Anda di halaman 1dari 9

Hadis kewajiban orang tua terhadap anak

Kewajiban Orang Tua terhadap Anak> (Makalah: Hadis Tarbawi, Semester 5, Oleh: Khairus Sa’adah
11111019, Ahmad Jamhari 11111024, Achmad Rifai 11111028, Siti Kholifah 11111032)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini banyak kita ketahui tentang adanya perilaku yang menyimpang di berbagai kalangan. Hal
itu disebabkan karena berbagai faktor, salah satunya adalah kurangnya kepedulian orang tua dalam
mendidik anaknya. Orang tua cenderung sibuk dengan karirnya sendiri, sehingga mereka kurang bisa
memenuhi tanggung jawabnya sebagai orang tua.

Melihat adanya fenomena tersebut, maka sudah selayaknya sebagai orang tua haruslah dapat
mendidik anaknya dengan baik, terutama dalam mendidik akhlak anak. Orang tua sebaiknya
mendidik anaknya dengan akhlaqul karimah sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Maka dari itu sedikit uraian tentang kewajiban orang tua terhadap anak akan kami jelaskan dalam
makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja kewajiban orang tua terhadap anak?

2. Bagaimana cara mendidik anak yang baik dan benar?

3. Bagaimana seorang pemimpin yang baik dan bijaksana?

4. Bagaimana peran kepala keluarga yang baik terhadap keluarganya?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui beberapa kewajiban orang tua terhadap anak.

2. Untuk mengetahui cara-cara mendidik anak yang baik dan benar.

3. Untuk mengetahui seorang pemimpin yang baik dan bijaksana.

4. Untuk mengetahui peran yang seharusnya dilakukan seorang ayah terhadap keluarganya.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Hadits Tentang Kewajiban Orang Tua terhadap Anak

1. Kewajiban Orang Tua terhadap Anak

a. Hadis dan Artinya

)‫حق الولد على والده ان يحسن اسمه ويحسن موضعه ويحسن ادبه (رواه البيهقى‬

Artinya : “ Seungguhnya kewajiban orang tua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni : pertama,
memberi nama yang baik ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan al-Qur’an, dan ketiga,
mengawinkann ketika menginjak dewasa".

b. Pembahasan

1) Kewajiban orang tua ketika seorang anak lahir

Ada beberapa akhlak dalam menyambut kelahiran anak. Diantaranya: Pertama, membacakan azan
dan iqomah ditelinga bayi. Tindakan ini pendidikan awal bagi anak begitu lahir di dunia. Menurut ilmu
kedokteran bayi yang baru dilahirkan sebenarnya sudah bisa mendengar. Jadi sangat patut jika
kalimat yang didengarnya adalah seruan Yang Maha Agung.

Caranya adzan dikumandangkan ditelinga kanan dan disusul iqamah di telinga kiri. Rosulullah
bersabda ,” barangsiapayang anaknya baru dilahirkan kemudian dikumandangkan adzan ditelinga
kanannya dan iqamah ditelinga kirinya, anak yang baru lahir itu kelak akan diselamatkan dari
gangguan jin.”

Kedua, melakukan tahnik yaitu menggosok langit-langit bayi dengan kurma. Caranya, kurma yang
dikunyah diletakan di atas jari, kemudian jari dimasukan ke mulut bayi, digerak- gerakan ke kanan
dan ke kiri dengan lembut hingga merata. Jika sukar mendapat kurma, bisa dengan makanan manis
lainnya.

Hal yang lebih utama, tahnik dilakukan oleh seseorang yang shaleh dan bertakwa. Ini merupakan
upaya agar anak dikemudian hari menjadi saleh.

Ketiga, memberinya nama yang baik. Rosulullah bersabda,” sesungguhnya pada hari kiamat kelak,
kalian akan dipanggil dengan nama- nama kalian dan nama-nama bapak kalian. Oleh karena itu
berikanlah nama yang baik pada anak- anak kalian.” (H.R. Abu Dawud).

Para ulama berbeda pendapat mengenai waktu pemberian nama. Ada yang mengatakan sejak hari
pertama, dan ada pula yang berpendapat pada hari ketujuh. Akan tetapi semua ulama sepakat bahwa
islam memberikan kelonggaran terhadap waktu pemberian nama anak. Boleh pada hari pertama,
boleh pada hari ketiga, dan boleh pada hari ketujuh.

Memberi nama yang baik kepada anak merupakan tuntutan islam. Nama bukan tidak penting, ia
mengandung unsur doa, harapan dan sekaligus pendidikan.
Nama juga dapat mempengaruhi psikologi anak dalam kehidupannya. Bila ia diberi nama Saleh, maka
ia akan terbebani jika tidak melakukan perbuatan yang saleh. Dengan kata lain nama setidak-
tidaknya menjadi benteng bagi sang anak dalam mengarungi samudra kehidupan.

Keempat, melakukan akikah bagi orang tua yang mampu. Hukum menunaikannya adalah sunah.
Akikah adalah ritual menyembelih kambing yang dagingnya disedekahkan kepada fakir miskin. Untuk
anak perempuan kambing yang disembelih satu ekor, sedangkan bagi anak laki- laki yang disembelih
dua ekor.

Kelima, mencukur rambut dan bersedekah. Diantara perkara sunah dalam menyambut kelahiran anak
adalah mencukur rambut sang anak pada hari ketujuh kelahirannya. Praktik pencukuran rambut ini
berlaku secara menyeluruh. Artinya seluruh rambut pada kulit kepala digunduli. Tidak boleh hanya
memotong sebagian rambut dan meninggalkan sebagian yang lain. Larangan ini mengandung hikmah
tersendiri, yakni menggambarkan sifat keadilan. Artinya manusia diperintahkan berlaku adil
walaupun terhadap diri sendiri. Tindakan mencukur sebagian kepala dan meninggalkan sebagian
lainya merupakan suatu tindakan zalim, karena hal itu menyebabkan sebagian kepala ditutupi dan
sebagian lain terbuka tanpa rambut.

Keenam, memberikan ucapan selamat dan mendoakan kesejahteraan anak, serta turut bergembira
dengan kelahirannya. Sunah ini berlaku bagi orang lain yang menyaksikan kelahiran sang anak.

2) Mendidik anak dengan baik

Sebagai amanat Allah yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan- Nya, anak memerlukan
pendidikan yang baik dan memadai dari orang tua. Pendidikan ini bermakna luas, baik berupa akidah,
etika maupun hukum islam. selain itu pendidikan tidak hanya dapat dijalankan di sekolah, tetapi juga
di rumah. Seperti hadis yang diriwayatkan dari Abu Dawud :

‫َع ْمِر و ْبِن ُش َعْيٍب َعْن َأِبيِه َعْن َج ِّد ِه َقاَل َقاَل َرُس وُل ِهَّللا َص َّلى هَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُم ُر وا َأْو الَد ُك ْم ِبالَّص الِة َو ُهْم َأْبَناُء َسْبِع ِس ِنيَن َو اْض ِرُبوُهْم َع َلْيَها‬
)‫َو ُهْم َأْبَناُء َعْش ٍر َو َفِّر ُقوا َبْيَنُهْم ِفي اْلَم َض اِج ِع* (أخرجه ابوداود في كتاب الصالة‬

Artinya : Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda,
“Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah
mereka karena meninggalkan shalat itu jika berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur
mereka". (HR. Abu Dawud).

Pendidikan di sekolah hanya dilakukan jika anak sudah cukup umur. Sedang pendidikan di rumah
dimulai sejak masih kecil sampai beranjak dewasa. Rosulullah mengajarkan bahwa jika anak sudah
mendekati masa baligh, hendaknya dipisahkan antara tempat tidur anak laki- laki dengan anak
perempuan. Begitu pula dengan tempat tidur dengan orang tuanya.

Setelah anak berusia tujuh tahun, hendaknya orang tua memerintahkan untuk shalat dan puasa
sebagai wahana pemberdayaan. Orang tua diperkenankan menghukum pada umur sepuluh tahun,
kalau ia lalai menunaikan kewajiban. Hukuman bagi anak tidak boleh bersifat menyakiti atau
menimbulkan cacat.
Jika orang tua memerintahkan sesuatu kepada anak maka mereka juga melaksanakan perintah
tersebut. Perintah orang tua yang tidak disertai teladan, sulit untuk dipatuhi anak. Sebab
kecenderungan anak akan meniru orang tua.

3) Mengawinkan ketika menginjak dewasa

Orang tua berkewajiban menikahkan anaknya jika sudah tiba waktunya untuk menikah. Kewajiban
orang tua dalam hal ini menyangkut pencarian calon untuk anak apabila ia belum memperoleh
pasangan.

Dalam pernikahan, peran orang tua, terutama bapak sangat vital bagi anak perempuan. Dalam
tuntunan islam setiap perempuan yang hendak menikah harus disertai dengan kehadiran walinya. Ia
tidak bisa menikahkan dirinya sendiri. Berbeda dengan anak laki- laki yang pernikahanya bisa sah
meski tanpa kehadiran wali.

2. Setiap Kepala Keluarga adalah Pemimpim

a. Hadis dan Artinya

‫ االمام راع ومسئول‬,‫ كلكم راع وكلكم مسىؤل عن رعيته‬: ‫ سمعت رسول هللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم يقول‬: ‫وعن ابن عمر رضى عنهما قال‬
‫ والخادم راع في مال سيده‬,‫ والمرأة رعية في بيت زوجها ومسئول عن رعيتها‬,‫ والرجل راع في اهله ومسئول عن رعيته‬,‫عن رعيته‬
)‫(متفقعليه‬. ‫ فكلكم راع ومسئول عن رعيته‬,‫ومسئول عن رعيته‬

Artinya : Dari Ibnu Umar R.A.sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “setiap kamu adalah pemimpin
dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Kepala negara yang memimpin
manusia (masyarakat), akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpin. Suami itu
pemimpin terhadap keluarganya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka. Istri
adalah pemimpin atas rumah tangga, suami dan anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban
terhadap apa yang dipimpinnya. Hamba sahaya adalah pemimpin atas harta tuannya dan dia akan
dimintai pertanggungjawaban terhadap harta tuannya itu. Ketahuilah, setiap kamu itu pemimpin
akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. (Muttafaqun Alaih).

b. Pembahasan

Orang tua hendaknya bertanggung jawab terhadap keluarga dan keturunanya,jangan sampai dia dan
keturunannya mendapatkan kemurkaan dari Allah.Maka hendaknya pemimpin keluarga memberikan
pelajaran agama yang baik kepada anak keturunannya agar mereka dapat menjadi anak yang shahih.

Selain uraian diatas kewajiban orang tua terhadap anaknya antara lain adalah :

1) Memilihkan istri/suami yang baik minimalnya harus memenuhi 4 syarat yaitu: rupawan,
hartawan, bangsawan dan taat beragama. Dan yang di sebutkan terakhir adalah yang utama dari
keempat syarat yang telah disebutkan (H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
2) Berlindung kepada Allah sebelum melangsungkan acara jimak, karena tanpa membaca “Bismillahi
Allahumma Jannibnasy syaithaana Wajannibisy syaithaana mimmaa razaqtana” setan akan ikut
menjimaki sang istri. ( H.R Bukhari dan Muslim dari Ibni Abbas).

3) Mengazdankan/mengkomatkan pada telinga kanan/kiri bayi, langsung setelah lahir dan


dimandikan (H.R Bukhari dan Muslim dari Asma binti Abu Bakar).

4) Menyembelih aqiqah, karena Rasulullah Saw, Bersabda: Anak-anak yang baru lahir sebaiknya di
aqiqah, sebaiknya aqiqah disembelih pada hari ketujuh dari kelahiran dan pada hari itu juga di cukur
rambut serta di beri nama (H.R Bukhari dan Muslim dari Sulaiman bin Amir).

5) Melakukan penyunatan, Hukum penyunatan adalah wajib bagi anak laki-laki dan kemuliaan bagi
anak perempuan. (H.R Ahmad dan Baihaqi dari Syaddad bin Aus).

6) Menyediakan pengasuh, pendidik/guru yang baik, kuat beragama dan berakhlak mulia, kalau
orang tuannya kurang mampu.akan tetapi yang terutama bagi yang mampu adalah orang tuannya, di
samping guru di sekolah dan ustadz di pengajian.

7) Mengajarnya membaca dan memahami Al-Qur’an, memberikan pendidikan jasmani. (H.R Baihaqi
dari Ibnu Umar).

8) Memberikan makanan yang halal untuk anaknya.Rasulullah Saw. Pernah mengajarkan sejumlah
anak untuk berpesan kepada orang tuanya dikala keluar mencari nafkah “selamat jalan ayah, Jangan
sekali-kali engkau membawa pulang kecuali yang halal dan tayyib saja,” kami mampu bersabar dari
kelaparan, tetapi tidak mampu menahan azab Allah Swt. (H.R Thabraani dalam Al-Ausaath).

9) Membiasakan berakhlak Islami dalam bersikap, berbicara, dan bertingkah laku, sehingga semua
kelakuanya menjadi terpuji menurut islam. (H.R Turmudzi dari Jabir bin Samrah).

10) Menanamkan etika malu pada tempatnya dan membiasakan minta izin keluar/masuk rumah,
terutama ke kamar orang tuanya, teristimewa lagi saat-saat zairah dan selepas shalat isya’. (Al-qur’an
surat An-nur : 56).

11) Berlaku kontuitas dalam mendidik, membimbing dan membina mereka. Demikian juga dalam
penyandangan dana dalam batas kemampuan,sehingga sanh anak mampu berdikari.(H.R Abu Daud
bari abu Qalaabah).

12) Berlaku adil dalam memberi perhatian,wasyiat,biaya dan cinta kasih kepada mereka. (H.R
Muslim dari Anas bin Malik).

. Tanggung Jawab Pendidikan

Pada suatu kesempatan, Amirul Mu’minin Umar bin Khattab kehadiran seorang tamu lelaki yang
mengadukan kenakalan anaknya,”Anakku ini sangat bandel” tuturnya kesal.Amirul Mu’minin
berkata,”Hai fulan,apakah kamu tidak takut kepada Allah karena berani melawan ayahmudan tidak
memenuhi hak ayahmu?Anak yang pintar ini menyela “Hai Amirul Mu’minin,apakah orang tua tidak
punya kewajiban memenuhi hak anak?”Umar ra. Menjawab,”Ada tiga,yakni:pertama,memilihkan ibu
yang baik,janhan sampai kelak terlihat ibunya.kedua,memilihkan nama yang baik. Ketiga,mendidik
mereka dengan al-Qur’an.

Mendengar uraian dari Kholifah Umar ra.anak tersebut menjawab,”Demi Allah,ayahku tidak
memilihkan ibu yanh baik bagiku,akupun di beri nama”kelelawar jantan”,sedang dia juga
mengabaikan pen didikan islam padaku.Bahkan walau satu ayatpun aku tidak pernah diajari
olehnya.lalu Umar menoleh kepada ayahnya seraya berkata,”Kau telah berbuat durhaka kepada
anakmu,sebelum ia berani kepadamu....”

Dari riwayat di atas dapat disimpulkan bahwa mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat
seorang ibu muslimah.Dia senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik,yaitu akhlak
Muhammad dan para sahabatnya yang mulia.Mendidik anak bukanlah (sakedar)kemurahan hati
seorang ibu kepada anak-anaknya,akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah
kepada seorang ibu.

Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara
lainnya,seperti(misalnya)mencucikan pakaianya atau membersihkan badannya saja.Bahkan mendidik
anak itu mencakup perkara yang luas,mengingat anak merupakan generasi tangguh yang akan
menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini dengan
kekuatan,hikmah,ilmu,kemuliaan dan kejayaaan.

2. Mendidik Anak untuk Sholat dan Menyediakan Tempat Tidur Terpisah antara Laki-laki dan
Perempuan

Islam mengajarkan ‘hijab’ sejak dini.Meskipun terhadap sesama muhrim,bila telah berusia tujuh
tahun tempat tidur mereka harus dipusahkan.Rasulullah Saw. Bersabda:

‫َعْن َع ْمِر و ْبِن ُش َعْيٍب َع ْنأِبيِه َعْن َج ّد ِه َقاَل َقاَلَرُس وُل هللا َص لَّى هللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُم ُر وا َأْو ال َد ُك ْم ِبا لَّص ال ِة َو ُهْم َأْبَناُء َسْبِع ِس ِنيَن َو اْض ِر ُبو‬
‫ُهْم َع َلْيَها َو ُهْم َأْبَناُء َعْش ٍر َو َفَّر ُقوا َبْيَنُهْم ِفي اْلَم َض اِج ِع‬

“Suruhlah anak-anakmu shalat bila berumur tujuh tahun dan gunakan pukulan jika mereka sudah
berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur meereka (putra putri).”

Maksudnya,kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan shalat di mulai setelah anak berumur tujuh
tahun.Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau mengerjakan shalat,boleh dipukul
dengan pukulan ringan yang mendidik,bukan pukulan yang membekas atau menyakitkan.

3.Memberi Nama yang Baik

‫َح ُّق اْلَو َلِد َع َلى َو اِلِد ِه َاْن ُيْح ِس َن ِاْس َم ُه َو ُيْح ِس ُن َم ْو ِض َعُه َو ُيْح ِس ُن َاَدَبُه‬

Artinya: “ Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberi nama yang baik, memberi tempat
tinggal yang baik, dan mengajari sopan santun.”
.”Rasulullah Saw. Diketahui telah memberi perhatian yang sangat besar terhadap masalah
nama.kapan saja beliau menjumpai nama yang tidak menarik (patut) dan tak berarti,beliau
mengubahnya dan memilih beberapa nama yang pantas.Beliau mengubah macam-macam nama laki-
laki dan perempuan.Seperti dalam hadis yang disampaikan oleh aisyah ra.bahwa Rasulullah Saw.
Biasa merubah nama-nama yang tidak baik. (HR TIRMIDZI)

Pemberian nama yang baik bagi anak adalah awal dari sebuah upaya pendidikan terhadap
anak.Ada yang mengatakan “Apa arti sebuah nama”. Ungkapkan ini tidak selamanya benar Islam
mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah doa. Dengan pemberian nama yang
baik,diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya.Adapun setelah kita memberi
nama yang baik,dan telah mendidiknya dengan baik pula,namun anak kita tidak sesuai dengan yang
kita inginkan,maka kita kembalikan dengan Allah Swt.Nama yang baik dengan akhlak yang baik,itulah
yang kita harapkan.

4.Setiap kepala keluarga adalah pemimpin

Allah telah menjadikan kita sebagai pemimpin bagi keluarga kita,yang tentunya kita juga akan
dimintai pertanggung-jawaban.Makaseharusnya suami dan istri saling berkerjasama dalam membina
keluarga,karena masing-masing akan dimintai pertanggung-jawaban.

,‫االمامراعومسىولعنرعيته‬,‫ كلكمراعوكلكممسيولعنرعيته‬: ‫سمعترسوالللهصلىاللهعليهوسلميقول‬: ‫وعنابنعمررضىعنهماقال‬


,‫ والخادمراعفيمالسيدهومسىولعنرعيته‬,‫ والمرأةرعيةفيبيتزوجهاومسىولعنرعيها‬,‫والرجلراعفياهلهومسىولعنرعيته‬
)‫(متفقعليه‬. ‫فكلكمراعومسىولعنرعيته‬

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban, maka seorang iman adalah
pemimpin dan akan dimintai peryanggung-jawaban, dan dan seorang suami adalah pemimpin
keluargannya dan akan dimintai pertanggung-jawaban ,dan seorang istri adalah pemimpin di rumah
suaminya dan akan dimintai pertanggung-jawaban,dan seorang budak adalah pemimpin pada harta
majikannya dan akan dimintai pertanggung-jawaban,maka ketahuilah bahwa setiap diri kalian adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggung-jawaban.”Allah telah mewasiatkan di dalam perkara anak-
anak kalian”.

Maka orang tua hendaknya bertanggung jawab terhadap keluarga dan keturunanya,jangan
sampai dia dan keturunannya mendapatkan kemurkaan dari Allah.Maka hendaknya pemimpin
keluarga memberikan pelajaran agama yang baik kepada anak keturunannya agar mereka dapat
menjadi anak yang shahih.

Selain uraian diatas kewajiba orang tua terhadap anaknya antara lain adalah:

1. Mamilih istri/suami yang baik minimalnya harus memenuhi 4 syarat yaitu:


rupawan,hartawan,bangsawan dan taat beragama.Dan yang di sebutkan terakhir adalah yang utama
dari keempat syarat yang telah disebutkan (H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
2. Berlindung kepada Allah sebeum melangsungkan acara jimak,karena tanpa membaca Bismillahi
Allahumma Jannibnasy syaithaana Wajannibisy syaithaana mimmaa razaqtana” setan akan ikut
menjimaki sang istri.( H.R Bukhari dan Muslim dari Ibni Abbas).

3. Mengaznkan/mangkomatkan pada telinga kanan/kiri bayi,langsung setelah lahir dan


dimandikan(H.R Bukhari dan Muslim dari Asma binti Abu Bakar).

4. Menyembelih,aqiqah,karena Rasulullah Saw. Bersabda: Anak-anak yang baru lahir sebaiknya di


aqiqah.dan sebaiknya,aqiqah disembelih [ada hari ketujuh dari kelahiran dan pada hari itu juga di
cukur rambut serta di beri nama (H.R Bukhari dan Muslim dll dari Sulaiman bin Aamir)

5. Melakukan penyunatan,Hukum penyunatan adalah wajib bagi anak laki-laki dan kemuliaan bagi
anak perempuan(H.R Ahmad dan Baihaqy dari Syaddad bin Aus).

6. Menyediakan pengasuh,pendidik,dan/guru yang baik dan kuat beragama dan berakhlak mulia ,
kalau orang tuannya kurang mampu.Akan tetapi yang terafdhal bagi yang mampu adalah orang
tuannya,di samping guru di sekolah dan ustadz di pengajian.

7. Mengajarnya membaca dan memahami Al-Qur’an,memberikan pendidikan jasmani(H.R Baihaqy


dari Ibnu Umar)

8. Memberikan makanan yang “halalaan thayyiban” untuk anaknya.Rasulullah Saw. Pernah


mengajarkan sejumlah anak untuk berpesan kepada orang tuanya dikala keluar mencari nafkah
‘selamat jalan ayah! Jangan sekali-kali engkau membawa pulang kecuali yang halal dan tayyib
saja!,kami mampu bersabar dari kelaparan,tetapi tidak mampu menahan azab Allah Swt. (H.R
Thabraani dalam Al-Ausaath)

9. Membiasakan berakhlak Islami dalam bersikap,berbicara, dan bertingkah laku,sehingga semua


kelakuanya menjadi terpuji menurut islam (H.R Turmuzy dari Jaabir bin Samrah

10. Menanamkan etika malu pada tempatnya dan membiasakan minta izin keluar/masuk
rumah,terutama ke kamar orang tuanya,teristimewa lagi saat-saat zhaiirah dan selepas shalat isya’.
(Al-qur’an surat Annuur ayat 56)

11. Berlaku kontuitas dalam mendidik,membimbing dan membin mereka.Demikian juga dalam
penyandangan dana dalam batas kemampuan,sehingga sanh anak mampu berdikari.(H.R Abu Daud
bari abu Qalaabah)

12. Berlaku adil dalam memberi perhatian,wasyiat,biaya dan cinta kasih kepada mereka

BAB III

KESIMPULAN

Anak adalah nikmat Allah Swt. yang tak ternilai dan pemberian yang tak terhingga.Tidak ada yang
lebih tau besarnya karunia ini selain orang yang tidak atau belum memiliki anak. Nikmat yang agung
ini merupakan amanah bagi kedua orang tuanya, yang kelak akan dimintai pertangung
jawabannya,apakah keduanya telah menjaganya atau justru menyia-nyiakannya. Rosulullah SAW
bersabda,” Setiap kalian adalah pemimpin ,dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya.
Seorang iman adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya ,dan seorang laki-laki
adalah pemimpin dalam keluarganya dan dia akan ditanya akan kepemimpinannya. Inilah sekelumit
makalah yang kami sampaikan tentang kewajiban orang tua terhadap anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Muallifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Jogjakarta: DIVA Press.

Tohirin. 2008. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Zaviera, Ferdinand. 2007. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Jogjakarta: Prismasophie.

http://chamimampel.blogspot.com/2013/09/kewajiban-orang-tua-terhadap-anak.html

Anda mungkin juga menyukai