Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelahiran buah hati adalah sebuah kebahagiaan bagi setiap pasangan suami istri. Dan
kebahagiaan menyambut kelahiran bayi tentunya harus selalu disyukuri. Anak adalah karunia yang
teramat indah dan tak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Proses melahirkan bayi adalah
sebuah perjuangan mulia bagi seorang ibu karena harus mempertaruhkan nyawanya.Islam
sebagai agama yang menggariskan panduan hidup yang sempurna patut dijadikan pedoman
kepada semua penganutnya. Adab-adab menyambut kelahiran bayi seharusnya menjadi amalan
kepada semua ibu dan bapak.

Terdapat beberapa panduan yang patut dilakukan oleh ibu dan bapak dalam menyambut buah hati
yang dikandung oleh Ibu hingga selamat lahir ke dunia.Namun begitu, tidak banyak perbedaan
dalam melaksanakan adab menyambut kelahiran bayi dalam Islam sesuai dengan sifat agama
Islam itu yang mudah dan praktikal.Panggilan menyambut anak lelaki adalah disebut "Salamun
Zakrun" yang berarti: Salam sejahtera anak lelaki. Sedangkan panggilan untuk menyambut anak
perempuan adalah "Salamun An-Nisaa" yang berarti: Salam sejahtera anak perempuan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
sebagai berikut :
- Apa saja yang dilakukan dalam menyambut kedatangan bayi sesuai ajaran Agama Islam ?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan:
- Sebagai pengetahuan bagi para calon orang tua tentang cara Agama Islam dalam menyambut
kedatangan bayi
- Sebagai sebuah referensi atau media alternatif untuk mempelajari Agama Islam
- Tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

D. Manfaat
- Pembaca dapat mengetahui cara menyambut bayi yang sesuai dengan ajaran Agama Islam
BAB II

PEMBAHASAN

1. Adab Menyambut Kelahiran Bayi Menurut Islam


Allah sebagai makhluk sempurna dengan berbagai potensi yang tidak diberikan kepada hewan,
seperti potensi akal dan potensi agama. Jadi jelas bagaimanapun keadaannya, manusia tidak
pernah sama dengan hewan. Munir Mursyi seorang ahli pendidikan Mesir mengatakan bahwa
pendapat tentang manusia sebagai animal rationale atau al-Insan Hayawan al-Natiq bersumber
dari filsafat Yunani dan bukan dari ajaran Islam.3 Terkait dengan hal ini adalah gagalnya teori
evolusi Charles Darwin. Ternyata Darwin tak pernah bisa menjelaskan dan membuktikan mata
rantai yang dikatakannya terputus (the missing link) dalam proses transformasi primata menjadi
manusia.4 Jadi pada hakikatnya manusia tidak pernah berasal dari hewan manapun, tetapi
makhluk sempurna ciptaan Allah dengan berbagai potensinya, “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS:95:4). Muhammad Daud Ali (1998)
menyatakan pendapat yang bisa dikatakan mendukung bantahan Munir Mursyi di atas, namun ia
menyatakan bahwa manusia bisa menyamai binatang apabila tidak memanfaatkan potensi-potensi
yang diberikan Allah secara maksimal terutama potensi pemikiran (akal), kalbu, jiwa, raga serta
panca indra. Dalil al- Qur’an yang diajukannya adalah surah alA’raf: “… mereka (manusia) punya
hati tapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka punya mata tapi tidak
dipergunakan untuk melihat (tandatanda kekuasaan Allah), mereka mempunyai telinga tapi tidak
dipergunakan untuk (mendengar ayat-ayat Allah). Mereka itu sama dengan binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang yang lalai.” (QS:7:179). Dengan demikian
bisa disimpulkan bahwa manusia memang diciptakan Tuhan sebagai makhluk terbaik dengan
berbagai potensi yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Namun apabila manusia tidak bisa
mengembangkan potensinya tersebut bisa saja manusia menjadi lebih rendah dari makhluk lain,
seperti hewan misalnya.
Anak adalah karunia Allah yang tiada terhingga bagi semua keluarga. Keberadaannya sangat
dinantikan karena akan menjadi penerus sejarah manusia, dan menjadi salah satu penguat ikatan
berumah tangga. Banyak pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak sangat berharap agar
segera mendapatkannya. Ini menunjukkan demikian penting kehadiran anak bagi semua umat
manusia.Agama Islam telah memberikan perhatian yang sangat detail tentang anak, sejak proses
konsepsi, kehamilan, kelahiran, sampai pendidikan ketika anak lahir dan masa tumbuh kembang
hingga dewasa. Semua mendapatkan perhatian dan tuntunan yang teliti. Ini menunjukkan
demikian penting menjaga, merawat, serta mendidik anak sejak awal.

Dalam agama Islam, ada beberapa adab atau tuntunan dalam menyambut kelahiran bayi.
Diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Mendoakan Bayi
Hendaknya orang tua mendoakan untuk kebaikan bagi bayi yang baru lahir. Bukan hanya
orang tua, bahkan orang lain turut mendoakan ketika mendengar berita kelahiran bayi. Dalam
rubrik www.konsultasisyariah.com dijelaskan, ada beberapa tuntunan doa bagi bayi yang baru
lahir.
Pertama, doa memohon keberkahan untuk si anak.Dari Abu Musa Ra, beliau mengatakan,
“Ketika anakku lahir, aku membawanya ke hadapan Nabi saw. Beliau memberi nama bayiku,
Ibrahim dan men-tahnik dengan kurma lalu mendoakannya dengan keberkahan. Kemudian
beliau kembalikan kepadaku. (HR. Bukhari 5467 dan Muslim 2145).

1
Muhammmad Munir Mursyi, Al-Tarbiyat al-Islamiyyat: Ushuluha wa Tathawwuruha fil bilad al-‘Arab, Kahirat:
‘Alam al-Kitab, 1986, hal. 16. 4
2
Umar Tirtarahardja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, hal. 3.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Rasulullah saw kepada putra Asma bintu Abu Bakr, yang
bernama Abdullah bin Zubair. Sesampainya Asma hijrah di Madinah, beliau melahirkan
putranya, Abdullah bin Zubair. Bayi ini dibawa ke hadapan Nabi saw. Asma mengatakan, “…
Kemudian Nabi saw minta kurma, lalu beliau mengunyahnya dan meletakkannya di mulut si
bayi.

Makanan pertama yang masuk ke perut si bayi adalah ludah Rasulullah saw, kemudian beliau
mendoakannya dan dan memohon keberkahan untuknya” (HR. Bukhari 3909).Tidak ada teks
doa khusus yang isinya permohonan berkah untuk anak. Dalam Fatawa Syabakah Islam
dinyatakan, “Tidak terdapat dalil – sepengetahuan kami – yang menunjukkan dianjurkannya
membaca ayat Al-Quran atau doa tertentu ketika seorang anak dilahirkan. Baik doa dari
ibunya, bapaknya, atau doa dari orang lain” [Fatawa Syabakah Islam, di bawah bimbingan Dr.
Abdullah Al-Faqih, no. 13605].Karena itu, kita
DAFTAR ISI

Kata pengantar...............................................................................................................................v

Daftar isi..........................................................................................................................................vi

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang..............................................................................................................x

1.2 Rumusan masalah.......................................................................................................xi

1.3 Tujuan penulisan..........................................................................................................xii

1.4 Manfaat penulisan......................................................................................................xiii

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Adap menyambut kelahiran bayi.................................................................................1

2.2 Mendo'a kan bayi..........................................................................................................2

2.3 azan dan Iqamah..........................................................................................................4

2.4 Tahnik............................................................................................................................5

2.5 Aqiqah............................................................................................................................6

2.5 Memberi nama yang baik.............................................................................................7

2.6 Mencukur rambut bayi..................................................................................................8

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................xii

3.2 Saran.............................................................................................................................xiii

Daftar pustaka................................................................................................................................xiiii
bisa berdoa dengan bahasa apapun yang kita pahami. Misalnya dengan membaca,
“Baarakallahu fiik” (semoga Allah memberkahi kamu) atau semacamnya.

Kedua, doa memohon perlindungan dari godaan setan.Salah satu contohnya adalah doa yang
dipraktekkan oleh istri Imran, ibunya Maryam. Allah menceritakan kejadian ketika istri Imran
melahirkan Maryam:Tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku,
sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa
yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku
telah menamai Dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak
keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.” (QS. Ali Imran:
36).Satu hal yang istimewa, karena doa ibu Maryam inilah ketika Maryam lahir, dia tidak
diganggu setan, demikian pula ketika Nabi Isa dilahirkan. Allah mengabulkan doa ibunya
Maryam.

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Setiap bayi dari anak keturunan adam akan
ditusuk dengan tangan setan ketika dia dilahirkan, sehingga dia berteriak menangis, karena
disentuh setan. Selain Maryam dan putranya (HR. Bukhari 3431).Kemudian Abu Hurairah ra,
membaca surat Ali Imran ayat 36 di atas.Kita bisa meniru doa istri Imran ini. Hanya saja, perlu
disesuaikan dengan jenis kelamin bayi yang dilahirkan. Karena perbedaan kata ganti dalam
bahasa arab antara lelaki dan perempuan.

Jika bayi yang dilahirkan perempuan, bisa membaca doa:

‫َط‬ ‫ُذ‬ ‫ُأ ُذ‬ ‫َّل‬


‫َال ُهَّم ِإِّن ي ِع ي َه ا ِبَك َو ِّر َّي َت َه ا ِمَن الَّش ْي اِن الَّر ِجيِم‬
Jika bayi yang lahir laki-laki, bisa membaca doa:
‫َط‬ ‫ُذ‬ ‫ُأ ُذ‬ ‫َّل‬
‫َال ُهَّم ِإِّن ي ِع ي ُه ِبَك َو ِّر َّي َت ُه ِمَن الَّش ْي اِن الَّر ِجيِم‬

“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu untuknya dan untuk keturunannya dari
setan yang terkutuk.”

Kita juga bisa memohon perlindungan untuk anak dari gangguan setan, dengan doa seperti
yang pernah dipraktekkan Nabi saw, ketika mendoakan cucunya Hasan dan Husain.Ibnu
Abbas menceritakan, bahwa Rasulullah saw membacakan doa perlindungan untuk kedua
cucunya,

3
(HR. Bukhari 3431).(HR. Bukhari 3909).
4
[Fatawa Syabakah Islam, di bawah bimbingan Dr. Abdullah Al-Faqih, no. 13605]
5
(QS. Ali Imran: 36)
MAKALAH
"BAYI"

Dosen pembimbing:
M.Nur Saputra M.Pd

Disusun oleh:
Nurul Izzati
Aldi alhadad
Dicko setiawan

Universitas pahlawan tuanku Tambusai


Fakultas kesehatan masyarakat
Tahun pelajaran 2020

‫أ‬
b. Adzan dan Iqamah
Sang ayah segera mengazani di telinga kanan dan mengiqamahkan di telinga kiri pada
anaknya yang baru lahir. Pemberian adzan dan iqamah baru lahir ini salah satu tujuannya agar
kalimat yang pertama kali didengar sang bayi adalah kalimat thayyibah dan dijauhkan dari
segala gangguan setan yang terkutuk.Sebagian ulama menganggap sunnah membacakan
adzan dan iqamah untuk bayi yang baru lahir. Ulama yang berpendapat seperti ini diantaranya
adalah Hasan al-Bashri, Umar bin Abdul ‘Aziz, ulama madzhab Syafi’i dan Hanbali. Ibnu al-
Qayyim al-Jauziyah, ulama madzhab Hanbali, termasuk ulama yang menyunnahkan
pembacaan adzan pada bayi yang baru lahir ini.

Ulama kontemporer, Wahbah az-Zuhaily juga menyunnahkan hal ini dalam kitab al-Fiqh al-
Islami Wa adillatuhu, “Disukai bagi orang tua untuk mengadzani di telinga kanan bayi yang baru
dilahirkan dan diiqamati seperti iqamat untuk shalat di telinga kirinya” (al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuhu : 4/288).Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh Sunnahnya juga menyunnahkan dibacakan
adzan ini, “Termasuk sunnah dilakukan, mengadzani telinga kanan dan mengiqamahi telinga
kiri bayi yang baru dilahirkan, supaya yang pertama kali didengar telinga anak adalah asma
Allah SWT”.Imam an-Nawawi, tokoh ulama madzhab asy-Syafi’i dalam al-Majmu’ pada juz
8/443 menulis, “Berkata sekelompok ulama dari sahahabat-sahabat kami (ulama Syafi’iyyah),
disukai untuk diadzani di telinga kanan dan diiqamahi di telinga kiri bayi yang baru dilahirkan”

Namun sebagian ulama yang lain tidak menyunnahkan adzan dan iqamat bagi bayi yang baru
lahir bahkan menganggapnya sebagai bid’ah. Di antara ulama yang berpendapat seperti ini
adalah Imam Malik bin Anas. “Imam Malik mengingkari perbuatan mengadzani di telinga bayi
ketika dilahirkan” (Mawahib al-Jalil fi Syarh Mukhtashar asy-Syaikh Khalil : 3/321).Dalam kitab
Mausu’ah Fiqh al-Ibadat dijelaskan sikap Imam Malik, “Imam Malik benci perkara-perkara ini
(adzan selain panggilan untuk shalat) dan menganggapnya sebagai bid’ah” (Mausu’ah Fiqh al-
Ibadat : 7/7).Para ulama yang yang menganggap perbuatan ini sebagai bid’ah karena dalil atau
hadits yang memerintahkan adzan untuk bayi yang baru lahir tidak kuat, alias hadits dhaif. Oleh
karena haditsnya lemah, maka tidak bisa dipakai sebagai landasan untuk menyunnahkan
adzan untuk bayi yang baru lahir.
Jadi, aktivitas memperdengarkan adzan dan iqamah untuk bayi yang baru lahir, dari segi
hukum fikih termasuk amal yang diperdebatkan para ulama. Walaupun dari segi manfaat bisa
diterima, bahwa memperdengarkan kalimat tauhid bagi bayi yang baru lahir merupakan bagian
dari pendidikan keimanan untuk anak.

6
(HR. Abu Daud 3371, dan dishahihkan al-Albani)
7
(al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu : 4/288)
8
(Mawahib al-Jalil fi Syarh Mukhtashar asy-Syaikh Khalil : 3/321).
9
(Mausu’ah Fiqh al-Ibadat : 7/7).
c. Tahnik
Kita perhatikan tindakan yang dilakukan Rasulullah saw terhadap bayi yang baru saja lahir,
sebagaimana penuturan istri beliau, Aisyah ra:“Apabila didatangkan bayi yang baru lahir ke
hadapan Rasulullah saw, maka beliau mendoakan barakah kepadanya dan mentahniknya”
(HR. Imam Bukhari no. 5468 dan Imam Muslim no. 2147).

Yang dimaksud dengan tahnik adalah mengunyah kurma sampai lumat hingga bisa ditelan,
kemudian menyuapkan kurma lembut tersaebut ke mulut bayi. Apabila tidak didapatkan kurma,
maka diganti dengan makanan manis lain yang bisa digunakan untuk mentahnik. Para ulama
bersepakat bahwa istihbab (disenangi) melakukan tahnik pada hari kelahiran anak. Demikian
dijelaskan oleh Imam An Nawawi rahimahullah ketika menerangkan tahnik ini.Perbuatan
Rasulullah saw ini bisa kita lihat dalam hadits Anas bin Malik ra, “Aku membawa Abdullah bin
Abi Thalhah al Anshari kepada Rasulullah saw pada hari kelahirannya, dan waktu itu beliau
menggunakan mantelnya sedang mengecat untanya dengan ter. Lalu beliau bertanya: “Apakah
engkau membawa kurma?” Aku menjawab: “Ya.”Kemudian kuberikan pada beliau beberapa
buah kurma, lalu beliau masukkan ke mulut dan mengunyahnya. Kemudian beliau membuka
mulut bayi dan meludahkan kurma itu ke mulut bayi. Mulailah bayi itu menggerak-gerakkan
lidahnya untuk merasakan kurma tersebut. Maka Rasulullah saw bersabda, “Kesukaan Anshar
adalah kurma,” dan beliau memberinya nama Abdullah” (HR. Imam Bukhari no. 5470 dan Imam
Muslim no. 2144).

Hadits Anas bin Malik di atas juga memberikan penjelasan kepada kita bahwa tahnik dilakukan
dengan menggunakan kurma, dan ini yang utama. Tahnik hendaknya dilakukan oleh orang
yang shalih, baik laki-laki ataupun perempuan. (Syarh Shahih Muslim).Begitu pula bisa kita
simak kisah-kisah tentang pelaksanaan tahnik yang datang dari sahabat-sahabat yang lainnya.
Abu Musa Al Asy’ari ra menceritakan: Telah lahir anak laki-lakiku, lalu aku membawanya
kepada Nabi saw kemudian beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan
kurma (HR. Imam Bukhari no. 5467 dan Imam Muslim no. 2145).Asma’ binti Abi Bakr ra
mengisahkan ketika dia mengandung anaknya, Abdullah ibnu Az Zubair di Mekkah:“Aku keluar
(untuk hijrah), sementara telah dekat waktuku melahirkan. Maka aku pergi ke Madinah dan aku
singgah di Quba’, serta melahirkan di sana. Kemudian aku mendatangi Rasulullah saw lalu
beliau meletakkan anakku di pangkuannya. Kemudian beliau meminta kurma, dan
mengunyahnya lalu meludahkannya ke dalam mulut anakku. Maka yang pertama kali masuk ke
perutnya adalah ludah Rasulullah saw. Beliau mentahniknya dengan kurma, kemudian
mendoakannya dan memintakan barakah baginya. Dan dia adalah bayi pertama yang
dilahirkan dalam Islam (dari kalangan Muhajirin)” (HR. Imam Bukhari no. 5469 dan Imam
Muslim no. 2146).

Tujuan tahnik adalah persiapan agar bayi nantinya mudah untuk merasakan manisnya air susu
ibu dan juga agar mulut bayi kuat sehingga mampu menghisap air susu ibunya. Cara mentahnik
bayi adalah dengan meletakkan sedikit buah kurma di atas jari telunjuk dan dimasukkan ke
mulut bayi serta dengan perlahan-lahan digerakkan ke kanan dan kiri. Ini dilakukan agar kurma
tadi bisa menyentuh seluruh mulut bayi hingga terkena rongga tekaknya.

(HR. Imam Bukhari no. 5468 dan Imam Muslim no. 2147), HR. Imam Bukhari no. 5470 dan Imam Muslim no.
10

2144), (HR. Imam Bukhari no. 5467 dan Imam Muslim no. 2145), (HR. Imam Bukhari no. 5469 dan Imam Muslim
no. 2146)

d. Aqiqah
Menurut bahasa kata ‘aqiqah berarti memotong. Dinamakan ‘aqiqah, karena dipotongnya leher
binatang. Ada yang mengatakan bahwa aqiqah adalah nama bagi hewan yang disembelih,
dinamakan demikian karena lehernya dipotong. Ada pula yang mengatakan bahwa ‘aqiqah itu
asalnya ialah : rambut yang terdapat pada kepala si bayi ketika ia keluar dari rahim ibu, rambut
ini disebut ‘aqiqah, karena ia mesti dicukur.Hukum aqiqah adalah sunnah (muakkad) sesuai
pendapat Imam Malik, penduduk Madinah, Imam Syafi′i dan sahabat-sahabatnya, Imam
Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur dan kebanyakan ulama ahli fiqih (fuqaha).

Dalil aqiqah ini dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah saw bersabda : “Semua anak
bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuh disembelih hewan (kambing), diberi
nama dan dicukur rambutnya” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad).Jumlah
kambing aqiqah bayi bisa dilihat dari hadits Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw telah bersabda :
“Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing”
(HR Ahmad Tirmidzi, Ibnu Majah).

e. Memberi Nama yang Baik


Salah satu kewajiban orang tua adalah memberi nama yang baik untuk anaknya. Nama anak
merupakan doa dan harapan dari orang tua. Memberi nama tidak boleh sembarangan, dengan
nama-nama yang sekedar indah atau unik, namun harus mengandung makna yang baik.
Sahabat Sahl bin Sa’d ra menceritakan, didatangkan Al Mundzir putra Abu Usaid ke hadapan
Rasulullah saw ketika dia dilahirkan. Maka Nabi saw meletakkannya di atas pangkuannya,
sedangkan Abu Usaid duduk. Pada waktu itu Rasulullah saw sedang sibuk sehingga Abu Usaid
memerintahkan agar anaknya dibawa kembali, maka anak itu diangkat dari pangkuan
Rasulullah saw dan mereka pun mengembalikannya pada Abu Usaid.

Ketika Rasulullah saw selesai dari kesibukannya, beliau bertanya, “Di mana

MAKALAH
"BAYI MENURUT PANDANGAN ISLAM"

Dosen pembimbing:
Hahah

Disusun oleh:

Hahaaa

Universitas pahlawan tuanku Tambusai


Fakultas kesehatan masyarakat
Tahun pelajaran 2020

‫أ‬
bayi tadi?” Abu Usaid pun menjawab: “Kami membawanya kembali, ya Rasulullah!” Lalu beliau
bertanya, “Siapa namanya?” Jawab Abu Usaid: “Fulan, ya Rasulullah!” Beliau pun bersabda,
“Tidak, akan tetapi namanya Al Mundzir.” Kemudian pada hari itu beliau memberinya nama Al
Mundzir (Diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 2149).Menurut rubrik www.konsultasisyariah.com,
memberi nama anak bisa dilakukan pada hari kelahirannya, hari ketiga atau hari ketujuh. Ciri
nama yang baik adalah enak didengar, mudah diucapkan oleh lisan, mengandung makna yang
mulia dan sifat yang benar dan jujur, jauh dari segala makna dan sifat yang diharamkan atau
dibenci agama.Dianjurkan menamai anak laki-laki dengan nama Abdu (penghambaan) yang
disambungkan dengan asma’ul husna, seperti Abdul ‘Aziz, Abdul Malik, dan sebagainya. Yang
sangat dianjurkan adalah Abdullah atau Abdurrahman, sebagaimana sabda Rasulullah saw,
“Sesungguhnya nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman” (HR.
Muslim).

Baik juga menamai anak dengan nama-nama Nabi dan Rasul. Nabi saw pernah menamai
sebagian sahabat dengan nama Nabi dan Rasul. Baik pula menamai anak dengan nama orang-
orang salih, seperti dengan nama sahabat, tabi’in dan imam kaum muslimin.
Yang dilarang adalah menamai anak dengan nama yang menunjukkan penghambaan kepada
selain Allah, seperti Abdul Ka’bah, Abdusy Syams, Abdul Husain dan sebagainya. Tidak boleh
juga memberi nama anak dengan nama-nama yang khusus bagi Allah, seperti Ar Rahman, Al
Khaaliq, Ar Rabb dan sebagainya. Tidak boleh menamai anak dengan nama-nama patung atau
berhala yang disembah selain Allah, seperti Latta, Uzza, Hubal dan sebagainya.

11
(HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad).
12
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 2149).
13
(HR. Muslim).

f. Mencukur Rambut Bayi


Pada hari ketujuh kelahiran bayi, disunnahkan untuk memotong rambut si bayi. Hal ini
sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasululah SAW ketika cucunya Hasan dan Husain lahir.
Rasulullah saw memerintahkan untuk memotong rambut dan menimbangnya ukuran perak,
kemudian disedekahkan kepada fakir miskin.
Menurut rubrik www.konsultasisyariah.com, salah satu dalil yang biasa dijadikan acuan dalam
hal ini adalah hadits dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi saw mengaqiqahi
Hasan dengan kambing, dan beliau menyuruh Fatimah untuk mencukur rambutnya. “Cukur
rambutnya, dan bersedekahlah dengan perak seberat rambut itu.”Fatimah pun menimbang
rambut itu, dan ternyata beratnya sekitar satu dirham atau kurang dari satu dirham. (HR.
Turmudzi 1519, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushanaf 24234, dishahihkan al-Hakim dalam
Mustadrak 7589 dan didiamkan azd-Dzahabi).

Catatan: satu dirham setara dengan 2,975 gr perak.Dalam kitab Tuhfatul Maudud, Ibnul Qoyim
menyebutkan beberapa riwayat dan keterangan ulama yang menganjurkan bersedekah dengan
perak seberat rambut bayi.
Pertama, Imam Ahmad mengatakan, “Sesungguhnya Fatimah ra mencukur rambut Hasan dan
Husain, dan bersedekah dengan wariq (perak) seberat rambutnya.
Kedua, Imam Malik meriwayatkan dalam al-Muwatha’, dari Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya,
beliau mengatakan, “Fatimah menimbang rambut Hasan, Husain, Zainab, dan Ummu Kultsum,
dan beliau bersedekah dengan perak seberat rambut itu”. Ketiga, Imam Malik juga
menyebutkan dalam al-Muwatha’ dari Muhammad bin Ali bin Husain, bahwa beliau
mengatakan, “Fatimah bintu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menimbang rambut Hasan
dan Husain, kemudian beliau bersedekah dengan perak seberat rambut itu”.
Di masa terdahulu, perak termasuk mata uang yang berlaku di masyarakat dan mudah
didapatkan. Karena itu, sedekah pada masa ini tidak harus berujud perak. Boleh diberikan
dalam bentuk uang, namun mengacu pada harga perak. Caranya, timbang rambut bayi. Jika
tidak memungkinkan, karena kesulitan mendapatkan timbangan benda ringan, cukup diprediksi
saja. Perkirakan berapa gram berat rambut itu. Misalnya 2 gr.

HR. Turmudzi 1519, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushanaf 24234, dishahihkan al-Hakim dalam Mustadrak 7589 dan
14

didiamkan azd-Dzahabi).

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Islam sebagai agama yang menggariskan panduan hidup yang sempurna patut dijadikan pedoman
kepada semua penganutnya. Adab-adab menyambut kelahiran bayi seharusnya menjadi amalan
kepada semua ibu dan bapak.

Terdapat beberapa panduan yang patut dilakukan oleh ibu dan bapak dalam menyambut buah hati
yang dikandung oleh Ibu hingga selamat lahir ke dunia.Dengan kita mengenal beberapa panduan
menyambut kelahiran anak, maka diharapkan bisa memberikan kita manfaat serta kita juga bisa
mengamalkan sunnah Rasululullah SAW dalam kelahiran bayi ini.

2. Saran
Sebagai umat Islam sebaiknya kita meyakini sekaligus mengamalkan ajaran yang terdapat dalam
kitab suci Al-Qur`an. Kita yang berpegang teguh pada Aqidah sebaiknya tidak ikut melakukan
ajaran dalam menyambut bayi yang biasa dilakukan oleh masyarakat pada umumnya dimana
ajaran tersebut tidak sesuai dengan ajaran Agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA

http://pama.karangkraf.com/bayi/menyambut-kelahiran-bayi-menurut-islam-1.13832

http://ms.wikipedia.org/wiki/Adab_menyambut_kelahiran_bayi_menurut_Islam

http://abufarras.blogspot.com/2013/02/Tuntunan-Islam-Menyambut-Kelahiran.html

http://rossacalla.blogspot.com/2013/02/adab-adab-menyambut-kelahiran

Anda mungkin juga menyukai