MAKALAH
Disampaikan dalam forum seminar kelas
Mata Kuliah Tafsir Maudhu’iy
Semester Satu (I) Program Doktor (S3)
Oleh :
Nurdin
Nim : 80100319041
Dosen Pemandu:
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
ALAUDDIN MAKASSAR
2020
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sulit dibendung apalagi bila seseorang telah mencapai usia dewasa. Oleh
karena itu, Islam memberikan petunjuk bagi laki-laki yang sudah siap lahir
dan batin untuk memenuhi kebutuhan tersebut lewat pintu pernikahan. Dan
nantinya akan menjadi cikal bakal sebuah pernikahan sesuai dengan petunjuk
Islam. Karena pernikahan adalah hal yang sangat mulia sehingga menjadi
harapan bagi orang yang sudah menikah agar pernikahannya bisa langgeng
selamanya. Olehnya itu sebelum menikah maka terlebih dahulu harus punya
banyak yang menganjurkan untuk menikah bagi yang sudah mampu. Dalam
1
QS. al-Rum (30): 21.
2
QS.al-Ra'd (13):38, QS. al-Nahl (16): 72, QS. Fathir (35): 11, QS. al-Nabi
(78):8.
2
sudah mampu untuk melangsungkan pernikahan, baik mampu dari segi fisik,
sisi yang lain Alquran dan hadis juga menetapkan aturan-aturan yang harus
masyarakat yang melanggar nilai-nilai Islam misalnya mewarisi secara paksa istri
mendiang ayah (ibu tiri) 4 menikahi dua perempuan yang bersaudara secara
5
bersamaan, menikahi perempuan dua sampai empat orang atau lebih, 6
dalam hal ini walaupun secara tersurat dianjurkan oleh Alquran, namun
ayat tentang nikah sangat penting kita lakukan sehingga kita bisa menangkap
CD. al Maktabah al Syāmilah, Shahih Muslim, Bab إستحباب النكاح ملن اتفت نفسه
3
kandungannya.
Alquran lebih khusus lagi ketika menafsirkan ayat-ayat tentang nikah, yaitu
metode tahlilī, ijmāli, muqāran, dan maūdhu'iy (metode tematik). Metode inilah
yang akan menjadi acuan dalam pembahasan (makalah) ini dengan merujuk pada
B. Rumusan Masalah
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Nikah
kaf, dan ha yang berarti al-bidha', yakni hubungan seksual atau al-jima'.
resmi.8 Di samping definisi ini, banyak lagi definisi tentang nikah dengan
Hanafiah, nikah sebagai النكاح أبنه عقد يفيد ملك املتعة قصد9 (Nikah adalah
akad yang kegunaannya untuk memiliki, bersenang-senang dengan sengaja).
nikah atau tazwij, atau yang semakna dengan keduanya). Kemudian dalam
mazhab Mālikiyah didefinisikan bahwa النكاح أبنه عقد على جمرد متعة التلذذ
7
Abiu al-Husain Ibn Faris bin Zakariyah, Mu'jam Maqayis al-Lugah, juz I (Bairut:
Dar al-Fikr, 1974), h. 255.
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), h. 614.
9
Abd. al-Rahman al-Jazar, Al-Fiqh 'Ala Mazahib al-Arba'ah, juz IV (Mesir: Dar
al-Qalam, 1979), h. 5.
10
Abd. al-Rahman al-Jazar, Al-Fiqh 'Ala Mazahib al-Arba'ah, juz IV, h.5
5
أبدمية غري موجب قيمتها ببينة11 (nikah adalah yang mengandung ketentuan
hukum semata-mata untuk membolehkan watha', bersenang-senang dan
menikmati apa yang ada pada diri seseorang wanita yang boleh nikah
dengannya).
seksual yang ditandai dengan adanya ijab qabul antara kedua belah pihak yang
disaksikan oleh dua orang saksi baik dari pihak laki-laki maupun dari pihak
perempuan.
Olehnya itu, nikah dimaknai sebagai ikatan atau akad yang kuat
sebanyak 23 kali12. 2 kali disebut dalam bentuk fi’il mādi,13 kali disebut
dalam bentuk fi’il mudhāri, 3 kali disebut dalam bentuk fi’il amr dan 5 kali
11
Abd. al-Rahman al-Jazar, Al-Fiqh 'Ala Mazahib al-Arba'ah, juz IV, h. 3.
12
Muhammad Fu'ad al-Baqiy, Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfazh Al-Qur’an al-
Azhim (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), h. 888.
13
Muhammad Fu'ad al-Baqiy, Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfazh Al-Qur’an al-
Azhim, h. 422-423.
6
hanya menggunakan dua kata tersebut, nikah dan zawj. Bila dicermati lebih
lanjut, kata nikah dalam Al-Qur’an khusus ditujukan kepada manusia. Contoh
Terjemahnya
...karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan berilah
maskawin mereka menurut yang patut, sedang merekapun wanita-wanita
yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang
mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya;
Dalam ayat ini terdapat perintah khusus ditujukan kepada umat manusia
untuk mengawini perempuan dengan seizin tuan mereka. Sedangkan kata zawj
hewan, dan tumbuh-tumbuhan.14 Contoh ayat yang didalamnya ada kata zawj
yang ditujukan kepada umat manusia yaitu di dalam surah al-Baqarah ayat 35
yang berbunyi:
و قلنا يا د م ا سكن ا نت و ز وجك الجنه وكال منها رغدا حيث شئتما وال تقربا هد ه الشجره
فتكونا من الظلمين
Terjemahnya;
Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu
surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik
dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini
yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim.
manusia yaitu Adam dan pasangannya yaitu Hawa untuk mendiami surga.
14
Lihat misalnya QS. Yasin (36): 36 dan QS. al-Zuriyat (51): 49.
7
ayat 52.
فيهما من كل فا كهه ز و جا ن
Terjemahnya:
di dalam kedua syurga itu terdapat segala macam buah-buahan yang
berpasangan.
ditujukan kepada hewan adalah sebagaimana yang terdapat dala surah al-
Terjemahnya:
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis
kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak
pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak
dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-
lah yang Maha mendengar dan melihat.
maka penulis akan memilih ayat yang dianggap dapat mewakili ayat-ayat lain
Madaniyah.
8
Contoh ayat-ayat Makkiyah yang berisi tujuan nikah, misalnya QS. al-
15
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Jakarta: Proyek Pengadaan
Kitab Suci Al-Qur’an, 1992), h. 784.
16
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 644.
9
baik yang laki-laki maupun yang perempuan. Di ayat lain dari ayat Madaniah
ْ ات َح ََّّت يُ ْؤِم َّن َوَْل ََمة ُم ْؤِمنَة َخ ْري ِم ْن ُم ْش ِرَكةٍ َولَ ْو أ
َع َجبَ تْ ُك ْم َوََل ِ وََل تَنْكِحوا الْم ْش ِرَك
ُ ُ َ
ك َ َِع َجبَ ُك ْم أُولَئ
ْ ني َح ََّّت يُ ْؤِمنُوا َولَ َعبْد ُم ْؤِمن َخ ْري ِم ْن ُم ْش ِر ٍك َولَ ْو أ ِ
َ حوا الْ ُم ْش ِرك
ِ
ُ تُنْك
ِ ني ءَ َاَيتِهِ لِلن
َّاس لَ َعلَّ ُه ْم ِِ ِ ِ
ُ ِِ َاَّللُ يَ ْد عُو إِ ََل ا ْْلَنَّة َوالْ َمغْف َرةِ ِبِِ ْذنه َويُب
َّ يَ ْد عُو َن إِ ََل النَّا ِر َو
يَتَ َذ َّك ُرو َن
Terjemahnya :
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari
wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu
menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min)
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik
dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke
neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.
Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada
manusia supaya mereka mengambil pelajaran. 18
Kemudian Alquran juga secara tekstual dalam ayat Madaniah
menjelaskan tentang bolehnya menikah dengan cara poligami, yakni QS. al-
Nisā (4): 3,
ِ
َ اب لَ ُك ْم ِم َن النِِ َساء َمثْ ََن َوثََُل
ث َ َحوا َم ا ط
ِ ِ ِ
ُ َوإِ ْن خ ْفتُ ْم أ َََّل تُ ْقسطُوا ِِف الْيَ تَ َامى فَانْك
َ ِت أ َْْيَانُ ُك ْم ذَل ِ ِ ِ
ك أ َْد ََن أ َََّل تَعُولُوا ْ ع فَإِ ْن خ ْفتُ ْم أ َََّل تَ ْعدلُوا فَ َواح َد ًة أ َْو َما َملَ َكَ َوُرَِب
Terjemahnya :
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka
17
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h.548.
18
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 53.
10
dengan mengutip riwayat dari Ibn Abbās bahwa Nabi saw mengutus seorang
laki-laki kaya yang bernama Martsad ibn Abi Marstad ke Mekah untuk
Mekah, Anaq berkata : "Celakalah engkau Martsad, kemana saja engkau ?".
Islam telah mengharamkannya. Tetapi jika engkau suka, akan aku nikahi
perkataannya: "Baiklah, aku pulang dulu untuk meminta izin kepada Nabi
saw. tentang masalah ini, baru aku akan menikahimu". Anaq berkata
19
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 115.
20
Penulis merujuk pada beberapa kitab tafsir, dan sumber lain yang berbicara
tentang sebab nuzul, misalnya kitab Lubab al-Nuqal fi Asbab al-Nuzul karya Jalal al-Din
al-Suyuti, demikian pula kitab Asbab al-Nuzul karya Abū al-Husaīn Alī ibn Ahmad al-
Wahid al-Nasaburi.
11
saya menikahinya ?", kemudian turunlah ayat tersebut.21 Yakni, surah al-
bahwa, ayat tersebut turun setelah perang Uhud di mana banyak sekali
pejuang muslim gugur yang mengakibatkan banyak pula anak yatim yang
Pernikahan dengan cara menikahi beberapa istri, yakni sampai empat istri
menyebabkan ayat tersebut turun. Dijelaskan juga dalam riwayat lain bahwa
dari Ahmad, dari Ibn Syihāb bahwa Ghaīlan bin Salamah al-Tsaqafi
beristerikan sepuluh orang tatkala ia masuk Islam, lalu turunlah ayat tersebut
dan kemudian Nabi saw, menyuruh Ghaīlān untuk memilih empat dari
21
Ahmad Musthafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi, Juz I (Mesir: Mustafa al-Bab al-
Halabi wa Aūlāduh, 1973), h. 282-283.
22
Abu al-Fidā Ismāil bin Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-Azhīm, juz II (Surabaya: Bina
Ilmu 1990), h. 305.
12
menggunakan metode maūdhu'iy, maka ada 3 tema yang akan menjadi fokus
pembahasan yaitu tujuan menikah, wanita yang boleh dan tidak boleh
1. Tujuan menikah
اجا ِ ِ
pasangan. Dalam ayat terdapat redaksi kalimat ً َج َع َل لَ ُك ْم م ْن أَنْ ُفس ُك ْم أ َْزَو
(Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri berpasangan-pasangan).
أَنْ ُف ِس ُك مdi dalam ayat ini adalah bentuk jamak dari kata nafs yang berarti
"jenis" atau "diri". Pernyataan bahwa manusia diciptakan dari jenisnya
seksual melalui makhluk lain, dan menikah dengan makhluk lain, atau
melakukan hubungan kepada selain pasangan sah sebagai suami isteri, sama
Di sisi lain, penggunaan kata anfus juga terdapat dalam surah al-Nisā
dalam perasaan dan pikiran. Inilah inti dari sebuah pernikahan. Dua orang
yang dulunya tidak saling mengenal dan tidak ada hubungan apa-apa, tetapi
karena adanya ikatan pernikahan keduanya bisa hidup dan bersatu dalam
lain dari sebuah pernikahan adalah لِتَ ْس ُكنُوا إِلَيْ َها َو َج َع َل بَيْ نَ ُك ْم َم َو َّدةً َوَر ْْحَة
(supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya di antaramu rasa kasih dan sayang). Kata تسكنواyang berasal dari kata
tersebut.
cenderung kepadanya.23 Setelah itu, ditemukan lagi kata ً َم َودَّ ةً َوَر ْْحَةyang
juga menjadi salah satu tujuan pernikahan yaitu mawaddah yang
mengandung arti hidup harmonis dan rahmat yang berarti kasih sayang.
syariat.
23
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Kesan, Pesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
vol.11 (Cet. IV; Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 35.
14
takut memikul beban berat dan menghindarkan diri dari kesulitan hidup. Ini
adalah pemahaman yang keliru karena Allah swt memberikan jaminan bagi
mengatasi kemiskinan.24
24
Muhammad Mahmad Hijazi, Tafsir al-Wadhih, Juz VI (Cet. VI; Kairo:
Mathba'ah al-Istiqlal al-Kubrah, 1979), h. 128.
25
Abu Abdillah ibn al-Mughirah ibn al-Bardizbah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz
V (Semarang: Toha Putra, t.th), h. 116. Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi, Shahih
Muslim, juz I (Bandung: Maktabah Dahlan, t.th), h. 584.
15
kepada Allah daripada kalian, dan lebih taqwa kepada Allah, tetapi aku
puasa dan berbuka, shalat malam dan tidur, dan kawin dengan wanita,
maka siapa tidak suka kepada sunnahku, bukan dari ummatnya. (HR.
disepakati oleh Bukhāri dan Muslim)
Inti dari hadis tersebut adalah bahwa menikah adalah sunnah nabi,
"التبتل " (anti kawin). Islam juga tidak membenarkan orang-orang yang
diciptakan berpasang-pasangan.26
Dari uraian beberapa ayat di atas, maka hukum asal nikah adalah
a. Wajib, jika seseorang telah mampu dalam hal materi, psikologis dan
d. Makruh bagi orang yang tidak mampu memberi nafkah kepada isterinya.
26
QS. al-Rum (30): 21
16
Bagi mereka yang tergolong dalam kategori wajib dan sunnah untuk
petunjuk agama.
hendaklah mencari yang se-akidah. Wanita budak yang mukmin masih jauh
Illat dari larangan menikahi wanita musyrik dalam ayat ini adalah
muslimah. Hal ini dikarenakan adanya hubungan mahram seperti ibu, anak
sesusuan, mertua, anak perempuan istri yang sudah digauli lalu dicerai, istri
َخ
ِ ات ْاْل ُ ََخ َواتُ ُك ْم َو َع َّماتُ ُك ْم َو َخ َاَلتُ ُك ْم َوبَن
َ ت َع لَيْ ُك ْم أ َُّم َه اتُ ُك ْم َوبَنَاتُ ُك ْم َوأْ ُح ِِرَم
ِ ض َّ َخ َواتُ ُك ْم ِم َن ِ ُخ
ات
ُ اعة َوأ َُّم َه َ َ الر َ ض ْعنَ ُك ْم َوأَ الَلِِت أ َْر
َّ ُت َوأ َُّم َه اتُ ُكم ْ ات ْاْل ُ ََوبَن
الَلِِت َد َخ لْتُ ْم ِبِِ َّن فَإِ ْن َلْ تَ ُكونُوا
َّ ُجو ِرُك ْم ِم ْن نِ َسائِ ُكمُ الَلِِت ِِف ُح َّ ُنِ َس ائِ ُك ْم َوَرَِبئِبُ ُكم
َص ََلبِ ُك ْم َوأَ ْن ََتْ َمعُوا ِ دخلْتُم ِبِِ َّن فَ ََل جنَاح علَي ُك م وح ََلئِل أَب نَائِ ُكم الَّ ِذ
ْ ين م ْن أ َ ُ ْ ُ ََ ْ َْ َ ُ ْ ََ
ِ اَّلل َكا َن َغ ُف ِ َ َني إََِّل َما قَ ْد َسل ِ ْ َُخت
يم ا
ً ورا َرحً ََّ ف إ َّن ْ ني ْاْل
َ ْ َب
اَّللِ َع لَيْ ُك ْم َوأ ُِحلَّ لَ ُك ْم َم ا ِ ِ ِ ِ والْمحصن
َّ اب َ َت أَْْيَانُ ُك ْم كتْ ات م َن النِ َساء إََِّل َم ا َم لَ َك ُ ََ ْ ُ َ
استَ ْمتَ ْعتُ ْم بِهِ ِمنْ ُه َّن ِِ ِِ ِ ِ
ْ ني فَ َما َ ني َغ ْريَ ُم َسافح َ َوَراءَ ذَل ُك ْم أَ ْن تَبْ تَ غُوا ِأب َْم َوال ُك ْم ُمُْصن
يض ِة إِ َّن ِ ِ
َ اضيْ تُ ْم بِ ِه ِم ْن بَ ْعد الْ َف ِر
َ يما تَ َر
َ اح َعلَيْ ُك ْم ف َ َيضةً َوََل ُجن َ ور ُه َّن فَ ِر
َ ُجُ وه َّن أ
ُ ُفَآت
يم ا ِ ِ
ً يما َحك ً اَّللَ َك ا َن َعل
َّ
Terjemahnya :
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang
perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara
bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan;
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang
menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu
(mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri
yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan
isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu
mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu
(menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan
yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali
budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu)
sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang
demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini
bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu ni`mati
(campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya
(dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi
kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah
menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.
Demikianlah Alquran memberikan batasan wanita yang tidak boleh
dinikahi.
18
harus diperhatikan dalam memilih calon isteri atau calon suami, yakni karena;
a. Harta
Seorang yang ingin menikah karena faktor harta yang dimiliki calon
dibolehkan oleh agama, tetapi faktor ini bukanlah yang terpenting, karena
lain, harta tidak akan kekal, ia akan habis, dan pada kenyataannya pula
b. Keturunan
c. Kecantikan
kecantikan itu sifatnya relatif dan temporer maka sangat tidak wajar kalau
dasar itu yang menjadi pertimbangan utama dalam hal memilih calon istri.
d. Agama
Baqarah ayat 221 tadi. Perbedaan agama atau kepercayaan sering membawa
konflik di dalam rumah tangga. Terkait dengan ini, Nabi saw pernah
bersabda : اِلة إن الدنيا كلها متاع وخري متاع الدنيا املرأة الص (Sesungguhnya
dunia secara umum adalah hiasan dan sebaik hiasan adalah wanita yang
shalehah).
dalam QS. al-Nisā (4): 34, yakni ِ ْات قَانِتَات َح افِبَات لِلْغَي
ب ِ َا ِ
ُ َفَالص َّ اِل
اَّلل
َّ ظ َ ( َح ِفadapun perempuan-perempunan yang shalehah ialah mereka yang
taat kepada Allah dan suaminya, memelihara hak suaminya sewaktu
suaminya itu tidak ada). Dengan ayat ini, jelaslah bahwa agama dan budi
pekerti adalah dua hal pokok dan utama untuk mencari calon isteri/calon
suami
3. Hukum berpoligami
20
dengan ketentuan:
c. Hak istri kedua dan istri ketiga harus sama dengan hak istri yang pertama.
kesejahteraan dan kebaikan bagi semua istri itu adalah syarat yang harus
27
QS. al-Nisa (4): 3
28
Fadlurrahman, Islam Mengangkat Martabat Wanita (Cet. I; Jakarta: Pustaka
pelajar, 1999), h. 56.
21
wurūd ayat tersebut. Pada perang Uhud, 70 dari 700 laki-laki muslim mati
nafkah kepada kaum perempuan, di mana kaum perempuan ketika itu banyak
yang menjadi janda. Setelah perang Uhud, justru laki-laki muslim banyak
dan keadaan pada zaman Nabi saw, berbeda dengan zaman sekarang.
mendorong para janda akibat perang Uhud, dan anak yatim ketika itu
menikahi mereka karena harta mereka, tetapi enggan berlaku adil. Hal ini
dipahami dari awal redaksi ayat yang berbicara tentang anjuran menikahi
ِ ِ ِ
perempuan yatim, yakni ُ ( َوإِ ْن خ ْفتُ ْم أ َََّل تُ ْقسطُوا ِِف الْيَ تَ َامى فَانْكDan jika
حو ا
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yatim (bilamana kamu mengawininya)). Jadi jelas bahwa ayat ini ditujukan
kepada para pemelihara anak yatim yang hendak menikahi mereka tanpa
berlaku adil. Selanjutnya pada kata ِخ ْفتُم yang biasa diartikan takut
29
Asghar Ali Enginer, The Right of Women in Islam, terj. Farid Wajidi dan Cici
Farkha Asegaf dengan judul Hak-hak Perempuan dalam Islam (Cet. I; Yogyakarta: Yayasan
Bentang Budara,1994), h. 221-222.
22
menunjukkan bahwa siapa tidak bisa berlaku adil, maka seorang suami tidak
atau lebih, sementara ta'dilū berlaku adil dan baik terhadap orang lain
dinikahinya.
Berdasar dari uraian di atas, maka perlu ditegaskan bahwa surah al-
III. KESIMPULAN
berpoligami.
24
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim
Enginer, Asghar Ali. The Right of Women in Islam diterjemahkan oleh Farid
Wajdi dan Cici Farkha Asegaf dengan judul Hak-hak Perempuan
dalam Islam. Cet. I; Yogyakarta: Yayasan Bentang Budara,.1994.
Hijāzi, Muhammad Mahmūd. Tafsir al-Wādhih, Juz VI. Cet. VI; Kairo:
Mathba'ah al-Istiqlāl al-Kubrāh, 1979.
Ibn Fāris ibn Zakariyah, Abu al-Husain. Mu'jam Maqāyis al-Lugah, juz I.
Beīrut: Dār al-Fikr, 1974.
Ibn Katsīr, Abū al-Fidā Ismāil. Tafsir Al-Qur’an al-Azhīm, juz II. Surabaya:
Bina Ilmu 1990.
al-Jazīri, Abd. al-Rahmān. Al-Fiqh 'Alā al-Mazāhib al-Arba'ah, juz IV. Mesir:
Dār al-Qalam, 1979.
25
al-Marāgi, Ahmad Musthafā. Tafsir al-Marāgi, juz I. Mesir: Mustafā al-Bab al-
Halab wa Aūlāduh, 1973.
al-Nawawī, al-Imām Abī Zakariyya Yahyā bin Syarf. Shahih Muslim. Juz VII.
Kairo: Dār al-Fikri, 1995.