Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AMALIAH NU PADA KEHAMILAN, KELAHIRAN DAN KEMATIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Aswaja

Dosen Pengampu :

Siti Maimunah, S.Ag.,M.pd.I.

Oleh : Kelompok 9

1. Intan Dwi Ayu Pratiwi (1230020026)


2. Sisca Ayu Amalia (1230020041)
3. Nadiah Eka Ariani (1230020042)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhir nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikitan, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Aswaja dengan judul Amaliah NU pada kehamilan,
kelahiran dan kematian.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis menhgarapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besatnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Surabaya, 29 Maret 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Doa saat hamil


B. Adzan saat bayi lahir
C. Shalat Bagi Orang Sakit dan Berpergian
D. Puasa Bagi Orang Sakit dan Berpergian

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang yang berdoa dianjurkan untuk mendoakan dirinya sendiri, kedua orang tuanya
dan cucunya. Budaya memiliki kaitan yang sangat erat dengan kehidupan dalam
masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini masyarakat Nahdlatul Ulama memiliki tradisi yang
cukup unik yang tentunya tidak ada dalam masyarakat lain. Anak merupakan suatu karunia
Allah SWT yang tidak ternilai bagi setiap pasangan suami istri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana doa saat hamil ?
2. Mengapa harus azan saat bayi lahir ?
3. Mengapa semua bayi dianjurkan untuk di aqiqah ?
4. Bagaimana hukum merayakan ulang tahun dalam islam ?
5. Apa tradisi seputar kematian ?
6. Mengapa harus azan saat mengubur jenazah ?
7. Bagaimana tawasuh dalam pandangan islam ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui doa apa yang harus dipanjatkan ketika hamil
2. Mengetahui alasan adanya azan saat bayi lahir
3. Mengetahui jimat untuk anak kecil
4. Mampu mendefinisikan kematian
5. Faham tentang tradisi seputar kematian
6. Mendapatkan penjelasan mengenai azan saat mengubur jenazah
7. Mengerti tentang definisi qadha’ sholat bagi mayit
BAB 2

PEMBAHASAN

I . TRADISI KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

A. Doa Saat Hamil (tingkeban dan pitonan)

Selama masa kehamilan ada beberapa tradisi selamatan dan do’a. Ada tingkeban
(selamatan 130 hari, 4 bulan) dan pitonan (selamatan 7 bulan) amaliyah ini masuk dalam
ayat al-A’raf ayat 189

ْ َ‫َّت بِ ٖه ۚفَلَ َّمٓا اَ ْثقَل‬


‫ت‬ ْ َ‫س وَّا ِح َد ٍة َّو َج َع َل ِم ْنهَا َزوْ َجهَا لِيَ ْس ُكنَ اِلَ ْيهَ ۚا فَلَ َّما تَ َغ ٰ ّشىهَا َح َمل‬
ْ ‫ت َح ْماًل َخفِ ْيفًا فَ َمر‬ ٍ ‫هُ َو الَّ ِذيْ َخلَقَ ُك ْم ِّم ْن نَّ ْف‬
َ‫صالِحًا لَّنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ال ٰ ّش ِك ِر ْين‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫ ْن ٰاتَ ْيتَنَا‬yِ‫َّدع ََوا َ َربَّهُ َما لَ ِٕٕى‬

Artinya:

Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan
isterinya, agar Dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu
mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah Dia merasa ringan (Beberapa waktu).
kemudian tatkala Dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah,
Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi Kami anak yang saleh,
tentulah Kami termasuk orang-orang yang bersyukur" (QS. Al-A’raf: 189).

Rasulullah Saw mendo’akan janin Ummu Sulaim dan Abu

Thalhah: “Bab tentang riwayat do’a Nabi Saw dengan keberkahan untuk kehamilan
Ummu Sulaim dan Abu Thalhah, Abu Thalhah bersetubuh dengannya, kemudian Nabi
mendoa’kan: “Semoga Allah memberkati kalian berdua di malam kalian”. Ummu Sulaim
melahirkan anak untuk Abu Thalhah, bernama Abullah. Mereka menyebutkan Abdullah

termasuk orang terbaik di masanya.”

B. Adzan saat bayi lahir


Saat melahirkan anak dianjurkan untuk adzan dan iqomah seperti dalam kitab-kitab fikih.
Beberapa ulama seperti Imam an-Nawawi mengutip hadist:
"Barang siapa melahirkan anak, lalu diazani di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri,
maka akan selamat dari setan Umm as-Shibyan."
Selain itu, ada hadist lain yang memperkuat anjuran azan untuk bayi yang baru lahir:
1. Dari Sahabat Abu Rafi'
"Dari Abu Rafi', ia berkata: "Aku melihat Rasulullah Saw mengazani Hasan
bin Ali saat Fatimah melahirkan dengan azan shalat." (HR. At-Tirmidzi, ia
menilainya shahih dan telah diamalkan)
2. Dari Sahabat Ibn Abbas Ra
"Sesungguhnya Nabi Saw mengazani Hasan bin Ali saat dilahirkan, dan
mengiqomahi di telinga kirinya." (HR. al-Baihaqidalam Syu'ab al-Iman)
C. Aqiqah Anak dalam Islam
Hukum aqiqah menurut pendapat yang paling kuat adalah sunnah muakkadah, dan ini
adalah pendapat Jumhur Ulama, berdasarkan anjuran Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa
sallam dan praktek langsung beliau shalallaahu ‘alaihi wa sallam:

ْ‫َم َع ْال ُغالَ ِم َعقِ ْيقَةٌ فَأ َ ْه ِر ْيقُوْ ا َع ْنهُ َد ًما َوأَ ِم ْيطُوْ ا َع ْنهُ ْاألَ َذى‬

“Bersama anak laki-laki ada aqiqah, maka tumpahkan (penebus) darinya darah
(sembelihan) dan bersihkan darinya kotoran (Maksudnya cukur rambutnya)”. (HR.
Ahmad, Al Bukhari dan Ashhabus Sunan)

Perkataannya: ”maka tumpahkan (penebus) darinya darah (sembelihan),” adalah perintah,


namun bukan bersifat wajib, karena ada sabdanya yang memalingkan dari kewajiban
yaitu:

ْ‫ك ع َْن َولَ ِد ِه فَ ْليَ ْف َعل‬


َ ‫َم ْن أَ َحبَّ ِم ْن ُك ْم أَ ْن يَ ْن ِس‬

“Barangsiapa di antara kalian ada yang ingin menyembelihkan bagi anaknya, maka
silahkan lakukan”. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan An Nasai dengan sanad yang hasan).
D. Hukum Merayakan Ulang Tahun dalam Islam
Hari ulang tahun merupakan hal yang lumrah saat ini. Biasanya sebagian orang
merayakannya dengan berbagai cara, seperti menyajikan kue ritual meniup lilin, hingga
berbagi kepada yang membutuhkan sebagai bentuk rasa syukur. bagi umat Islam yang
memperingati dan merayakan ulang tahun sah-sah saja asalkan tidak keluar dari kaidah
agama. Bisa juga mengikuti cara Nabi Muhammad SAW, yaitu dengan cara berpuasa.
Adapun doa ketika merayakan ulang tahun, yaitu sebagai berikut:

‫ِّت إِ ْي َمانَنَا َوأَحْ ِس ْن أَ ْع َمالَنَا َو َو ِّس ْع أَرْ زَ قَنَا َوإِلَى الخَ ي ِْر قَ ِّر ْبنَا َو َع ِن‬
ْ ‫صحِّحْ أَجْ َسا َدنَا َونَ ِّورْ قُلُوْ بَنَا َوثَب‬ َ ‫ط ِّولْ ُع ُمو َرنَا َو‬َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ك َعلَى ُك ِّل َش ْى ٍء قَ ِد ْي ٌر‬ َ َّ‫ض َح َوائِ َجنَا فِى ال ِّد ْي ِن َوال ُّد ْنيَا َوااۤل ِخ َر ِة إِن‬
ِ ‫ال َّش ِّر اَ ْب ِع ْدنَا َوا ْق‬

Artinya: "Ya Allah, panjangkan umur kami, sehatkan badan kami, terangi hati kami,
tetapkan iman kami, baikkan amalan kami, luaskan rezeki kami, dekatkan kami pada
kebaikan, dan jauhkan kami dari kejahatan, kabulkan segala kebutuhan kami, baik dalam
agama, dunia, maupun akhirat. Sesungguhnya Kau adalah Zat Yang Maha Kuasa atas
segala sesuatu,"

II . TRADISI KEMATIAN
A. Mengiringi Jenazah Dengan Bacaan Tahlil
Mengiringi jenazah dengan bacaan tahlil hukumnya boleh, bahkan ada riwayat yang
menyebutkan hal tersebut dilakukan oleh Rasulullah Saw berdasarkan hadist :
"Ibn Umar berkata: "Tidak pernah terdengar dari Rasulullah Saw ketika
mengantarkan jenazah kecuali ucapan laa illaha illallaah, pada waktu berangkat dan
pulangnya."
B. Adzan Saat Mengubur Jenazah
Pakar biografi tokoh, Khairuddin az-Zirikli, menyebutkan ulama yang pertama kali
menganjurkan azan di kubur :
"Al-Ishabi (577-657 H/ 1181-1257 M), Ali bin al-Husain al-Ishabi, Abu al Hasan,
adalah ahli fikih, ahli ushul fikih, berkebangsaan Yaman. Dia yang pertama kali
menganjurkan azan terhadap orang yang memasukkan mayit ke liang lahat."

Dimasa berikutnya, ahli hadist al-Hafizh al-Hamawi selama hidupnya pernah


menfatwakan azan di kubur saat pemakaman adalah sunnah. Sehingga ketika beliau
wafat, ulama Damaskus mempraktikan fatwanya:
"Ketika jenazah al-Hafidz al-Hamawi diturunkan ke kubur, para muadzin melakukan
bid'ah yang mereka lakukan selama beberapa tahun di Damaskus, yang dismpaikan
oleh beliau(al-Hafisd al-Hamawi) kepada mereka, bahwa azan ketika pemakaman
adalah sunnah'. Ini pendapat lemah yang dipilih sebagian ulama generasi akhir.
Pendapat ini ditolak oleh Ibn Hajar dalam kitab al-'Ubab dan lainnya. Karena
pendapat al-Hamawi maka mereka tetap melakukan azan di kuburnya."
C. Talqin dan Ziarah Makam
Ziarah kubur adalah datang ke tempat pemakaman dengan niat dengan tujuan untuk
mendo’akan orang yang telah wafat agar segala dosa dan kesalahan yang telah
dilakukan selama hidup di dunia senantiasa diampuni oleh Allah Swt, segala amal
ibadahnya diterima oleh Allah Swt serta mendapatkan pahala yang berlipat ganda

Faham Ahl al-Sunnah wa al Jamā’ah berpendapat bahwa ziarah kubur hukumnya


adalah sunnah bagi setiap orang laki-laki. Sementara hukumnya makruh bagi setiap
wanita. Ziarah kubur sangat dianjurkan dilaksanakan pada setiap malam jum’at, pada
hari besar Islam seperti hari raya idul fitri, idul adha, dan hari besar lainnya, lalu ke
makam kedua orang tua, orang saleh, ulama, tokoh masyarakat, baik ada hubungan
kerabat maupun tidak ada.
D. Tawassul Dalam Pandangan Islam
Ahl al-Sunnah wa al-Jamā’ah membolehkan tawassul berdasarkan ayat al-Qur’an dan
hadis yang menganjurkan “mencari wasilah”. Boleh bertawassul dengan para Rasul,
Nabi, dan orang-orang shaleh. Sangat berbeda antara tawassul (berperantara)
menggunakan berhala dengan tawassul pada para Nabi dan orangorang shaleh. Orang
bertawassul (berperantara) dengan berhala disebut menyembah, sebab berhala tidak
ada sediitpun kelebihan di sisi Allah Swt. Lain halnya para Nabi dan orang shaleh
mereka memiliki kelebihan di sisi Allah Swt yakni berupa keNabian dan
ilmu.
E. Takziah
Takziah atau melayat orang yang meninggal dunia merupakan bagian dari ibadah
yang dianjurkan dalam Islam, baik sebelum jenazah dikebumikan maupun
sesudahnya hingga sekitar tiga hari. takziah bermakna membantu, dengan
membesarkan hati orang-orang yang ditinggalkan agar sabar, tenang, dan ikhlas
terhadap musibah yang dialami. Karena itu nilai takziah lebih dari sekadar
berkunjung ke rumah duka. Ia mengandung pula empati, solidaritas sosial, doa, dan
tentu saja pelaksanaan dari anjuran Rasulullah.

Saat melaksanakan takziah, pelayat dianjurkan membaca doa berikut ini:


َ ‫ك َوأَحْ َسنَ َع َزا َء‬
َ ِ‫ك َو َغفَ َر ل َميِّت‬
‫ك‬ َ ‫أَ ْعظَ َم هللاُ أَجْ َر‬
Artinya: "Semoga Allah memperbesar pahalamu, dan menjadikan baik musibahmu,
dan mengampuni jenazahmu."
F. Haul
Kata “haul” berasal dari Bahasa Arab, al-haulu yang berarti sekitar, perpindahan
waktu, pemisah, dan setahun. Dalam Kamus Bahasa Arab memiliki dua pengertian.
Pertama, haul berarti berlakunya waktu dua belas bulan, tahun Hijriyyah terhadap
harta yang wajib dizakati di tangan muzakki/pemiliknya. Kedua, haul berati upacara
peringatan ulang tahun wafatnya seseorang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
haul diartikan sebagai peringatan hari wafat seseorang yang diadakan setahun sekali.
Dari sini kemudian dipahami bahwa haul merupakan peringatan tahunan wafatnya
seseorang, terutama wafatnya seorang tokoh yang berjasa, ulama besar dan
kharismatik, imam tarekat dan sufi.
Haul bukan sesuatu yang bid’ah karena kata haul tersebut, termaktub dalam Al-
Quran, QS. al- Baqarah/2: 240 dan QS al-Ra’d/13: 24, juga disebutkan dalam hadis
bahwa Nabi saw setiap tahunnya memperingati hari wafat para syuhada Uhud dengan
cara mengunjungi maqam mereka dan bersalam atasnya dengan ucapan Assalamu
alaikum bima shabartum fani’ma ‘uqba al-dar (selamat atas kalian para syuhada
maka kesejahteraan kalian peroleh sebagai balasan di akhirat sebab kesabaran kalian).

Anda mungkin juga menyukai