PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ḥadiṡ Nabi merupakan sumber ajaran Islam yang kedua, setelah Al-
Qur’an. Hal ini dikarenakan ḥadiṡ merupakan penafsiran Al-Qur’an dalam
praktik atau penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal. Mengingat
bahwa pribadi Nabi merupakan perwujudan dari Al-Qur’an yang ditafsirkan
untuk manusia, serta ajaran Islam yang dijabarkan dalam kehidupan
seharihari. 3 Dilihat dari periwayatannya, ḥadiṡ berbeda dengan Al-Qur’an.
Al-
Qur’an semuanya diriwayatkan secara muttawātir, sehingga tidak diragukan
lagi kebenaran atau keṣaḥīhannya. Adapun ḥadiṡ Nabi, sebagiannya
diriwayatkan secara muttawātir dan sebagian lainnya secara ahād. Dengan
demikian, jika dilihat dari periwayatannya ḥadiṡ muttawātir tidak perlu
diteliti lagi karena tidak diragukan kebenarannya, adapun ḥadiṡ ahad,
masih
1
M Nāṣiruddīn Al Albānī, Ḥadiṡ Sebagai Landasan Akidah Dan Hukum, (Jakarta : Pustaka
Azzam, 2002), hlm. 19-20
2
M. Fadlil Said An Nadwi, Qowā’idul Asāsīyah Fi ‘Ilmi Musṭālaḥil Ḥadiṡ, (Surabaya : Al-
Hidayah, 2007), hlm. 12
3
Yusuf Qardhawi, Bagaimana Memahami ḥadiṡ Nabi SAW, (Bandung : Karisma, 1993), hlm.
17
2
4
Muḥammad bin Jamil Zainu, Sudah Benarkah Aqidahmu Wahai Saudaraku, (Sukoharjo :
Maktabah Al-Ghuroba’, 2013), hlm. 83
4
َها و َج َع َل ب
ْي ن ُكم ْ َوِم َي َْتِ ه َخل َق ل ُكم ِم ْن أن ُ ف ِس ُك ْم ْأ َزواجًا
ي ل ت ْس ُكنوا إ ْن آ أ ْن
ل
ٍت ل َت َف َّكرو َن َْ َّ َم وَّدةً ََو ْر ح ْْةً إ َّن ِف ذل َك َل َْ َي
وم ي.ْ َق
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar-Rum : 21)
Kelahiran buah hati adalah salah satu anugrah yang diberikan Allah
untuk setiap pasangan karena akan menambah kebahagiaan dan kerukunan
rumah tangga. Maka pantaslah ketika bayi lahir, kita memanjatkan syukur
dengan cara mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wasalam yaitu
dengan melakukan taḥnik dan mendoakan keberkahan untuknya. 5
Sebagaimana ḥadiṡ yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhyiallahu anha, yang
5
berbunyi :
5
Abu Muḥammad Ibnu Shalih bin Hasbullah (ed), Tuntunan Praktis dan Padat bagi Ibu
Hamil dari A sampai Z, (Bogor : Pustaka Ibnu Umar, 2010), hlm. 67-68
6
Akan tetapi saat ini masalah taḥnik menjadi pro dan kontra di
kalangan kaum muslimin. Bagi mereka yang kontra, mereka menolak taḥnik
dengan berbagai alasan, di antaranya karena tidak mengetahui adanya ḥadiṡ
mengenai taḥnik atau tidak mengetahui derajat ḥadiṡ ini sehingga tidak mau
mengamalkannya dan ada sebagian dari mereka merasa bahwa taḥnik itu
‘menjijikkan’ sehingga khawatir jika bayi tersebut tertular oleh penyakit.
Adapun mereka yang pro dengan taḥnik, mereka terbagi menjadi dua
pemahaman, yang pertama sekedar menjalankan sunnah Rasulullah
shalallahu alaihi wasalam dengan ikhlas tanpa ada embel-embel apapun, dan
yang kedua menjalankan sunnah Rasulullah karena melihat taḥnik dalam
ilmu kesehatan. Kelompok yang kedua ini berpendapat bahwa, taḥnik
termasuk pengobatan Nabi, sehingga bermanfaat bagi kesehatan dan berguna
untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi yang baru dilahirkan.
7
6
Abu ‘Abdillah Muḥammad bin Ismā’il Al Bukhārī, Ṣaḥiḥ Bukhāri Juz 3, (Beirut : Darul
Fikr, t.th.), hlm. 325
7
Ibnu Ḥajar al-‘Asqalānī, Fatḥul Bārī Juz 9, (Beirut : Darul Ma’rifah, 1379), hlm. 558
8
B. Rumusan Masalah
8
Ummu Salamah (Dewi Hestyawati), Vaksinasi Dampak, Konspirasi & Solusi Sehat ala
Rasulullah, (Ciputat : Nabawiyah Press, 2012), hlm. 113-117
9
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis, dengan penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan memperluas keilmuan khususnya dalam meneliti
keshahihan ḥadiṡ taḥnik baik dari segi sanad maupun matan.
b. Agar dapat mengetahui pemahaman taḥnik yang benar, sesuai
dengan isi dari kandungan ḥadiṡ tersebut.
c. Agar dapat mengetahui kandungan taḥnik menurut ilmu kesehatan
sehingga dapat diketahui, apakah taḥnik bisa menjadi pengganti
imunisasi ataukah tidak.