Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEBIDANAN DALAM ISLAM


AMALAN-AMALAN UNTUK BAYI BARU LAHIR

Disusun Oleh : Kelompok III


Sri Intan Nurain Alulu 1810104272
Yolanda Hasan 1810104273
Relifi Anggraini 1810104274
Hasmiah. Hs 1810104275

PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelahiran buah hati adalah sebuah kebahagiaan bagi setiap pasangan suami
istri. Dan kebahagiaan menyambut kelahiran bayi tentunya harus selalu disyukuri.
Anak adalah karunia yang teramat indah dan tak mampu diungkapkan dengan kata-
kata. Proses melahirkan bayi adalah sebuah perjuangan mulia bagi seorang ibu
karena harus mempertaruhkan nyawanya.
Islam sebagai agama yang menggariskan panduan hidup yang sempurna patut
dijadikan pedoman kepada semua penganutnya. Adab-adab menyambut kelahiran
bayi seharusnya menjadi amalan kepada semua ibu dan bapak. Terdapat beberapa
panduan yang patut dilakukan oleh ibu dan bapak dalam menyambut buah hati yang
dikandung oleh Ibu hingga selamat lahir ke dunia.
Namun begitu, tidak banyak perbedaan dalam melaksanakan adab
menyambut kelahiran bayi dalam Islam sesuai dengan sifat agama Islam itu yang
mudah dan praktikal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini sebagai berikut :
1. Apa saja yang dilakukan dalam menyambut kelahiran bayi sesuai ajaran Agama
Islam ?
2. Apa saja amalan-amalan dalam menyambut kelahiran bayi sesuai ajaran Agama
Islam ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa saja yang dilakukan dalam menyambut kelahiran bayi
sesuai ajaran Agama Islam ?
2. Untuk Mengetahui apa saja amalan-amalan dalam menyambut kelahiran bayi
sesuai ajaran Agama Islam ?

D. Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui cara menyambut bayi yang sesuai dengan ajaran
Agama Islam
2. Pembaca dapat mengetahui amalan-amalan Doa untuk Menyambut Bayi Baru
Lahir
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mendoakan Bayi
Hendaknya orang tua mendoakan untuk kebaikan bagi bayi yang baru lahir.
Bukan hanya orang tua, bahkan orang lain turut mendoakan ketika mendengar
berita kelahiran bayi. Ada beberapa tuntunan doa bagi bayi yang baru lahir.
1. Doa Memohon Keberkahan Untuk Si Anak.
Dari Abu Musa Ra, beliau mengatakan, “Ketika anakku lahir, aku
membawanya ke hadapan Nabi saw. Beliau memberi nama bayiku, Ibrahim dan
men-tahnik dengan kurma lalu mendoakannya dengan keberkahan. Kemudian
beliau kembalikan kepadaku. (HR. Bukhari 5467 dan Muslim 2145).
Hal yang sama juga dilakukan oleh Rasulullah saw kepada putra Asma
bintu Abu Bakr, yang bernama Abdullah bin Zubair. Sesampainya Asma hijrah
di Madinah, beliau melahirkan putranya, Abdullah bin Zubair. Bayi ini dibawa
ke hadapan Nabi saw. Asma mengatakan, “… Kemudian Nabi saw minta
kurma, lalu beliau mengunyahnya dan meletakkannya di mulut si bayi.
Makanan pertama yang masuk ke perut si bayi adalah ludah Rasulullah saw,
kemudian beliau mendoakannya dan dan memohon keberkahan untuknya”
(HR. Bukhari 3909).
Tidak ada teks doa khusus yang isinya permohonan berkah untuk anak.
Dalam Fatawa Syabakah Islam dinyatakan, “Tidak terdapat dalil –
sepengetahuan kami – yang menunjukkan dianjurkannya membaca ayat Al-
Quran atau doa tertentu ketika seorang anak dilahirkan. Baik doa dari ibunya,
bapaknya, atau doa dari orang lain” (Fatawa Syabakah Islam, di bawah
bimbingan Dr. Abdullah Al-Faqih, no. 13605).
Karena itu, kita bisa berdoa dengan bahasa apapun yang kita pahami.
Misalnya dengan membaca, “Baarakallahu fiik” (semoga Allah memberkahi
kamu) atau semacamnya.
2. Doa Memohon Perlindungan Dari Godaan Setan.
Salah satu contohnya adalah doa yang dipraktekkan oleh istri Imran,
ibunya Maryam. Allah menceritakan kejadian ketika istri Imran melahirkan
Maryam:
Tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku,
sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih
mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak
perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai Dia Maryam dan aku mohon
perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan)
Engkau daripada syaitan yang terkutuk.” (QS. Ali Imran: 36).
Satu hal yang istimewa, karena doa ibu Maryam inilah ketika Maryam
lahir, dia tidak diganggu setan, demikian pula ketika Nabi Isa dilahirkan. Allah
mengabulkan doa ibunya Maryam. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw
bersabda, “Setiap bayi dari anak keturunan adam akan ditusuk dengan tangan
setan ketika dia dilahirkan, sehingga dia berteriak menangis, karena disentuh
setan. Selain Maryam dan putranya (HR. Bukhari 3431).
Kemudian Abu Hurairah ra, membaca surat Ali Imran ayat 36 di atas. Kita
bisa meniru doa istri Imran ini. Hanya saja, perlu disesuaikan dengan jenis
kelamin bayi yang dilahirkan. Karena perbedaan kata ganti dalam bahasa arab
antara lelaki dan perempuan.
Jika bayi yang dilahirkan perempuan, bisa membaca doa:
‫يم‬
ِ ‫الر ِج‬
َّ ‫ان‬ َّ ‫اَللَّ ُه َّم ِإنِِّي أ ُ ِعيذُ َها ِبكَ َوذُ ِ ِّريَّتَهَا ِمنَ ال‬
ِ ‫ش ْي َط‬
Jika bayi yang lahir laki-laki, bisa membaca doa:
‫يم‬
ِ ‫الر ِج‬
َّ ‫ان‬ َّ ‫اَللَّ ُه َّم إِنِِّي أ ُ ِعيذُهُ بِكَ َوذُ ِ ِّريَّتَهُ ِمنَ ال‬
ِ ‫ش ْي َط‬
“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu untuknya dan untuk
keturunannya dari setan yang terkutuk.”
Kita juga bisa memohon perlindungan untuk anak dari gangguan setan,
dengan doa seperti yang pernah dipraktekkan Nabi saw, ketika mendoakan
cucunya Hasan dan Husain.
Ibnu Abbas menceritakan, bahwa Rasulullah saw membacakan doa
perlindungan untuk kedua cucunya,
‫عي ٍْن ََل َّم ٍة‬ ٍ ‫ش ْي َط‬
َ ‫ َو ِم ْن ُك ِ ِّل‬،ٍ‫ان َو َها َّمة‬ َ ‫ ِم ْن ُك ِ ِّل‬،‫َّللاِ التَّا َّم ِة‬
َّ ‫ت‬ ِ ‫أ ُ ِعيذُ ُك َما ِب َك ِل َما‬
“Aku memohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang
sempurna, dari semua godaan setan dan binatang pengganggu serta dari
pAndangan mata buruk” (HR. Abu Daud 3371, dan dishahihkan al-Albani).
Kita bisa meniru doa beliau ini, dengan penyesuaian jenis kelamin bayi.
Jika bayi yang dilahirkan perempuan, bisa dibaca doa:

‫عي ٍْن ََل َّم ٍة‬ ٍ ‫ش ْي َط‬


َ ‫ َو ِم ْن ُك ِِّل‬،‫ان َو َها َّم ٍة‬ َ ‫ ِم ْن ُك ِ ِّل‬،‫َّللاِ التَّا َّم ِة‬
َّ ‫ت‬ ِ ‫أ ُ ِعيذُ ِك ِب َك ِل َما‬

Dengan lafazh : U’iidzuki …..


Jika bayi yang lahir laki-laki, bisa membaca doa:
Dengan lafazh : U’iidzuka …..

B. Mengumandangkan Adzan dan Iqomat pada telinga bayi


1. Sunnah Mengumandangkan Adzan dan Iqamah pada Bayi baru lahir
Sang ayah segera mengazani di telinga kanan dan mengiqamahkan di
telinga kiri pada anaknya yang baru lahir. Pemberian adzan dan iqamah baru
lahir ini salah satu tujuannya agar kalimat yang pertama kali didengar sang bayi
adalah kalimat thayyibah dan dijauhkan dari segala gangguan setan yang
terkutuk.
Sebagian ulama menganggap sunnah membacakan adzan dan iqamah
untuk bayi yang baru lahir. Ulama yang berpendapat seperti ini diantaranya
adalah Hasan al-Bashri, Umar bin Abdul ‘Aziz, ulama madzhab Syafi’i dan
Hanbali. Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, ulama madzhab Hanbali, termasuk ulama
yang menyunnahkan pembacaan adzan pada bayi yang baru lahir ini.
Ulama kontemporer, Wahbah az-Zuhaily juga menyunnahkan hal ini
dalam kitab al-Fiqh al-Islami Wa adillatuhu, “Disukai bagi orang tua untuk
mengadzani di telinga kanan bayi yang baru dilahirkan dan diiqamati seperti
iqamat untuk shalat di telinga kirinya” (al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu :
4/288).
Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh Sunnahnya juga menyunnahkan dibacakan
adzan ini, “Termasuk sunnah dilakukan, mengadzani telinga kanan dan
mengiqamahi telinga kiri bayi yang baru dilahirkan, supaya yang pertama kali
didengar telinga anak adalah asma Allah SWT”.
Imam an-Nawawi, tokoh ulama madzhab asy-Syafi’i dalam al-Majmu’
pada juz 8/443 menulis, “Berkata sekelompok ulama dari sahahabat-sahabat
kami (ulama Syafi’iyyah), disukai untuk diadzani di telinga kanan dan
diiqamahi di telinga kiri bayi yang baru dilahirkan”
Namun sebagian ulama yang lain tidak menyunnahkan adzan dan iqamat
bagi bayi yang baru lahir bahkan menganggapnya sebagai bid’ah. Di antara
ulama yang berpendapat seperti ini adalah Imam Malik bin Anas. “Imam Malik
mengingkari perbuatan mengadzani di telinga bayi ketika dilahirkan”
(Mawahib al-Jalil fi Syarh Mukhtashar asy-Syaikh Khalil : 3/321).
Dalam kitab Mausu’ah Fiqh al-Ibadat dijelaskan sikap Imam Malik,
“Imam Malik benci perkara-perkara ini (adzan selain panggilan untuk shalat)
dan menganggapnya sebagai bid’ah” (Mausu’ah Fiqh al-Ibadat : 7/7).
Para ulama yang yang menganggap perbuatan ini sebagai bid’ah karena
dalil atau hadits yang memerintahkan adzan untuk bayi yang baru lahir tidak
kuat, alias hadits dhaif. Oleh karena haditsnya lemah, maka tidak bisa dipakai
sebagai landasan untuk menyunnahkan adzan untuk bayi yang baru lahir.
Jadi, aktivitas memperdengarkan adzan dan iqamah untuk bayi yang baru
lahir, dari segi hukum fikih termasuk amal yang diperdebatkan para ulama.
Walaupun dari segi manfaat bisa diterima, bahwa memperdengarkan kalimat
tauhid bagi bayi yang baru lahir merupakan bagian dari pendidikan keimanan
untuk anak
Dalam kitab "zaadul ma'aad" Karya Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah
disebutkan hadits riwayat Abu Daud dari shohabat Abu Rofi' dia berkata : "Aku
melihat Rosululloh SAW mengumandangkan adzan di telinga Hasan bin 'Ali
ketika Ibunya Fatimah R.A melahirkannya". Hadits ini dinilai Hasan Shohih
oleh Tirmidzi tetapi dinilai Dlo'if oleh Imam
Memperdengarkan adzan serta iqamah saat baru lahir adalah salah satu
sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW melalui haditsnya :
“Barangsiapa yang melahirkan seorang anak, lalu mengumandangkan
adzan pada telinga kirinya, maka dia tidak akan dicelakakan oleh Ummu
Shibyan.” (HR. Ibnu Sinni)
Syaikh kamil muhammad uwaidah dalam kitab fiqh wanitanya
menjelaskan ummu shibyan adalah salah satu pengikut jin. Dalam beberapa
literasi lain kami juga menjumpai pendapat yang meyakini memperdengarkan
Adzan dan Iqamah saat baik lahir tidak ada tuntunannya dari Rasulullah SAW
, dengan arti kata perkara ini termasuk perdebatan para ulama. Ada ulama yang
meyakininya sebagai suatu sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan
juga ada ulama yang melarangnya.
Namun, kami memilih pendapat memperdengarkan adzan dan iqamah
kepada bayi yang baru lahir adalah suatu kebaikan. Terlepas perbedaan
pendapat yang ada kami meyakini akan banyak hikmahnya jika yang pertama
kali didengar oleh bayi saat keluar dari rahimnya adalah suara-suara kebaikan
termasuk itu Adzan dan iqamah.
2. Rahasia Adzan dan Iqamah pada Bayi Baru Lahir
Adalah wajar anak ini diazan dan diiqamatkan agar kalimah pertama yang
didengarnya dan tembus ke gegendang telinganya adalah kalimah seruan Yang
Maha Agung. Kalimah yang mengandungi persaksian (syahadah) terhadap
keesaan Allah dan persaksian terhadap kerasulan Baginda.
Anak yang baru menghirup udara dunia ini telah diajarkan dengan aqidah
dan syariat Islam, sebagaimana seseorang yang akan mati diajarkan dengan
kalimah tauhid `La ilaha illallah’. Agar pengaruh azan ini dapat meresap ke
dalam diri anak ini. Selain itu, menurut al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah.rhm
telah menyatakan bahwa antara rahasia azan dan iqomah di awal kelahiran bayi
adalah seperti berikut:
a. Azan ini ialah untuk mengusir syaitan yang memang menanti-nanti
kelahiran bayi ini.
b. Azan dikumandangkan ke telinga bayi agar seruan dakwah kepada Allah
dan agamanya dapat mendahului seruan jahat syaitan.
c. Azan dan iqomah yang diperdengarkan akan dirakam oleh bayi berkenaan
yang menjadi sebahagian dari pendidikan tauhid, syariat dan akhlak.
d. Kalimah-kalimah memuji kebesaran Ilahi yang disifatkan sebagai ucapan
pertama yang meresap ke dalam hati sanubari insan yang baru lahir.
e. Satu penyataan Syariat Islam yang berperanan mendahului dakwah syaitan
terkutuk dan mengekang arus nafsu syahwat.
Bagaimanapun, beberapa ulama' mengatakan hadith "Aku melihat
Rasulullah mengumandangkan azan di telinga al-Hasan bin Ali ketika ibunya (
Fatimah ) melahirkannya" [ Abu Daud & At-Tarmizi ] adalah hadith dhoif.
Kami tegaskan bahwa beramal dengan hadith dhoif pada perkara-perkara
yang bukan melibatkan aqidah, hukum syariat dan halal-haram adalah
dibolehkan, bahkan dianjurkan oleh jumhur ulama. Ini terbukti dengan
perbuatan dan pengamalan para ulama-ulama besar salaf shalihin kita terhadap
hadith2 dhoif. Karena makna Hadist Dhoif itu adalah Hadist yang lemah, bukan
hadist palsu, berarti benar diriwayatkan oleh Baginda Nabi SAW tetapi status
kekuatan tingkat hadistnya lemah, bukan palsu. Apapun itu ia tetap
melaksanakan sunnah Baginda Nabi Rasulullah SAW.
al-Imam Ahmad Hambali pernah mengatakan: Aku lebih suka mengikut
hadith dhoif dari pada mengikut qiyas ulama' (analogi/perumpamaan).
Menurut hadits tersebut, ada jin tertentu yang bernama Ummu Shibyan
(US), dia suka mengikuti kelahiran bayi. Nah adzan tadi berguna agar gangguan
US tadi tidak menimbulkan efek apapun. Selain itu, agar kalimah2 tauhid
menjadi ilmu pertama yang didengar oleh bayi. Memang adzan memiliki
keistimewaan tersendiri, yakni bila dibacakan, akan membuat setan lari. Jadi
adzan dan iqomat ini disamping memang rekomendasi (sunnah), namun juga
dhahir dan batinnya sendiri bermanfaat.
C. Tahnik
1. Pengertian Tahnik
Pengertian tahnik secara bahasa dan syr’i adalah mengunyah sesuatu dan
meletakkanya di mulut bayi. Maka dikatakan engkau mentahnik bayi, jika
engkau mengunyah kurma kemudian menggosokkannya di langit-langit mulut
bayi
2. Sunnah Tahnik
Dianjurkan agar yang melakukan tahnik adalah orang yang memiliki
keutamaan, dikenal sebagai orang yang baik dan berilmu. Dan hendaklah ia
mendo’akan kebaikan (barakah) bagi bayi tersebut.
Dalil tentang tahnik ini disebutkan dalam beberapa hadits di antaranya.
ُ‫س َّما ُه ِإب َْرا ِهي َم فَ َحنَّ َكه‬
َ َ‫سلَّ َم ف‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫غ ََل ٌم فَأَتَيْتُ ِب ِه النَّ ِب َّي‬
َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْنهُ قَا َل ُو ِل َد ِلي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ع َْن أ َ ِبي ُمو‬
َّ ‫سى َر ِض َي‬
‫بِت َ ْم َر ٍة َو َدعَا لَهُ بِا ْل َب َر َك ِة َو َدفَعَهُ إِ َل َّي‬
Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Lahir
seorang anakku maka aku membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam maka beliau memberinya nama Ibrahim. Beliau mentahniknya
dengan kurma dan mendo’akan barakah untuknya. Kemudian beliau
menyerahkan bayi itu kepadaku” .
ُ‫الزبَي ِْر بِ َمكَّةَ قَالَتْ فَ َخ َرجْ تُ َوأَنَا ُمتِ ٌّم فَأَتَيْت‬ َّ ‫ع ْن ُه َما أَنَّهَا َح َملَتْ بِعَ ْب ِد‬
ُّ ‫َّللاِ ب ِْن‬ َّ ‫ت أَبِي بَك ٍْر َر ِض َي‬
َ ُ‫َّللا‬ ْ َ ‫ع َْن أ‬
ِ ‫س َما َء بِ ْن‬
‫ض ْعتُهُ فِي حَجْ ِر ِه ث ُ َّم َدعَا بِتَ ْم َر ٍة‬ َ ‫سلَّ َم فَ َو‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ا ْل َم ِدينَةَ فَنَ َز ْلتُ قُبَا ًء َف َولَدْتُ ِبقُبَاءٍ ث ُ َّم أَتَيْتُ بِ ِه َر‬
‫سلَّ َم ث ُ َّم َحنَّ َكهُ ِبالت َّ ْم َر ِة‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫ق َر‬ ُ ‫ضغَهَا ث ُ َّم ت َ َف َل فِي فِي ِه فَكَانَ أ َ َّو َل ش َْيءٍ َد َخ َل ج َْوفَهُ ِري‬ َ ‫فَ َم‬
َ َ‫ث ُ َّم َدعَا لَهُ َفبَ َّرك‬
‫علَ ْي ِه‬
Dari Asma binti Abi Bakar Ash-Shiddiq ketika ia sedang mengandung
Abdullah bin Az-Zubair di Makkah, ia berkata : “Aku keluar dalam keadaan
hamil menuju kota Madinah. Dalam perjalanan aku singggah di Quba dan di
sana aku melahirkan. Kemudian aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan meletakkan anakku di pangkuan beliau. Beliau meminta kurma
lalu mengunyahnya dan meludahkannya ke mulut bayi itu, maka yang pertama
kali masuk ke kerongkongannya adalah ludah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Setelah itu beliau mentahniknya dengan kurma dan mendo’akan
barakah baginya. Lalu Allah memberikan barakah kepadanya (bayi tersebut)” .
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu ia berkata : “Aku pergi
membawa Abdullah bin Abi Thalhah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika ia baru dilahirkan. Aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang ketika itu sedang mencat seekor untanya dengan ter. Beliau
bersabda kepadaku “Adakah kurma bersamamu?” Aku jawab, “Ya
(ada)”. Beliau lalu mengambil bebeberapa kurma dan memasukkannya ke
dalam mulut beliau, lalu mengunyahnya sampai lumat. Kemudian beliau
mentahniknya, maka bayi itu membuka mulutnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam kemudian memasukkan kurma yang masih tersisa di mulut beliau ke
mulut bayi tersebut, maka mulailah bayi itu menggerak-gerakan ujung lidahnya
(merasakan kurma tersebut). Melihat hal itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Kesukaan orang Anshar adalah kurma”. Lalu beliau
menamakannya Abdullah”
Hadits-hadits di atas kiranya cukup untuk menerangkan sunnahnya tahnik
ini dan kiranya cukup untuk menghasung kita bersegera melaksanakannya.
Berkata Imam Nawawi dalam Syarhu Muslim (14/372) : “Dalam hadits-
hadits ini ada faidah, di antaranya : dianjurkan mentahnik anak yang baru lahir,
dan ini merupakan sunnah dengan ijma’. Hendaknya yang mentahnik adalah
orang yang shalih dari kalangan laki-laki atau wanita. Tahnik dilakukan dengan
kurma dan ini mustahab, namun andai ada yang mentahnik dengan selain kurma
maka telah terjadi perbuatan tahnik, akan tetapi tahnik dengan kurma lebih
utama. Faidah lain diantaranya menyerahkan pemberian nama untuk anak
kepada orang yang shalih, maka ia memilihkan untuk si anak nama yang ia
senangi” [Dinukil dengan sedikit perubahan]
Akan tetapi tidak ada diriwayatkan dari sunnah kecuali tahnik denan
kurma sebagaimana telah lewat penyebutannya tentang tahnik Ibrahim bin Abi
Musa, Abdullah bin Az-Zubair dan Abdullah bin Abu Thalhah, maka tidak
pantas mengambil yang lain.
3. Hikmah Tahnik
Ulama telah berbicara tantang hikmah yang terkandung dalam tahnik dan
ada beberapa pendapat yang mereka sebutkan dan mereka berselisih (berbeda
pendapat tentang hikmahnya). Namun tidak ada satu pun dari mereka yang
memiliki sandaran dalil syar’i.
Berkata Imam Al-Aini dalam Umdatul Qari : “Bila engkau bertanya apa
hikmah tahnik? Aku jawab : Berkata sebagian mereka : Tahnik dilakukan
sebagai latihan makan bagi bayi hingga ia kuat. Sungguh aneh ucapan ini dan
betapa lemahnya … dimana letaknya waktu makan bagi bayi dibanding waktu
tahnik yang dilakukan ketika anak baru dilahirkan, sedangkan secara umum
anak baru dapat makan-makanan setelah berusia kurang lebih dua tahun.
Sebenarnya hikmah tahnik adalah untuk pengharapan kebaikan bagi si
anak dengan keimanan, karena kurma adalah buah dari pohon yang disamakan
oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan seorang mukmin dan juga
karena manisnya. Lebih-lebih bila yang mentahnik itu seorang yang memiliki
keutamaan, ulama dan orang shalih, karena ia memasukkan air ludahnya ke
dalam kerongkongan bayi. Tidaklah engkau lihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam tatkala mentahnik Abdullah bin Az-Zubair, dengan barakah air ludah
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam Abdullah telah menghimpun keutamaan dan
kesempurnaan yang tidak dapat digambarkan. Dia seorang pembaca Al-Qur’an,
orang yang menjaga kemuliaan diri dalam Islam dan terdepan dalam kebaikan.
Kami katakan : Ini adalah ludahnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam adapun selain beliau maka tidak boleh bertabarruk dengan air ludahnya.
Ilmu kedokteran telah menetapkan faedah yang besar dari tahnik ini, yaitu
memindahkan sebagian mikroba dalam usus untuk membantu pencernaan
makanan. Namun sama saja, apakah yang disebutkan oleh ilmu kedokteran ini
benar atau tidak benar, yang jelas tahnik adalah sunnah mustahab yang pasti
dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, inilah pegangan kita bukan yang
lainnya dan tidak ada nash yang menerangkan hikmahnya. Maka Allah lah yang
lebih tahu hikmahnya.

D. Aqiqah
1. Pengertian Aqiqah
Menurut bahasa kata ‘aqiqah berarti memotong. Dinamakan ‘aqiqah,
karena dipotongnya leher binatang. Ada yang mengatakan bahwa aqiqah adalah
nama bagi hewan yang disembelih, dinamakan demikian karena lehernya
dipotong. Ada pula yang mengatakan bahwa ‘aqiqah itu asalnya ialah : rambut
yang terdapat pada kepala si bayi ketika ia keluar dari rahim ibu, rambut ini
disebut ‘aqiqah, karena ia mesti dicukur.
2. Hukum Aqiqah
Hukum aqiqah adalah sunnah (muakkad) sesuai pendapat Imam Malik,
penduduk Madinah, Imam Syafi′i dan sahabat-sahabatnya, Imam Ahmad,
Ishaq, Abu Tsaur dan kebanyakan ulama ahli fiqih (fuqaha).
Dalil aqiqah ini dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah saw
bersabda : “Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari
ketujuh disembelih hewan (kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya”
(HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad).
Jumlah kambing aqiqah bayi bisa dilihat dari hadits Aisyah ra, bahwa
Rasulullah saw telah bersabda : “Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing
yang sama dan bayi perempuan satu kambing” (HR Ahmad Tirmidzi, Ibnu
Majah).
E. Mencukur rambut
Pada hari ke-tujuh anak yang lahir dicukur rambutnya dan dishodaqohi
dengan perak seberat timbangan dari rambut yang dicukur tadi.
Berdasarkan sebuah hadits
"Rosululloh mengadakan Aqiqan untuk Hasan bin 'Ali dengan seekor
kambing, Beliau bersabda : "Hai Fathimah, cukurlah rambut kepalanya dan
beshodaqohlah dengan perak seberat timbangan rambutnya." Kemudian Fathimah
menimbangnya dan mencapai satu dirham atau setengahnya." (HR. Ahmad,
Tirmidzi dan lainya)
sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut :
Dari Ja’far bin Muhammad dari Ayahnya, ia menceritakan :
“Fathimah pernah menimbang rambut hasan, husain, Zainab dan Ummu
Kaltsum lalu mengeluarkan sedekah perak seberat rambutnya kepada orang-orang
miskin.” (HR. Malik )
Fatimah pun menimbang rambut itu, dan ternyata beratnya sekitar satu dirham
atau kurang dari satu dirham. (HR. Turmudzi 1519, Ibnu Abi Syaibah dalam
Mushanaf 24234, dishahihkan al-Hakim dalam Mustadrak 7589 dan didiamkan
azd-Dzahabi).
Catatan: satu dirham setara dengan 2,975 gr perak.
Dalam kitab Tuhfatul Maudud, Ibnul Qoyim menyebutkan beberapa riwayat
dan keterangan ulama yang menganjurkan bersedekah dengan perak seberat rambut
bayi. Pertama, Imam Ahmad mengatakan, “Sesungguhnya Fatimah ra mencukur
rambut Hasan dan Husain, dan bersedekah dengan wariq (perak) seberat
rambutnya.
Imam Malik meriwayatkan dalam al-Muwatha’, dari Ja’far bin Muhammad,
dari ayahnya, beliau mengatakan, “Fatimah menimbang rambut Hasan, Husain,
Zainab, dan Ummu Kultsum, dan beliau bersedekah dengan perak seberat rambut
itu”. Ketiga, Imam Malik juga menyebutkan dalam al-Muwatha’ dari Muhammad
bin Ali bin Husain, bahwa beliau mengatakan, “Fatimah bintu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menimbang rambut Hasan dan Husain, kemudian
beliau bersedekah dengan perak seberat rambut itu”.
Di masa terdahulu, perak termasuk mata uang yang berlaku di masyarakat
dan mudah didapatkan. Karena itu, sedekah pada masa ini tidak harus berujud
perak. Boleh diberikan dalam bentuk uang, namun mengacu pada harga perak.
Caranya, timbang rambut bayi. Jika tidak memungkinkan, karena kesulitan
mendapatkan timbangan benda ringan, cukup diprediksi saja. Perkirakan berapa
gram berat rambut itu. Misalnya 2 gr.
Cari informasi harga perak/gr saat ini. Misal: 12.000. Kalikan seberat prediksi
berat rambut bayi. (2 gr x Rp 12.000 = Rp 24.000). Sedekahkan uang Rp 24.000
kepada orang miskin siapapun yang ada di sekitar kita. Boleh juga ditambahi atau
digenapkan.

F. Memberi Nama yang Baik


Salah satu kewajiban orang tua adalah memberi nama yang baik untuk
anaknya. Nama anak merupakan doa dan harapan dari orang tua. Memberi nama
tidak boleh sembarangan, dengan nama-nama yang sekedar indah atau unik, namun
harus mengandung makna yang baik.
Nama adalah do’a serta akan menjadi identitas bagi si anak hingga ia dewasa
kelak. Maka disinilah pentingnya memberikan nama terbaik bagi anak.
Memberikan nama kepada anak dengan memperhatikan makna dari nama tersebut,
tidak hanya sekedar memberi nama yang kelihatan bagus apalagi memberikan
nama pada anak dengan alasan ikut-ikutan. Nama-nama yang dianjurkan adalah
nama-nama malaikat, nama para nabi serta nama-nama lain yang memiliki
kandungan makna yang bagus.
Sahabat Sahl bin Sa’d ra menceritakan, didatangkan Al Mundzir putra Abu
Usaid ke hadapan Rasulullah saw ketika dia dilahirkan. Maka Nabi saw
meletakkannya di atas pangkuannya, sedangkan Abu Usaid duduk. Pada waktu itu
Rasulullah saw sedang sibuk sehingga Abu Usaid memerintahkan agar anaknya
dibawa kembali, maka anak itu diangkat dari pangkuan Rasulullah saw dan mereka
pun mengembalikannya pada Abu Usaid.
Ketika Rasulullah saw selesai dari kesibukannya, beliau bertanya, “Di mana
bayi tadi?” Abu Usaid pun menjawab: “Kami membawanya kembali, ya
Rasulullah!” Lalu beliau bertanya, “Siapa namanya?” Jawab Abu Usaid: “Fulan,
ya Rasulullah!” Beliau pun bersabda, “Tidak, akan tetapi namanya Al Mundzir.”
Kemudian pada hari itu beliau memberinya nama Al Mundzir (Diriwayatkan oleh
Imam Muslim no. 2149).
Memberi nama anak bisa dilakukan pada hari kelahirannya, hari ketiga atau
hari ketujuh. Ciri nama yang baik adalah enak didengar, mudah diucapkan oleh
lisan, mengandung makna yang mulia dan sifat yang benar dan jujur, jauh dari
segala makna dan sifat yang diharamkan atau dibenci agama.
Dianjurkan menamai anak laki-laki dengan nama Abdu (penghambaan) yang
disambungkan dengan asma’ul husna, seperti Abdul ‘Aziz, Abdul Malik, dan
sebagainya. Yang sangat dianjurkan adalah Abdullah atau Abdurrahman,
sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Sesungguhnya nama yang paling dicintai
Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman” (HR. Muslim).
Baik juga menamai anak dengan nama-nama Nabi dan Rasul. Nabi saw
pernah menamai sebagian sahabat dengan nama Nabi dan Rasul. Baik pula
menamai anak dengan nama orang-orang salih, seperti dengan nama sahabat,
tabi’in dan imam kaum muslimin.
Yang dilarang adalah menamai anak dengan nama yang menunjukkan
penghambaan kepada selain Allah, seperti Abdul Ka’bah, Abdusy Syams, Abdul
Husain dan sebagainya. Tidak boleh juga memberi nama anak dengan nama-nama
yang khusus bagi Allah, seperti Ar Rahman, Al Khaaliq, Ar Rabb dan sebagainya.
Tidak boleh menamai anak dengan nama-nama patung atau berhala yang disembah
selain Allah, seperti Latta, Uzza, Hubal dan sebagainya.
G. Khitan dan tindik telinga
Sunnah lainnya dari Rasulullah SAW adalah mengkhitan anak laki-laki maupun
perempuan dan ini menjadi suatu kewajiban bagi setiap umat muslim. Sementara
tindik telinga hanya untuk anak perempuan sebagai kepentingan untuk perhiasan.
H. Membacakan Surah-surah Pilihan
1. Membaca surat al-Ikhlâsh pada telinga bayi sebelah kanan
2. Dibacakan Muawwidzatain (dua audzu), yakni Q.S. Al-Falaq dan An-Nas
3. Membaca surat al-Qadr pada telinga bayi sebelah kanan Dalam kitab Al-Bajuri
(Hasyiah Fathul Qorib), Insya Allah telah disebutkan sbb: Dengan dibacakan
QS. Al-Qadr ini, bayi tadi Insya Allah tak akan berzina seumur hidupnya.
6. Membaca ayat Q.S. Ali Imran (3: 36) pada telinga bayi sebelah kanan
4. Dibacakan Ayat kursi (QS. AlBaqarah 255)
5. Dibacakan Ayat Inna Rabbakumullah (QS. Al-A'raf 54)
ُ‫َار يَ ْطلُبُه‬
َ ‫ع َلى ا ْلعَ ْر ِش يُ ْغشِي اللَّ ْي َل النَّه‬َ ‫ست َ َوى‬ ْ ‫ست َّ ِة أَيَّ ٍام ث ُ َّم ا‬
ِ ‫ت َواأل َ ْرضَ فِي‬ ِ ‫اوا‬َ ‫س َم‬َّ ‫ق ال‬َ َ‫َّللاُ الَّذِي َخل‬
ِّ ‫إِنَّ َربَّ ُك ُم‬
َ‫ب ا ْل َعالَ ِمين‬ َ َ‫ق َواأل َ ْم ُر تَب‬
ِّ َ‫ارك‬
ُّ ‫َّللاُ َر‬ ُ ‫ت ِبأ َ ْم ِر ِه أََلَ لَهُ ا ْل َخ ْل‬ َ ‫س َوا ْلقَ َم َر َوالنُّ ُجو َم ُم‬
ٍ ‫س َّخ َرا‬ َّ ‫َحثِيثا ً َوال‬
َ ‫ش ْم‬

6. Membaca ayat Q.S. Ali Imran (3: 36) pada telinga bayi sebelah kanan
tips dari orang tuanya Sayyidah Maryam yang berdoa saat kelahiran
beliau (Q.S. Ali-Imran 36), yakni "Ya Allah saya mohon perlindunganMu
untuk anak ini (Maryam) dan keturunannya (Nabi Isa AS), dari syaithanir
rajim" yakni ayat "Inni Uidzuha bika wa dzurriyyataha minasy
sayithanirrajiim" (HRImamBukhari).
‫ان ِمنَ َوذ ُ ِ ّر َّيت َ َها ِبكَ أ ُ ِعيذُهَا َو ِإنّي‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫الر ِج ِيم ال‬
َّ

Wa innî u’îdzu bika wadzurriyyatahâ minasysyaithânir rajîm

“Aku memohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada


(pemeliharaan) Engkau dari pada setan yang terkutuk.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam sebagai agama yang menggariskan panduan hidup yang sempurna patut
dijadikan pedoman kepada semua penganutnya. Adab-adab menyambut kelahiran
bayi seharusnya menjadi amalan kepada semua ibu dan bapak. Terdapat beberapa
panduan yang patut dilakukan oleh ibu dan bapak dalam menyambut buah hati yang
dikandung oleh Ibu hingga selamat lahir ke dunia.
Dengan kita mengenal beberapa panduan menyambut kelahiran anak, maka
diharapkan bisa memberikan kita manfaat serta kita juga bisa mengamalkan sunnah
Rasululullah SAW dalam kelahiran bayi ini.
Panggilan menyambut anak lelaki adalah disebut "Salamun Zakrun" yang
berarti: Salam sejahtera anak lelaki. Sedangkan panggilan untuk menyambut anak
perempuan adalah "Salamun An-Nisaa" yang berarti: Salam sejahtera anak
perempuan.
Menjadi keharusan bagi setiap orang tua adalah mengetahui apa-apa yang
menjadi kewajibannya kepada anaknya dan juga tentang apa – apa yang menjadi
hak anak yang mesti dipenuhi oleh orang tua. Untuk menyiapkan hadirnya umat
terbaik Rasulullah SAW mewasiatkan banyak hal dalam memperlakukan serta
mendidik anak semenjak ia lahir ke dunia. Adapun wasiat-wasiat Rasulullah SAW
tentang hak dan kewajiban orang tua pada anaknya ini terangkum dalam sunnah-
sunnah beliau.
B. Saran
Sebagai umat Islam sebaiknya kita meyakini sekaligus mengamalkan ajaran
yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur`an. Kita yang berpegang teguh pada Aqidah
sebaiknya tidak ikut melakukan ajaran dalam menyambut bayi yang biasa
dilakukan oleh masyarakat pada umumnya dimana ajaran tersebut tidak sesuai
dengan ajaran Agama Islam.
Dari pembahasan diatas mungkin saja masih banyak kekurangan dalam
penyampaian materi maupun cara penyusunannya maka saya mengharapkan saran
dari para pembaca makalah ini dan semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, 2007, Tahfatul-Maudud bi Ahkamil-Maulid (Fikih Bayi),
Fikr robbani Group
Ja’far Al-Mathari bin ‘Abdul Rahman, 2000, Panduan Menyambut Kelahiran Bayi,
Jasmine Interprise
Muhammad Baqir Hujjati, 2008, Islam wa Ta’lim wa Tarbiyat (mendidik anak sejak
kandungan),Penerbit Cahaya
Muhammad Thalib, 2008, Ensiklopedi Keluarga Sakinah-Menyambut Sang Buah
Hati, Pro-U Media
Nauroh binti abdurrahman, 2006, Al-Ifaadah fii Ma Ja fi wirdi ‘I-wiladah (Dzikir ibu
hamil),Smart Media
Yahya Abdurrahman Al-khatib,2006, Ahkam al-Mar’ah al-Hamil Fi asy-Syariah al-
Islamiyah (Fikih wanita hamil), Qisthi Press

Anda mungkin juga menyukai