Anda di halaman 1dari 20

HADITS TARBAWI YANG MENJELASKAN KEWAJIBAN

ORANG TUA TERHADAP KEWAJIBAN PENDIDIKAN ANAK


Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadist Tarbawy
Dosen Pengampu : Dr. Abdul Abid, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok II

1. Ani Fatimah 7. Khosim


2. Siti Aminah 8. Mu’alim
3. Fitria Fatmawati 9. Defas Saefuddin
4. Muhajiroh 10. Yusuf Priyadi
5. Tiyyu Ening Tina
6. Aris Ginanto

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )


UNIVERSITAS ISLAM AN NUR JATI
AGUNG TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

‫السالم عليكم ورحمة هلال وبركاته‬

Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT. Syukur alhamdulillah,
merupakan satu kata yang sangat pantas penyusun ucapkan kepada Allah Swt,
yang karena bimbingannyalah maka penyusun bisa menyelesaikan sebuah
makalah berjudul “manajemen sarana dan prasarana disekolah ”
Solawat beriringkan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad saw. Semoga kelak mendapatkan syafaatnya kelak didunia hingga
diakhirat. Maksud penyusun membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah yang diamanatkan oleh dosen penyusun. Penyusun menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara
penulisan maupun dalam isi.
Mudah mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang
membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini.

‫والسالم عليكم ورحمة هلال وبركاته‬

Trisnomaju, 05 Mei 2023


Penyusun,

………………………..

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER....................................................................................!
KATA PENGANTAR..................................................................................!!
DAFTAR ISI.................................................................................................!!!
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Hadits Tentang Kewajiban Orang Tua terhadap Anak.....................3
1) Kewajiban orang tua ketika seorang anak lahir............................3
2) Mendidik anak dengan baik..........................................................5
3) Mengawinkan ketika menginjak dewasa......................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................10
B. Saran...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini banyak kita ketahui tentang adanya perilaku yang
menyimpang di berbagai kalangan. Hal itu disebabkan karena berbagai faktor,
salah satunya adalah kurangnya kepedulian orang tua dalam mendidik
anaknya. Orang tua cenderung sibuk dengan karirnya sendiri, sehingga mereka
kurang bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai orang tua.1
Melihat adanya fenomena tersebut, maka sudah selayaknya sebagai
orang tua haruslah dapat mendidik anaknya dengan baik, terutama dalam
mendidik akhlak anak. Orang tua sebaiknya mendidik anaknya dengan
akhlaqul karimah sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Maka dari itu
sedikit uraian tentang kewajiban orang tua terhadap anak akan kami jelaskan
dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Melalui latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa saja kewajiban orang tua terhadap anak?
2. Bagaimana cara mendidik anak yang baik dan benar?
3. Bagaimana seorang pemimpin yang baik dan bijaksana?
4. Bagaimana peran kepala keluarga yang baik terhadap keluarganya?

1
Tohirin. 2008. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui beberapa kewajiban orang tua terhadap anak.
2. Untuk mengetahui cara-cara mendidik anak yang baik dan benar.
3. Untuk mengetahui seorang pemimpin yang baik dan bijaksana.
4. Untuk mengetahui peran yang seharusnya dilakukan seorang
ayah terhadap keluarganya.

2
BAB II
PEMBAHASA
N

PEMBAHASAN : KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK

A. Hadits Tentang Kewajiban Orang Tua terhadap Anak


‫ (رواه‬Yُ‫ َبه‬Yَ‫د‬Yَ‫سن ا‬ ‫ُ َ حس ْ ض وي‬ ‫وا لِ ِد ِه ا س‬ ‫عل‬ ‫) حق ا ْل َوَل ِد‬
‫البيهقى‬ ‫ ْح‬Y‫م ُه ي ن و َعه‬ ‫ ْح َن‬Yُ‫ْن ي‬ ‫ى‬
‫س‬
‫م‬ ‫و‬
Artinya : “Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberi nama yang
baik, memberi tempat tinggal yang baik, dan mengajari sopan santun ". (HR.
baihaqi)
Kosa kata :

‫حق ا ْل‬ : Hak Anak Itu


‫َولَ ِد‬
‫َا ن حس سم‬Memberi Nama Yang Baik :
‫ي ن ه‬
‫ض‬
ْ ‫و حس‬ Dan Memberi Tempat Tinggal yang Baik :
‫ي ن و ة‬

‫م‬
‫د‬Yَ‫ سن ا‬Y ‫وي‬ Dan Mengajari Sopan Santun:
‫َبه‬ ‫ح‬
1) Kewajiban orang tua ketika seorang anak lahir
Ada beberapa akhlak dalam menyambut kelahiran anak. Diantaranya: Pertama,
membacakan azan dan iqomah ditelinga bayi. Tindakan ini pendidikan awal bagi
anak begitu lahir di dunia. Menurut ilmu kedokteran bayi yang baru dilahirkan
sebenarnya sudah bisa mendengar. Jadi sangat patut jika kalimat yang
3
didengarnya adalah seruan Yang Maha Agung. Caranya adzan dikumandangkan
ditelinga kanan dan disusul iqamah di telinga kiri. Rosulullah bersabda ,”
barangsiapayang anaknya baru dilahirkan kemudian dikumandangkan adzan
ditelinga kanannya dan iqamah ditelinga kirinya, anak yang baru lahir itu kelak
akan diselamatkan dari gangguan jin.”2
Kedua, melakukan tahnik yaitu menggosok langit-langit bayi dengan
kurma. Caranya, kurma yang dikunyah diletakan di atas jari, kemudian jari

2
http://chamimampel.blogspot.com/2013/09/kewajiban-orang-tua-terhadap-anak.html

4
dimasukan ke mulut bayi, digerak- gerakan ke kanan dan ke kiri dengan lembut
hingga merata. Jika sukar mendapat kurma, bisa dengan makanan manis lainnya.
Hal yang lebih utama, tahnik dilakukan oleh seseorang yang shaleh dan bertakwa.
Ini merupakan upaya agar anak dikemudian hari menjadi saleh.
Ketiga, memberinya nama yang baik. Rosulullah bersabda,
‫ ْوا‬Yُ‫ُ سن‬
‫َما ئ و س َما ِء آ َبا ِئ ك‬ ‫ َّن ُك ْم ْ ْو َم ا ْل‬:‫ص‬ ‫ا ِء ا رس ْو‬Yَ‫َ ْرد‬Yّ‫ ِبى الد‬Yَ‫ع ْن ا‬
‫ ْح‬Yَ‫ َفا‬. ‫ْم‬ ‫ا‬‫ب‬ َ ُ
ِ ‫ِق َيا َم ِة ك ْم اس‬ ‫ون‬ ‫د‬Yُ‫ت‬ ‫ُل‬ ‫ َل‬:‫َقا َل‬
‫ع‬
‫رداء‬Y‫ الن عبد هلال بن ابى زكرياء لم يدرك ابا الد‬،‫ منقطع‬Y،782 4: ‫ ]ابوداود‬.‫ ُك ْم‬Yَ‫س َمائ‬ ‫[ا‬
” sesungguhnya pada hari kiamat kelak, kalian akan dipanggil dengan nama-
nama kalian dan nama-nama bapak kalian. Oleh karena itu berikanlah nama yang
baik pada anak- anak kalian.” (H.R. Abu Dawud).
Para ulama berbeda pendapat mengenai waktu pemberian nama. Ada yang
mengatakan sejak hari pertama, dan ada pula yang berpendapat pada hari ketujuh.
Akan tetapi semua ulama sepakat bahwa islam memberikan kelonggaran terhadap
waktu pemberian nama anak. Boleh pada hari pertama, boleh pada hari ketiga, dan
boleh pada hari ketujuh. Memberi nama yang baik kepada anak merupakan
tuntutan islam. Nama bukan tidak penting, ia mengandung unsur doa, harapan dan
sekaligus pendidikan. Nama juga dapat mempengaruhi psikologi anak dalam
kehidupannya. Bila ia diberi nama Saleh, maka ia akan terbebani jika tidak
melakukan perbuatan yang saleh. Dengan kata lain nama setidak- tidaknya
menjadi benteng bagi sang anak dalam mengarungi samudra kehidupan.
Keempat, melakukan akikah bagi orang tua yang mampu. Hukum
menunaikannya adalah sunah. Akikah adalah ritual menyembelih kambing yang
dagingnya disedekahkan kepada fakir miskin. Untuk anak perempuan kambing
yang disembelih satu ekor, sedangkan bagi anak laki- laki yang disembelih dua
ekor.
Kelima, mencukur rambut dan bersedekah. Diantara perkara sunah dalam
menyambut kelahiran anak adalah mencukur rambut sang anak pada hari ketujuh
kelahirannya. Praktik pencukuran rambut ini berlaku secara menyeluruh. Artinya
seluruh rambut pada kulit kepala digunduli. Tidak boleh hanya memotong
sebagian rambut dan meninggalkan sebagian yang lain. Larangan ini mengandung

5
hikmah tersendiri, yakni menggambarkan sifat keadilan. Artinya manusia

6
diperintahkan berlaku adil walaupun terhadap diri sendiri. Tindakan mencukur
sebagian kepala dan meninggalkan sebagian lainya merupakan suatu tindakan
zalim, karena hal itu menyebabkan sebagian kepala ditutupi dan sebagian lain
terbuka tanpa rambut. Keenam, memberikan ucapan selamat dan mendoakan
kesejahteraan anak, serta turut bergembira dengan kelahirannya. Sunah ini berlaku
bagi orang lain yang menyaksikan kelahiran sang anak.

2) Mendidik anak dengan baik


Sebagai amanat Allah yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan-
Nya, anak memerlukan pendidikan yang baik dan memadai dari orang tua.
Pendidikan ini bermakna luas, baik berupa akidah, etika maupun hukum islam.
selain itu pendidikan tidak hanya dapat dijalankan di sekolah, tetapi juga di
rumah. Seperti hadis yang diriwayatkan dari Abu Dawud :

‫و ْم أ‬ ‫ ُك َّا‬Yَ‫ ْوالد‬Yَ‫ لَّال عَل وسل م ُروا أ‬Y‫لَِّ صل‬ ‫شَع أَ ِبي ِه ْ ِد’ ِه ا رسو‬ ‫ع ْم ِرو بن‬
‫ْبنَا ُء‬ ‫ُل‬ ‫ْي ب ع ْن ن َقا َل َل‬
ِ ‫ْم ال ل‬ ‫ْي َ َم‬ ‫ال ى‬
‫ِه‬ ‫ج‬
‫ع‬
‫ض ا ِج ِع* (أخرجه ابوداود في كتاب الَّال‬
‫ع ش ِ’ ر‬ ‫ ُه ْم‬Yَ‫ْي ن‬ ‫ ْب‬Yَ‫ض عَل ْي و ْم أ‬ ‫س ِني َن‬ ‫)س ْب‬
‫وا‬Yُ‫ٍر ق‬ ‫ِفي ا ْل َم‬ ‫نَ ا ُء‬ ‫و َها‬Yُ‫ِرب‬ ‫وا‬
‫وَف‬ ‫ْم‬
Artinya : Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata;
Rasulullah SAW bersabda, “Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat ketika
mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat itu
jika berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka". (HR. Abu
Dawud).
Kosa kata:
َ‫ ُرا اَ ْو َالد‬: Suruhlah Anak-anakmu ‫ض رب‬
ِ َ‫ وا‬Dan Pukullah Mereka :
‫ُ ك ْ م م ْو‬ ‫ْو ْ م‬
‫ ِ’ رق‬Dan Pisahkanlah : ‫ م ْل ا َ ض ا ِج‬Tempat Tidur :
‫ْوا‬
َ‫وف‬
Di sekolah hanya dilakukan jika anak sudah cukup umur. Sedang
pendidikan di rumah dimulai sejak masih kecil sampai beranjak dewasa.

7
Rosulullah mengajarkan bahwa jika anak sudah mendekati masa baligh,
hendaknya dipisahkan antara tempat tidur anak laki- laki dengan anak perempuan.
Begitu pula dengan tempat tidur dengan orang tuanya. Setelah anak berusia tujuh
tahun, hendaknya orang tua memerintahkan untuk shalat dan puasa sebagai
wahana pemberdayaan. Orang tua diperkenankan menghukum pada umur sepuluh

8
tahun, kalau ia lalai menunaikan kewajiban. Hukuman bagi anak tidak boleh
bersifat menyakiti atau menimbulkan cacat.3
Jika orang tua memerintahkan sesuatu kepada anak maka mereka juga
melaksanakan perintah tersebut. Perintah orang tua yang tidak disertai teladan,
sulit untuk dipatuhi anak. Sebab kecenderungan anak akan meniru orang tua.

3) Mengawinkan ketika menginjak dewasa


Orang tua berkewajiban menikahkan anaknya jika sudah tiba waktunya
untuk menikah. Kewajiban orang tua dalam hal ini menyangkut pencarian calon
untuk anak apabila ia belum memperoleh pasangan. Dalam pernikahan, peran
orang tua, terutama bapak sangat vital bagi anak perempuan. Dalam tuntunan
islam setiap perempuan yang hendak menikah harus disertai dengan kehadiran
walinya. Ia tidak bisa menikahkan dirinya sendiri. Berbeda dengan anak laki- laki
yang pernikahanya bisa sah meski tanpa kehadiran wali.
‫مْن ُك ُم ا‬ ‫ط‬Yَ‫َّ ْ ش َر ش ب ! م ست‬ ‫ ا َل رسو‬Y‫َّ مسُعو ٍد رضي هلال عنه‬ ِ ‫ع ْن‬
‫ِن ا ا‬ ‫ل َبا‬Yَ‫ع ا‬ َِّ ‫ل‬ ‫ل‬ ُ ‫لنَا‬َ َِّ ‫د ل‬
‫ْل َبا َء‬
‫ا‬Yَ‫ا ملسوهيلعهلال ى ( ي‬ ‫ع ا بن‬
‫م‬ ‫ْب‬
‫َف عَل ْي ِه‬Yّ‫مت‬ ‫ٌء‬ Yُ‫ن َّه‬Y‫س ْ َعل َْي ِه َّْ و ِإ‬ ‫ن ْل َّ وَأ َّن ِل ْلَف ْر ْن‬Yِ‫إ‬ ‫ْل ََيت َز‬
‫ق‬ ) ‫ه‬ ; ‫ال ِم‬ ‫ ْم و ت ع‬, ‫ِج‬ ‫ ْح‬, ‫غ َب ِر‬Yَ‫َُه أ‬
‫وجا‬ ‫َم‬ ‫ض‬ , ‫َوج‬
‫ط‬ ‫ِل‬
Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara
kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat
menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu
hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." Muttafaq Alaihi
Kosa Kata:
‫ش َباب‬
‫ ْ ش َر‬Generasi Muda : ‫ط‬Yَ‫ م ست‬Barang siapa yang mampu :
‫ع ال‬ ‫ِن ال ا‬

‫م‬
‫ ا ْل َبا َءت‬Berkeluarga : ‫ َز َّوت‬Yَ‫ َيت‬Yْ‫ َ فا‬Menikahlah :
‫ْل َّ ِر‬ ‫ض ِل‬ ‫اَغ‬ g Pandangan :
Menja a
‫َب‬
9
‫سن ِل‬ ‫ْل ف‬ Y‫ْرج‬ ‫واَ ْح‬ M emelihara Kemaluan :
ٌ‫ ء ِوجا‬Mengendalikan :
Orang tua hendaknya bertanggung jawab terhadap keluarga dan
keturunanya,jangan sampai dia dan keturunannya mendapatkan kemurkaan dari

3
Dr. Abdullah nasish Ulwan, Mengembangkan Kepribadian Anak, ( Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 1992)

1
Allah.Maka hendaknya pemimpin keluarga memberikan pelajaran agama yang
baik kepada anak keturunannya agar mereka dapat menjadi anak yang
shahih/shalihah.

Selain uraian diatas kewajiban orang tua terhadap anaknya antara lain adalah :
1). ‫ ت ح ال َم ْ ر‬:‫عَل وسل َقا َل‬
‫ ل ِما‬:‫ع‬ ‫’ل ى‬ ‫ع ن ال ن‬ ‫هلال ع‬
ُ ‫رضي‬ ‫ْن أ ي ُ َر ْي‬
،‫ و لح س ِب َها‬،‫ْرأ َب ِلَ ل ها‬
ِ َ َ ِ ‫ْن َك‬ ‫ْي ’ ْم‬ ‫ ص‬Y‫هلال‬
ُ ‫ِب ي‬ ‫نه‬ْ َِ‫َر‬ ‫ِب ع‬
‫ِه‬
‫ت‬ َ
‫ ْي ِن‬Y’‫و ِل َما ِل ْي ِن ظ ذا ال ِد‬
‫اك‬Yَ‫ ِر َب ت َي د‬Yَ‫ت‬ ‫ ج َها ا و َف‬،‫َها‬
‫ِل ِد ْر‬
Dari Abu Hurairah ra, nabi SAW Berkata: nikahilah perempuan karena 4 hal:
hartanya, keturunannya, rupanya dan agamanya. Dan yang di sebutkan terakhir
adalah yang utama dari keempat syarat yang telah disebutkan (H.R Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah).
2). Berlindung kepada Allah sebelum melangsungkan acara jimak, karena tanpa
membaca “Bismillahi Allahumma Jannibnasy syaithaana Wajannibisy
syaithaana mimmaa razaqtana” setan akan ikut menjimaki sang istri.

‫صح َبت‬
‫عل ٰى أ س‬ ‫ُي لَك‬
- ‫َها‬
‫ ْح َن‬Yُ‫ْن ت‬

“Ia bagimu agar kamu memperbagus pergaulan dengannya.”


Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani (1/176/1): “Telah bercerita
kepadaku Ahmad bin Amer Al-Bazzar: “Telah bercerita kepadaku Zaid Ibnu
Akhzam: Telah bercerita kepadaku Abdullah bin Dawud dari Musa bin Qais, dari
Hajar bin Qais dimana dia menemukan kehidupan jahiliyyah, selanjutnya
menceritakan: “Ali radiallahu anhu menceritakan kepada Rasulullah sallallahu
alaihi wasallam tentag Fatimah radiallahu anha, kemudian beliau bersabda: lalu
menyebutkan hadits ini.
Hadits ini shahih sanadnya. Semua perawinya tsiqah. Sedangkan Abdullah
Ibnu Dawud adalah Ibnu Abdurrahman Al-Harbi, dan Al-Bazzar adalah Al-
Hafizh, penulis Al-Musnad yang terkenal itu.

1
‫‪.)3‬‬ ‫وال حدي ث الثاني‪ :‬ما رواه ال بيهقي أيضاً‪ Y‬في (الشعب) بسند فيه ضعف عن الحسن بن علي أن النبي ملسوهيلعهلال ى‬
‫”قال‪َ “ :‬من ولد له‪ Y‬مولود‪ ،‬فأذ’‪Y‬ن في أُ‪Y‬ذنه اليمنى‪ ،‬وأقام في أذنه اليسرى‪ ،‬رفعت عنه‪ Y‬أم اَّلبيان‬

‫‪1‬‬
Al Baihaqi meriwayatkan juga dalam As Sya’b dengan sanad yang lemah dari Al
Hasan ibn Ali bahwa Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
yang dikaruniai anak, lalu ia mengadzani telinga kanannya, dan iqamah di telinga
kirinya, maka Ummu Shibyan (jin perempuan) tidak akan mengganggunya” [HR
Al Baihaqi dalam Sya’bul Iman (8619), dan Imam Al Baihaqi berkata setelah dua
hadits tersebut : dalam sanad keduanya terdapat kelemahan]
4). ‫ ع َ سا ِب‬,‫ِت ِه‬Yَ‫م ن ِب َع قِ يق‬ ‫َّ ك َا‬ ‫ رضي هلال عنه أ رسو‬Y‫س ُم َ َِر‬ ‫وع ْن‬
, ‫ح ن م ِع ِه‬Yَ‫ذْب‬Yُ‫ت‬ ‫ْ رت‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ُّ ‫ل‬
َِّ ‫َ ل‬ ‫َّن‬
‫ْو‬ ‫ه‬ ‫َه‬ ‫ٍم‬ ( :‫ َل‬Y‫ا ملسوهيلعهلال ى َقا‬
‫غ‬
‫ ْر‬Y’‫لِت‬Yَ‫ صححهُ ا‬,ُ‫واه َا ْ سة‬
ُ َ ‫ و َّمى‬,‫ ْحل َق‬Yُ‫وي‬
‫ِم ِذي‬ ‫ي ) س ْل ر م و‬

‫خ‬
Dari Samurah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya; ia disembelih hari
ketujuh (dari kelahirannya), dicukur, dan diberi nama." Riwayat Ahmad dan
Imam Empat. Hadits shahih menurut Tirmidzi.
5) ‫ْك ُر سا‬ ‫ل ِلل جا‬ ‫ ِب ْي ِه ي ص َقا‬Yَ‫ل َم ِل ْي ِح بن سا ع ْن ا‬Yْ‫ ِبي ا‬Yَ‫ع ْن ا‬.
. ‫ل‬ ٌ َ ّ Y
َ
‫ ِ ل ن’ ِء‬Yٌ‫ِ َمة‬ ‫ة‬ ‫ن‬‫س‬ ‫ر‬ ’ ‫ ان‬Y‫ ِخت‬:‫َل‬ ‫ َّن النَّب‬Yَ‫ا‬ ‫ا َمة‬
‫م‬
74244 :‫ رقم‬،183 2: :‫احمد‬
Melakukan penyunatan, Hukum penyunatan adalah wajib bagi anak laki-laki dan
kemuliaan bagi anak perempuan. (H.R Ahmad dan Baihaqi).
6). Menyediakan pengasuh, pendidik/guru yang baik, kuat beragama dan
berakhlak mulia, kalau orang tuannya kurang mampu.akan tetapi yang terutama
bagi yang mampu adalah orang tuannya, di samping guru di sekolah dan ustadz di
pengajian.
7). Mengajarnya membaca dan memahami Al-Qur’an, memberikan pendidikan
jasmani. (H.R Baihaqi dari Ibnu Umar).
8). Memberikan makanan yang halal untuk anaknya.
Rasulullah Saw. Pernah mengajarkan sejumlah anak untuk berpesan kepada orang
tuanya dikala keluar mencari nafkah “selamat jalan ayah, Jangan sekali-kali
engkau membawa pulang kecuali yang halal dan tayyib saja,” kami mampu
bersabar dari kelaparan, tetapi tidak mampu menahan azab Allah Swt.
1
Membiasakan berakhlak Islami dalam bersikap, berbicara, dan bertingkah laku,
sehingga semua kelakuanya menjadi terpuji menurut islam.
‫وعف ط ْع َم ٍة‬ ،‫ ْ َيق ٍة‬،‫ث‬ ِ ‫ صد‬،‫ّ ْن ْ َما َن ٍة‬Yُ‫ما من ال د‬ ‫ك عَل‬ ‫أَ ْر َب ٌع َِإذا ِف‬
‫ٌَة ِف ي‬ ‫وحسن خ ِل‬ ‫ ف و ظ َأ ق د‬:‫َي ا‬ ‫ك‬Yَ‫ات‬ ‫َفال ْي ك‬ ‫ْي‬
‫ْي‬ ‫كن‬
‫ح‬ ‫ح‬

1
“Empat perkara bila keempatnya ada padamu maka tidak mengapa apa yang
terlewatkanmu dari perkara duniawi: menjaga amanah, ucapan yang jujur, akhlak
yang baik, dan menjaga (kehalalan) makanan.” (Shahih, HR. Ahmad dan Ath-
Thabarani dan sanad keduanya hasan, Shahih At-Targhib no. 1718)
9). Menanamkan etika malu pada tempatnya dan membiasakan minta izin
keluar/masuk rumah, terutama ke kamar orang tuanya, teristimewa lagi saat-saat
zairah dan selepas shalat isya’. (Al-qur’an surat An-nur : 56).
10).10). ‫ض ْي ِن (اى ال‬ ‫ ْرب َّا مش ي ال ج ْي َن ا‬Yَ‫ُه ْه ٌو س ْه ٌو اِ َّال ا‬ ْ ‫س‬ ‫شئ‬ ‫ك ُّل‬
)‫َّرمى‬ ‫َّر ِل ْل َغ َر‬ : ‫ُع خ ٍل‬ ‫َا ْو‬ ‫َو‬ ‫م ك‬ ‫ْي‬
ْ
‫َف‬ ‫ن ِر‬
‫ذ‬
Yَ‫ و َت ْع ِل ْي َ حة‬Yَ‫ أ‬Yُ‫ه‬Yُ‫ ُم ع َبت‬Y‫ َف ر س‬Yُ‫ه‬Y‫ ِد ْي ُب‬Yْ‫أ‬Y YYَ‫وت‬
َ
‫ ال با‬Yُ‫ُمه‬ ‫ُْل َه‬ َ ‫ه‬
‫ال‬
’ ‫و‬
‫س‬
Diriwayatkan oleh Ath-Tahbrani bahwa rasulullah bersabda: “ setiap sesuatu yang
tidak termasuk mengingat allah adalah permainan yang sia-sia kecuali empat hal:
berjalannya seseorang untuk memanah, berlatih menunggang kuda, bercanda
dengan keluarga, dan mengajarnya berenang.”
Berlaku kontuitas dalam mendidik, membimbing dan membina mereka. Demikian
juga dalam penyandangan dana dalam batas kemampuan,sehingga sanh anak
mampu berdikari.(H.R Abu Daud bari abu Qalaabah).
11).11). ‫ْينَ ُه‬ ْ ‫؟ َا َال‬
‫ي َما ت‬
‫س‬

‫َو‬
“ Hendaknya engkau memperlakukan sama kedua anakmu itu”. (H.R Muslim dari
Anas bin Malik). Maksudnya, Berlaku adil dalam memberi
perhatian,wasyiat,biaya dan cinta kasih kepada mereka.
‫ ْو َال ِد ُك ْم ا ْل طَّي ِة‬Yَ‫ا ُو ْوا َب ْي َن ا‬Y‫س‬
‫َع ى‬
“Perlakukanlah pemberian terhadap anak-anakmu itu dengan sama” (H.R.
Thabrani)

1
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak adalah nikmat Allah Swt. yang tak ternilai dan pemberian yang
tak terhingga.Tidak ada yang lebih tau besarnya karunia ini selain orang yang
tidak atau belum memiliki anak. Nikmat yang agung ini merupakan amanah
bagi kedua orang tuanya, yang kelak akan dimintai pertangung
jawabannya,apakah keduanya telah menjaganya atau justru menyia-
nyiakannya. Rosulullah SAW bersabda,” Setiap kalian adalah pemimpin ,dan
setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya.
Seorang iman adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang
kepemimpinannya ,dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya
dan dia akan ditanya akan kepemimpinannya. Inilah sekelumit makalah yang
kami sampaikan tentang kewajiban orang tua terhadap anaknya.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam
bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan
makalah ini.

1
DAFTAR PUSTAKA

Tohirin. 2008. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.
Najib khalid Al-amir, Tarbiyah Rasulullah, ( Jakarta: Gema Insani Press, 1996)
Dr. Abdullah nasish Ulwan, Mengembangkan Kepribadian Anak, ( Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 1992)
http://chamimampel.blogspot.com/2013/09/kewajiban-orang-tua-terhadap-
anak.html

Anda mungkin juga menyukai