Disusun oleh:
Hadi Indrawan 1805364
Marhab Musaid 1807482
Risa Permatasari 1603746
Yanda Mochamad H. 1800259
Kelompok 2 PTE-A
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Seminar Pendidikan Agama Islam.
Makalah yang berjudul “Pandangan Mahasiswa Muslim DPTE Terhadap
Alat Potong Ayam Otomatis” ini bermuatan pemahaman mahasiswa Muslim
DPTE tentang hukum penyembelihan hewan dan permasalahan mengenai alat
pemotong mekanis untuk memberikan sedikit wawasan khususnya terhadap
rekan-rekan mahasiswa Muslim DPTE.
Selama penyusunan makalah ini, kami menghadapi banyak hambatan.
Namun dengan bantuan dari berbagai pihak, hambatan tersebut dapat diatasi
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang senantiasa memberikan dukungan semangat, doa, dan
materi selama proses penyusunan makalah.
2. Bapak Prof. Dr. H. Endis Firdaus, M. Ag. selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam.
3. Teman-teman seperjuangan PTE A 2018.
4. dan pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari proses penyusunan dan penulisan makalah ini belum
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat secara khusus
bagi kami dan pembaca pada umumnya.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
1.3. Manfaat Penelitian.........................................................................................3
1.4. Metode Penelitian..........................................................................................3
1.5. Sistematika Penulisan....................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................4
2.1. Pengertian dan Hukum Penyembelihan Hewan............................................5
2.2. Cara Kerja Mesin Potong Ayam Otomatis....................................................8
2.3. Permasalahan Stunning Pada Penyembelihan Hewan untuk Dikonsumsi....9
2.4. Fatwa MUI Tentang Penyembelihan Hewan Secara Mekanis....................10
2.5. Batas Keterpaksaan Dalam Memakan Makanan Haram.............................11
2.6. Manfaat Memakan Makanan yang Halal....................................................13
2.7. Bahaya Memakan Makanan yang Haram...................................................14
2.8. Hasil Penelitian............................................................................................15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................4
3.1. Jenis Penelitian..............................................................................................5
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................8
3.3. Popolasi dan Sampel Penelitian....................................................................8
3.4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data.............................................................8
BAB IV PENUTUP..............................................................................................19
4.1. Kesimpulan..................................................................................................19
4.2. Kritik dan Saran...........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
ُةBَوْ َذةُ َو ْال ُمتَ َر ِّديBBُةُ َو ْال َموْ قBَه َو ْال ُم ْنخَ نِقBٖ Bِت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ ْن ِزي ِْر َو َمآ اُ ِه َّل لِ َغي ِْر هّٰللا ِ ب
ْ ُح ِّر َم
قٌ ۗ Bااْل َ ْزاَل ۗ ِم ٰذلِ ُك ْم فِ ْسBِ ُموْ ا بBب َواَ ْن تَ ْستَ ْق ِس ِ Bص ُ َُّوالنَّ ِط ْي َحةُ َو َمآ اَ َك َل ال َّسبُ ُع اِاَّل َما َذ َّك ْيتُ ۗ ْم َو َما ُذبِ َح َعلَى الن
ُ ت لَ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم َواَ ْت َم ْم
ت َعلَ ْي ُك ْم ُ وْ َم اَ ْك َم ْلBBَوْ ۗ ِن اَ ْليBاخ َش َ اَ ْليَوْ َم يَ ِٕى
ْ وْ هُ ْم َوBرُوْ ا ِم ْن ِد ْينِ ُك ْم فَاَل ت َْخ َشBَس الَّ ِذ ْينَ َكف
وْ ٌرBBُا ِ َّن هّٰللا َ َغفBَف اِّل ِ ْث ۙ ٍم ف
ٍ ِ انB َر ُمتَ َجB ٍة َغ ْيBص َ طُ َّر فِ ْي َم ْخ َمBاض ْ ا فَ َم ِنBۗ Bًْت لَ ُك ُم ااْل ِ ْساَل َم ِد ْين
ُ ضي ِ نِ ْع َمتِ ْي َو َر
َّر ِح ْي ٌم
1
binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan
pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi
nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik.
Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu
untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku
ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar,
bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.”
Oleh karena itu, kami tertarik membahas hal tersebut dan menuliskannya
dalam makalah yang berjudul “Pandangan Mahasiswa Muslim DPTE Terhadap
Alat Potong Ayam Otomatis”. Dengan demikian, besar harapan dari makalah ini
dapat bermanfaat dan menjadi pedoman kecil bagi Umat Islam khususnya rekan-
rekan mahasiswa Muslim di lingkungan DPTE FPTK UPI dalam
menyempurnakan amal dan ibadahnya kepada sang Khaliq Allah SWT.
2
3. Untuk mengetahui hukum mengkonsumsi hewan ternak yang disembelih
dengan mesin.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
4
menyebut nama Allah Swt. maka itu dilarang. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
ا ِدلُوْ ُك ْمBا ِٕى ِه ْم لِي َُجBۤ Bَق َواِ َّن ال َّش ٰي ِط ْينَ لَيُوْ حُوْ نَ اِ ٰلٓى اَوْ لِي
ٌ ۗ َواَل تَْأ ُكلُوْ ا ِم َّما لَ ْم ي ُْذ َك ِر ا ْس ُم هّٰللا ِ َعلَ ْي ِه َواِنَّهٗ لَفِ ْس
ࣖ َط ْعتُ ُموْ هُ ْم اِنَّ ُك ْم لَ ُم ْش ِر ُكوْ ن
َ َۚ َواِ ْن ا
“Dan janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan) yang (ketika
disembelih) tidak disebut nama Allah, perbuatan itu benar-benar suatu
kefasikan. Sesungguhnya setan-setan akan membisikkan kepada kawan-
kawannya agar mereka membantah kamu. Dan jika kamu menuruti
mereka, tentu kamu telah menjadi orang musyrik.” (Q.S. Al-An’am [6]:
121).
Adapun dalam masalah pemotongan urat leher hewan yang ingin disembelih
terdapat perbedaan pendapat di kalangan mazhab-mazhab fikih, sesuai dengan
perbedaan tentang bagian yang wajib dipotong dalam penyembelihan tersebut.
Menurut Wahbah Zuhaili pada kitabnya Fiqh Islam Wa Adillatuhu dalam
(Rizaldi, 2017) menyebutkan bahwa menurut Mazhab Hanafi dan Maliki,
penyembelihan adalah memotong urat-urat kehidupan yang ada pada hewan itu,
yaitu empat buah urat tenggorokan, kerongkongan, dan dua urat besar yang
terletak di bagian samping leher. Letak penyembelihan itu sendiri adalah di antara
bagian bawah leher, dengan tempat tumbuhnya jenggot yaitu tulang rahang
bawah.
5
Sedangkan menurut Mazhab Syafi`i dan Hanbali, penyembelihan adalah
tindakan menyembelih mewan tertentu yang boleh dimakan dengan cara
memotong tenggorokan dan kerongkongannya. Adapun posisi dan lokasi
pemotongan itu bisa dibagian bawah leher (Al-Halq) atau di bagian bawah leher
(labbah). Atau di situasi yang tidak memungkinkan dilakukannya penyembelihan
di leher, maka dilakukan penikaman dibagian mana saja dari tubuh hewan itu.
Dari penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan syarat penyembelihan
adalah:
1. Terputusnya tenggorokan, kerongkongan, dan dua urat leher. Ini adalah
keadaan yang terbaik. Jika terputus empat hal ini maka sembelihannya
halal menurut semua ulama.
2. Terputusnya tenggorokan, kerongkongan, dan salah satu urat leher.
Sembelihannya benar, halal, dan boleh dimakan, meskipun keadaan ini
derajatnya di bawah kondisi yang pertama.
3. Terputusnya tenggorokan dan kerongkongan saja, tanpa dua urat leher.
Sebagian ulama berpendapat bahwa sembelihannya halal. Ini merupakan
pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini.
6
potong ayam yang halal yang terdapat pada salah satu Rumah Potong Ayam
(RPA) milik PT Matahari Abadi Panganindo di Cakung, Jakarta Timur. Berikut
adalah langkah-langkah pemrosesan potong ayam halal secara otomatis:
1. Ayam-ayam yang masih hidup didatangkan dari peternak
2. Setelah ayam hidup tiba di RPA, setiap ekor ayam digantungkan di mesin
penggantung dengan cara terbalik.
3. Pada saat digantung, ayam kemudian dilakukan proses stunning
(penyetruman) hingga tak sadarkan diri menggunakan alat penyetrum
dengan daya 12 V dan 4 A. Ayam dikondisikan supaya tetap hidup.
4. Kemudian, proses itu dilanjutkan dengan penyembelihan. Karena ayam
dipotong secara halal, maka penyembelihan masih dilakukan secara
manual dengan memutus tiga saluran utama, yaitu pembuluh darah,
kerongkongan, dan esofagus. Setelah itu, jeroan ayam akan dikeluarkan.
Dalam RPA mesin adalah penggerak utama, namun soal sembelih-
menyembelih, tetap di tangan manusia. Bayangkan mesin yang bergerak cepat,
sementara penyembelih dituntut untuk selalu mengucap Basmallah setiap kali
menyayat leher hewan. Dengan demikian perlu keterampilan khusus agar sekali
sayatan di leher ayam sudah langsung memotong nadi leher, esofagus dan trakea.
Pembacaan Basmallah pun sempat menjadi pekerjaan rumah bagi MUI, pada
1985 silam. Awalnya tutur MUI pernah memfatwakan penggunaan kaset yang
akhirnya dicabut kembali sebab pada dasarnya mengucap basmallah harusnya si
penyembelih, bukan orang lain.
Akhirnya, MUI mengeluarkan fatwa lebih baik. Penyembelih yang akan
bekerja di RPA, selain seorang Muslim, ia harus sudah mendapat sertifikasi MUI.
Sebelum bertugas melakukan penyembelihan dengan cepat, si pemotong
diwajibkan berniat, membaca doa dan Basmallah.
7
hewan itu pingsan dan agar mudah untuk disembelih. Stunning secara
konvensional digunakan dalam industri perternakan untuk mencapai imobilisasi
dan membuat hewan pingsan sebelum disembelih (Murphy, 1987) Menjadi suatu
permasalahan pada saat proses stunning itu termasuk ke dalam bentuk penyiksaan
hewan ataukah tidak.
Bila kita tilik kembali lagi Surat Al-Maidah (5): Ayat 3. Allah Swt.
berfirman:
ُةBBَت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ ْن ِزي ِْر َو َمآ اُ ِه َّل لِ َغي ِْر هّٰللا ِ بِ ٖه َو ْال ُم ْن َخنِقَةُ َو ْال َموْ قُوْ َذةُ َو ْال ُمتَ َر ِّدي
ْ ُح ِّر َم
.…َوالنَّ ِط ْي َحةُ َو َمآ اَ َك َل ال َّسبُ ُع اِاَّل َما َذ َّك ْيتُ ۗ ْم
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa binatang yang sekarat, apapun
sebabnya, baik karena tercekik, terpukul, jatuh, ditanduk, atau diterkam binatang
buas. Selama dia bisa disembelih dan mati karena disembelih maka statusnya
halal. Sehingga kecelakaan apapun yang menyebabkan binatang itu sekarat, harus
menyisakan hidup. Dalam arti, dia bisa bertahan hidup. Sehingga kita bisa
memastikan bahwa binatang ini mati karena kita sembelih, bukan mati karena
kecelakaan. Proses stunning membuat pingsan hewan sebelum disembelih
hukumnya berlaku sebagaimana ayat di atas. Selama stunning itu tidak
membunuh binatang, hanya pingsan, setelah disembelih secara syar’i, maka
statusnya halal. Tentunya binatang tersebut adalah binatang yang tidak
diharamkan oleh Allah Swt. untuk dikonsumsi.
8
Mendengar : Penjelasan lisan dan kemudian disusul dengan tertulis (lampiran II)
dari Pimpinan PD Dharma Jaya tentang cara-cara penyembelihan hewan dengan
sistem mekanisasi pemigsanan yang menggambarkan :
Mengingat :
9
2.5. Batas Keterpaksaan Dalam Memakan Makanan Haram
Bagaimana hukumnya bila tidak mengetahui tata cara penyembelihan dari
daging hewan tersebut? Terdapat suatu hadist yang menyerupai seperti kasus ini
di dalam hadist dari Aisyah Radhiyallahu Anhaa dari Nabu Saw. beliau bersabda:
ِإ َّن قَوْ ًما يَْأتُونَا بِاللَّحْ ِم اَل نَ ْد ِري َأ ُذ ِك َر ا ْس ُم هَّللا ِ َعلَ ْي ِه َأ ْم اَل: صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ َأ َّن قَوْ ًما قَالُوا لِلنَّبِ ِّي
ِديثِيBانُوا َحBB َو َك: ديثBBة الحBBا راويBBَ َي هَّللا ُ َع ْنهBض ْ َ قَال. ُ َس ُّموا َعلَ ْي ِه َأ ْنتُ ْم َو ُكلُوه: فَقَا َل،
ِ ت عَاِئ َشةَ َر
َع ْه ٍد بِ ْال ُك ْف ِر
“Bahwasanya ada suatu kaum yang berkata kepada Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sesungguhnya ada satu kelompok
manusia yang datang kepada kami dengan membawa daging, kami
tidak tahu apakah disembelih atas nama Allah ataukah tidak? Maka
beliau menjawab: “Sebutlah nama Allah oleh kamu atasnya dan
makanlah”. Aisyah menjawab, “Mereka pada saat itu masih baru
meninggalkan kekufuran”. (H.R. Bukhori No. 5083) dalam (Masyhar,
2011).
Dari sabda Nabi Saw. di atas maka tidak mengapa apabila kita tidak
mengetahui kehalalan daging hasil sembelih tersebut dengan syarat membaca
Basmallah. Namun dengan catatan bahwa pada kasus tersebut adalah saat baru
meninggalkan kekufuran dalam artian masih sedang dalam tahap mengenal
Islam. Menjadi persoalan bagi kita yang telah mengetahui ilmu Islam untuk
mempertegas suatu keadaan dan menjauhi keragu-raguan karene memang sudah
mengenal ilmu Islam. Setidaknya ada usaha mempertanyakan lagi kehalalan
daging yang belum diketahui.
Sebagaimana hadist dari Nu’man bin Basyir RA. dari Nabi Saw. beliau
bersabda:
ت ُّ اس فَ َم ِن اتَّقَى
ِ بُهَاB الش ٌ َِإ َّن ْال َحالَ َل بَي ٌِّن َوِإ َّن ْال َح َرا َم بَي ٌِّن َوبَ ْينَهُ َما ُم ْشتَبِه
ِ َّي ٌر ِمنَ النBBِات الَ يَ ْعلَ ُمه َُّن َكث
وْ َل ْال ِح َمىBرْ عَى َحBBَالرَّا ِعى يBB َر ِام َكB َع فِى ْال َحBَت َوق ُّ َع فِىBَ ِه َو َم ْن َوقBض
ِ بُهَاBالش ِ ْ ِه َو ِعرBِا ْستَب َْرَأ لِ ِدين
ِ ك ِح ًمى َأالَ َوِإ َّن ِح َمى هَّللا ِ َم َح
ُار ُمه ٍ ِك َأ ْن يَرْ تَ َع فِي ِه َأالَ َوِإ َّن لِ ُكلِّ َمل
ُ يُو ِش
“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas.
Di antara keduanya terdapat perkara syubhat (yang masih samar) yang
tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barang siapa yang menghindar
10
kan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan
kehormatannya. Barang siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat,
maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada
pengembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan
yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah
larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara
yang diharamkan-Nya.” Hadist Riwayat Bukhori dan Muslim) disadur
dari buku tarjamah Bulughul Maram Bab Zuhud dan Wara’ dalam
(Hassan, 2003).
11
tetapi jika suatu yang syubhat tersebut mengarah pada hal haram maka hal tersebut
tentu menjadi suatu hal yang bahaya bagi diri manusia.
Penjelasan di atas juga dilandasi oleh sabda Nabi Saw. beliau bersabda:
أال وهي القلب، وإذا فسدت فسد الجسد كله،وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله
12
“Ketahuilah bahwa didalam tubuh (manusia) terdapat segumpal
daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika ia
rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Maka ketahuilah bahwa
segumpal daging itu adalah hati”. Hadist Riwayat Bukhori dan
Muslim) disadur dari buku tarjamah Bulughul Maram Bab Zuhud
dan Wara’ dalam (Hassan, 2003).
أال وهي،د كلهBBد الجسBBدت فسBB وإذا فس،هBBد كلBBلح الجسBBلحت صBBوإن في الجسد مضغة إذا ص
القلب
13
Dengan hasil penelitian yang demikian, seakan-akan Allah swt. melarang manusia
untuk tidak mengonsumsi barang-barang tertentu bukan hanya agar manusia
tunduk terhadap segala perintahNya, tetapi demi kebaikan manusia itu sendiri.
Maka dari, haruslah selalu disadari bahwa segala larangan Allah Swt. kembalinya
kepada diri manusia itu sendiri.
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian kecil ini adalah penelitian
kuantitatif di mana data penelitian berupa angka-angka yang dianalisis tiap
nilainya. Penelitian ini juga memakai metode penelitian deskriptif untuk
menggambarkan keterkaitan hasil penelitian dengan variabel yang lain. Penulis
menyebarkan kuesioner mengenai pemahaman hukum memakan daging
sembelihan dalam Islam di lingkungan mahasiswa Muslim DPTE FPTK UPI.
Kuesioner yang diberikan menggunakan pertanyaan dan opsi pilihan yang terukur.
3.2.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diberikan kepada mahasiswa Muslim jurusan elektro di
lingkungan DPTE FPTK UPI. Penyebaran tautan kuesioner daring dilakukan pada
Kamis, 24 September 2020 dan akses ditutup pada Jumat, 25 September 2020.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah kepada mahasiswa Muslim jurusan
elektro di lingkungan DPTE FPTK UPI.
3.4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Penelitian yang dilaksanakan berjudul “Pandangan Mahasiswa Muslim DPTE
Terhadap Alat Potong Ayam Otomatis”. Penelitian ini hanya memiliki satu
variabel. Maka dari itu, stimulus pada penelitian ini adalah berupa “Hukum
Penyembelihan Hewan Menggukanan Alat Mekanis” dengan respon “Pemahaman
Hukum Penyembelihan dalam Islam”.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran
kuesioner secara daring menggunakan media google form. Instrumen penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diisi oleh reponden
dengan pemahaman dan opini masing-masing responden. Di awal kuesioner
penulis mengajukan pertanyaan mengenai informasi personal seperti nama
responden, institusi, jurusan. Dalam intrumen tertulis pertanyaan mengenai
pemahaman agama sebanyak 9 pertanyaan. Berikut adalah tabel mengenai
indikator soal kuesioner yang diberikan pada responden oleh peneliti.
15
Tabel 3.1 Indikator Pemahaman Generasi Muslim Milenial terhadap
Pluralisme Agama di Lingkungan Pergaulan Sehari-Hari.
No
Indikator Soal Pertanyaan Kuesioner
.
Presentase konsumen daging
1 Apakah anda konsumen daging ayam?
ayam
Presentase pemahaman tentang Apakah anda mengetahui hukum
2 hukum penyembelihan dalam penyembelihan hewan sesuai aturan
hewan Islam?
Mengetahui pengamalan hukum Bagaimana sikap anda tentang
3 Islam penyembelihan ayam harus sesuai
dengan hukum Islam?
Pemahaman batasan darurat Jika proses penyembelihan tidak
4 sesuai syariat Islam maka daging ayam
yang kita peroleh menjadi tidak halal.
Pemahaman batasan darurat Mengapa anda memilih jawaban
5
tersebut?
Pemahaman teknologi pangan Apakah anda mengetahui cara kerja
6
mesin pemotong ayam otomatis?
Pemahaman penggunaan Apakah anda setuju penyembelihan
7 teknologi pangan dalam Islam ayam dengan penggunaan mesin
pemotong ayam otomatis?
Refleksi penggunaan teknologi Alasan jika tidak setuju
8
pangan dalam Islam
Pemahaman tentang kehalalan Apa tanggapan anda mengenai
makanan memakan makanan yang tidak
9 diketahui tata cara penyembelihannya
dan tanggapan anda tentang mesin
pemotong ayam otomatis?
16
Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti mengolah data yang terkumpul
dengan metode analisis data deskriptif.
BAB IV
LAPORAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, karena survei yang dilakukan yaitu dengan menggunakan angket
pertanyaan yang memuat pertanyaan-pertanyaan mengenai pemahaman
mahasiswa Muslim tentang hukum penyembelihan hewan dalam Islam di
lingkungan DPTE FPTK UPI. Pelaksanaan survei via Google Form yang
disebarkan secara dalam jaringan (online).
17
18
19
4.2.1. Pemahaman Mahasiswa Muslim DPTE Tentang Hukum Islam dalam
Penyembelihan Hewan
Pada riset kecil ini kami menyebarkan angket mengenai “Pemahaman
Mahasiswa Muslim DPTE Tentang Hukum Islam dalam Penyembelihan Hewan”,
angket yang disebarkan berjumlah 44 angket dengan jumlah responden yang
menjawab hanya 43. Data tersebut dijadikan sebagai pembahasan penulisan
makalah ini.
Dari hasil angket pertanyaan yang disebar didapatkan data bahwa 43 dari 44
responden menjawab 97.7% menjawab mereka adalah konsumen daging ayam,
kemudian ketika ditanyakan mengenai pemahaman mereka mengenai hukum
penyembelihan hewan sesuai aturan Islam 95.3% dari 43 responden menjawab
memahami tentang hukum penyembelihan hewan sesuai dengan syariat.
Selanjutnya, tentang sikap penyembelihan haruslah sesuai dengan hukum Islam
ada 2.3% menjawab tidak setuju, kemudian ketika ditanyakan permasalahan
kehalalan daging ayam yang disembelih tidak sesuai syariat Islam 11.6%
menjawab tidak setuju bahwa daging yang tidak disembelih sesuai syariat menjadi
tidak halal.
20
penggunaan mesin pemotong ayam otomatis dengan alasan prosedur
pemotongannya sesuai dengan syariat. Sedangkan 8 responden menjawab tanpa
alasan.
Dari data yang didapat maka diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa
Muslim DPTE adalah konsumen daging ayam, sebagian besar juga mengetahui
tentang hukum Islam dalam penyembelihan hewan khususnya ayam sebagai
syarat halal untuk dikonsumsi, namun yang masih menjadi pertentangan adalah
pada penggunaan alat mekanis untuk menyembelih hewan. Pendapat tersebut
terbagi menjadi dua pendapat yang hasilnya hampir mencapai skala persentase
55.8% tidak setuju dan 44.2% setuju.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Kamus Dewan dalam (Zain, 2019) kata penyembelihan berarti
perbuatan menyembelih/pemotongan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) kata penyembelihan adalah memotong atau menggorok leher.
Adapun dalam bahasa Arab penyembelihan terdapat beberapa kata sinonim
namun berbeda terminologinya di antaranya yaitu: Al-Zabhu, An-Nahru, dan
Al-’Aqru. Pengertian terminologi ketiganya dijelaskan dalam (Abduh, 2002)
disebutkan bahwa penyembelihan dibagi kepada tiga bagian yaitu:
22
pemotongan itu bisa dibagian bawah leher (Al-Halq) atau di bagian bawah leher
(labbah). Atau di situasi yang tidak memungkinkan dilakukannya penyembelihan
di leher, maka dilakukan penikaman dibagian mana saja dari tubuh hewan itu.
Semakin pesat perkembangan teknologi dan tuntutan pasar maka tidak bisa
dipungkiri, kebutuhan masyarakat akan konsumsi daging adalah bagian dari geliat
ekonomi sehari-hari. Bagi masyarakat Muslim, konsumsi daging di Indonesia
biasa terkait dengan pengelolaan sembelihan ayam, kambing dan sapi. Selain itu,
daging juga kerap diperlukan dalam usaha industri skala besar. Hal ini
menunjukkan prinsip sederhana ekonomi bahwa mesti ada banyak suplai, saat
demand atau kebutuhan meningkat. Penyediaan daging skala besar pada industri,
memerlukan prinsip efisiensi dalam pengolahan dan penyembelihan. Penggunaan
mesin pemotong otomatis adalah hal yang sangat dibutuhkan, manfaat yang
didapatkan juga begitu besar di mana dengan penggunaan alat dapat menghemat
tenaga, waktu, dan biaya.
23
2017). Dengan hasil penelitian yang demikian, seakan-akan Allah swt. melarang
manusia untuk tidak mengonsumsi barang-barang tertentu bukan hanya agar
manusia tunduk terhadap segala perintah-Nya, tetapi demi kabaikan manusia itu
sendiri. Maka dari, haruslah selalu disadari bahwa segala larangan Allah Swt.
kembalinya kepada diri manusia itu sendiri.
Demikian makalah ini kami susun. Terima kasih atas antusias dari
pembaca yang telah bersedia dan mau menelaah juga mengimplementasikan isi
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurang hubungan atau keterkaitannya dengan judul
makalah ini. Tim Penulis banyak berharap para pembaca agar memberikan saran
dan kritik konstruktif kepada Tim Penulis demi kesempurnaan makalah ini juga
untuk penulisan makalah di kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna
bagi Tim Penulis dan lebih khususnya juga para pembaca yang dirahmati Allah
Swt.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Mahmud, Amir. (2017). Kajian Hadis tentang Halal, Haram, dan Syubhat. Jurnal
Adabiyah Vol. 17 Nomor 2/2017.
Billah, Arif., Ahbabur, Md., Rohman., and Hossein, Md., Bin Tariq. (2020).
Factors Influencing Muslim and Non-Muslim Consumers’ Consumption
Behavior: A Case Study on Halal Food. Journal of Foodservice Business
Research Pages 324-349.
Abduh, M. (2002). Studi Perbandingan Konsep Pelaksanaan Penyembelihan
Binatang Ternak Sapi antara Rumah Sembelihan (Arbotoir) Gong
Medang dan Rumah Sembelihan (Tradisioanal) Dikampung Rawa Besut
Terengganu Menurut Hukum Islam. Skripsi UIN Suska.
Masyhar. (2011). Terjemah Shahih Bukhori. Jakarta: Almahira.
Hassan, A. (2003). Tarjamah Bulughul Maram. Bandung: CV. Diponegoro.
27