Anda di halaman 1dari 40

8

BAB II

AMALAN-AMALAN SETELAH SHALAT DAN KEUTAMAANYA

A. Konsep Ibadah Dalam Islam

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.

Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi

makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

a. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui

lisan para Rasul-Nya.

b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla, yaitu tingkatan

tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang

paling tinggi.

c. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai

Allah ‘Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzhahir maupun

yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.1

1. Jenis Ibadah

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf

(takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan),

raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan

dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan

1
Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Prinsip Dasar Islam Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang
Shahih, Penerbit Pustaka At-Taqwa.
9

dan hati adalah ibadah lisaniyah wa qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat,

zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah wa qalbiyah (fisik dan hati). Serta

masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati,

lisan dan badan.2

2. Prinsip Ibadah

Prinsip ibadah umat Islam dilandaskan atas isyarat al-Qur’an dan as-Sunnah

sebagaimana sabda Rasulullah :

‫علَ ْي ِه‬
َ ُ‫َصلى ِهَّللا‬ ِ ‫سلَ ْي َمانَ َما ِلكُ ب ُْن ْال ُح َوي ِْر‬
ُ ‫ قَا َل لََنَا ََر‬: ‫ قَا َل‬، ‫ث‬
َ ِ‫سو ُل ِهَّللا‬ ُ ‫ع ْن أَبُو‬
َ

َ ُ ‫َصلُّوا َك َما ََرأ َ ْيت ُ ُمو ِني أ‬


‫َص ِلي‬ َ ‫سل َم‬
َ ‫َو‬

“Dari Abu Sulaiman Malik bin Huwairits ia berkata : Rasulullah  bersabda

kepada kami : ‘Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat’.”3

Rasulullah memerintahkan agar kita shalat sebagaimana yang beliau

contohkan, apa yang beliau contohkan maka seperti itulah yang kita ikuti, jadi

semua yang terkait dengan shalatnya yaitu itu amalan sebelum shalat dan amalan

setelah shalat kita harus melihat bagaimana yang Rasulullah contohkan.4

2
Ibid., 1.
3
Diriwayatkan oleh Bukhori no. 651 dan diriwayatkan juga oleh Baihaqi no. 1415.
4
Diwajibkan melihat sebagaimana yang Nabi contohkan bukan berarti kita harus bertemu dan
melihat Nabi secara langsung. Mustahil bagi kita untuk bertemu dengan karena tidak sejaman.
Melihat disini dalam artian menelusuri sanad atau kumpulan riwayat hadist yang tersambung
dari Nabi. Sebagai contoh Ibnu ‘Umar melihat bagaimana cara Nabi shalat yang kemudian
diajarkan lagi kepada si fulan dan kemudian si fulan mengajarkannya lagi sampai terbentuklah
jalur periwayatan (sanad) yang isi dari hadistnya tersebut menerangkan secara langsung
bagaimana shalat Nabi.
10

Hal yang penting untuk digarisbawahi adalah bukanlah maksud Rasulullah

 menghendaki membebani umatnya supaya umatnya sulit menunaikannya,

melainkan diminta agar kita persis sesuai kemampuan bisa melakukan seperti

Rasulullah shalat karena ternyata dibalik keutaman shalat banyak keutamaan

besar yang bisa kita dapatkan seperti dibalik amalan setelah shalat juga banyak

manfaat yang dapat diraih. Setidaknya kurang lebih ada lima hal yang dapat kita

raih dibalik keutamaan shalat:

a. Bahwa orang yang shalatnya benar pasti berdampak kepada sikap dan sifat

yang baik dalam kehidupan. Sebagaimana dalam firman Allah :

َ ‫ع ِن ۡٱلفَ ۡح‬
‫شا ٓ ِء‬ ِ َ‫ي إِلَ ۡي َك ِمنَ ۡٱل ِك َٰت‬
َ ‫ب َوأَقِ ِم ٱلصلَ َٰوة َ إِن ٱلصلَ َٰوة َ ت َ َۡن َه َٰى‬ ِ ُ ‫ۡٱت ُل َما ٓ أ‬
َ ‫وح‬
٤٥ َ‫َو ۡٱل ُمَن َك ِر َولَذ ِۡك ُر ٱّللِ أ َ ۡك َب ُر َوٱّللُ َيعۡ لَ ُم َما ت َصۡ َنَعُون‬
“Bacalah kitab (Al Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu

(Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu

mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah)

mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah

yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”5

b. Bahwa orang yang shalatnya benar pasti akan berdampak pada ketenangan

jiwanya. Sebagaimana dalam firman Allah :

ٓ ‫ٱعب ُۡدنِي َوأ َقِ ِم ٱلصلَ َٰوة َ ِلذ ِۡك ِر‬


١٤ ‫ي‬ ٓ ‫َل ِإ َٰلَهَ ِإ‬
ۡ ‫َل أَن َ۠ا َف‬ ٓ َ ُ‫ِإنَنِ ٓي أَنَا ٱّلل‬

5
Q.S. Al-‘Ankabût [29] : 45
11

“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain

Aku (Allah), maka sembahlah Aku (Allah) dan laksanakanlah shalat

untuk mengingat Aku (Allah).”6

Diperjelas lagi oleh Allah  dengan tafsir qur’an bil qur’an dalam

firman-Nya:

ُ ُ‫ٱلذِينَ َءا َمَنُواْ َوتَ ۡط َمئِ ُّن قُلُوبُ ُهم بِذ ِۡك ِر ٱّللِ أ َ ََل بِذ ِۡك ِر ٱّللِ ت َ ۡط َمئِ ُّن ٱ ۡلقُل‬
٢٨ ‫وب‬
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram

dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah

hati menjadi tenteram.”7

c. Bahwa orang yang shalatnya benar pasti mendapat kemudahan dalam

kehidupanya termasuk kemudahan dalam rezekinya. Sebagaimana dalam

firman Allah :

ٞ ‫ض َولَ ۡم يَت ِِخ ۡذ َولَدا َولَ ۡم يَ ُكن لهۥُ ش َِر‬


‫يك فِي‬ ِ ‫ت َو ۡٱۡل َ َۡر‬ ِ ‫ٱلس َٰ َم َٰ َو‬ ُ‫ٱلذِي لَهۥ ُ ُم ۡلك‬
‫ َوٱت َِخذُواْ ِمن د ُونِ ِ ٓهۦ َءا ِل َهة َل‬٢ ‫ُكل ش َۡي ٖء فَقَد ََرهۥُ ت َ ۡقدِيرا‬ َ‫ۡٱل ُم ۡل ِك َو َخلَق‬
‫ضرا َو ََل ن َۡفعا َو ََل‬
َ ‫يَ ِۡخلُقُونَ ش َۡيا َو ُه ۡم ي ُِۡخلَقُونَ َو ََل َي ۡم ِل ُكونَ ِۡلَنفُ ِس ِه ۡم‬
ُ ُ‫يَ ۡم ِل ُكونَ َم ۡوتا َو ََل َحيَ َٰوة َو ََل ن‬
٣ ‫شوَرا‬
“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak

mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam

kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia

menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. Kemudian

6
Q.S. Thaha [20] : 45
7
Q.S. Ar-Ra’d [13] : 28
12

mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk

disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan

mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu

kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) suatu

kemanfaatanpun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan

tidak (pula) membangkitkan.”8

Diperjelas lagi oleh Allah  dengan tafsir qur’an bil qur’an dalam

firman-Nya:

‫علَى ٱّللِ فَ ُه َو َح ۡسبُ ُۚ ٓهۥُ إِن ٱّللَ َٰبَ ِل ُغ‬ ُ ُۚ ‫ث ََل َي ۡحتَس‬
َ ‫ِب َو َمن َيت َ َوك ۡل‬ ُ ‫َويَ ۡر ُز ۡقهُ ِم ۡن َح ۡي‬
٣ ‫أ َ ۡم ِرۦُۚ ِه قَ ۡد َج َع َل ٱّللُ ِل ُك ِل ش َۡي ٖء قَ ۡدَرا‬
“Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-

sangkanya. Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah

akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah

melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan

ketentuan bagi setiap sesuatu.”9

Diperjelas lagi oleh Allah  dengan tafsir qur’an bil qur’an dalam

firman-Nya:

ِ ‫ٱلذِينَ ي ُۡؤ ِمَنُونَ ِب ۡٱلغ َۡي‬


٣ َ‫ب َويُ ِقي ُمونَ ٱلصلَ َٰوة َ َو ِمما ََرزَ ۡق َٰ ََن ُه ۡم يَُن ِفقُون‬

8
Q.S. Al-Furqôn [25] : 2-3
9
Q.S. At-Thalaq [65] : 3
13

“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan

shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan

kepada mereka.”10

d. Bahwa orang yang shalatnya benar pasti doanya cepat dikabulkan bahkan

saat dipanjatkan dalam shalat seketika dikabulkan jika itu memang yang

dibutuhkan dalam kehidupanya. Sebagaimana dalam firman Allah :

‫س ِمي ُع‬ َ ‫ُنك ُذُ َِرية‬


َ ‫َط ِيبَة إِن َك‬ َ ‫ب ه َۡب ِلي ِمن لد‬ ِ ‫عا زَ َك ِريا ََربهۥُ قَا َل ََر‬ َ َ‫ُهَنَا ِل َك د‬
ٓ َٰ
ِ ‫ص ِلي ِفي ۡٱل ِم ۡح َرا‬
‫ب أَن ٱّللَ يُ َبش ُِر َك‬ َ ُ‫م ي‬ٞ ‫ فََنَادَ ۡتهُ ۡٱل َم َل ِئ َكةُ َو ُه َو قَا ٓ ِئ‬٣٨ ‫عا ٓ ِء‬
َ ُّ‫ٱلد‬
َٰ َ‫صوَرا َو َن ِبيا ِمن‬
٣٩ َ‫ٱلص ِل ِحين‬ َ ‫ص ِد َۢقَا ِب َك ِل َم ٖة ِمنَ ٱّللِ َو‬
ُ ‫س ِيدا َو َح‬ َ ‫ِب َي ۡح َي َٰى ُم‬
“Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: ‘Ya

Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik.

Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa’. Kemudian Malaikat

(Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan

shalat di mihrab (katanya): ‘Sesungguhnya Allah menggembirakan

kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan

kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari

hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang

saleh.’”11

e. Bahwa orang yang shalatnya benar sesuai sebagaimana tuntunan Nabi

maka dijamin seluruh aktivitasnya akan melahirkan kesuksesan dan

kebahagiaan. Seperti ditegaskan dalam al-Qur’an:

10
Q.S. Al-Baqarah [2] : 3
11
Q.S. Al-Imran [3] : 38-39
14

َ ‫ٱلذِينَ ُه ۡم ِفي‬١ َ‫قَ ۡد أ َ ۡفلَ َح ۡٱل ُم ۡؤ ِمَنُون‬


٢ َ‫َص ََل ِت ِه ۡم َٰ َخ ِشعُون‬
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-

orang yang khusyu´ dalam shalatnya.”12

Jika shalat kita ditunaikan sampai saat ini belum menghasilkan

manfaat yang disebutkan di atas berarti ada yang belum sempurna dalam

penunaian shalat kita. Lima hal diatas adalah parameter kita untuk

mengukur tingkat kesempurnaan dalam shalat, jika memang shalat kita

sudah sempurna pastilah lima hal itu terpenuhi. Contohnya dalam sejarah

tidak pernah ditemukan seluruh sahabat Nabi yang belajar tentang shalat

ditekankan oleh Nabi  setahun sebelum hijrah ke madinah kecuali mereka

sukses dan bahagia dalam seluruh aktivitasnya dengan segala porsi

kehidupan yang mereka jalankan.13

B. Isyarat Dari Allah dan Rasul-Nya Tentang Amalan-Amalan Setelah Shalat

1. Nabi Beraktifitas dan Beribadah Berdasarkan Petunjuk Allah

Nabi beribadah dan beraktifitas berdasarkan petunjuk wahyu dari

Allah , segala tindakan dan diamnya Nabi  tidak bersumber dari hawa

nafsu, dapat dikatakan secara definitif bahwa tidak satu pun perbuatan dan

sirah Nabi  yang dilakukan tanpa izin wahyu dari Allah . Sebagaimana

dalam firman-Nya:

12
Q.S. Al-Mu’mÎnûn [23] : 1-2
13
Ceramah Ustadz Adi Hidayat, Lc., M.Ag. Amalan Pasca Shalat Bagian 1. Masjid Al-Murobbi
Bandung.
15

ٓ َٰ ‫ع ِن ۡٱل َه َو‬
٤ ‫ي يُو َح َٰى‬ٞ ‫ ِإ ۡن ُه َو ِإَل َو ۡح‬٣ ‫ى‬ َ ‫َنط ُق‬
ِ ‫َو َما َي‬
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur’an) menurut kemauan

hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang

diwahyukan (kepadanya).”14

Begitupula yang terkait dengan amalan setelah shalat pun ada petunjuk

dari Allah apa yang harus kerjakan dan apa yang mesti dilakukan.

2. Menggapai Kesempurnaan Shalat Sesuai dengan Contoh Rasulullah

Meyakini bahwa petunjuk terbaik adalah petunjuk Nabi Muhammad .

Sedangkan seburuk-buruk perkara adalah perkara muhdats (perkara-perkara

baru dalam agam tanpa berdasarkan dalil). Dan setiap perkara muhdats

dalam Islam yang tidak sesuai dengan sunnah akan tertolak. Adapun amal

ibadah yang paling disenangi oleh Allah  adalah amal yang paling ikhlash

dan paling shawab/benar (sesuai dengan tuntunan Rasulullah), maka setiap

pengamalan ibadah syariat harus diikuti sesuai dengan contoh Rasulullah .

Hal ini berdasarkan hadist :

Nabi  bersabda, “Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah

khulafa’ rasyidin yang datang sesudahku. Gigitlah ia dengan

gerahammu. Jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang muhdats

(perkara baru dalam urusan dien), karena seburuk-buruk urusan

dalam dien adalah yang muhdats. Dan setiap perkara yang baru adalah

14
Q.S. An-Najm [53] : 3-4
16

bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan.” (H.R. Abu Dawud,

Tirmidzi, Ibn Hibban dan Hakim)

Ikhlash dan benar yang menjadi syarat diterimanya amal dituntukan oleh

firman Allah ,

ْ‫ فَ َمن َكانَ يَ ۡر ُجوا‬ٞ‫ َٰ َو ِحد‬ٞ‫َر ِم ۡثلُ ُك ۡم يُو َح َٰ ٓى إِلَي أ َن َما ٓ إِ َٰلَ ُه ُك ۡم ِإ َٰلَه‬ٞ ‫قُ ۡل إِن َما ٓ أَن َ۠ا بَش‬
١١٠ ‫َص ِلحا َو ََل ي ُۡش ِر ۡك ِب ِعبَادَةِ ََربِ ِ ٓهۦ أ َ َح َۢدَا‬ َ َٰ ‫ع َمَل‬ َ ‫ِلقَا ٓ َء ََربِ ِهۦ فَ ۡليَعۡ َم ۡل‬
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang

diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Rabb kamu itu adalah

Rabb yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan

Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan

janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada

Rabbnya"15

Maksud dari ayat ini adalah hendaknya beramal dengan ikhlash untuk

Allah dan benar sesuai dengan syari’at Rasulullah . Keduanya merupakan

rukun amal yang diterima, yaitu ikhlash dan benar. Sedangkan orang yang

beribadah tanpa disertai dua syarat yaitu ikhlash dan shawab/benar, maka

ibadahnya akan tertolak. Ibnu Qoyyim rahimahullah pernah berkata,

“Beramal tanpa ikhlash dan mengikuti sunnah laksana musafir yang

memenuhi tempat minumnya dengan pasir, sangat memberatkannya dan

tidak memberinnya manfaat.”

C. Pentingnya Mengamalkan Amalan-Amalan Setelah Shalat

15
Q.S. Al-Kahfi [18] : 110
17

Mungkin sebagian orang menganggap cukup dengan amalan-amalan wajib,

sedangkan amalan-amalan sunnah hanya kadang-kadang saja dilakukan yaitu jika

ada waktu atau hanya sekedar ingin saja. Namun sebenarnya jika kita meneliti apa

yang diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya, sungguh amalan sunnah memiliki

keistimewaan yang luar biasa sehingga bisa mendukung sempurnanya amalan wajib

yang kita lakukan. Pentingnya amalan-amalan setelah shalat adalah sebagai berikut,

1. Sebagai Pelengkap dan Penyempurna Ibadah yang Wajib

Ibadah sunnah merupakan pelengkap dan penyempurna ibadah wajib

kita lakukan. Dengannya kita bisa mendekatkan diri kepada Allah . Meraih

cinta dan ridha-Nya. Menggapai kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia

juga di akhirat. Sebagaimana hadist yang sudah penulis kutip dalam Bab I

poin A. Latar Belakang Masalah, bahwa apabila seorang hamba yang shalat

fardhunya dinilai kurang sempurna, maka Allah melihat shalat tathowwu’

yaitu shalat sunnah. Dari Tamim Ad-Dari  ia berkata bahwa sesungguhnya

Rasulullah bersabda :

ْ َ‫ فَإِ ْن َكانَ أ َ ْك َم َل َها ُك ِتب‬،ُ‫ب بِ ِه ْالعَ ْبد ُ َي ْو َم ْال ِقيَا َم ِة الصَلة‬


‫ت‬ َ ‫" أَو ُل َما يُ َحا‬
ُ ‫س‬

َ َ‫ قَا َل ِهَّللاُ تَب‬, ‫ َو ِإ ْن لَ ْم يُ ْك ِم ْل َها‬،‫املَة‬


‫ " ه َْل‬: ‫اَر َك َوتَعَالَى ِل َمَل ِئ َكتِ ِه‬ ِ ‫لَهُ َك‬

ُ ‫ ثُم الز َكاة‬, " ‫ضتِ ِه‬ َ ‫ط ُّوعا ت ُ ْك ِملُوا ِب ِه َما‬


َ ‫ضي َع ِم ْن فَ ِري‬ َ َ‫ت َ ِجدُونَ ِل َع ْبدِي ت‬

."‫ب ُذَ ِل َك‬ َ ‫علَى َح‬


ِ ‫س‬ َ ‫ ثُم‬، ‫ِمثْ ُل ُذَ ِل َك‬
َ ‫سائِ ُر اۡل َ ْع َما ِل‬
“Yang pertama kali dihisab dari diri seorang hamba pada Hari

Kiamat nanti adalah shalatnya. Bila shalatnya sempurna, maka akan

dituliskan pahalanya dengan sempurna. Apabila dia belum


18

menyempurnakannya, maka Allah berfirman kepada para

malaikatNya, ‘Lihatlah apakah kalian mendapatkan hambaKu itu

melakukan shalat tathawwu’ untuk menyempurnakan shalat

wajibnya, demikian juga dengan zakatnya?’ Kemudian baru amal

perbuatan lain dihisab sesuai dengan ukuran itu.”16

2. Dapat Menjadikan Sebagai Wali Allah

Orang yang rajin mengamalkan amalan sunnah, maka ia akan menjadi

wali Allah yang istimewa. Lalu apakah yang dimaksud dengan wali Allah?

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ْ‫ ٱلذِينَ َءا َمَنُوا‬٦٢ َ‫علَ ۡي ِه ۡم َو ََل ُه ۡم َي ۡحزَ نُون‬ ٌ ‫َل إِن أ َ ۡو ِليَا ٓ َء ٱّللِ ََل خ َۡو‬
َ ‫ف‬ ٓ َ َ‫أ‬
٦٣ َ‫َو َكانُواْ َيتقُون‬
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran

terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-

orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.”17

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

‫فَ ُك ُّل َم ْن َكانَ ُمؤْ مَنا ت َ ِقيا َكَنَا ِّللِ َو ِليًّا‬


“Setiap orang mukmin (beriman) dan bertakwa, maka dialah wali
Allah.”18

Jadi wali Allah bukanlah orang yang memiliki ilmu sakti, bisa terbang,

memakai tasbih dan sorban, Namun yang dimaksud oleh Allah sebagaimana

16
Diriwayatkan oleh Abu Daud no. 864, at-Tirmidzi no. 413, dan an-Nasa’i no.465. dishahihkan oleh al-
Hakim dalam al-Mustadrok ‘ala ash-Shahihain dalam kitab al-Imamah wa ash-shalati al-Jama’ah bab:
ta’mÎn, no. 912.
17
Q.S. Yunus [10] : 62-63
18
Majmu’ Al-Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 2/223, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426 H.
19

firman-Nya dalam surat Yunus di atas, dan yang dimaksud wali Allah itu

adalah setiap orang yang beriman dan bertakwa.

Perlu diketahui bahwa wali Allah ada dua macam: [1] As Saabiquun Al

Muqorrobun (wali Allah terdepan) dan [2] Al Abror Ash-habul Yamin (wali

Allah pertengahan).

As Saabiquun Al Muqorrobun adalah hamba Allah yang selalu

mendekatkan diri pada Allah dengan amalan sunnah di samping melakukan

yang wajib serta dia meninggalkan yang haram sekaligus yang makruh.

Al Abror Ash-habul Yamin adalah hamba Allah yang hanya

mendekatkan diri pada Allah dengan amalan yang wajib dan meninggalkan

yang haram, ia tidak membebani dirinya dengan amalan sunnah dan tidak

menahan diri dari berlebihan yang mubah.

Mereka inilah yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,

‫ت‬ ِ ‫ ِإُذَا َُرج‬٣ ٌ‫ة َرافِ َعة‬ٞ ‫ض‬ َ ِ‫ خَاف‬٢ ٌ‫س ِل َو ۡق َعتِ َها َكا ُِذ َبة‬ َ ‫ لَ ۡي‬١ ُ‫ت ۡٱل َواقِ َعة‬ِ ‫ِإُذَا َوقَ َع‬
‫ َو ُكَنت ُ ۡم‬٦ ‫ فَ َكان َۡت َهبَآء ُّم ََۢن َبثا‬٥ ‫ت ۡٱل ِجبَا ُل بَسا‬ ِ ‫ َوبُس‬٤ ‫ض ََرجا‬ ُ ‫ۡٱۡل َ َۡر‬
‫ب ۡٱل َم ۡش َم ِة‬
ُ ‫ َوأََصۡ َٰ َح‬٨ ‫ب ۡٱل َم ۡي َمَنَ ِة‬ ُ ‫ فَأََصۡ َٰ َح‬٧ ‫أ َ ۡز َٰ َوجا ث َ َٰلَثَة‬
ُ ‫ب ۡٱل َم ۡي َمَنَ ِة َما ٓ أََصۡ َٰ َح‬
ٓ
١١ َ‫ أ ُ ْو َٰلَئِ َك ۡٱل ُم َقربُون‬١٠ َ‫ٱلسبِقُون‬ َٰ َ‫ٱلسبِقُون‬ َٰ ‫ َو‬٩ ‫ب ۡٱل َم ۡش َم ِة‬ ُ ‫َما ٓ أََصۡ َٰ َح‬
١٤ َ‫يل ِمنَ ۡٱۡل ٓ ِخ ِرين‬ ٞ ‫ َوقَ ِل‬١٣ َ‫ة ِمنَ ۡٱۡلَولِين‬ٞ ‫ ثُل‬١٢ ‫ت ٱلَن ِع ِيم‬ ِ ‫فِي َج ََٰن‬
“Apabila terjadi hari kiamat, tidak seorangpun dapat berdusta tentang

kejadiannya. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan

meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan

sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-

luluhnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan, dan kamu menjadi


20

tiga golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan

kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.

Dan orang-orang yang beriman paling dahulu. Mereka itulah yang

didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan.

Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan

kecil dari orang-orang yang kemudian.”19

3. Allah Akan Memberikan Petunjuk Pada Pendengaran, Pengelihatan,

Kaki, dan Tangannya, Serta Do’anya Mustajab

Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda :

َ ‫ب ِإلَى‬
‫ع ْبدِى‬ ِ ‫عادَى ِلى َو ِليًّا فَقَ ْد آُذَ ْنت ُهُ ِب ْال َح ْر‬
َ ‫ َو َما تَقَر‬، ‫ب‬ َ ‫ِهَّللا قَا َل َم ْن‬
َ ‫ِإن‬

‫ب ِإلَى‬ َ ‫ َو َما َيزَ ا ُل‬، ‫ع َل ْي ِه‬


ُ ‫ع ْبدِى َيت َ َقر‬ ْ ‫ش ْىءٍ أ َ َحب ِإلَى ِمما ا ْفت َ َر‬
َ ُ‫ضت‬ َ ‫ِب‬

َ ُ‫ فَإُِذَا أ َ ْح َب ْبتُهُ ُك َْنت‬، ُ‫ِبالَن َوا ِف ِل َحتى أ ُ ِحبه‬


َ ‫ َو َب‬، ‫س ْم َعهُ الذِى َي ْس َم ُع ِب ِه‬
ُ‫ص َره‬

‫ َوإِ ْن‬، ‫ش بِ َها َو َِر ْجلَهُ ال ِتى َي ْمشِى بِ َها‬ ُ ‫ َويَدَهُ ال ِتى َي ْب‬، ‫ْص ُر بِ ِه‬
ُ ‫ط‬ ِ ‫الذِى يُب‬

ُ‫ َو َلئِ ِن ا ْستَعَاُذَنِى ۡل ُ ِعيذَنه‬، ُ‫ْط َيَنه‬


ِ ‫سأَلََنِى ۡلُع‬
َ

“Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku,

maka Aku akan memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan

diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Kucintai. Hamba-Ku

senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah

sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku

akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk

19
Q.S. Al-Waqi’ah [56] : 1-14
21

mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan

untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan

untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan

untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku

mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan

melindunginya.”20

Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) di

samping melakukan amalan wajib, akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu

Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan dan

kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan dengan

mustajabnya do’a.21

D. Ragam Amalan Setelah Shalat

1. Dzikir

Makna dzikir secara harfiah adalah ingat kepada Allah  di setiap waktu

dan keadaaan. Orang yang berdzikir akan terhindar dari perbuatan dan

perkataan yang sia-sia (laghw). Mustahil orang yang berdzikir akan menyia-

nyiakan waktunya. Sedangkan pengertian dzikir menurut istilah singkatnya

ialah segala amalan/aktivitas yang mengingatkan kita dengan Allah .22

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

20
H.R. Bukhori no. 2506
21
Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad, hadits ke-38.
22
Ceramah Ustadz Adi Hidayat, Lc., M.Ag. Amalan Pasca Shalat Bagian 1. Masjid Al-Murobbi
Bandung.
22

َ ‫ض ۡيت ُ ُم ٱلص َل َٰوة َ فَ ۡٱُذ ُك ُرواْ ٱّللَ ِق َٰ َيما َوقُعُودا َو‬


‫ع َل َٰى ُجَنُو ِب ُك ُۡۚم فَإُِذَا‬ َ َ‫فَإُِذَا ق‬
َ ‫ٱَط َم ۡأنََنت ُ ۡم فَأ َ ِقي ُمواْ ٱلصلَ َٰو ُۚة َ ِإن ٱلصلَ َٰوة َ َكان َۡت‬
‫علَى ۡٱل ُم ۡؤ ِمَنِينَ ِك َٰت َبا م ۡوقُوتا‬ ۡ

١٠٣
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah

di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian

apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu

(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang

ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.23

Isyarat al-Qur’an diatas menyampaikan bahwa jika telah selesai

mengerjakan shalat maka amalan yang harus dikerjakan adalah dzikir.

Amalan-amalan dzikir diantaranya yaitu:

a) Membaca dan mempelajari al-Qur’an adalah bagian dari dzikir. Allah


ta’ala berfirman :

ُ ‫إِنا َن ۡح ُن نَز ۡلَنَا ٱلذ ِۡك َر َوإِنا لَهۥُ لَ َٰ َح ِف‬


٩ َ‫ظون‬
“Sungguh Kami telah menurunkan al-Quran sebagai dzikir, dan

sungguh Kami benar-benar memeliharanya.”24

b) Menghafal al-Qur’an adalah sebagai dzikir. Allah  berfirman :

٣٢ ...‫َولَقَ ۡد َيس ۡرنَا ۡٱلقُ ۡر َءانَ ِللذ ِۡك ِر‬


“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Quran untuk diingat
(dihafalkan).”25

23
Q.S. An-Nisa [4] : 103
24
Q.S. Al-Hijr [15] : 9
25
Q.S. Al-Qomar [54] : 32
23

Proses menghafalkan al-Qur’an ini disebut dengan dzikir, jika kita

sedang menghafal al-Qur’an maka kita sedang dalam berdzikir kepada

Allah . Menghafal al-Qur’an disebut dengan kalimat berdzikir karena

memberikan ukuran bahwa menghafal al-Qur’an yang benar itu adalah

yang dengan hafalannya itu menjadikan dia ingat kepada Allah .

c) Shalat sebagai dzikir. Allah  berfirman :

ٓ ‫ٱعب ُۡدنِي َوأ َقِ ِم ٱلصلَ َٰوة َ ِلذ ِۡك ِر‬


١٤ ‫ي‬ ٓ ‫َل ِإ َٰلَهَ ِإ‬
ۡ ‫َل أَن َ۠ا َف‬ ٓ َ ُ‫ِإنَنِ ٓي أَنَا ٱّلل‬
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilâh (yang berhak

disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat

untuk mengingat Aku.”26

d) Do’a adalah bagian dari dzikir. Allah  berfirman :

ۡ ‫فَ ۡٱُذ ُك ُرو ِن ٓي أ َ ُۡذ ُك ۡر ُك ۡم َو‬


ِ ‫ٱش ُك ُرواْ ِلي َو ََل تَ ۡكفُ ُر‬
١٥٢ ‫ون‬
“(Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,

dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari

(nikmat)-Ku.”27

2. Do’a

Do’a adalah permohonan kepada Allah  yang disertai kerendahan hati

untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan. Sedangkan sikap

khusyu’ dan tadhorru’28 dalam menghadapkan diri kepada Allah 

26
Q.S. Thaha [20] : 14
27
Q.S. Al-Baqarah [2] : 152
28
Tadharru’ adalah sebuah istilah yang berarti ketundukan diri yang sangat dan rasa malu yang di
sebabkan oleh rasa putus asa.
24

merupakan hakikat pernyataan seorang hamba yang sedang mengharapkan

tercapainya sesuatu yang dimohonkan. Itulah pengertian doa secara syar’i

yang sebenarnya. Allah  berfirman :

َ َ‫عونِ ٓي أ َ ۡستَ ِج ۡب لَ ُك ُۡۚم إِن ٱل ِذينَ يَ ۡست َ ۡكبِ ُرون‬


‫ع ۡن ِعبَادَتِي‬ ُ ‫َوقَا َل ََربُّ ُك ُم ۡٱد‬
٦٠ َ‫اخ ِرين‬ ِ َ‫سيَ ۡد ُخلُونَ َج َهَن َم د‬
َ
“Dan Rabbnmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan

Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang

menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka

Jahannam dalam keadaan hina dina"29

Imam Hafidz Ibnu Hajar menuturkan bahwa Syaikh Taqiyyuddin Subki

berkata : “Yang dimaksud do’a dalam ayat diatas adalah doa yang bersifat

permohonan, dan ayat berikutnya ‘an ;ibâdatiy menunjukan bahwa berdoa

lebih khusus daripada beribadah, artinya barangsiapa sombong tidak mau

beribadah, maka pasti sombong tidak mau berdo’a.”

Dengan demikian ancaman ditujukan kepada orang yang meninggalkan

do’a karena sombong dan barangsiapa melakukan, maka dia telah kafir.

Adapun orang yang tidak mau berdo’a karena suatu alasan, maka tidak

terkena ancaman tersebut. Walaupun demikian memperbanyak do’a tetap

lebih baik sebab dalil-dalil yang menganjurkan berdo’a cukup banyak.

[Fathul Bari 11/98].

29
Q.S. Ghafir [40] : 60.
25

Karena itu do’a adalah sebagai tanda dan bukti keimanan kepada Allah

 baik dalam rububiyah, uluhiyah, maupun nama dan sifat-Nya. Do’a

seorang manusia kepada Rabbnya menunjukan bahwa ia yakini Allah itu

ada dan Allah itu Maha Ghoniy (Maha Mencukupi), Maha Melihat, Maha

Mulia, Maha Pengasih, Maha Mampu, dan Rabb yang berhak diibadahi

semata dan tidak pada selainnya.

Do’a pula ada yang langsung dikabulkan oleh Allah dan ada yang

ditunda dahulu beberapa waktu, karena Allah yang Maha Mengetahui

kebaikan untuk para hamba-Nya. Apabila do’a hamba sesuai qadha’ dan

mendatangkan kebaikan untuknya, maka Allah akan segera mengabulkan

permintaanya di dunia. Jika Allah tidak mentakdirkan isi permintaanya,

Allah simpan pahalanya di akhirat atau Allah  hindarkan keburukan atas

hamba-Nya.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri :

َ ‫ إَِل أ َ ْع‬، ‫ َو ََل قَ ِطيعَةُ ََر ِح ٍم‬، ‫ْس فِي َها إِثْ ٌم‬
ُ ‫طا ه‬ َ ‫عو بِدَع َْوةٍ لَي‬
ُ ‫َما ِم ْن ُم ْس ِل ٍم يَ ْد‬

‫ َو ِإما أ َ ْن يَد ِخ َرهَا لَهُ فِي‬، ُ‫ ِإما أ َ ْن ت ُ َعج َل لَهُ دَع َْوتُه‬: ‫ث‬
ٍ ‫هللاُ ِب َها ِإ ْحدَى ث َ ََل‬

‫ قَا َل‬. ‫ ِإُذا نُ ْكثِ ُر‬: ‫ قَالُوا‬. ‫وء ِمثْلَ َها‬


ِ ‫س‬ُّ ‫ع َْنهُ ِمنَ ال‬
َ ‫ف‬ ْ ‫ َو ِإما أ َ ْن َي‬، ِ‫ْاْل ِخ َرة‬
َ ‫ص ِر‬

‫ هللاُ أَ ْكث َ ُر‬:

“Bahwa Rasulullah bersabda, ‘Tidaklah seorang muslim

memanjatkan do’a yang tidak mengandung dosa dan tidak pula


26

pemutusan hubungan kekerabatan, melainkan Allah akan memberinya

salah satu di antara tiga hal: doanya segera dikabulkan, akan disimpan

baginya di akhirat, atau dirinya akan dijauhkan dari keburukan yang

senilai dengan permohonan yang dipintanya.’ Para shahabat berkata,

‘Kalau begitu, kami akan banyak berdo’a.’ Rasulullah menjawab,

‘Allah lebih banyak untuk mengabulkan do’a kalian.’”30

Sesungguhnya berdo’a lebih mulia dari materi yang diminta dalam do’a.

Karena berdo’a termasuk ibadah yang Allah sukai dan diperintahkan.31

Ketika kita berdo’a termasuk beribadah kepada Allah  dan mengerjakan

sesuatu yang dicintai-Nya. Pastinya, Allah  akan memberikan pahala,

kecintaan dan keridhaan kepada kita.

3. Shalat Nâfilah

a. Pengertian Nâfilah

Nâfilah adalah sesuatu tambahan dari sesuatu yang pokok yang sifatnya

saling melengkapi. Walaupun jika tambahan ini tidak terlaksana cukup

sebetulnya yang pokok tapi seakan-akan ada yang kurang, seperti contoh

bahwa ekor hewan itu disebut dalam bahasa Arab adalah Nâfilah, seperti

halnya jika hewan sapi tanpa ekor pasti masih dikatakan sapi, akan tetapi

masih dirasa ada yang kurang. Maka dalam bahasa Arab Nâfilah itu sesuatu

30
H.R. Ahmad (3/18), al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (no. 710), dan al Hakim (1/493) dan
dinyatakan shahih Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (11/96)
31
Lihat Q.S. Ghafir [40] : 60, Q.S. Al-A’raf [7] : 55, Q.S. Al-Baqarah [2] : 186
27

tambahan bagi yang pokok yang sifatnya memberikan kelengkapan

sehingga indah ketika dilihat dan nyaman ketika dilakukan.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

َ‫ق ٱل ۡي ِل َوقُ ۡر َءانَ ۡٱلفَ ۡج ِر ِإن قُ ۡر َءان‬ ِ ‫س‬ ِ ُ‫أَقِ ِم ٱلصلَ َٰوة َ ِلدُل‬
َ ‫وك ٱلش ۡم ِس ِإلَ َٰى‬
َ ‫غ‬
‫س َٰ ٓى أَن يَ ۡب َعث َ َك‬ َ ‫ َو ِمنَ ٱل ۡي ِل َفت َ َهج ۡد ِب ِهۦ نَافِلَة ل َك‬٧٨ ‫ۡٱلفَ ۡج ِر َكانَ َم ۡش ُهودا‬
َ ‫ع‬
٧٩ ‫ََرب َُّك َمقَاما م ۡح ُمودا‬
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap

malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh

itu disaksikan (oleh malaikat). Dan pada sebahagian malam hari

beribadah tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu;

mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”32

Dalam ayat yang ke-78 dijelaskan shalat yang pokok-pokok (fardhu)

yaitu diwaktu-waktu yang telah ditentukan oleh Allah , diluar yang ini ada

tambahan-tambahan yang menarik dalam hal ini disebutkan di ayat

selanjutnya adalah al-Qur’an menyebutkan kata Nâfilah. Pemberian kata

Nâfilah seperti tambahan dari yang pokok tidak sekedar memberikan isyarat

kepada kita bahwa shalat ini seperti tahajjud dan shalat-shalat lain diluar

yang pokok tidak sekedar diisyaratkan sebagai shalat yang berfungsi

tambahan saja, tapi seakan-akan ada isyarat dari penamaan ini bahwa shalat-

shalat ini sekalipun sifatnya tambahan dari yang pokok tapi ada pahala-

pahala, manfaat-manfaat disini yang melengkapi pahala-pahala, dan

32
Q.S. Al-Isra [17] : 78-79
28

pekerjaan-pekerjaan yang kita tunaikan di ibadah yang pokok. Jikalau kita

tidak mengerjakan, barangkali cukup dengan yang pokok ini, tetapi apabila

ditinggalkan akan merugi, karena manfaat-manfaat, dan pahala-pahala dari

Nâfilah ini bisa melengkapi kekurangan-kekurangan dari ibadah pokok.

Apabila hanya tambahan saja yang sifatnya terlepas dari kelengkapan atau

manfaatnya itu disebutnya Zâdiyah, baik atau buruk seperti meminta

menambah makan itu disebutnya Zâdiyah. Maka dari itu disebut dalam al-

Qur’an Nâfilah berarti ini bukan tambahan biasa, ada sesuatu yang penting

disini yang sifatnya bisa memberikan tambahan-tambahan kebaikan bagi

yang pokok.

Shalat Nâfilah juga disebut dengan shalat tathowwu’, kalimat33

َ -‫ع‬
tathowwu’ berasal dari kata )‫َط ْوعا‬ ُ ‫يَطا‬-‫ع‬ َ ( yang diisytaq menjadi
َ ‫َطا‬

)‫ع‬ َ َ ‫(ت‬, “‫َط ْوعا‬


َ ‫طو‬ َ ” artinya sesuatu ketaatan/patuh/tunduk. Dalam bahasa Arab

usaha untuk menambah (lebih) ketaatan atau kepatuhan ditambahkan huruf

"‫ "ت‬didepannya, usaha untuk menambah ketaatan dengan penuh keseriusan

dan sungguh-sungguh dengan menambah tasydid huruf kedua asal kata

menjadi َ َ ‫ت‬-‫ع‬
)‫طوعا‬ َ ‫يَت‬-‫ع‬
ُ ‫طو‬ َ َ ‫(ت‬. Jadi disebutkan tathowwu’ disini
َ ‫طو‬

memberikan kesan bahwa orang yang mengerjakan shalat tathowwu’ ini

meningkatkan ketaatan kepada Allah .

b. Macam-Macam Shalat Nâfilah

33
Dalam bahasa Arab kata disebut kalimat, dan susunan kata disebut jumlah.
29

1. Shalat Nâfilah Mutlak

Shalat Nafilah mutlak yaitu shalat yang tidak memiliki sebab

tertentu, dan tidak ada batasannya. Tanpa ada batasan jumlah

raka’atnya. Boleh meniatkan dengan jumlah tertentu, boleh juga

tidak. Cukup meniatkan shalat Nâfilah mutlak saja. Jika sudah

mulai mengerjakan shalat Nâfilah mutlak dan meniatkan jumlah

raka’at tertentu, maka boleh mengucapkan salam pada satu raka’at

dan boleh lebih.34

2. Shalat Nâfilah Muqoyyad

Shalat Nâfilah muqoyyad ialah shalat-shalat sunnah yang telah

disebutkan oleh nash tentang pensyariatannya.

a) Shalat Rawâtib

Shalat Rawâtib yaitu shalat-shalat sunnah yang mengiringi

shalat lima waktu (shalat wajib), diantara shalat-shalat sunnah

tersebut ada yang dikerjakan sebelum shalat fardhu dan ini

disebut shalat sunnah qobliyah. Ada pula yang dikerjakan

setelah shalat fardhu, biasa disebut shalat sunnah ba’diyah.

Diantara shalat-shalat sunnah Rawâtib yang mengiringi

shalat fardhu ini ada yang muakkad, yang selalu dikerjakan

Rasulullah  yaitu sebanyak sepuluh raka’at. Diriwayatkan dari

Abdullah bin Umar , ia berkata :

34
Shahih fil Jumlah, Lihat Ta’zhim Qadr ash-Shalah, hal. 180
30

‫ت ََر ْك َعتَي ِْن َق ْب َل‬


ٍ ‫ع ْش َر ََر َك َعا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ‫سل َم‬ ْ ‫َح ِف‬
َ ِ ‫ظتُ ِم ْن الَن ِبي‬
َ ُ‫َصلى ِهَّللا‬

ِ ‫الظ ْه ِر َو ََر ْكعَتَي ِْن بَ ْعدَهَا َو ََر ْك َعتَي ِْن َب ْعدَ ْال َم ْغ ِر‬
‫ب فِي بَ ْيتِ ِه َو ََر ْكعَتَي ِْن‬ ُّ

ُّ ‫َص ََلةِ ال‬


ِ‫صبْح‬ ِ ‫بَ ْعدَ ْال ِعش‬
َ ‫َاء فِي بَ ْيتِ ِه َو ََر ْك َعتَي ِْن قَ ْب َل‬

“Aku menghafal sesuatu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

berupa shalat sunnat sepuluh raka’at yaitu; dua raka’at

sebelum shalat zhuhur, dua raka’at sesudahnya, dua raka’at

sesudah shalat maghrib di rumah beliau, dua raka’at sesudah

shalat isya’ di rumah beliau, dan dua raka’at sebelum shalat

subuh.”35

Ini adalah pendapat Syafi’iyah dan Hanabilah.

Menurut ulama Hanafiah, shalat sunnah Rawâtib muakkad

berjumlah dua belas raka’at, yaitu seperti sepuluh raka’at

sebelumnya. Tetapi shalat sunnah sebelum Zhuhur empat

raka’at. Dasarnya adalah hadits ‘Aisyah , Rasulullah  bersabda

‫سَن ِة بََنَى ِهَّللاُ لَهُ َبيْتا فِي‬


ُّ ‫ع ْش َرة َ ََر ْكعَة ِم ْن ال‬
َ ‫علَى ِث َْنتَ ْي‬
َ ‫َم ْن ثَا َب َر‬

ٍ ‫ْال َجَن ِة أ َ َْربَ ِع ََر َك َعا‬


ُّ ‫ت قَ ْب َل‬
َ‫الظ ْه ِر َو ََر ْك َعتَي ِْن َب ْعدَهَا َو ََر ْك َعتَي ِْن بَ ْعد‬

‫َاء َو ََر ْك َعتَي ِْن قَ ْب َل ْالفَ ْج ِر‬


ِ ‫ب َو ََر ْك َعتَي ِْن َب ْعدَ ْال ِعش‬
ِ ‫ْال َم ْغ ِر‬

35
Diriwayatkan oleh al-Bukhori dalam kitab at-Tahajjud, bab: Dua Raka’at Sebelum Zhuhur,
no.1118, no. 937, no.1165, dan 1172. Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabush Shalatil Musafirin,
bab: Keutamaan Shalat Sunnah Rawâtib no. 729.
31

“Barangsiapa secara konsekuen36 menjalankan shalat sunnah

dua belas raka’at, Allah akan membangunkan baginya rumah

di surga: Empat raka’at sebelum Zhuhur, dua raka’at sesudah

Zhuhur, dua raka’at sesudah Maghrib, dua raka’at sesudah

Isya` dan dua raka’at sebelum Shubuh.”37

Menurut hadist Ibnu ‘Umar, shalat sunnah sebelum Zhuhur

itu dua raka’at, sedangkan menurut hadits Ummu Habibah

empat raka’at. Hal ini tidak dianggap bertentangan, karena

keduanya juga dilakukan oleh Nabi . Jadi shalat sunnah

sebelum Zhuhur, boleh dilakukan dua raka’at, boleh pula empat

raka’at.38

Diantara shalat sunnah Rawâtib ada yang ghairu muakkad

(tidak muakkad). Yaitu dianjurkan mengerjakannya secara

umum, tanpa ada penekanan. Diantarannya shalat sunnah

sebelum Ashar, sebelum Maghrib dan sebelum Isya.39

b) Shalat Dhuha

Shalat Dhuha ialah shalat sunnah yang dilaksanakan pada

waktu Dhuha. Waktu Dhuha adalah ketika matahari mulai naik

36
Yakni dengan tekun dan tekad yang kuat. Lihat Jami’ul Ushul oleh Ibnu Atsir VI: 5
37
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam kitab ash-Shalah, bab: Riwayat Tentang Orang yang Shalat
Sunnah Sehari Semalam 12 Raka’at dan Keutamaannya, no. 414. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah
dalam kitab ash-Shalah bab; Riwayat Tentang 12 Raka’at Shalat Sunnah, no. 1140, dishahihkan oleh
al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi I; 131 dan juga Shahih Ibnu Majah I:188.

38
A. Zakaria, Al-Hidayah, bab: Tentang Beberapa Shalat Sunnat dan Sunnat Rawatib.
39
Lihat, Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qanthani, Kumpulan Shalat Sunnah dan Keutamaanya,
terjemah Abu Umar Basyir, hal.26-28
32

kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi)

hingga waktu Zhuhur. Jumlah raka’at shalat Dhuha minimal dua

raka’at dan maksimal dua belas raka’at.40

Diantara keutamaan shalat Dhuha, bisa mempermudah

urusan setiap muslim sebagaimana pelajaran dari hadist Nu’aim

bin Hammar Al-Ghotofaniy, beliau mendengar Rasulullah 

bersabda,

‫ت ِم ْن أَو ِل‬
ٍ ‫ع ْن أ َ َْر َب ِع ََر َك َعا‬
َ ‫قَا َل ِهَّللاُ َعز َو َجل َيا ابْنَ آدَ َم َلَ ت َ ْع ِج ْز‬

ِ ‫اَر أ َ ْك ِف َك‬
ُ‫آخ َره‬ ِ ‫الَن َه‬
“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah

engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di

waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir

siang.”41

Bahkan shalat Dhuha bisa mengganti sedekah dengan

seluruh persendian yang kita tahu ada 360 persendian pada

tubuh kita. Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam

bersabda,

40
Akhmad Muhaimin, 7 Cara Agar Rezeki Semakin Bertambah dan Barakah, hal. 111.
41
H.R. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451. Syaikh Al Albani
dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih.
33

ٌ‫َصدَقَة‬
َ ‫َصدَقَةٌ َف ُك ُّل تَ ْس ِبي َح ٍة‬
َ ‫سَلَ َمى ِم ْن أَ َح ِد ُك ْم‬
ُ ‫علَى ُك ِل‬
َ ‫ص ِب ُح‬
ْ ُ‫ي‬

‫َصدَقَةٌ َوأ َ ْم ٌر‬ َ ‫َصدَقَةٌ َو ُك ُّل تَ ْك ِب‬


َ ٍ‫يرة‬ َ ‫َصدَقَةٌ َو ُك ُّل تَ ْه ِليلَ ٍة‬
َ ٍ‫َو ُك ُّل تَ ْح ِميدَة‬

‫ئ ِم ْن ُذَ ِل َك‬ َ ‫ع ِن ْال ُم َْن َك ِر‬


ُ ‫َصدَقَةٌ َوي ُْج ِز‬ ٌ ‫َصدَقَةٌ َو َن ْه‬
َ ‫ى‬ ِ ‫ِب ْال َم ْع ُر‬
َ ‫وف‬

ِ َ ‫ََر ْك َعت‬
ُّ ‫ان َي ْر َكعُ ُه َما ِمنَ ال‬
‫ض َحى‬

“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara

kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah)

bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah)

bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah)

bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar)

juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf

(mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang

dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi

(diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2

raka’at”42

c) Shalat Tahajud

Shalat Tahajud atau Qiyamul Lail adalah shalat yang

ditunaikan pada saat malam hari yaitu tepatnya sepertiga

malam, batas waktunya sebelum adzan shubuh berkumandang.

42
H.R. Muslim no. 720
34

Shalat Tahajud ditunaikan setelah bangun tidur di malam hari,

adapun susunan raka’atnya bisa dua raka’at kemudian salam

sampai menuju delapan raka’at kemudian witir, bisa juga empat

raka’at kemudian salam sampai delapan raka’at kemudian

dilanjut shalat witir.

Shalat Tahajud sangat ditekankan oleh Rasulullah 

terutama ketika orang yang sudah terbangun pada waktu malam,

dikabarkan dari Ibn ‘Umar ia berkata : Rasulullah  bersabda :

“Wahai Abdillah! Janganlah engkau seperti fulan, karena

bahwasanya ia telah bangun pada malam hari, tetapi ia

meninggalkan shalat malam (tahajud)”.43

Apabila takut tidak bisa bangun pada akhir malam maka

boleh mendahulukan shalat witir sebelum tidur, tetapi apabila

yakin dan metetapkan didalam hati akan bangun pada akhir

malam untuk menunaikan shalat tahajud kemudian dilanjut

witir pada akhir malam itu lebih utama karena shalat diwaktu

itu disaksikan oleh para malaikat. Sebagaimana hadist yang

diriwayatkan dari Jabir  ia berkata : Rasulullah  bersabda :

“Barangsiapa yang takut tidak bisa bangun pada akhir malam

maka witirlah pada diwaktu awal (sebelum tidur) dan

barangsiapa yang menetapkan untuk bangun pada akhir malam

43
Imam As-Shan’ani. Subulus Salam, Kitab Shalat, bab shalat tathowwu’, hadist Abdillah bin
‘Umar, no.354
35

untuk shalat malam dan kemudian dilanjut witir pada akhir

malam maka shalat akhir itu disaksikan, dan demikian itu lebih

utama.”44

d) Shalat Tahiyatul Masjid

Shalat tahiyatul masjid adalah shalat yang dilakukan

sebanyak dua raka’at dan dikerjakan oleh seseorang ketika

masuk ke masjid. Adapun hukumnya termasuk sunnah

berdasarkan konsesus karena hal itu merupakan hak setiap

orang yang akan masuk ke masjid, sebagaimana dalil-dalil yang

telah disebutkan.45

Disunahkan melakukan tahiyatul Masjid setiap kali masuk

ke Masjid. Hal ini sebagaimana pendapat Imam Nawawi, dan

ini pendapat yang dipilih oleh Ibnu Taimiyah, dan Ahmad bin

Hambal.46

Imam as-Syaukani rahimahullah berpendapat, “Bahwa

shalat Tahiyatul Masjid disyariatkan, meskipun berkali-kali

masuk masjid, sebagaimana secara eksplisit dinyatakan dalam

hadist.47

44
H.R. Muslim. Disyarahkan juga pada Kitab Shalat, bab shalat tahowwu’ hadist-hadist abi sa’id dan
jabir dan ibn ‘Umar, menerangkan bahwa witir diakhir malam itu lebih utama, akan tetapi apabila
takut tidak bisa terbangun pada akhir malam karena telah bekerja terlalu berat (kelelahan) maka
kerjakanlah di awal. Dan makna kalimat masyhuda itu adalah disaksikan oleh malaikat malam dan
malaikat siang.
45
Ibnu Hajar Al-Asqolany mengatakannya dalam Fathul Baari : 2/407
46
Al-Majmu’ : 4/75
47
Nailul Authar : 3/70
36

Shalat Tahiyatul Masjid disyariatkan pada setiap saat, ketika

seseorang masuk masjid dan bermaksud ingin duduk di

dalamnya. Ini merupakan pendapat Imam Asy-Syafi’i dan

Ahmad bin Hambal, yang dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah dan,

Ibnu Baz, dan Ibnu Al-Utsaimin rahimahumullah.

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Qotadah RA.,

Rasulullah  bersabda : “Jika salah seorang dari kalian masuk

masjid, maka hendaklah dia shalat dua raka’at sebelum

duduk.”48

Para ulama sepakat tentang disyariatkannya shalat 2 raka’at

bagi siapa saja yang masuk masjid dan mau duduk di dalam.

e) Shalat Syukrul Wudhu

Dianjurkan bagi orang yang berwudhu melakukan shalat

dua raka’at setelah selesai berwudhu, sebagaimana sabda Rasul

 : “Tidaklah seseorang berwudhu dan menyempurnakan

wudhunya, lalu shalat dua raka’at dengan sepenuh hati dan

jiwa melainkan wajib baginya mendapatkan surga.” 49

E. Adab Mengamalkan Amalan-Amalan Setelah Shalat

1. Mengetahui Hukumnya

Dalam mengamalkan suatu ibadah kita wajib mengikuti apa yang telah

diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, yang semuanya secara sempurna telah

48
H.R. Bukhori no. 537 dan Muslim no. 714
49
H.R. Muslim no. 234
37

disampaikan dan dijelaskan Rasulullah kepada kita. Mengetahui hukumnya

beribadah adalah suatu keharusan karena apabila jika kita hanya bertaklid

buta bisa kemungkinan ada yang benar dan juga tidak benar, sehingga

terjerumus dalam kesesatan. Mengetahui hukum dalam beribadah itu

mempunyai keutamaan yaitu pahala yang di dapat lebih besar ketimbang

hanya ikut-ikutan saja (tanpa mengetahui dalil).

Mengerjakan sesuatu tanpa dalil dan menentang dirinya sendiri dengan

buta dan tuli adalah hukumnya tercela. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
ٓ
َ‫ص َر َو ۡٱلفُ َؤادَ ُك ُّل أ ُ ْو َٰلَئِ َك َكان‬
َ َ‫س لَ َك بِ ِۦه ِع ۡل ُۚ ٌم إِن ٱلس ۡم َع َو ۡٱلب‬ ُ ‫َو ََل ت َ ۡق‬
َ ‫ف َما لَ ۡي‬
٣٦ ‫ع َۡنهُ َم ۡسوَل‬
َ
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan

dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”50

2. Mengamalkan dengan Penuh Keikhlasan dan Mengharap Ridho

Allah

Pokok atau unsur yang penting dari setiap niat ialah ikhlash. Adapun

makna ikhlash itu ialah suci-murni, tidak bercampur dengan yang lain.

Makna ikhlash secara syar’i ialah mengerjakan ibadah atau kebaikan

hanya karena Allah semata-mata dan mengharapkan keridhaan-Nya.

Imam Al-Marzabay menjelaskan, “Seseorang yang mengerjakan

ibadah (shalat) memerlukan empat hal (keadaan), supaya shalatnya

diterima Allah , yaitu :

50
Q.S. Al-Isra [17] : 36
38

1) Hatinya betul-betul hadir.

2) Akalnya turut mempersaksikan.

3) Mematuhi rukun-rukunnya.

4) Tekun (khusyu; anggota-anggotanya.

Barangsiapa yang beribadah tanpa hatinya hadir, maka ibadahnya akan

sia-sia. Barangsiapa yang beribadah sedangkan akalnya tidak turut

mempersaksikan (memikirkan), maka dia adalah pelaksana ibadah yang

lalai. Barangsiapa yang beribadah tanpa mengetahui peraturan-peraturannya

maka ibadahnya itu batal. Siapa yang mengerjakan ibadah (shalat) sedang

anggota-anggota nya tidak khusyu’ maka ibadahnya itu adalah salah.51

F. Tata Cara Mengamalkan Amalan-Amalan Setelah Shalat

Adapun tata cara dan urutan mengamalkan amalan-amalan setelah shalat adalah

sebagai berikut :

1. Berdzikir Setelah Shalat

Amalan setelah shalat yaitu dzikir diantara bentuknya adalah kalimat-

kalimat thoyyibah yang dibacakan ikhlash karena Allah  disertai dengan

pemaknaan setiap kalimat yang diucapkannya itu.

Dzikir sesudah atau setelah shalat adalah di antara dzikir yang mesti kita

amalkan. Selepas menunaikan shalat fardhu lima waktu, seseorang

dianjurkan meluangkan waktu sebentar untuk berdzikir. Amalan ini menjadi

51
Syarah Matan Al-Arba’in an-Nawawiyah, 9.
39

rutinitas (wirid) as-salafus shalih yang memiliki dasar yang kuat dari sunnah

Nabi .

Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar pada Bâbul Adzkâr ba‘dash Shalâh

mengatakan bahwa ulama telah bersepakat (ijma’) tentang kesunnahan dzikir

usai shalat yang ditopang oleh banyak hadits shahih dengan jenis bacaan

yang amat beragam. Satu dzikir yang sangat dianjurkan ialah membaca

Subhânallâh, Alhamdulillâh, dan Allâhu Akbar sebanyak masing-masing

tiga puluh tiga kali (33x). Kemudian ditutup dengan melafalkan lâ ilâha

illallâh lâ syarîka lahu lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alâ kulli

syai‘in qadîr satu kali.52 Orang yang terbiasa melakukan ibadah ini, dosanya

akan diampuni Allah Yang Maha Pengampun meskipun dosanya sebanyak

buih di lautan.53

Usai mengerjakan shalat hendaknya jangan langsung beranjak dari

tempat shalat. Biasakan diri untuk dzikir sejenak dan berdo’a untuk kebaikan

kita di dunia dan akhirat. Sebab dzikir merupakan ibadah yang sangat

dianjurkan saat selesai shalat. Diantara dzikir yang diajarkan Rasulullah

adalah sebagai berikut :

a) Rasulullah  apabila telah selesai menunaikan shalat beliau

mengucapkan istighfar sebanyak tiga kali (3x) kemudian mengucapkan

52
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin pembahasan khusus dzikir dan doa.
53
Ibnu Hajar Al-Asqolany. Bulughul Maram, Bab Dzikir dan Do’a Hadist ke-6.
40

kalimat “Allâhumma anta salâm wa minka salâm tabârakta dzal jalâli

wal ikram”.54

b) Kemudian beliau mengucapkan kalimat “laa ilaha illa-llah wahdahu

laa syarikalah”55

c) Kemudian beliau mengucapkan kalimat thoyyibah yaitu tasbih, tahmid,

dan takbir (Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahuakbar) sebanyak

tiga puluh tiga kali (33x).56

Kemudian beliau membacakan ayat kursi (Q.S. Al-Baqarah ayat 255)

dan membacakan tiga surat terakhir dalam Al-Qur’an yaitu Surat Al-

Ikhlash, Surat Al-Falaq, dan Surat An-Nas.57

2. Berdo’a Setelah Selesai Dzikir

Setelah selesai semua bacaan-bacaan dzikir, dilanjutkan dengan berdo’a

yang sekiranya yang kita mohon tidak ada dalam shalat. Adapun lafadz do’a

yang lebih afdol (utama) ialah mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh

Nabi  ataupun yang ada di dalam al-Qur’an.

Lafadz do’a juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan asalkan tidak

keluar dari syar’i yaitu mendoakan keburukan sesama muslim. Setelah

selesai berdo’a kemudian diiringi dengan shalat sunnah yaitu shalat sunnah

Rawâtib apabila kita telah menunaikan shalat fardhu. Mengenai tata cara

shalat sunnah akan dijelaskan dibawah ini.

54
H.R. Muslim no. 591
55
H.R. Muslim no. 593
56
H.R. Muslim no. 595
57
H.R. Abu Daud no. 1508 dan no. 1523
41

3. Melaksanakan Shalat Sunnah

Setelah selesai berdo’a dilanjutkan dengan shalat sunnah sebagai

penyempurna shalat yang fardhu apabila ada kekurangan, mungkin karena

kurang khusyuk atau ada gangguan tertentu. Shalat sunnah setelah shalat

fardhu biasa dilakukan Nabi diwaktu-waktu tertentu dan jumlah raka’at

yang ditentukan pula.

a. Tata Cara Shalat Rawâtib

Shalat sunnah Rawâtib ada yang dikerjakan sesudah dan sebelum

(beriringan) setelah shalat fardhu lima waktu. Jumlah raka’at shalat sunnah

Rawâtib 12 (dua belas) raka’at atau 10 (sepuluh) raka’at, namun sebaiknya

melaksanakan dua belas raka’at karena lebih afdol, dua belas raka’at itu

terbagi antara lain sebagai mana tabel dibawah ini,

Shalat Rawâtib Muakkad


Shalat
Qobliyah Ba’diyah
Shubuh 2 Raka’at -
Zhuhur 2 atau 4 Raka’at 2 Raka’at
Maghrib - 2 Raka’at
Isya - 2 Raka’at

b. Tata Cara Shalat Dhuha

Shalat dhuha lebih utama dilaksanakan ketika anak-anak unta mulai

kepanasan58 yaitu pada saat pukul 09.00 boleh juga pada saat matahari

mulai meninggi yaitu sekitar jam 07.00. Batas akhir waktu shalat dhuha

adalah ketika sebelum waktu dilarang shalat yaitu ketika matahari tepat

58
H.R. Muslim 748
42

berada tegaklurus di atas kepala kita. Adapun pelaksanaannya bisa

dilakukan minimal dua raka’at dan maksimal dua belas rakat dengan

salam disetiap dua raka’at.

c. Tata Cara Shalat Tahajjud

Shalat Tahajud dilaksanakan ketika waktu setengah malam atau

seperempatnya59. Batas waktunya sebelum adzan shubuh. Adapun

jumlah raka’atnya adalah 8 (delapan) raka’at dengan susunan 2 (dua)

raka’at salam sampai 8 (delapan) raka’at, maupun 4 (empat) raka’at

salam sampai 8 (delapan raka’at dan 3 (tiga) raka’at witir kemudian

salam (tidak ada tasyahud awal).

d. Tata Cara Shalat Tahiyatul Masjid

Shalat tahiyatul masjid dilaksanakan ketika memasiki masjid

dengan syarat mempunyai wudhu terlebih dahulu. Waktu shalat

tahiyatul masjid itu bebas asalkan tidak dalam waktu dilarang shalat

yaitu ; ketika matahari terbit, ketika matahari di tengah-tengah, dan

ketika matahari tenggelam.60 Adapun jumlah raka’atnya yaitu dua

raka’at kemudian salam.

e. Tata Cara Shalat Syukrul Wudhu

Syukrul wudhu ialah shalat yang dilaksanakan ketika sesudah

wudhu. Adapun jumlah raka’atnya ialah dua raka’at.

G. Keutamaan Amalan-Amalan Setelah Shalat

59
Lihat Q.S. Al-Muzzammil ayat 3
60
H.R. Muslim I/568 no. 831.
43

1. Keutamaan Secara Keseluruhan

Keutamaan amalan-amalan setelah shalat secara keseluruhan ialah

sebagaimana yang telah dijelaskan, yaitu dapat melengkapi dan

menyempurnakan shalat wajib kita, serta dapat menjadikan penyelamat dari

api neraka di hari akhir nanti. Semoga Allah senantiasa selalu memberikan

perlindungan kepada kita. Âmien.

2. Keutamaan Secara Khusus

Bahwa dalam setiap amalan-amalan setelah shalat terdapat banyak dalil

khusus yang menunjukan setiap amalan-amalan sunnah setelah shalat.

Diantaranya yaitu :

a. Keutamaan Berdzikir

1) Allah akan senantiasa menjaga kita apabila kita selalu berdzikir

kepadanya.61

2) Hati dan jiwa akan semakin hidup. Ibnul Qoyyim pernah mendengar

gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : “Dzikir pada hati

semisal air yang dibutuhkan oleh ikan. Lihatlah apa yang terjadi

jika ikan itu lepas dari air?.”

3) Dinaungi oleh malaikat dan diliputi rahmat, serta mereka akan

disebut-sebut oleh Allah di antara makhluk yang ada di dekat-Nya62

4) Terhindar dari kesengsaraan, karena sebab kesengsaraan adalah

luput dari berdzikir kepada Allah.63

61
Dalil : Q.S. Al-Baqarah [2] : 152
62
Bulughul Maram, Bab Dzikir dan Do’a, hadist dari Abu Hurairah, hal. 394 terjemah : Harun Zen
& Zenal Muttaqin. Jabal. Bandung. 2011. Diriwayatkan juga oleh Muslim no. 2700.
63
Dalil : Q.S. Al-Hasyr [59] : 19
44

b. Keutamaan Berdo’a

1) Do’a adalah sebagai tanda ketaatan hamba kepada sang Rabbnya

yaitu Allah ‘Azza wa Jalla.64

2) Do’a adalah sebab untuk mencegah bala bencana.

3) Do’a dapat menghindarkan dari kejelekan.

4) Do’a adalah sebab kuat dan semakin mendapat pertolongan Allah.

5) Do’a adalah sebagai peredam murka Allah. Nabi  bersabda :

‫علَ ْي ِه‬ َ ‫َم ْن لَ ْم َيسْأَل هللا َي ْغ‬


َ ْ‫ضب‬
“Barang siapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah

akan murka kepadanya.”65

c. Keutamaan Shalat Tathowwu’ atau Nafilah

Selain dapat menyempurnakan dan melengkapi shalat yang wajib

keutamaan shalat tathowwu’ beragam sebagaimana dalil yang

menyebutkan secara khusus, diantaranya ragam keutamaan shalat

tahowwu’ adalah :

1. Keutamaan Shalat Dhuha

1) Menandakan sebagai orang yang awwabîn (orang-orang yang

kembali taat)

2) Mempermudah urusan yang akan datang, serta melancarkan

rezeki, dan akan dicukupi urusan di akhir siang. Dari Nu’aim

64
H.R. Abu Daud no. 1479
65
H.R. Tirmidzi no. 3373. Syaikh Al-Albani menyatakan hadist ini hasan.
45

bin Hammar Al-Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah 

bersabda :

‫ت ِم ْن أَو ِل‬
ٍ ‫ِهَّللا َع ز َو َج ل َي ا ابْ َن آ َد َم ََل َت ْع ِج ْز َع ْن َأ َْر َب ِع ََر َكعَا‬
ُ ‫ال‬ َ ‫َق‬

ِ ‫اَر أ َ ْك ِف َك‬
ُ‫آخ َره‬ ِ ‫الَن َه‬
“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau

tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu

Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.”66

3) Mendapatkan pahala seperti haji dan umroh yang sempurna,

Dari Anas bin Malik, Rasulullah  bersabda,

ْ َ ‫ع ٍة ثُم َق َعدَ َي ْذ ُك ُر هللا َحتى ت‬


ُ ‫طلُ َع الش ْم‬
‫س‬ َ ‫َم ْن َصلى ْالغَدَاة َ فِي َج َما‬

‫ قال قال َرسول‬.ٍ‫ع ْم َرة‬ ْ ‫َت َلهُ َك‬


ُ ‫أج ِر َحج ٍة َو‬ َ ‫ثُم‬
ْ ‫َصلى ََر ْك َعتَي ِْن َكان‬

.‫هللا – َصلى هللا عليه و سلم – تَأم ٍة تَأم ٍة تَأم ٍة‬

“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara

berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga

matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at,

maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umrah.”

Beliaupun bersabda : “Pahala yang sempurna, sempurna, dan

sempurna.”67

2. Keutamaan Shalat Rawâtib

66
H.R. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451. Syaikh Al
Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih.
67
H.R. Tirmidzi no. 586. Syaikh Al Albani menyatakan hadist ini hasan.
46

1) Dibangunkan rumah di surga bagi yang mengamalkannya.

Diriwayatkan dari ‘Aisyah , Rasulullah  bersabda :

‫سَن ِة بََنَى ِهَّللاُ لَهُ َبيْتا فِي‬


ُّ ‫ع ْش َرة َ ََر ْكعَة ِم ْن ال‬
َ ‫علَى ِث َْنتَ ْي‬
َ ‫َم ْن ثَا َب َر‬

ٍ ‫ْال َجَن ِة أ َ َْربَعِ ََر َك َعا‬


ُّ ‫ت قَ ْب َل‬
َ‫الظ ْه ِر َو ََر ْك َعتَي ِْن َب ْعدَهَا َو ََر ْك َعتَي ِْن َب ْعد‬

‫َاء َو ََر ْك َعتَي ِْن قَ ْب َل ْالفَ ْج ِر‬


ِ ‫ب َو ََر ْك َعتَي ِْن بَ ْعدَ ْال ِعش‬
ِ ‫ْال َم ْغ ِر‬
“Barangsiapa secara konsekuen68 menjalankan shalat sunnah

dua belas raka’at69, Allah akan membangunkan baginya rumah

di surga: Empat raka’at sebelum Zhuhur, dua raka’at sesudah

Zhuhur, dua raka’at sesudah Maghrib, dua raka’at sesudah

Isya` dan dua raka'at sebelum Shubuh.”70

2) Allah akan menghalangi baginya dari neraka.71

3) Allah akan memberikan rahmat bagi yang mengamalkannya.72

4) Shalat Rawâtib qobla shubuh lebih baik daripada dunia dan

seisinya.73

3. Keutamaan Shalat Tahajjud

1) Bahwa melaksanakan shalat tahajud disaksikan oleh malaikat.

68
Yakni dengan tekun dan tekad yang kuat. Lihat Jami’ul Ushul oleh Ibnu Atsir VI: 5
69
Dalam riwayat lain ada yang menyebutkan sepuluh raka’at, maka boleh seorang muslim memilih
untuk mengamalkan yang 10 atau 12, namun yang 12 raka’at itu lebih afdhol.
70
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam kitab ash-Shalah, bab: Riwayat Tentang Orang yang Shalat
Sunnah Sehari Semalam 12 Raka’at dan Keutamaannya, no. 414. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah
dalam kitab ash-Shalah bab; Riwayat Tentang 12 Raka’at Shalat Sunnah, no. 1140, dishahihkan oleh
al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi I; 131 dan juga Shahih Ibnu Majah I:188.
71
H.R. Ahmad VI: 326, H.R. Abu Daud dalam kitab at-Tathowwu’, bab: Empat Raka’at sebelum dan
sesudah shalat Zhuhur, no. 1269.
72
H.R. Ahmad II: 117.
73
Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shalatul Musafirin, bab: Dianjurkannya Shalat Dua Raka’at
Sebelum Shubuh.
47

2) Waktu shalat tahajud (sepertiga malam) adalah waktu ketiga

hendak pelaporan amal manusia.

3) Shalat tahajud membuat akal, jiwa, dan anggota badan sehat.

4. Keutamaan Shalat Tahiyatul Masjid

1) Diizinkan masuk surga oleh Allah.

2) Menjadikan pribadi yang taat dan menghormati pemilik masjid

yaitu Allah ‘Azza wa Jalla.

5. Keutamaan Shalat Syukrul Wudhu

1) Diizinkan masuk surga oleh Allah.

2) Membuat wajah bersih karena sering berwudhu.

3) Kelak di akhirat nanti wajahnya akan bersinar karena

memperbanyak wudhu. 74

74
H.R. Bukhori no. 136 dan Muslim no. 246.

Anda mungkin juga menyukai