
85. Kepada penduduk Madyan,276) Kami (utus) saudara mereka, Syuʻaib. Dia berkata,
“Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tidak ada bagimu tuhan (yang disembah) selain Dia.
Sungguh, telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka,
sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan janganlah merugikan (hak-hak) orang lain
sedikit pun. Jangan (pula) berbuat kerusakan di bumi setelah perbaikannya.277) Itulah
lebih baik bagimu, jika kamu beriman.”
Q.S al Qasas: 88
َ ْ ُ َ ْ ُ ْ َ َ ُ ْ ُ ْ ُ َ َ ْ َ َّ ٌ َ َ ُّ ُ َ ُ َّ َ ٰ َ َ َ ٰ ً ٰ َ َ َ ْ ُ َ َ ه
ْ
اّٰلل ِالها اخرَۘ ل ْٓا ِاله ِالا هوۗكل شي ٍء ها ِلك ِالا وجههۗ له الحكم واِ لي ِه ترجعون
ِ ولا تدع مع
Oleh karenanya jika seseorang percaya akan Akhirat maka dia akan melakukan yang
terbaik dalam hidup dengan menjalankan segala perintah-Nya termasuk tidak
melakukan kerusakan di Bumi.
Permasalahan sampah di Yogyakarta
Sampah menjadi salah satu permasalahan yang dialami oleh manusia modern
yang tinggal di kota. Setiap hari sampah diproduksi dari rumah, mall, kampus, dan
pabrik menunggu untuk diangkut supaya tidak membuat bau yang tidak enak.
Yogyakarta sebagai salah satu daerah yang besar mengalami permasalahan dalam
pengelolaan sampah. Sampah-sampah yang dihasilkan oleh warga di Kabupaten
Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul dibuang ke TPST Piyungan.
TPST Piyungan telah menampung sampah dari tiga kabupaten tersebut
semenjak tahun 1999. Daerah yang dahulunya berupa dataran berlereng sekarang
berubah menjadi gunung sampah yang besar. Menurut Kompas sekitar 700 ton
sampah yang diangkut oleh petugas sampah untuk disalurkan ke TPST Piyungan
setiap harinya29. Tak hanya kuantitasnya yang fantastis TPST juga dinyatakan akan
overload dalam beberapa tahun kedepan jika pola pengelolaan sampah yang dilakukan
tidak terdapat perubahan. Sampah yang diambil dari rumah warga dan tempat-tempat
yang lain dikumpulkan oleh petugas sampah swasta yang biasa meminta iuran
perbulan dari rumah-rumah yang mereka ambil. Setelah diambil sampah dikirim ke
penampungan sampah-sampah sementara yang berada di beberapa titik kota. Biasanya
setiap pagi petugas Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Yogyakarta akan menganggkut
sampah untuk dikirim ke TPST Piyungan. Sesampainya disana truk sampah akan
melewati jembatan timbang untuk diukur jumlah muatan yang akan dibayarkan
sebagai jasa pembuangan sampah. Besaran yang diambil oleh pengelola sebesar
Rp.400- Rp.600 tergantung denga nasal sampah tersebut. Setalah itu truk akan
menaiki gunung sampah melalui entry point yang sudah disediakan. Disana sudah
bersiap beberapa alat berat yang membantu mengatur sampah yang diturunkan oleh
truk. Jika truk memiiki muatan yang berlebih dan kesusahan dalam menurunkan
sampah bisa membayar Rp. 50.000 untuk menyewa jasa excavator untuk membantu
menurunkan sampah. setelah itu sampah hanya dibiarkan menggunung tanpa ada
upaya dalam pengelolaan limbah ini.
Menurut Maryono sebagai salah satu pemulung dan ketua komunitas
pemulung di TPST Piyungan sampah yang masuk hanya dibiarkan begitu saja, hanya
ada pemulung yang berada dan tinggal di sekitar gunung sampah saja yang melakukan
pengolahan sampah. Sekitar 50 ton sampah yang dikumpulkan 250 pemulung berhasil
29 Hasanudin, “Terima 700 Ton Tiap Hari, TPST Piyungan Tak Mampu Tampung Sampah Tahun Depan.”
dikelola oleh para pemulung dalam waktu satu hari. Namun jumlah ini besar namun
belum bisa mengimbangi jumlah sampah yang masuk di TPST Piyungan ini.
Sampah-sampah yang dibuang di TPST ini tidak hanya sampah-sampah
organik saja namun anorganik yang besar-besar tak terkecuali. Kasur, lemari, hingga
dipan ada disini semua yang mengakibatkan gunung sampah semakin besar dan susah
untuk diurai. Mayoritas sampah yang masuk di TPST ini bisa diolah ulang, namun
banyak dari sampah-sampah yang dating tidak bernilai atau susah untuk mereka olah.
Sampah seperti bungkus snack yang kecil, banner, stereofoam, dan terpal termasuk
sampah-sampah yang belum bisa diatasi.
Tak hanya menumpuk sampah-sampah ini mengeluarkan aroma yang bau dan
akan selalu berbau selama sampah ini masih ada. Sampah-sampah yang organik dan
organik saling bahu membahu dalam menghasilkan sampah ini. Dalam situasi-situasi
yang tertentu bau yang dihasilkan semakin bau bahkan tercium dalam radius lebih
dari 2 Km. Selain bau gunung sampah ini meghasilkan air yang mereka sebut sebagai
air lindi. Air ini merupakan hasil dari air hujan yang masuk kedalam gunung sampah
dan keluar sebagai air lindi. Air ini bau seperti sampah bahkan lebih parah
dibandingkan sampah. Menurut Pak Slamet salah seorang warga yang tinggal di
sekitar gunung sampah, dulu Ketika musim kemarau Ketika melintasi sekitar gunung
sampah harus ganti baju karena terkena uap dari air lindi, dan Ketika musim hujan air
lindi akan memenuhi jalanan warga yang sering menyebabkan banyak orang yang
terjatuh. Warga sekitar TPST Piyungan untuk memenuhi kebutuhan air harian biasa
mereka membeli air tanki dikarenakan air sumur mereka sudah tercemar oleh air lindi.
Mata air-mata air yang ada sudah tisak bisa digunakan lagi karena sudah bau. Bahkan
salah satu warga yang tinggal di sana mengeluhkan sering keluar air rembesan lindi di
dalam rumah mereka.
Eco Theology dituntut untuk menjawab permasalahan yang ada sebagai
respon dari permasalahan yang ada. Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan
sebagai respon dari permasalahan yang ada di TPST Piyungan, yaitu mengurangi
sampah, mengelola sampah dari rumah, dan mengadakan badan pengelola sampah.
Setiap hari kita memproduksi sampah dengan berbagai bentuk. Karenanya banyak
upaya-upaya yang bisa dilakukan supaya produksi sampah yang kita hasilkan dapat
berkurang, seperti dengan membawa alat makan sendiri, menggunakan tas plastic, dan
tidak membeli produk-produk yang sekali guna. Pengurangan volume sampah ini
akan sangat membantu bagi pengelolaan sampah yang ada di hilir.
Pemilahan sampah sangatlah membantu para pengelola sampah dalam
mengolah sampah. Pemisahan sampah dari organic, kertas & koran, dan Plastik dan
botol sangatlah membantu dalam mengelola sampah. Pengurangan proses pengelolaan
sampah menjadikan Kelola sampah yang dilakukan semakin efektif bahkan bisa tak
beresidu. Di Panggungharjo, Bantul terdapat kelompok pengelolaan sampah yang
diinisasi oleh kepala desanya sebagai respon dari krisis sampah yang ada. Mereka
resah karena sampah yang mereka hasilkan akan berkontribusi dalam meninggikan
gunung sampah, oleh karenanya mereka ingin setidaknya mengurangi bahkan tidak
menyumbangkan sampah ke sana. Selain itu juga sampah yang mereka hasilkan jiga
dikelola dengan baik akan menghasilkan uang.
Plastik menjadi permasalahan yang besar di hari ini. Lamanya untuk terurai
hingga penggunaannya yang hanya sekali pakai menjadikan sampah yang satu ini bisa
menjadi bom waktu kedepannya. Sampah-sampah yang tidak terurai akan semakin
banyak dan memenuhi gunung sampah. selain itu juga palstik yang terurai di udara
akan menjadi micro plastic yang akan berbahaya bagi kesehtaan orang yang
menghirupnya. Salah satu upaya untuk mengurangi penggunaan plastik adalah
menggunakan tas kantong. Secara ketahanan tas kantong ini lebih tahan lama
dibandingkan tas plastik, karenanya tidak hanya digunakan satu kali saja.
Kesimpulan
Eco Theology merupakan salah satu rumusan tentang hubungan antara
manusia dengan alam yang didasari oleh ketuhanan. Hubungan tidak disandarkan
kepada alam yang tidak menghendaki pemanfaatan manusia, juga bukan
antroposentris yang menekankan kepada kebergunaan bagi manusia. Tuhan yang
dianggap sebagai zat yang maha mengetahui dan pencipta mengetahui yang terbaik
bagi manusia dan alam. Melalui firman-Nya Allah telah memberikan peringatan dan
prinsip kepada manusia untuk selalu melestarikan, dan mengelola alam supaya dapat
dimanfaatkan oleh manusia juga tetap lestari alamnya.
Sampah menjadi masalah yang serius bagi masyrakat Yogyakarta, selain
terbatasnya lahan penampungan sampah juga belum adanya pengelolaan sampah
secara professional yang dapat menyelesaikan permasalahan ini. Salah satu yang
dolusi yang bisa dilakukan adalah melakukan perubahan dari diri sendiri, dengan
mengurangi penggunaan barang sekali pakai, memilah sampah, dan menggunakan
alat-alat yang tahan lama, supaya produksi sampah kita tidak terlalu banyak.
Daftar Pustaka
Ahmad, Shahid. “Moral Kekhalifahan Manusia Dalam Al-Quran Menurut Teori
Ecotheology Islam: Studi Tafsir Tematik.” Jurnal Perspektif 4, no. 2 (2020): 82–
106. https://www.perspektif.uinsgd.ac.id/index.php/JP/article/view/80.
Aman, Peter C. “Teologi Ekologi Dan Mistik-Kosmik St. Fransiskus Asisi.”
Diskursus - Jurnal Filsafat Dan Teologi Stf Driyarkara 15, no. 2 (2016): 188.
Andi Muda, Yustinus. “Ecotheology Menurut Seyyed Hossein Nasr Dan Sallie
McFague.” Jurnal Teologi 09, no. 01 (2020): 69–84.
al Asfahani, ar Raghib. Kamus Al Qur’an Jilid 1. Edited by Ruslan Nurhadi. 1st ed.
Pustaka Khazanah Fawa’id, 2017.
Budiman, Sabda, and Enggar Objantoro. “Tanggung Jawab Kekristenan Terhadap
Lingkungan Hidup.” GRAFTA: Journal of Christian Religion Education and
Biblical Studies 1, no. 2 (2022): 106–123.
CEF. “Relevance of Eco-Theology and Methodological Considerations.” University
of Johannesburg, 1994.
Hasanudin, Ujang. “Terima 700 Ton Tiap Hari, TPST Piyungan Tak Mampu
Tampung Sampah Tahun Depan.” Bantul, 2022.
https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2022/01/21/511/1093767/terima-700-
ton-tiap-hari-tpst-piyungan-tak-mampu-tampung-sampah-tahun-depan.
Quddus, Abdul. “Ecotheology Islam: Teologi Konstruktif Atasi Krisis Lingkungan.”
Ulumuna 16, no. 2 (2017): 311–346.
Rakhmat, Aulia. “ISLAMIC ECOTHEOLOGY : UNDERSTANDING THE
CONCEPT OF KHALĪFAH AND THE ETHICAL RESPONSIBILITY OF THE
ENVITONMENT.” Academic Journal of Islamic Principles dan Philosophy
7170 (2022): 1–24.
Watsiqotul, Watsiqotul, Sunardi. Sunardi, and Leo Agung. “Peran Manusia Sebagai
Khalifah Allah Di Muka Bumi: Perspektif Ekologis Dalam Ajaran Islam.” Jurnal
Penelitian 12, no. 2 (2018): 355.
White, Lynn. “‘The Historical Roots of Our Ecological Crisis.’” science 155, no.
3767 (1967): 212–221.
“Al Kitab Online.” https://alkitab.me/in-tb.