Anda di halaman 1dari 45

EFEKTIVITAS PERAN BKKBN KECEMATAN SIBULUE KABUPATEN

BONE DALAM MEWUKIDKAN KELUARGA BERKUALITAS DITINJAU


DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN
PEMBANGUNAN KELUARGA

DRAFT

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Hukum Bidang Hukum Tata Negara (Siyasah Syar’iyyah)
Fakultas Syariah dan Hukum Islam (IAIN) Bone

Oleh

MIFTAHUL ULFA
NIM. 01184020

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA JURUSAN


SYARIAH DAN HUKUM ISLAM INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam
menyelesaikan tugas akhir perkuliahan yaitu skripsi seperti yang diharapkan. Tidak
lupa pula iringan shalawat dan salam pada junjungan nabi Muhammad SAW yang
telah menyelamatkan umat dan memberikan banyak pelajaran bagi semua umat.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dorongan dan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Efektivitas Peran BKKBN
Kecematan Sibulue Kabupaten Bone Dalam Mewukidkan Keluarga Berkualitas
ditinjau dari Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga”. Sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Hukum Tata Negara di
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik
mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penusunan proposal
penelitian ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr, Syahabuddin, M.ag selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Bone
(IAIN) Bone. Wakil Rektor I, Dr. Amir M.Ag Wakil Rektor II, Bapak Dr. Hasbi
Siddik, M.Pd.I dan Wakil Rektor III, Bapak Dr. H. Lukman Arake, Lc.MA yang
senantiasa berupaya meningjkatkan kualitas mahasiswa di lingkungan Institut
Agama Islam Bone.
2. Dr. Abdulahana, S.Ag, M.HI. selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone beserta para stafnya yang selalu
mendidik dan membina sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pada Fakultas
Syariah dan Hukum Islam, Program Studi Hukum Tata Negara (HTN).

ii
3. Muljan S.Ag., M.HI. selaku ketua Program Studi Hukum Tata Negara (HTN) dan
Dr. Nurpaikah S,H., M.Hum selaku penesehat akademuk penulis yang telah
memberikan nasehat-nasehat yang bijak serta segenap dosen yang telah mendidik
dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
4. Ibu Mardhaniah, S,Ag., M.Hum. selaku kepala Perpustakaan IAIN Bone dan
seluruh staf perpustakaan IAIN Bone yang telah banyak membantu penulis dalam
pengadaan buku-buku literature yang berkaitan dengan proposal penulis.
5. Sahabat serta teman-teman seperjuangan yang berjuang bersama dalam mengurus
segalanya untuk mencapai gelar sarjana (S1) yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian dan rekan-rekan mahasiswa serta semua teman-teman
seperjuangan penulis dari berbagai fakultas, khususnya Program Studi Hukum
Tata Negara Angkatan 2018 yang senantiasa memberikan dukungan sehingga
penulis mampu menyelesaikan semua proses dalam penyusunan profosal ini.
Akhir kata, berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu, semoga Allah SWT
selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin.

Watampone, 16 Juni 2022

MIFTAHUL ULFA
Nim. 01184020

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................4
C. Defenisi Operasional.........................................................................................4
D. Tujuan dan Kegunaan.......................................................................................7
E. Tinjauan Pustaka...............................................................................................8
F. Kerangka Fikir................................................................................................10
G. Metodologi Penelitian.....................................................................................11

BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................13


A. Tinjauan Umumu Tentang Pertumbuhan Penduduk......................................13
B. Tinjauan Umum Tentang BKKBN................................................................16
C. Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berkualitas............................................21
D. Tinjauan Umum Tentang Undang-Undang No. 52 Tahun 2009
Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga..........25

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................33


A. Jenis Penelitian................................................................................................33
B. Lokasi Penelitian............................................................................................33
C. Pendekatan Penelitian.....................................................................................34
D. Data dan Sumber Data....................................................................................34
E. Instrumen Penelitian.......................................................................................35
F. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................36
G. Teknik Analisis Data.......................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................39

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah makhluk pilihan yang dimuliakan oleh Allah dari makhluk
ciptaan-Nya yang lainnya, dengan segala keistimewaan yang ada pada manusia,
seperti akal manusia yang mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk,
kemudian memilihnya. Allah SWT menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya
cipta (ahsanutaqwim), dan menundukkan alam semesta baginya agar dia dapat
memakmurkan dan memelihara kemudian melestarikan keberlangsungan hidup di
alam semesta ini.
Dengan hatinya manusia dapat memutuskan sesuatu sesuai dengan petunjuk
robbnya, dengan raganya, diharapkan aktif untuk menciptakan karya besar dan
tindakan yang benar, hingga ia tetap pada posisi kemuliaan yang sudah diberikan
Allah kepadanya seperti ahsanu taqwim, ulul albab, rabbaniun dan lai-lain. Maka,
dengan semua sifat kemuliaan dan semua sifat insaniah yang ada dengan kekurangan
dan keterbatasan, Allah SWT menugaskan misi khusus kepada umat manusia untuk
menguji dan mengetahui mana yang jujur, beriman dan dusta dalam beragama.
Inti dari seluruh penjaminan hak-hak asasai manusia adalah kesamaan di antara
semua ras. al-Qur’an menyatakan semua ras manusia adalah sama dan setara. Allah
berfirman dalam surah Al-Hujurat ayat 13 :

َ ‫م ُشعُوبًا َوقَبَٓاِئ َل لِتَ َع‬hْ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلنَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك‬
ِ ‫ارفُ ٓو ۟ا ۚ ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد ٱهَّلل‬
‫َأ ْتقَ ٰى ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر‬
Terjemahnya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.1
1
Maizuddin “Perspektif Al-Qur’an tentang Manusia dan Kezaliman” (Cet.I; Banda Aceh::
Fakultas Ushuluddin, 2014), hal. 190.

1
2

Keluarga adalah tempat pertama seorang remaja mengenal agama. Keluarga


juga menanamkan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama,
sehingga remaja menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertakwa. Setiap manusia
mempunyai kewajiban yang berbeda. Kewajiban tersebut disesuaikan berdasarkan
umur dan profesinya. Karena itu penting bagi masing-masing individu untuk
mengetahui dan sadar dengan tanggung jawab yang dipikulnya, termasuk dengan
pengetahuan akan eksistensinya sebagai manusia yang dicipta oleh yang Maha
Pencipta.
Keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak,
mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya
di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang
sehat guna tercapainya keluarga sejahtera atau keluarga berkualitas.2
Untuk mencapai keluarga berkualitas perlu adanya pembangunan keluarga
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Pada Bab I Ketentuan Umum Pasal I
angka (7) menyebutkan bahwa:.

“Perkawinan diharapkan akan mempercepat laju pembangunan keluarga


nasional, yakni mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan
yang sehat”.3
Kemudian pada Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 87 Tahun
2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan keluarga, Keluarga
Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga. Pada Bab I Huruf (c) yang menyebutkan
bahwa:

“Meningkatkan upaya mengatur kelahiran anak, jarak, usia ideal melahirkan,


mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan
hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas”.4

2
Indra Wirdhana, dkk, “Buku Pegangan Kader BKR tentang Delapan Fungsi Keluarga”
(Cet.I; Jakarta: BKKBN, 2013) h. 6.
3
Republik Indonesi, “Undang-Undang No. 52 Tahun 2009, BAB I, Pasal.
4
Republik Indonesia, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014”,
BAB I Pasal 2.
3

Dengan peraturan di atas diharapkan bisa terwujudnya keluarga berkualitas


pada dasarnya keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah
anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pembentukan keluarga berkualitas dalam rangka ikut
andil mewujudkan amanat undang-undang tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan nasional tidak akan terealisasi secara optimal tanpa adanya integralistik
dukungan dari semua komponen yang terlibat langsung dalam internal komunitas
keluarga, seperti ayah, ibu, suami, istri, anak, anggota keluarga lainnya.5
Namun kenyataannya masih banyak terdapat masalah atau masih banyak
terdapat faktor penghambat yang mempengaruhi dalam mewujudkan keluarga
berkualitas dimana diantaranya adalah masalah stunting, perkawinan di usia anak,
kemiskinan, kekerasan dalam rumah tanggga, kasus hukum pada anak, dan
penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan konstitusi di Indonesia, pada Pasal 28B Ayat
(2) disebutkan bahwasanya:
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.6
Dengan adanya aturan ini, maka diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk
senantiasa mematuhinya agar tercipta keamanan, keadilan, dan kesejahteraan bagi
seluruh masyarakat dan Indonesia memiliki keluarga yang berkualitas.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji
lebih lanjut dan melakukan penelitian tentang peran keluarga berkualitas, sehingga
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Efektivitas
Peran BKKBN Kecematan Sibulue Kabupaten Bone dalam Mewujudkan Keluarga
Berkualitas ditinjau dari Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga”.

B. Rumusan Masalah
5
Muhammad Dani Somantri, dkk, “Analisis Hukum Kehamilan Perkawinan Usia Dini
Perspektif Istihsan Sebuah Upaya Membangun Keluarga Berkualitas”, Jurnal Kajian Hukum Islam,
Vol. 3, No. 2, Desember 2018, h. 205.
6
Republik Indonesia, “Undang-Undang Dasar 1945”, Pasal 28B.
4

1. Bagaimana Efektivitas Peran BKKBN Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone


dalam mewujudkan Keluarga Berkualitas berdasarkan Undang-Undang
Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga?
2. Bagaimana Kendala yang dihadapi BKKBN Kecamatan Sibulue Kabupaten
Bone dalam mewujudkan Keluarga Berkualitas?

C. Definisi Operasional
Berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu
“Efektivitas Peran BKKBN Kecematan Sibulue Kabupaten Bone dalam Mewujudkan
Keluarga Berkualitas ditinjau dari Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga”. maka untuk
menyatukan persepsi dalam menafsirkan judul tersebut, penulis akan menjelaskan arti
dan maksud dari judul penelitian sebagai berikut:
1. Efektivitas
Efektivitas adalah serapan dari bahasa Inggris “Effective” yang artinya
berhasil dengan baik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan
bahwa efektivitas adalah wujud dari keefektifan. Dalam jurnal berjudul Efektivitas
Pemberdayaan Masyarakat oleh Iga Rosalina, pengertian efektivitas adalah unsur
untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Sebaliknya, apabila tujuan
tidak dapat tercapai sesuai yang direncanakan, maka itu bukan wujud keefektifan.
Kriteria atau ukuran efektivitas, dijelaskan oleh Richard M. Steers adalah berupa
pencapaian tujuan, integrasi, dan adaptasi. Efektivitas adalah suatu keadaan yang
menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang
dapat tercapai, semakin efektif pula kegiatan tersebut, sehingga kata efektiviats juga
diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha
tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.7

7
Laudia Tysara, “Pengertian Efektivitas adalah Unsur Mencapau Tujuan, Ketahui
Ukurannya”,https://hot.liputan6.com/read/4870774/pengertian-efektivitas-adalah-unsur-mencapai-
tujuan-ketahui-ukurannya”, diakses pada tanggal 20 Mei 2022 pukul 22.32 WITA.
5

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dijelaskan bahwa pengertian


efektivitas dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu pengukuran tingkat
pencapaian tujuan atau sasaran dalam hal ini proses mewujudkan keluaraga
berkualitas.
2. Peran
Peran adalah suatu rangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisi sosial, baik secara formal maupun informal. Peran adalah suatu
aspek dinamis dari status sosial atau kedudukan. Artinya, ketika seseorang dapat
melaksanakan kewajiban dan mendapatkan haknya maka orang tersebut telah
menjalankan sebuah peran. Peran merupakan bagian dari peraturan (norma-norma)
yang membimbing seseorang di dalam masyarakat.8
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa pengertian peran
dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu indakan yang dilakukan individu atau
sekelompok orang dalam suatu peristiwa, dan merupakan pembentuk tingkah laku
yang diharapkan dari seseorang yang memiliki kedudukan di masyarakat.
3. BKKBN
Badan kependudukan dan keluarga berencana nasional yang selanjutnya
disebut dengan BKKBN merupakan lembaga pemerintah non kementerian yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri yang
bertanggung jawab di bidang kesehatan. Kepala BKKBN saat ini dijabat oleh dr.
Hasto Wardoyo, Sp. OG(K). BKKBN memiliki tiga nilai revolusi mental, yaitu:
a. Integritas (jujur, dipercaya, disiplin, bertanggung jawab, dan tidak munafik)
b. Etos kerja (kerja keras, kerja cerdas, berdaya saing, optimis, inovatif,dan
produktif)
c. Gotong royong (kerja sama, solidaritas, komunal, dan berorientasi pada
kemaslahatan umum). 9

8
M. Prawiro, “Pengertian Peran: Arti, Konsep, Struktur, dan Jenis Peran”,
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-peran.html, diakses pada tanggal 06 Juni 2022
pukul 15.14 WITA.
9
Khoirunnisa Nur Fadhilah, ”Laporan Aktualisasi Peningkatan Pelayanan Data dan
Informasi Terpadu BKKBN Diy” (Cet.I; Jakarta BKKBN, 2019), h. 7-8.
6

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dijelaskan bahwa pengertian BKKBN


dalam penelitian ini diartikan sebagai pelaksanaan penerimaan, penyimpanan,
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga. Juga, penyaluran alat/obat
kontrasepsi dan non kontrasepsi program KB Nasional.
4. Mewujudkan
Mewujudkan berasal dari kata dasar wujud. Mewujudkan adalah sebuah
homonim karena artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya
berbeda. Mewujudkan memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga
mewujudkan dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau
pengertian dinamis lainnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata mewujudkan adalah
menjadikan berwujud (benar-benar ada dan sebagainya). Arti lainnya dari
mewujudkan adalah menerangkan (memperlihatkan) dengan benda yang konkret.10
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dijelaskan bahwa pengertian
mewujudkan dalam penelitian ini diartikan sebagai melaksanakan atau mewujudkan
sesuatu hal agar dapat melaksanakan dengan sempurna dengan keberhasilan.
5. Keluarga Berkualitas
Keluarga berkualitas adalah satuan wilayah setingkat RW, dusun atau setara
yang memiliki kriteria tertentu dimana terdapat keterpaduan program kependudukan,
keluarga berencana, pembangunan keluarga dan pembangunan sector terkait yang
akan dilaksanakan secara sistemik dan sistematis, sehingga kampung yang tertinggal
dan terbelakang dapat sejajar dengan kampung-kampung lainnya, masyarakat yang
tidak memiliki kegiatan dapat bergabung dengan kelompok kegiatan (POKTAN)
kampung keluarga berkualitas, dan keluarga yang tidak memiliki usaha dapat
bergabung menjadi anggota usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera.11
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dijelaskan bahwa pengertian keluarga
berkualitas dalam penelitian ini diartikan keluarga yang dibentuk berdasarkan

10
“4 Arti Mewujudkan di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)”,
https://kbbi.lektur.id/mewujudkan, diakses pada tanggal 06 Juni 2022 pukul 16.59 WITA.
11
Yuliana, dkk, “Evaluasi Program Keluarga Berkualitas dalam Meningkatkan Kualitas
hidup masyarakat”, Jurnal Ilmiah Indonesia, Vol. 7, No. 3, Maret 2022, h. 2543.
7

perkawinan yang sah yang mempunyai ciri-ciri yaitu keluarga sejahtera, keluarganya
sehat, keluarganya maju, keluarganya mandiri dan memiliki jumlah anak yang ideal,
mempunyai wawasan luas, dan bertanggung jawab.

D. Tujuan dan Kegunaan


1. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka
tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui efektivitas Peran BKKBN Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone
dalam mewujudkan Keluarga Berkualitas berdasarkan Undang-Undang No. 52
Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
b. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi BKKBN Kecamatan Sibulue Kabupaten
Bone dalam mewujudkan Keluarga Berkualitas.
2. Kegunaan Penelitian
Seperti halnya dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini,
penulis berharap agar penelitian yang dilakukan mempunyai kegunaan. Adapun
kegunaan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
a. Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsi ilmu maupun pengetahuan
dan referensi bagi peneliti maupun pembaca terhadap peran BKKBN Kecematan
Sibulue Kabupaten Bone dalam Mewujudkan Keluarga Berkualitas.
b. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada penulis dan
pembaca, serta semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat.

E. Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas Penelitian atau kajian terdahulu merupakan uraian yang berisikan
tentang hasil kajian dan penelitian sebelumnya, yang berkaitan dengan topik
penelitian yang akan dilakukan. Bagian ini, perlu diuraikan hasil penelitian terdahulu,
yang lengkap dengan penjelasan tentang perbedaan variabel yang digunakan antara
penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun hasil-hasil
8

penelusuran terkait hasil-hasil penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian


yang akan dilakukan ini, diantaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh M. Khoirur Rozuq (2020) yang berjudul
”Efektifitas program badan kependudukan dan keluarga berencana nasional
terhadap pembangunan ketahanan keluarga dalam rumah tangga (studi kampung
kencana biru kelurahan penyengat rendah kecamatan telanaipura kota jambi)”.
Penelitian ini sampai pada kesimpulan bahwa program BKKBN di Kampung KB
Kencana Biru Kelurahan penyengat Rendah telah berjalan sesuai dengan visi dan misi
berdirinya kampung KB dan Undang-Undang No.52 Tahun 2009 BKKBN.
Pelaksanaan program BKKBN di Kampung KB Kencana Biru telah berjalan dengan
lancar bahkan setiap pelaksanaan programnya masyarakat maupun keluarga di daerah
setempat sangat antusias seperti terbentuknya Poktan-Poktan dan juga tingkat
kesadaran masyarakat untuk membangun keluarga yang berkualitas dan sejahtera
yang meningkat dan juga jumlah masyarakat yang sudah ber-KB di Kampung KB
Kencana Biru dari total ± 816 KK hanya 8% saja yang belum ber-KB. Masyarakat
Kampung Kencana Biru Kelurahan Penyengat Rendah sangat antusias dan memberi
tanggapan positif atas setiap program BKKBN di Kampung KB Kencana Biru karena
mereka telah merasakan setiap manfaat dari setiap program baik secara kelompok
ataupun individu.12
Adapun persamaan penelitiaan yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian
tersebut sama-sama membahas tentang efektivitas BKKBN. Pada penelitian yang
dilakukan peneliti membahas mengenai peran dan kendala BKKBN Kecamatan
SIbulue.
Penelitian yang dilakukan oleh Riska Aprilia (2020) yang berjudul “Pengaruh
program keluarga berencana terhadap efektivitas bkkbn dalam menekan laju
pertubuhan penduduk di kota makassar”. Penelitian ini sampai pada kesimpulan
bahwa program BKKBN berpengaruh signifikan terhadap efektivitas BKKBN dalam
12
M. Khoirur Rozuq, ”Efektifitas program badan kependudukan dan keluarga berencana
nasional terhadap pembangunan ketahanan keluarga dalam rumah tangga (studi kampung kencana
biru kelurahan penyengat rendah kecamatan telanaipura kota jambi)” (Skripsi Fakultas Syariah,
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2020).
9

mengendalikan laju pertumbuhan penduduk di Kota Makassar Provinsi Sulawesi


Selatan terlihat dengan nilai R square 0,618, dengan nilai signifikansi 0,001 < 0,05
yang berarti bahwa program BKKBN berpengaruh sebesar 61,8% terhadap efektivitas
BKKBN. Dengan Demikian, progam BKKBN efektif dalam Mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk di kota Makassar Provinsi Sulawesi selatan. Pembangunan
yang berwawasan kependudukan adala hpembangunan yang menempatkan isu
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sebagai titik pembangunan
yang berkelanjutan di Indonesia. Pembangunan berkelanjutan dimaknai sebagai
pembangunan terencana disegala bidang untuk menciptakan perbandingan antara
perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan
serta memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan
dan kebutuhan generasi mendatang, sehingga menunjang kehidupan bangsa.
Kesadaran pembangunan berwawasan kependudukan dilandasi oleh permasalahan
kependudukan (demografi) yang cukup mendasar di Indonesia.13
Adapun persamaan penelitiaan yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian
tersebut yaitu sama-sama membahas tentang BKKBN efektif dalam Mengendalikan
laju pertumbuhan penduduk. Pada penelitian yang dilakukan peneliti membahas
terperinci mengenai keluarga berkualitas.

13
Riska Aprilia, “pengaruh program keluarga berencana terhadap efektivitas bkkbn dalam
menekan laju pertubuhan penduduk di kota makassar” (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Muhammadiyah Makassar, 2020).
10

F. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan kerdiagram (skema) yang menggambarkan alur
berpikir dalam menguraikan fokus masalah atau variabel judul.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal


28B Ayat (2)

Undang-Undang No. 52 Tahun 2009


tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga.

Efektivitas Peran BKKBN Kendala yang dihadapi BKKBN


Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone
dalam mewujudkan Keluarga dalam mewujudkan Keluarga
Berkualitas berdasarkan Undang- Berkualitas
Undang No. 52 Tahun 2009

Keluarga Berkualitas

Gambar 1.1 Kerangka Pikir


11

Berdasarkan kerangka pikir di atas, dapat dilihat bahwa Undang Undang-


Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga adalah upaya terencana untuk mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi
penduduk. Jadi, penulis di dalam penelitian ini ingin mengetahui bagaimana
efektivitas peran BKKBN Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone dalam mewujudkan
keluarga berkualitas berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dan bagaimana kendala
yang dihadapi BKKBN Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone dalam mewujudkan
keluarga berkualitas. Karena kita ketahui masih banyak masyarakat yang tidak
menaati aturan dan kurangnya kesadaran diri pada masyarakat dalam mewujudkan
keluarga berkualitas dalam hal ini diharapkan terwujudnya keluarga yang berkualitas
yang berkualitas terhadap masyarakat.

G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan adalah pembagian atau pemetaan isi skripsi ke dalam
urutan bab dan sub-sub bab, sesuai dengan topik dan permasalahannya. Sistematika
pembahasan dalam penelitian ini terdiri atas 3 bagian yakni:
Bab I tentang pendahuluan. Bab ini terdiri dari beberapa sub bab, yaitu latar
belakang masalah, rumusan masalah, definisi operasional, tujuan dan kegunaan,
telaah pustaka, orisinalitas penelitian, kerangka pikir, dan sistematika pembahasan.
Hal ini dimaksudkan sebagai kerangka awal dalam mengantarkan isi pembahasan
kepada bab selanjutnya.
Bab II tentang Efektivitas Peran BKKBN Kecematan Sibulue Kabupaten
Bone Dalam Mewujudkan Keluarga Berkualitas ditinjau dari Undang-Undang Nomor
52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
Dalam bab ini terdiri dari 4 sub bab yakni tinjauan umum tentang pertumbuhan
penduduk, tinjauan umum tentang BKKBN, tinjauan umum tentang keluarga
berkualitas, dan tinjauan umum tentang Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009
Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
12

Kemudian dilanjutkan Bab III tentang metode penelitian yang digunakan


dalam penelitian ini. Bab ini terdiri dari 5 sub bab, yakni jenis penelitian, pendekatan
penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.
Sebagai penutup dari Proposal Penelitian ini, dilampirkan Daftar Pustaka.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pertumbuhan Penduduk


Pertumbuhan penduduk merupakan sebuah upaya yang dilakukan pemerintah
melalui program keluarga berencana nasional Sejak tahun 1970. Lembaga yang
memiliki wewenang untuk menangani masalah ini adalah Badan Koordinasi dan
Keluarga Berencana Nasional yang telah berubah menjadi Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).14
Pertumbuhan penduduk yang tinggi dianggap oleh sebagian ahli ekonomi
merupakan penghambat pembangunan. Tingginya angka pertumbuhan penduduk
yang terjadi di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia dapat menghambat
proses pembangunan dan dapat menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan15
Berdasarkan Undang-Undang No. 52 Tahun 2009. Menurut Undang-Undang
No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Pasal 53 ayat (2), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) merupakan sebuah lembaga pemerintah non Kementrian yang
berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Berdasarkan Undang-undang tersebut, BKKBN mempunyai tugas dan fungsi yang
telah diamanatkan di dalamnya yaitu BKKBN bertugas melaksanakan pengendalian
penduduk dan menyelenggarakan keluarga berencana, dimana dalam melaksanakan
tugas (pasal 56 ayat 1), BKKBN mempunyai fungsi (pasal 56 ayat 2): (a) perumusan
kebijakan nasional; (b) penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria; (c)
pelaksanaan penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi; dan (f) pembinaan,
pembimbingan, dan fasilitasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan
keluarga berencana.16

14
Melly Putri Amalini, ”Strategi BKKBN dalam Meningkatkan Pengguna Program Keluarga
Berencana di Kota Samarinda”, Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol.7, No.3, Agustus 2019, h. 1383
15
Rahmatullah,”pengaruh Penduduk Umur Produktif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia”, Jurnal Vol. 6, No. 2 Juli-Desember 2015. h. 69
16
Republik Indonesi, “Undang-Undang No. 52 Tahun 2009, Bab IX, Pasal 56.

13
14

Dampak pertumbuhan penduduk terhadap kesejahteraan, khususnya yang


terkait dengan pemenuhan hak-hak sosial ekonomi, menjadi topik diskusi yang aktual
di anatara para ahli. Tidak hanya ahli kependudukan, para ahli pembangunan,
ekonomi, dan lingkungan juga terlibat dalam perdebatan isu tersebut dengan
berpegang pada berbagi asumsi/pandangan yang diyakini. Pada satu pihak, sebagian
berpandangan bahwa pertumbuhan penduduk berdampak negative terhadap
kesejahteraan (penduduk) karena menimbulkan berbagai tekanan sosial, ekonomi,
dan lingkungan yang berpotensi menghambat pemenuhan kebutuhan serta hak-hak
sosial dan ekonomi. Pada pihak lain, ada yang berasumsi bahwa pertumbuhan
penduduk berdampak positif terhadap kesejahteraan penduduk.17
Dampak pertumbuhan penduduk lainnya adalah masalah pengangguran.
Masalah pengangguran tidak hanya dihadapi di dalam kehidupan konvensional,
namun dalam Islam juga dijelaskan mengenai proses dalam mencari rizqi yang telah
Allah sediakan untuk umat-Nya yang mau bekerja keras bukan yang hanya berpangku
tangan dan bermalas-malasan. Allah telah berjanji akan menanggung rizqi kita
semua, sebagaimana firman Allah dalam surah al-Qur’an surat At-Taubah : 105

‫هّٰللا‬
ِ ‫تُ َر ُّدوْ نَ اِ ٰلى ٰعلِ ِم ْال َغ ْي‬h‫وْ ۗنَ َو َس‬hhُ‫وْ لُهٗ َو ْال ُمْؤ ِمن‬h‫يَ َرى ُ َع َملَ ُك ْم َو َر ُس‬h‫وقُ ِل ا ْع َملُوْ ا فَ َس‬
َّ ‫ب َو‬
‫هَا َد ِة‬h‫الش‬
َ‫م بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُوْ ۚن‬hْ ‫فَيُنَبُِّئ ُك‬
Terjemahnya:
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. 18

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk:


a. Fertilitas (kelahiran) merupakan kemampuan seorang perempuan atau
sekelompok perempuan secara riil untuk melahirkan atau hasil reproduksi nyata
dari seorang perempuan serta sebuah tindakan reproduksi yang menghasilkan
kelahiran hidup. Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu faktor penambah
17
Mita Noveria, dkk, “Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan” ( Cet.I; Jakarta: LIPI
Press, anggota Ikapi, 2011), h.7.
18
Departemen Agama, Al-Qur‟an Dan Terjemahannya (Semarang: Thoha Putra, 1989), h.15
15

jumlah penduduk di samping migrasi masuk. Kelahiran bayi membawa


konsekuensi pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang bayi tersebut, termasuk
pemenuhan gizi, kecukupan kalori dan perawatan kesehatan. Pada gilirannya,
bayi ini akan tumbuh menjadi anak usia sekolah yang menuntut pendidikan.
b. Mortalitas (kematian), merupakan salah satu diantara tiga komponen demografi
yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Ukuran kematian menunjukkan
suatu angka yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan tinggi rendahnya suatu
penduduk dalam suatu negara.
c. Migrasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota. Migrasi dari desa ke kota
akan membawa dampak positif maupun negatif . dampak positif yaitu akan
memberikan dampak modernisasi serta memperbaiki kehidupan para migran.
Migrasi dapat mengubah pandangan dan perilaku orang, menambah keterampilan
dan membuat seseorang lebih mempunyai inovasi sedangkan dampak negatifnya
adalah apabila pertumbuhan proporsi penduduk kota lebih tinggi dari laju
pertumbuhan industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan
kesempatan kerja.19

Pertumbuhan penduduk juga berdampak positif dalam mempercepat


pembangunan sarana dan prasarana sosial ekonomi, khususnya di daerah-daerah yang
jarang penduduk. Agar pertumbuhan penduduk tidak menimbulkan pengaruh negatif
terhadap kesejahteraan, diperlukan intervensi dari pemerintah. Intervensi tersebut
termasuk upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pendidikan,
kesehatan, dan ekonomi dal rangka memenuhi hak-hak sosial ekonomi mereka. Hal
ini dapat diwujudkan antara lain melalui pembangunan sarana dan prasarana
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, baik dari segi jumlah maupun jenisnya.20

19
Mulyadi S, “Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembanguna” (Cet.I;
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), h.4
20
Mita Noveria, dkk, “Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan” (Cet.I; Jakarta: LIPI
Press, anggota Ikapi, 2011), h.8.
16

Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan untuk mewujudkan keserasian,


keselarasan, dan keseimbangan antara jumlah penduduk dengan lingkungan hidup
baik yang berupa daya dukung alam maupun daya tamping lingkungan serta kondisi
perkembangan sosial ekonomi dan budaya.21

B. Tinjauan Umum Tentang BKKBN


Pada tanggal 23 Desember 1957 di gedung IDI (Ikatan Dokter Indonesia)
Jakarta pada jam 19.00 WIB dengan resmi dibentuk perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia lengkap dengan susunan pengurusnya yang ditunjuk oleh dr. R.
Soeharto. Pada tanggal 7 September 1968 keluar instruksi Presiden No. 26 tahun
1968 kepada Menteri Koordinator Kesejahteraan rakyat yang isinya antara lain.
Membimbing, mengkoordinator, serta mengawasi segala aspirasi yang ada di dalam
masyarakat di bidang keluarga berencana dan mengusahakan serta terbentuknya suatu
badan/lembaga yang dapat menghimpun segala kegiatan di bidang keluarga
berencana serta terdiri dari unsur pembangunan dan masyarakat.
Berdasarkan instruksi Presiden, Menteri Kesejahteraan Rakyat pada tanggal
11 Oktober 1968 mengeluarkan SK No. 35/Keppres/Kesra/X/1968 tentang
pembentukan tim yang akan mengadakan persiapan bagi pembentukan sebuah
lembaga Keluarga Berencana dan mengelola segala jenis bantuan. Maka pada tanggal
17 Oktober 1968 dengan SK No. 36/Keppres/X/1968 dibentuk Lembaga Keluarga
Berencana Nasional (LKBN) yang berstatus lembaga semi pemerintah. Pemerintah
telah memastikan program keluarga berencana adalah bagian integral dari
pembangunan Lima Tahun Tahap Pertama. Oleh karena itu satu tahun kemudian
pemerintah memutuskan bahwa sudah waktunya mengambil alih program Keluarga
Berencana menjadi program pemerintah yang sepenuhnya. Dengan alasan tersebut
diatas program keluarga berencana dijadikan program nasional sedangkan untuk
mengelolanya dibentuk badan koordinasi keluarga berencana nasional dengan
Keppres No. 8 Tahun 1970, dasar pertimbangan pembentukan BKKBN.
Adapun pertimbangan dibentuknya BKKBN tersebut adalah:

21
Republik Indonesi, “Undang-Undang No. 52 Tahun 2009”, Bab.IV, Pasal 8.
17

a. Program nasional keluarga berencana perlu ditingkatkan dengan jalan lebih


memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang tersedia.
b. Seluruh program harus mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat, baik
masyarakat sipil maupun pemerintah secara maksimal.
c. Program Keluarga Berencana ini perlu diselenggarakan secara teratur dan
terencana ke tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
Dengan keluarnya Keppres No. 8 Tahun 1970 dirasakan adanya kekurangan
sehingga dikeluarkannya Keppres No. 33 Tahun 1972, yang menjelaskan bahwa
status BKKBN diperjelas menjadi lembaga pemerintah non departemen yang
berkedudukan langsung di bawah Presiden. Sejak berakhirnya pemerintahan orde
baru antara kurun waktu 1997-1999, BKKBN yang tadinya masih ikut ke pusat dalam
arti vertikal dan dengan bersamaan itu muncul Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
tentang Otonomi Daerah di mana tugas dan wewenang diatur oleh masing-masing
daerah, kemudian setelah adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999, muncul
Keppres No. 103 Tahun 2001 tentang Kelembagaan di mana keputusan tersebut
membahas mengenai kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan
tata kerja lembaga pemerintahan non departemen. Dalam pasal 43 keputusan Presiden
bahwa Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintah di bidang Keluarga Berencana dan Keluarga sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.22
Badan kependudukan dan keluarga berencana nasional yang selanjutnya
disebut dengan BKKBN merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri yang
bertanggung jawab di bidang kesehatan.
BKKBN memiliki tiga nilai Revolusi Mental, yaitu:
1. Integritas (jujur, dipercaya, disiplin, bertanggung jawab, dan tidak munafik);
2. Etos kerja (kerja keras, kerja cerdas, berdaya saing, optimis, inovatif,dan
produktif);
22
M.Kom Taryana Suryana, https://repository.unikom.ac.id/6863/, diakses pada tanggal 12 Juni 2022
pukul 12.38 WITA.
18

3. Gotong royong (kerja sama, solidaritas, komunal, dan berorientasi pada


kemaslahatan umum).
BKKBN mengembangkan sebuah nilai organisasi yang diharapkan dapat
diterapkan oleh semua pegawai, baik di pusat maupun perwakilan BKKBN Provinsi.
Nilai organisasi tersebut yaitu Cerdas, Tangguh, Kerja sama, Integritas, dan ikhlas
yang selanjutnya disingkat cetak tegas adalah tindakan yang cerdas, tangguh, kerja
sama, integritas, dan ikhlas yang ditampilkan seluruh pegawai ASN BKKBN dalam
melaksanakan pekerjaan sehari-hari untuk mewujudkan tujuan organisasi sesuai visi
dan misi yang telah ditetapkan. 5 nilai BKKBN tersebut yaitu :
1. Cerdas adalah perilaku untuk mampu bertindak optimal secara efektif dan efisien
dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi.
2. Tangguh adalah perilaku memiliki semangat pantang menyerah untuk mencapai
tujuan.
3. Kerjasama adalah perilaku untuk membangun jejaring dengan prinsip kesetaraan
dan saling menguntungkan, percaya, sinergis, serta menghargai melalui
komunikasi yang kondusif untuk mencapai tujuan bersama.
4. Integritas adalah perilaku untuk berbuat jujur, terbuka, dan konsiste nantara
pikiran, perkataan dan perbuatan.
5. Ikhlas adalah perilaku dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan
tulus dan sungguh-sungguh.
BKKBN terdiri atas:
1. Kepala.
2. Sekretariat Utama.
3. Deputi Bidang Pengendalian Penduduk.
4. Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
5. Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga.
6. Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi.
7. Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan.
8. Inspektorat Utama.
19

9. Perwakilan BKKBN Provinsi. 23


BKKBN melakukan berbagai macam program yang berkaitan dengan
kependudukan dan kualitas penduduk termasuk generasi muda. Untuk
memperkenalkan KB kepada remaja, maka BKKBN tengah gencar-gencarnya
mengkampanyekan salah satu program mereka, yang disebut dengan generasi
berencana (GenRe) sasarannya adalah kalangan remaja setingkat SMA dan
mahasiswa. Melalui program ini yang diselingi dengan informasi soal keluarga
berencana, kalangan muda memiliki planning (rencana) untuk bagaimana
mempersiapkan keluarganya dengan perencanaan yang matang.
Permasalahan remaja sangat kompleks dan mengkhawatirkan. Permasalahan
tersebut akan mengurangi kesempatan remaja untuk memperaktekkan perilaku hidup
sehat, serta mengganggu perencanaan kehidupan di masa yang akan datang. Untuk
merespon permasalahan tersebut, berbagai pendekatan dilakukan oleh pemerintah.
BKKBN dalam hal ini sebagai salah satu instansi pemerintah, merespon melalui
pengembangan program generasi Berencana (GenRe).24
Melalui program GenRe ini diharapkan dapat meminimalisir atau mengurangi
para remaja melakukan seks di luar nikah yang dapat berakibat kehamilan yang tidak
diinginkan, tidak pakai narkoba, dan terhindar dari HIV/AIDS. Kehamilan di luar
nikah seringkali merugikan remaja putri yang masih sekolah karena tidak boleh lagi
melanjutkan sekolahnya. Disinilah kita perlu meningkatkan ketahanan keluarga.25
Keluarga berencana (KB) adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan pengobatan kemandulan
dan penjarangan kelahiran. Keluarga berkualitas merupakan tindakan membantu
individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di

23
Khoirunnisa Nur Fadhilah, ”Laporan Aktualisasi Peningkatan Pelayanan Data dan
Informasi Terpadu BKKBN Diy” (Cet.I; Jakarta BKKBN, 2019), h. 7-8.
24
BKKBN, ”Pedoman Pengolaan Bina Keluarga Remaja (BKR) (Cet.I; Jakarta: Direktor Bina
Ketahanan Remaja, 2012), h. 2.
25
Herdiana Ayu Susanti, “Strategi Komunikasi Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN)”, Jurnal Kmunikasi ASPIKOM, Vol. 2, No. 4, Januari 2015, h. 264.
20

antara kelahiran. Keluarga berencana adalah proses yang disadari oleh pasangan
untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran.26
Di dalam al-Qur‟an dan al-Hadis, yang merupakan sumber pokok hukum
Islam dan yang menjadi pedoman hidup bagi umat Islam tidak ada nash yang shahih
yang melarang ataupun yang memerintahkan ber-KB secara eksplisit. Karena itu,
hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam (kaidah fiqhiyah).
Adapun ayat Al-Qur‟an yang dapat dijadikan dalil untuk dibenarkan ber-KB
antara lain Allah berfirman dalam Q.S al-Baqarah/233 sebagai berikut:

ٗ‫ه‬hhَ‫د ل‬hِ ْ‫و‬hhُ‫ا َعةَ ۗ َو َعلَى ْال َموْ ل‬h‫َّض‬ َ ‫ا ِملَي ِْن لِ َم ْن اَ َرا َد اَ ْن يُّتِ َّم الر‬hh‫ض ْعنَ اَوْ اَل َده َُّن َحوْ لَي ِْن َك‬ ِ ْ‫ت يُر‬ ُ ‫َو ْال ٰولِ ٰد‬
‫وْ ٌد‬hhُ‫ ِدهَا َواَل َموْ ل‬hَ‫ض ۤا َّر َوالِ َدةٌ ۢبِ َول‬ َ ُ‫ف اَل تُ َكلَّفُ نَ ْفسٌ اِاَّل ُو ْس َعهَا ۚ اَل ت‬ ِ hۗ ْ‫ِر ْزقُه َُّن َو ِك ْس َوتُه َُّن بِ ْال َم ْعرُو‬
َ hَ‫ر فَاَل ُجن‬hٍ ‫ا ُو‬h ‫ا َوت ََش‬hh‫اض ِّم ْنهُ َم‬
‫اح‬h ٍ ‫ َر‬h َ‫صااًل ع َْن ت‬ َ ِ‫ك ۚ فَاِ ْن اَ َرادَا ف‬ َ ِ‫ث ِم ْث ُل ٰذل‬ ِ ‫ار‬ ِ ‫لَّهٗ بِ َولَ ِد ٖه َو َعلَى ْال َو‬
‫ف‬ ِ hۗ ْ‫ال َم ْعرُو‬h ْ hِ‫لَّ ْمتُ ْم َّمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ب‬h‫اح َعلَ ْي ُك ْم اِ َذا َس‬h
َ hَ‫ اَوْ اَل َد ُك ْم فَاَل ُجن‬h‫ع ُْٓوا‬h‫ض‬ ِ ْ‫َعلَ ْي ِه َما ۗ َواِ ْن اَ َر ْدتُّ ْم اَ ْن تَ ْستَر‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ َ‫َواتَّقُوا َ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن َ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ ب‬
‫صيْر‬

Terjemahan:
Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi
yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung
nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani
lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya
dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun
(berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan
persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan”.27

Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta


mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian
kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Di samping itu KB
26
Ida Prijatni & Sri Rahayu, “Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana” (Cet.I; Jakarta
Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016), h. 114.
27
Suhawdah, “Pengaturan Jarak Kehamillan Menurut Al-qur’an”, Fakulatas Ushuluddin dan
Filsafat (Makassar : 2013), h 22.
21

diharapkan dapat menghasilkan penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia


yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran dari program KB,
meliputi sasaran langsung, yaitu pasangan usia subur yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara
berkelanjutan, dan sasaran tidak langsung yang terdiri dari pelaksana dan pengelola
KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas dan
keluarga sejahtera.28
Pelaksanaan keluarga berenana (KB) harus sesuai standar pelayanan yang
berkualitas dengan memenuhi pilihan metode kontrasepsi, informasi kepada klien,
kompetensi petugas, interaksi antara petugas dank lien, mekanisme yang menjamin
kelanjutan pemakai KB dan jejarung pelyanan yang memadai. Pelayanan KB
mendukung percepatan penurunan jumlah kematian ibu dengan mencegah kehamilan
4 terlalu dan kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan yang tidak diingnkan
(KTD) ini dapat terjadi pada PUS dengan (unmet need), kegagalan dan Drop out
(DO) KB, kasus perkosaan dan remaja seks pra-nikah. Terjadinya kehamilan pada
keadaan tersebut sering berakhir dengan tindakan aborsi yang tidak aman (unsafe
abortion) yang dapat membahayakan nyawa ibu yang merupakan salah satu penyebab
masih tingginya jumlah kematian ibu.
Upaya peningkatan mutu pelayanan KB dilaksanakan dengan koordinasi dan
bekerjasama antara Kementerian Kesehatan, BKKBN dan lintas program dan sektor
terkait serta profesi melalui pendekatan 3 sudut pandangan: dari pengelola program,
pelaksana, dan klien.29

C. Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berkualitas


Keluarga berkualitas disebutkan dalam Undang-Undang No. 52 Tahun 2009
Pasal 1 ayat (10). Keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan

28
Ratu Matahari, dkk, “Buku Ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi” (Cet.I; Yogyakarta:
CV. Pustaka Ilmu Group, 2018), h. 22-23.
29
Anieq Mumthi’ah Al Kautzar, dkk, “Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana”
(Cet.I; Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021, h.. 118-119
22

perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah
anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.30
Keluarga berkualitas diartikan juga sebagai satuan wilayah setingkat RW,
dusun atau setara yang memiliki kriteria tertentu di mana terdapat keterpaduan
program kependudukan, keluarga berencana, pembangunan keluarga dan
pembangunan sektor terkait yang akan dilaksanakan secara sistemik dan sistematis.
Keluarga berkualitas, mengevaluasi pelaksanaan program kampung keluarga
berkualitas dan upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan program kampung
keluarga berkualitas.
Keluarga Berkualitas juga dapat menjadi wahana pemberdayaan masyarakat
melalui berbagai macam program yang mengarah pada upaya merubah sikap,
perilaku, dan cara berpikir (mindset) masyarakat ke arah lebih baik, sehingga
kampung yang tertinggal dan terbelakang dapat sejajar dengan kampung-kampung
lainnya, masyarakat yang tidak memiliki kegiatan dapat bergabung dengan kelompok
kegiatan (POKTAN) kampung keluarga berkualitas, dan keluarga yang tidak
memiliki usaha dapat bergabung menjadi anggota usaha peningkatan pendapatan
keluarga sejahtera.31
Untuk mewujudkan keluarga berkualitas perlu adanya dukungan dari
orangtua. Orangtua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
1. Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak;
2. Menumbuh kembangkangkan anak sesuai dengan kemampuannya, bakat dan
minatnya;
3. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak;
4. Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pakerti pada anak. 32

30
Republik Indonesi, “Undang-Undang No. 52 Tahun 2009, BAB I, Pasal 1 ayat (10).
31
Yuliana, dkk, “Evaluasi Program Keluarga Berkualitas dalam Meningkatkan Kualitas
hidup masyarakat”, Jurnal Ilmiah Indonesia, Vol. 7, No. 3, Maret 2022, h. 2543.
32
Ambar Rahayu, “Penanaman nilai-nilai Kesadaran Hukumsejak Dini dalam Keluarga”
(Jakarta: BKKBN, 2017), h. 27
23

Fungsi keluarga mempunyai makna masing-masing dan mempunyai peran


penting dalam kehidupan keluarga berkualitas. Fungsi keluarga dalam delapan fungsi
keluarga, adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Keagamaan
Agama adalah kebutuhan dasar setiap manusia. Keluarga adalah tempat
pertama penanaman nilai-nilai keagamaan dan pemberi identitas agama pada setiap
anak yang lahir.
2. Fungsi sosial budaya
Keluarga adalah wahana utama dalam pembinaan dan penanaman nilai-nilai
budaya yang selama ini menjadi panutan dalam tata kehidupan. Fungsi sosial budaya
memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk
mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan.
3. Fungsi cinta kasih
Cinta dan kasih sayang merupakan komponen penting dalam pembentukan
karakter anak. Fungsi cinta kasih memiliki makna bahwa keluarga harus menjadi
tempat untuk menciptakan suasana cinta dan kasih sayang dalam kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Fungsi perlindungan
Keluarga adalah tempat bernaung atau berlindung bagi seluruh anggotanya,
dan tempat untuk menumbuhkan rasa aman dan kehangatan. Adanya suasana saling
melindungi maka keluarga harus menjadi tempat yang aman, nyaman dan
menenteramkan semua anggotanya.
5. Fungsi reproduksi
Keluarga menjadi pengatur reproduksi keturunan secara sehat dan berencana,
sehingga anak-anak yang dilahirkan menjadi generasi penerus yang berkualitas.
6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
Keluarga sebagai tempat utama dan pertama memeberikan pendidikan kepada
anak untuk masa depan. Fungsi sosialisasi dan pendidikan memiliki makna bahwa
keluarga sebagai tempat untuk mengembangkan proses interaksi dan tempat untuk
belajar bersosialisasi serta berkomunikasi secara baik dan sehat.
24

7. Fungsi ekonomi
Keluarga adalah sebagai tempat utama dalam membina dan menanamkan
nilai-nilai yang berhubungan dengan keuangan dan pengaturan penggunaan keuangan
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mewujudkan keluarga sejahtera.
8. Fungsi pembinaan keluarga
Keluarga memiliki peran mengelola kehidupan dengan tetap memelihara
lingkungan di sekitarnya, baik lingkungan fisik maupun sosial, dan lingkungan
mikro, meso, dan makro.33
Penentu keberhasilan pelaksanaan fungsi keluarga ada di tangan orangtua.
Jika fungsi keluarga yang berjalan dengan baik dan optimal, selain berpengaruh
terhadap pembentukan sumberdaya manusia yang kualitas, juga dapat berpengaruh
terhadap kesuksesan dan kebahagiaan pernikahan. Sebaliknya, jika terjadi ketidak
berfungsian keluarga, maka akan berdampak buruk bagi hubungan antar anggota
keluarga, dimana tidak ada kehangatan dan dukungan antar anggota keluarga.
Islam memberikan perhatian yang sangat besar kepada pembinaan keluarga
(usrah). Keluarga merupakan basis dari (ummah) bangsa; dan karena itu keadaan
keluarga sangat menentukan keadaan ummah itu sendiri. Bangsa terbaik (khayr
ummah) yang merupakan (ummah wahidah) bangsa yang satu dan (ummah wasath)
bangsa yang moderat, sebagaimana dicita-citakan Islam hanya dapat terbentuk
melalui keluarga yang dibangun dan dikembangkan atas dasar mawaddah warahmah.
Berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan Anas r.a, keluarga yang baik
memiliki empat ciri:
1. Keluarga yang memiliki semangat (ghirah) dan kecintaan untuk mempelajari dan
menghayati ajaran-ajaran agama dengan sebaik-baiknya untuk kemudian
mengamalkan dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Keluarga di mana setiap anggotanya saling menghormati dan menyayangi; saling
asah dan asuh.

33
Tin Herawati, ”Penanaman dan Penerapan Nilai Karakter melalui 8 Fungsi Keluarga”
(Jakarta: BKKBN, 2017), h. 39-56
25

3. Keluarga yang dari segi nafkah (konsumsi) tidak berlebih-lebihan; tidak ngoyo
atau tidak serakah dalam usaha mendapatkan nafkah; sederhana atau tidak
konsumtif dalam pembelanjaan.
4. Keluarga yang sadar akan kelemahan dan kekurangannya; dan karena itu selalu
berusaha meningkatkan ilmu dan pengetahuan setiap anggota keluarganya melalui
proses belajar dan pendidikan seumur hidup (life longlearning), min al-mahdi ila
al-lahdi.34

D. Tinjauan Umum Tentang Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 Tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan


dan Pembangunan Keluarga disahkan Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
pada tanggal 29 Oktober 2009 di Jakarta. Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga diundangkan
Menkumham Patrialis Akbar di Jakarta pada tanggal 29 Oktober 2009. Undang-
Undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga di tempaktan pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 161.
Pertimbangan Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, adalah:
1. Bahwa hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia;
2. Bahwa pembangunan nasional mencakup semua dimensi dan aspek kehidupan
termasuk perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang dilaksanakan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

34
Jito Subianto, “Peran Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat dalam Pembentukan Karakter
Berkualitas”, Jurnal Penellitian Pendidikan Islam, Vol.8, No.2, Agustus 2013, h. 339.
26

3. Bahwa penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus
menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan karena jumlah penduduk
yang besar dengan kualitas rendah dan pertumbuhan yang cepat akan
memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan kualitas
penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan;
4. Bahwa keberhasilan dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang
dan mengembangkan kualitas penduduk serta keluarga akan memperbaiki segala
aspek dan dimensi pembangunan dan kehidupan masyarakat untuk lebih maju,
mandiri, dan dapat berdampingan dengan bangsa lain dan dapat mempercepat
terwujudnya pembangunan berkelanjutan;
5. Bahwa dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga
berkualitas dilakukan upaya pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka
kematian, pengarahan mobilitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk
pada seluruh dimensinya, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga,
penyiapan dan pengaturan perkawinan serta kehamilan sehingga penduduk
menjadi sumber daya manusia yang tangguh bagi pembangunan dan ketahanan
nasional, serta mampu bersaing dengan bangsa lain, dan dapat menikmati hasil
pembangunan secara adil dan merata;
6. bahwa Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera belum mengatur secara
menyeluruh mengenai kependudukan dan pembangunan keluarga sesuai dengan
perkembangan kondisi saat ini pada tingkat nasional dan internasional sehingga
perlu dicabut dan diganti dengan Undang-Undang tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga;
7. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,
huruf e dan huruf f, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga;35

35
Jogloabang, “UU 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga”,https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-52-2009-perkembangan-kependudukan-
pembangunan-keluarga, diakses pada tanggal 05 Juni 2022, 13:49 WITA.
27

Hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini
melatarbelakangi terbitnya Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 Tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk
mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk
pada seluruh dimensi penduduk.36
Dalam Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga merupakan suatu rangkaian untuk
membangun keluarga dan mewujudkan keluarga yang berkualitas, dalam
mewujudkan keluarga yang harmonis dan sejahtera masih banyak yang menjadi
faktor penghambat.
Adapun pengertian Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
menurut Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan kependudukan
dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi
penduduk.37
Asas, Prinsip dan Tujuan pembangunan kependudukan menurut Undang-
Undang No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga yang berbunyi:38
Pasal 2 (Asas)
Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga berasaskan norma
agama, perikemanusiaan, keseimbangan, dan manfaat.

Pasal 3 (Prinsip)

36
Jogloabang, “UU 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga”,https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-52-2009-perkembangan-kependudukan
pembangunan keluarga”, diakses pada tanggal 12 Juni 2022, 22.25 WITA.
37
Republik Indonesi, “Undang-Undang No. 52 Tahun 2009, BAB I, Pasal 1 ayat (3).
38
Republik Indonesi, “Undang-Undang No. 52 Tahun 2009, BAB II, Pasal 2-4
28

Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga berdasarkan prinsip


pembangunan kependudukan yang terdiri atas:
a. kependudukan sebagai titik sentral kegiatan pembangunan;
b. pengintegrasian kebijakan kependudukan ke dalam pembangunan sosial
budaya, ekonomi, dan lingkungan hidup;
c. partisipasi semua pihak dan gotong royong;
d. perlindungan dan pemberdayaan terhadap keluarga sebagai unit terkecil
dalam masyarakat;
e. kesamaan hak dan kewajiban antara pendatang dan penduduk setempat;
f. perlindungan terhadap budaya dan identitas penduduk lokal; dan
g. keadilan dan kesetaraan gender.

Pasal 4 (Tujuan)
(1) Perkembangan kependudukan bertujuan untuk mewujudkan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas, dan persebaran
penduduk dengan lingkungan hidup.
(2) Pembangunan keluarga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga
agar dapat timbul rasa aman, tenteram, dan harapan masa depan yang
lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan
batin.
Perkembangan kependudukan berdasarkan Undang-Undang No. 52 Tahun
2009 tentang Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga yang
berbunyi:
Pasal 17
Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas, dan persebaran
penduduk dengan daya dukung alam dan daya tamping lingkungan guna
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Pasal 18
29

Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan untuk mewujudkan keserasian,


keselarasan dan keseimbangan antara jumlah penduduk dengan lingkungan
hidup baik yang berupa daya dukung alam maupun daya tampung lingkungan
serta kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya.

Pasal 19
(2) Pengendalian kuantitas penduduk berhubungan dengan penetapan
perkiraan:
1. Jumlah, struktur dan komposisi penduduk;
2. Pertumbuhan penduduk; dan
3. Persebaran penduduk
(3) Pengendalian kuantitas penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan
melalui:
1. Pengendalian kelahiran;
2. Penurunan angka kematian; dan
3. Pengarahan mobilitas penduduk.
(4) Pengendalian kuantitas penduduk sebagimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan pada tingkat nasional dan daerah secara berkelanjutan.
(5) Tata cara penetapan pengendalian kuantitas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 20
Untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas,
pemerintahan menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui
penyelenggaraan program keluarga berencana.

Pasal 21
(1) Kebijakan keluarga berencana sebagaimana di maksud pasal 20
dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam
30

mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara


bertanggung jawab tentang:
1. Usia ideal perkawinan;
2. Usia ideal untuk melahirkan
3. Jumlah ideal anak
4. Jarak ideal kelahiran; dan
5. Penyuluhan kesehatan reproduksi.
(2) Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk:
a. Mengatur kehamilan yang diinginkan;
b. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan
anak;
c. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, dan
pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi;
d. Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek krluarga
berencana; dan
e. Mempromosikan penyusunan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan
jarak kehamilan.
(3) Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengandung pengertian bahawa dengan alas an apapun promosi aborsi
sebagai pengaturan kehamilan dilarang.

Pasal 22
(1) Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasala 21
dilakukan melalui upaya:
a. Peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat;
b. Pembinaan keluarga; dan
c. Pengaturan kehamilan dengan memperhatikan agama, kondisi
perkembangan sosial ekonomi dan budaya, serta tata nilai yang hidup
dalam masyarakat,
31

(2) Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan komunikasi,
informasi dan edukasi.
(3) Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan peraturan pemerintahan.39
Pembangunan keluarga berdasarkan Undang-Undang No. 52 Tahun 2009
Tentang Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga yang berbunyi:
Pasal 47
(1) Pemerintah dan pemerintahan daerah menetapkan kebijakan pembangunan
keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
(2) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk
mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga secara
optimal.

Pasal 48
(1) Kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
dilaksanakan dengan cara:
a. Peningkatan kualitas anak dengan pemberian akses informasi,
pendidikan, penyuluhan, dan pelayanan tentang perawaran,
pengasuhan dan perkembangan anak;
b. Peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi,
pendidikan, konsling, dan pelayanan tentang kehidupan keluarga;
c. Peningkatan kualitas hidup lansia agar tetap produkif dan berguna bagi
keluarga dan masyarakat dengan pemberian kesempatan untuk
berperan dalam kehidupan keluarga;
d. Pemberdayaan keluarga rentan dengan memberikan perlindungan dan
bantuan untuk mengembangkan diri agar setara dengan keluarga
lainnya;
e. Peningkatan kualitas lingkungan keluraga;

39
Republik Indonesi, “Undang-Undang No. 52 Tahun 2009, BAB VI, Pasal 17-23.
32

f. Peningkatan akses dan peluang terhadap penerimaan informasi dan


sumber daya ekonomi melalui usaha mikro keluarga;
g. Pengembangan cara inovatif untuk memberikan bantuan yang lebih
efektif bagi keluarga miskin; dan
h. Penyelenggaraan upaya penghapusan kemiskinan terutama bagi
perempuan yang berperan sebagai kepala keluarga.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kebijakan sebaagaimana
pada ayat (1) diatur dengan peraturan menteri yang terkait sesuai dengan
kewenangannya.40

40
Republik Indonesi, “Undang-Undang No. 52 Tahun 2009, BAB VII, Pasal 47-48.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah (natural setting), di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggualasi, analisis data bersifat induktif dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. 41 Metode
ini bersifat deskriptif, dalam artian mendeskripsikan makna data atau fenomena yang
dapat ditangkap oleh pelaku riset, dengan menujukkan bukti-buktinya,
Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian lapangan (filed
research). Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan guna mempelajari
secara interaksi lingkungan, posisi, serta keadaan lapangan suatu unit penelitian.
Subjek penelitian dapat berupa individu, masyarakat, ataupun institusi.42 Dalam hal
ini peneliti melakukan wawancara kepada kepala BKKBN, sekretariat utama dan
berbagai deputi bidang BKKBN yang terkait dalam penulisan skripsi ini.
Selain itu, peneliti juga menggunakan penelitian kepustakaan (library
research), yaitu penulis mengkaji buku-buku terkait badan kependudukan dan
keluarga berencana (BKKBN) dalam mewujudkan keluarga berkualitas, norma-
norma Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga, dan berbagai sumber yang terkait dengan pembahasan
skripsi ini.

B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah di mana penelitian
tersebut akan dilakukan, atau uraian mengenai lokasi penelitian Pendekatan
Penelitian hendaknya lengkap dan jelas. Adapun yang menjadi titik fokus dalam

41
Zuchri Abdussamad, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Cet.I; Makassar: Syakir Media Press,
Desember 2021), h. 79.
42
Suyitno, “Metode Penelitian Kualitatif Konsep, Prinsip dan Operasionalnya” (Cet.I;
Malang: Akademua Pustaka, Mei 2018), h. 90.

33
34

penelitian ini sebagai titik penelitian adalah di Kantor BKKBN Sibulue, Kecamatan
Sibulue, Kabupaten Bone.
C. Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan yuridis normatif adalah bukti istilah “hukum” dimaknai bukan
sebagai peraturan tetapi keteraturan, sudut pandang demikian adalah sudut
pandang Sosiologi Hukum. Bahan-bahan yang diteliti adalah bahan hukum
primer, sekunder dan tersier.43 Pada penelitian ini mengkaji keteraturan
dengan cara memadukan antara ketentuan hukum atau peraturan perundang-
undangan yang menjadi landasan mewujudkan keluarga berkualitas.
2. Pendekatan yuridis empiris adalah penelitian yang harus dicari melalui
pengamatan atau pelaksanaan hukum di masyarakat atau lembaga hukum.44
Pendekatan ini digunakan untuk melihat aspek hukum dalam interaksi sosial
di dalam masyarakat.
D. Data dan Sumber Data
1. Data
Data adalah sebuah model yang jalin-menjalin di antara keduanya sejak awal.
Kunjungan lapangan dilakukan secara berkala dan diselang-selang dengan saat
diadakannya pengumpulan data serta penyajian data, untuk penarikan kesimpulan-
kesimpulan itu baik melalui analisis yang lain dalam pengadaan data besar maupun
melalui babak baru pengumpulan data.45
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana saja data dapat
diperoleh. Adapun sumber data yang dugunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Data Primer yaitu data yang berasal dari data langsung lapangan yang
diperoleh dari responden dan informan. Sumber data primer juga
merupakan data yang diperoleh dari sumber utama. Sumber data primer di

43
Asmak UI hosnah, dkk, “Karakteristik Ilmu Hukum dan Metode Penelitian Hukum
Normatif”, (Cet.I; Jakarta dan Bogor: PT RajaGrafindo Persada, Juni 2021), h. 335.
44
Muhaimin, “Metode Penelitian Hukum” (Cet.I; Mataram: Mataram University Press, Juni
2020), h. 59.
45
Suyitno, “Metode Penelitian Kualitatif Konsep, Prinsip dan Operasionalnya”, h. 138.
35

maksud bias diperoleh dari responden, dan informan serta nara sumber
atau wawancara, observasi dan daftar pertanyaan. 46 Adapun yang menjadi
sumber data primer pada penelitian ini adalah seluruh karyawan BKKBN
Sibulue.
b. Data sekunder adalah data yang sudah diolah dan didokumentasikan
sehingga merupakan data yang siap pakai atau siap saji. 47 Hasil pnelitian
dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertai peraturan perundang-
undangan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang
memberikan dan melengkapi serta informasi terkait dengan objek
penelitian termasuk Peraturan Perundang-undangan yaitu Undang-Undang
No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga.
E. Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik fenomena ini disebut variable
penelitian.48 Dengan menggunakan alat-alat tersebut data dikumpulkan. Instrumen
sebagai alat pengumpulan data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian
rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya. Dalam rangka
mempermudah perolehan data yang diperlukan di lapangan atau lokasi penelitian,
instrumen penelitian yang digunakan adalah:
1. Pedoman observasi yaitu mengumpulkan data dan mengamati serta mencatat
secara sistematis gejala-gejala atau fenomena-fenomena yang akan diteliti
oleh penelitian di Kantor BKKBN Sibulue, Kecamatan Sibulue, Kabupaten
Bone.
2. Pedoman wawancara yaitu daftar pertanyaan yang akan diajukan pada saat
wawancara berlangsung untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara
lisan dalam pertemuan tatap muka baik secara individu maupun kelompok.
46
Muhaimin, “Metode Penelitian Hukum”, h. 124.
47
Asmak UI hosnah, dkk, “Karakteristik Ilmu Hukum dan Metode Penelitian Hukum
Normatif”, h 352
48
Sugiyono, “Metode Penelitian Kauntitstif Kualitatif dan R & D”, (Cet.XIX; Bandung:
Alfabeta, Oktober 2013), h. 102.
36

3. Alat dokumentasi alat yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data


dengan cara menulis, merekam dan memotret kegiatan yang berkaitan dengan
penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan.49 Untuk mendapatkan data-data yang
objektif atau valid tentang efektivitas peran BKKBN Sibulue dalam mewujudkan
keluarga berkualitas, maka penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis
dan disengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang diselidiki. 50
Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi partisipan di mana peneliti secara
langsung turun ke lapangan dan menjadi instrument penelitian. Dalam penelitian ini
metode observasi digunakan untuk melihat situasi langsung di lapangan tentang
Efektivitas peran BKKBN dalam mewujudkan keluarga berkualitas.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu pengambilan data yang dilakukan melalui
kegiatan komunikasi lisan dalam bentuk terstruktur, semi terstruktur dan tak
terstruktur. Wawancara yang terstruktur merupakan bentuk wawancara yang sudah
diarahkan oleh sejumlah pertanyaan ketat. Wawancara tak terstruktur (terbuka)
merupakan wawancara di mana peneliti hanya terfokus pada pusat-pusat
permasalahan tampak diikat format-format tertentu secara ketat. 51 Dalam hal ini,
pihak yang menjadi informan adalah Kepala BKKBN, sekretariat utama dan berbagai
deputi bidang BKKBN yang terkait dengan penelitian ini.
3. Dokumentasi
49
Sugiyono, “Metode Penelitian Kauntitstif Kualitatif dan R & D”, h. 224.
50
Zuchri Abdussamad, “Metode Penelitian Kualitatif”, h. 147.
51
Suyitno, “Metode Penelitian Kualitatif Konsep, Prinsip dan Operasionalnya”, h. 113-114
37

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa


catatan, transkip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
agenda dan sebagainya.52
G. Teknik Analisis Data
Analisis data diartikan sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat di temukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.53 Dalam
penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data berupa uraian yang
diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian data yang telah
dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisis.
Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah:
1. Reduksi data (data reduksi)
Reduksi data dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan data, pemusatan
perhatian pada penyederhana data, pengabstrakan data, dan transformasi data “kasar”
yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. 54 Reduksi data berlangsung terus-
menerus selama pengumpulan data kualitatif dilakukan.
2. Penyajian data (display data)
Kegiatan selanjutnya dari pengolahan data kualitatif adalah penyajian data.
Data akan dapat dijadikan sebagai sekumpulan informasi yang tersusun dan
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan serta pengambilan
tindakan.55 Penyajian yang paling sering digunakan adalah dalam bentuk teks naratif.
Penyajian lainnya adalah bentuk matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Kesemuanya
dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang tersusun
dalam bentuk yang padu dan mudah diraih.

52
Zuchri Abdussamad, “Metode Penelitian Kualitatif”, h. 149.
53
Muhaimin, “Metode Penelitian Hukum”, h. 106.
54
Janu Murdiyatmoko, Sosiologi (memahami dan mengkaji masyarakat) (Bandung: PT
Grafindo Media Pratama, 2017), h. 100.
55
Janu Murdiyatmoko, Sosiologi (memahami dan mengkaji masyarakat), h. 100.
38

Pada penelitian ini, data yang telah di dapatkan dari hasil wawancara dari
sumber tulisan maupun dari sumber pustaka, penulis menggunkan teks yang bersifat
naratif.
3. Penarikan kesimpulan (conculation drawing/ferification)
Langkah terakhir yang dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan/verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai
mencari arti tentang hal yang telah dicatat atau disusun menjadi suatu konfigurasi
tertentu. Pengolah data kualitatif tidak akan menarik kesimpulan secara tergesa-gesa,
tetapi, secara bertahap dengan tetap memperhatikan perkembangan perolehan data.
Penarikan kesimpulan dalam kegiatan ini adalah suatu kegiatan dalam pembentukan
konfigurasi yang utuh.56

Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa ketiga metode tersebut


yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan akan penulis lakukan
setelah semua data telah diperoleh melalui wawancara dan catatan lapangan. Hal ini
memudahkan penulis di dalam mengetahui dan menarik kesimpulan dalam hubungan
antara efektivitas BKKBN dalam mewujudkan keluarga berkualitas.

56
Janu Murdiyatmoko, Sosiologi (memahami dan mengkaji masyarakat), h. 101.
DFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Abdussamad, Zuchri. Metode Penelitian Kualitatif. Cet.I; Makassar: Syakir Media


Press, Desember 2021.

BKKBN. Pedoman Pengolaan Bina Keluarga Remaja (BKR). Cet.I; Jakarta: Direktor
Bina Ketahanan Remaja, 2012.

Departemen Agama. Al-Qur‟an Dan Terjemahannya. Semarang: Thoha Putra, 1989.

Fadhilah, Khoirunnisa Nur. Laporan Aktualisasi Peningkatan Pelayanan Data dan


Informasi Terpadu BKKBN Diy. Cet.I ;Jakart:BKKBN, 2019.

Herawati, Tin. Penanaman dan Penerapan Nilai Karakter melalui 8 Fungsi


Keluarga. Jakarta: BKKBN, 2017.

Hosnah, Asmak UI. Dkk. Karakteristik Ilmu Hukum dan Metode Penelitian Hukum
Normatif. Cet.I; Jakarta dan Bogor: PT RajaGrafindo Persada, Juni 2021.

Kautzar,Anieq Mumthi’ah Al. dkk. Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana.


Cet.I; Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021.

Maizuddin. Perspektif Al-Qur’an tentang Manusia dan Kezaliman. Cet.I; Banda


Aceh: Fakultas Ushuluddin, 2014.

Matahari, Ratu. Dkk. Buku Ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Cet.I;
Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group, 2018.

Muhaimin. Metode Penelitian Hukum. Cet.I; Mataram: Mataram University Press,


Juni 2020.

Murdiyatmoko, Janu. Sosiologi memahami dan mengkaji masyarakat. Bandung: PT


Grafindo Media Pratama, 2017

Noveria, Mita. Dkk. Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan. Cet.I; Jakarta: LIPI
Press, anggota Ikapi, 2011.

Prijatni, Ida & Sri Rahayu. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Cet.I;
Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016.

Rahayu, Ambar. Penanaman nilai-nilai Kesadaran Hukumsejak Dini dalam


Keluarga. Jakarta: BKKBN, 2017.

39
40

S, Mulyadi. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembanguna. Cet.I;


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Sugiyono, Metode Penelitian Kauntitstif Kualitatif dan R & D. Cet.XIX; Bandung:


Alfabeta, Oktober 2013.

Suyitno. Metode Penelitian Kualitatif Konsep, Prinsip dan Operasionalnya. Cet.I;


Malang: Akademua Pustaka, Mei 2018.

Utami, Inggita & Ichsan Luqmana Indra Putra. Ekologi KUantitatif, Metode Sampling
dan Analasisi Data Lapangan. Yogyakarta: K-Media, April 2020.

Wirdhana, Indra. Dkk. Buku Pegangan Kader BKR tentang Delapan Fungsi
Keluarga. Cet.I; Jakarta: BKKBN, 2013.

B. Perundang-Undangan dan Dokumen Resmi Pemerintah

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun


2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan keluarga,
Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga.

Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945.

Republik Indonesia. Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

C. Artikel, Jurnal, atau Skripsi/Tesis

Amalini, Melly Putr. Strategi BKKBN dalam Meningkatkan Pengguna Program


Keluarga Berencana di Kota Samarind. Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol.7,
No.3, Agustus 2019.

Aprilia, Riska. pengaruh program keluarga berencana terhadap efektivitas bkkbn


dalam menekan laju pertubuhan penduduk di kota Makassar. Skripsi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar, 2020.

Herdiana Ayu Susanti, “Strategi Komunikasi Badan Kependudukan dan Keluarga


Berencana Nasional (BKKBN)”, Jurnal Kmunikasi ASPIKOM, Vol.2, No.4,
Januari 2015.

Rahmatullah. pengaruh Penduduk Umur Produktif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Indonesia. Jurnal Vol.6, No.2, Juli-Desember 2015.

Rozuq, M. Khoirur. Efektifitas program badan kependudukan dan keluarga


berencana nasional terhadap pembangunan ketahanan keluarga dalam
rumah tangga (studi kampung kencana biru kelurahan penyengat rendah
41

kecamatan telanaipura kota jambi). Skripsi Fakultas Syariah, Universitas


Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2020.

Sada, Heru Juabdin. Manusia Dalam Perspektif Agama Islam. Jurnal pendidikan
Islam, Vol.7, No.1, Mei 2016.

Somantri, Muhammad Dani. Dkk. Analisis Hukum Kehamilan Perkawinan Usia Dini
Perspektif Istihsan Sebuah Upaya Membangun Keluarga Berkualitas. Jurnal
Kajian Hukum Islam, Vol.3, No.2, Desember 2018.

Subianto, Jito. Peran Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat dalam Pembentukan


Karakter Berkualitas. Jurnal Penellitian Pendidikan Islam, Vol.8, No.2,
Agustus 2013

Suhawdah. Pengaturan Jarak Kehamillan Menurut Al-qur’an. Fakulatas Ushuluddin


dan Filsafat, Makassar, 2013.

Yuliana. Dkk. Evaluasi Program Keluarga Berkualitas dalam Meningkatkan


Kualitas hidup masyarakat. Jurnal Ilmiah Indonesia, Vol.7, No.3, Maret 2022.

D. Internet

4 Arti Mewujudkan di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).


https://kbbi.lektur.id/mewujudkan.

Bagaimana Memajukan Kesejahteraan Umum Masyarakat.


https://www.sodexo.co.id/memajukan -kesejahteraan-umum/.

Jogloabang, UU 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan


Pembangunan Keluarga”,https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-52-2009-
perkembangan-kependudukan-pembangunan-keluarga.

Prawiro, M. Pengertian Peran: Arti, Konsep, Struktur, dan Jenis Peran.


https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-peran.html,

Suryana, M.Kom Taryana. https://repository.unikom.ac.id/6863/.

Tysara, Laudia. Pengertian Efektivitas adalah Unsur Mencapau Tujuan, Ketahui


Ukurannya. https://hot.liputan6.com/read/4870774/pengertian-efektivitas-
adalah-unsur-mencapai-tujuan-ketahui-ukurannya

Anda mungkin juga menyukai