Anda di halaman 1dari 11

AYAT AYAT TARBAWI MENGENAI PENDIDIKAN

SETELAH KELAHIRAN DAN PENDIDIKAN BAGI


WANITA
OLEH :
Isti’ana Nabilah Afif Ainul Yaqin
M. Tifridzi Taufiqur Roziqin
M. Ardis Salim Farhan
Liya Faroka
A. Ayat – Ayat Qur’an Dan Hadits Tarbawi Tentang Pendidikan Setelah
Kelahiran

1. Hadits tentang mengadzani bayi baru lahir


َّ ‫َأ‬ َ ْ ُ َ ُ ْ ‫َأ‬
ِ ‫ قالرَ يت رسول‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫عن أبي رافع‬
‫هللا (صلى هللا عليه وسلم) ذن ِفي‬
َ َّ ُ َ َ ُ َََْ َ ْ َ ْ ْ َ ُ ْ ُ ‫ُأ‬
‫اطمة ِبالصالة ِرضي هللا عنهم‬ ِ ‫ذ ِن الحسي ِن ب ِن ع ِل ٍّي ِحين ولدته ف‬

، ‫ ورواه البيهقي والحاكم وصححه‬, ‫ حديث صحيح‬: ‫رواه أبو داود والترمذي وقال‬
‫وحسنه األلباني‬ 

“Saya melihat Rasulullah meng-adzani Hasan bin Ali saat


Fatimah melahirkan, dengan adzan salat” (HR Ahmad,
Abu Dawud dan al-Tirmidzi, ia menilainya hasan sahih).
 Sunnah bayi baru lahir yang pertama adalah azan. Begitu bayi itu lahir, orang tua
atau biasanya ayah disunnahkan untuk mengumandangkan azan ke telinga kanan
dan ikamah di telinga kiri. Ini memiliki arti untuk mengenalkan bayi kepada
Allah SWT dan tugasnya di dunia. Tradisi ini telah dimulai sejak zaman Nabi.

 Mayoritas ulama meliputi ulama mazhab Hanafi, ulama mazhab Syafi’i, dan
ulama mazhab Hanbali menegaskan, mengadzani bayi hukumnya sunnah. Syekh
Ibnu Abidin dari mazhab Hanafi menuturkan: “Pembahasan tentang tempat-
tempat yang disunnahkan mengumandangkan adzan untuk selain (tujuan) shalat,
maka disunnahkan mengadzani telinga bayi.” (Muhammad Amin Ibnu Abidin,
Raddul Muhtar Ala Ad-Durril Mukhtar, juz 1, h. 415).
2. Hadits tentang memberi nama bayi dengan nama yang baik.

ُ ْ ُ ُ ُ ْ ُ ْ ْ ُ ‫َأ‬
 ‫َة‬S ‫َم‬S S‫ َل‬S‫ َس‬S‫ن‬S S‫ ب‬S‫د‬S S‫َّم ا‬S ‫َح‬S S‫ا‬S‫ َن‬S‫ َث‬S‫َح َّد‬S S‫س ى‬Sَ ‫و‬S‫م‬S S‫ن‬S S‫ ب‬S‫ن‬S S‫َح َس‬S S‫ل‬S S‫ ا‬S‫ا‬S‫ َن‬S‫ َث‬S‫َح َّد‬S ‫ٍر‬S S‫ك‬S S‫ َب‬S‫ و‬S‫ ب‬S‫ا‬S‫ َن‬S‫ َث‬S‫َح َّد‬S
ً ْ ‫ْ ْ ُ َأ‬
S‫َه ا‬S ‫َل‬S S‫ل‬S S‫َق ا‬S S‫ ي‬S‫ َن‬S‫َكا‬S ‫َر‬S ‫َم‬S S‫ ع‬S‫ل‬Sِ S‫ة‬S S‫ َن‬S‫ب‬S‫ ا‬S‫ َّن‬S‫َم َر‬S S‫ع‬S S‫ن‬Sِ S‫ب‬S‫ ا‬S‫ن‬S ‫َع‬S S‫ ٍع‬S‫ف‬Sِ S‫ ا‬S‫ َن‬S‫ن‬Sْ ‫َع‬S S‫ه‬Sِ S‫ َّل‬S‫ل‬S‫ ا‬S‫د‬Sِ S‫َب ْي‬S S‫ع‬Sُ S‫ن‬Sْ ‫َع‬S
ُ ُ ُ
َ ْ ُ ُ ُ ُ
S‫ ة‬S‫ َل‬S‫ي‬S‫م‬Sِ ‫َج‬S ‫َم‬S S‫ َّل‬S‫ َس‬S‫ َو‬S‫ه‬Sِ S‫ ي‬S‫َع َل‬S S‫ه‬S S‫ َّل‬S‫ل‬S‫ ا‬S‫َّل ى‬S ‫ص‬ َS S‫ه‬Sِ S‫ َّل‬S‫ل‬S‫ ا‬S‫ل‬S S‫ و‬S‫س‬S S‫ َر‬S‫َه ا‬S S‫َّم ا‬S S‫َف َس‬S S‫ة‬S S‫ َي‬S‫ص‬Sِ S‫َع ا‬S
 Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar] telah menceritakan
kepada kami [Al Hasan bin Musa] telah menceritakan kepada
kami [Hammad bin Salamah] dari ['Ubaidullah] dari [Nafi'] dari
[Ibnu Umar] bahwa putrinya Umar dulu bernama 'Ashiyah, maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menamakannya Jamilah.
 Maksud dari hadits diatas berisi bahwa Rasulullah SAW menganjurkan untuk
mengubah nama yang buruk menjadi nama yang baik. Karena Rasulullah SAW
sangat sensitif dan selalu memperhatikan kepada umatnya, terutama terkait
dengan pemberian nama. Salah satu buktinya adalah Rasulullah mengubah nama
Āṣiyah. Āṣiyah adalah putri Ibnu „Umar. Nama Āṣiyah mempunyai makna
buruk, yakni orang (perempuan) yang melakukan kemaksiatan.Maka dari itu,
Nabi mengganti namanya dengan Jamīlah, yang berarti cantik atau indah. Karena
pemberian nama adalah bertujuan agar menjadi doa yang baik.
3. Hadits tentang mengaqiqahi anak

َ ْ َ ٌ َ ْ َ َ ُ ُّ ُ َ َ َ ْ ُ َ َّ َ َ ُْ ْ ََ ُ َ ْ
 ‫ كل غال ٍم ر ِهينة ِبع ِقيق ِت ِه‬:‫هللا ص قال‬ِ ‫عَن سمرة ب ِن جند ٍب ان رسول‬
َّ َ ُ َ ُ َْ ُ َ َ َ ْ َ ُ َْ َُُْ
‫تذبح عنه يوم س ِاب ِع ِه و يحلق و يسمى‬

 Hadits Tentang Aqiqah dan PenjelasannyaDari Samurah bin Jundab


dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda :
 “Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari
ketujuhnya disembelih hewan (kambing), diberi nama dan dicukur
rambutnya.” [Shahih, Hadits Riwayat Abu Dawud 2838, Tirmidzi
1552, Nasa’I 7/166, Ibnu Majah 3165, Ahmad 5/7-8, 17-18, 22, Ad
Darimi 2/81, dan lain-lainnya].
Dijelaskan oleh Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dari Konsultasi Syariah, 
“Tergadai artinya tertahan, baik karena perbuatannya sendiri atau perbuatan
orang lain… dan Allah jadikan aqiqah untuk anak sebagai sebab untuk
melepaskan kekangan dari setan, yang dia selalu mengiringi bayi sejak lahir ke
dunia, dan menusuk bagian pinggang dengan jarinya. Sehingga aqiqah menjadi
tebusan untuk membebaskan bayi dari jerat setan, yang menghalanginya untuk
melakukan kebaikan baik akhiratnya yang merupakan tempat
kembalinya.” (Tuhfah al-Maudud, hlm. 74)
Dari penjelasan tersebut makna tergadai adalah aqiqah akan membebaskan
seorang anak dari jeratan setan yang menghalanginya untuk meraih kebaikan
akhirat yang merupakan tempat kembalinya
‫‪B. Ayat – Ayat Qur’an Dan Hadits Tarbawi Tentang Pendidikan Wanita‬‬

‫‪1. Hadits tentang Pendidikan Wanita‬‬


‫َ َّ َ َ ُ َ َّ ٌ َ َّ َ َ َأ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َّ ْ َ ْ َأْل ْ َ َ ّ َ ْ َأ‬
‫حدثنا مسدد حدثنا بو عوانة عن عب ِد الرحم ِن ب ِن ا صبها ِن ِي عن ِبي‬
‫َ‬ ‫َ ْ َ َ َ ْ َأ‬ ‫َ‬
‫يد‬
‫ص ِال ٍح ذكوان عن ِبي س ِع ٍ‬
‫َّ َ َّ َّ ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ْ ْ َ َأ ٌ َ‬
‫جاءت امر ة ِإ لى رسو ِل الل ِه صلى الله علي ِه وسلم فقالت يا رسول الل ِه‬
‫يك ِف ِيه ُت َع ِّل ُم َنا مماَّ‬ ‫اج َع ْل َل َنا م ْن َن ْفس َك َي ْو ًما َنْأ ت َ‬
‫ال ب َحديث َك َف ْ‬ ‫ُ‬ ‫الرجَ‬ ‫ّ‬ ‫َذ َهبَ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫اج َت َم ْعنَ‬ ‫َ‬
‫اج َتم ْع َن في َي ْوم َك َذا َو َك َذا في َم َكان َك َذا َو َك َذا ف ْ‬ ‫ال ْ‬ ‫َ‬
‫الل ُه ف َق َ‬‫َ َّ َ َ َّ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫علمك‬
‫ال ماَ‬ ‫َ َأ َ ُ َّ َ ُ ُ َّ َ َّ َّ ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َّ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ َّ‬
‫الل ُه ُث َّم َق َ‬ ‫ف تاهن رسول الل ِه صلى الله علي ِه وسلم فعلمهن ِمما علمه‬
‫ْ ُ َّ ْ َ َأ ٌ ُ َ ّ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َاَل َ ً اَّل َ َ َ َ َ ً ْ َّ‬
‫ِمنكن امر ة تق ِدم بين يديها ِمن ول ِدها ث ثة ِإ كان لها ِحجابا ِمن الن ِار‬
‫ال َفَأ َع َاد ْت َها َم َّرَت ْين ُث َّم َقالَ‬
‫الل ِه َأ ْو ْاث َن ْين َق َ‬
‫َ َ َ ْ ْ َ َأ ٌ ْ ُ َّ َ َ ُ َ َّ‬
‫فقالت امر ة ِمنهن يا رسول‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْ‬ ‫َ َْْ َ َْْ َ َْ‬
‫واثني ِن واثني ِن واثني ِن‬
(BUKHARI - 6766) : Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan
kepada kami Abu'Awanah dari Abdurrahman bin Al Ashbahani dari Abu Shalih
Dzakwan dari Abu Sa'id, bahwa seorang wanita menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dan menyampaikan uneg-unegnya, "Wahai Rasulullah, orang laki-laki sudah
biasa datang kepadamu dan menimba hadits, maka tolong berilah kami jatah harimu
sehingga kami bisa menemuimu dan anda dapat mengajarkan kepada kami ilmu yang
telah Allah ajarkan kepada anda." Rasul mengiayakan dengan bersabda: "Boleh,
berkumpullah kalian pada hari ini dan ini, di tempat si fulan dan fulan, " maka para
wanita pun berkumpul dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajari mereka
ilmu yang telah Allah ajarkan kepada beliau. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengatakan kepada para wanita itu: "Tidaklah salah seorang di antara kalian
melahirkan tiga anak (yang shalih), kecuali ketiga anak itu akan menjadi penghalang
neraka baginya." Maka ada seorang wanita yang bertanya, 'Wahai Rasulullah,
bagaimana kalau hanya dua?" Wanita itu mengulanginya hingga dua kali. Maka
Rasulullah menjawab: "Sekalipun hanya dua, sekalipun hanya dua."
2. Hadits tentang surga dibawah telapak kaki ibu
 ‫ عن‬،‫ حدثنا ميمون‬،‫ حدثنا أبو املليح‬:‫ع َْن موسى بن محمد بن عطاء‬
‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وآله‬:‫ابن عباس رضي هللا َأعنهما قال‬
ْ َ َ َ َّ َ ْ َ ْ َ ُ َّ َ ْ
‫ ومن ِشئن‬،‫ «الجنة تحت قد ِام األمهات؛ من ِشئن أدخلن‬:‫وسلم‬
َ ْ
‫ موسى بن محمد املقدسي منكر الحديث‬:‫ قال ابن عدي‬.»‫أخرجن‬

Dari Musa bin Muhammad bin ‘Atha’, Abu Al-Malih, Maimunah,


dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata,  Rasulullah saw. bersabda, “Surga
itu di bawah telapak kaki-kaki para ibu, siapa yang mereka
kehendaki, maka mereka akan memasukkannya, dan siapa yang
mereka kehendaki, maka mereka akan mengeluarkannya.” Imam
Ibnu ‘Addi berkata, Musa bin Muhammad Al-Maqdisi itu
munkarul hadis.
 Hadis tentang surga berada di bawah telapak kaki ibu memberikan sebuah pelajaran
bahwa berbakti dan taat kepada ibu merupakan kedudukan yang lebih utama dari
pada berjihad di jalan Allah Swt. Bagi setiap muslim yang dapat melakukannya
dengan benar dan disertai dengan rasa ikhlas, maka akan mendapatkan pahala yang
besar dan surga sebagai balasannya. Sebab berbakti kepada seorang ibu merupakan
fardlu `ain bagi anak, sedangkan jihad adalah fardlu kifayah. Jika sudah ada yang
melaksanakannya, maka kewajiban itu menjadi gugur bagi orang lain. Apabila jihad
telah menjadi fardlu `ain maka anak perlu meminta izin kepada orang tuanya. Barang
siapa yang tidak berbakti kepada kedua orang tua, padahal hak keduanya demikian
besar maka tentu dia lebih tidak berbakti kepada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai